You are on page 1of 5

Kelalaian tenaga kesehatan di rumah sakit

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewena-ngan untuk melakukan upaya kesehatan (Pasal 1 angka 6 UU
No. 36 tahun 2009). Berdasar ke-tentuan Pasal 2 (1) PP No. 32 tahun 1996 ten-tang Tenaga
Kesehatan dan Pasal 21 UU Kese-hatan,tenaga kesehatan dapat dikelompokkan sesuai dengan
keahlian dan kualifikasi yang di-miliki, antara lain: tenaga medis; tenaga kefar-masian; tenaga
keperawatan; tenaga kesehatan masyarakat dan lingkungan; tenaga gizi; tenaga keterapian fisik;
tenaga keteknisian medis; dan tenaga kesehatan lainnya. Sebagaimana diten-tukan dalam Pasal
12 UU Rumah Sakit, di rumah sakit terdapat tenaga tetap, yang terdiri dari tenaga kesehatan dan
tenaga non-kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri: tenaga medis (dokter dan dokter gigi); tenaga
penunjang medis; te-naga keperawatan; tenaga kefarmasian; dan tenaga manajemen rumah sakit.
Untuk tenaga non-kesehatan, yaitu: tenaga administrasi; te-naga kebersihan; dan tenaga
keamanan.

Tenaga kesehatan yang melakukan kela-laian sama dengan melakukan malpraktik. Mal-praktik
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, dapat berupa malpraktik medik dan malpraktik dibidang
medik. Malpraktik di bidang medik, yaitu malpraktik yang dilakukan tenaga keseha-tan ketika ia
menjalankan profesinya di bidang medik. Dalam hal ini, dapat berupa perbuatan yang disengaja
(intentional) seperti pada mis-conduct terntentu, tindakan kelalaian (negli-gence), ataupun suatu
kekurang mahiran/keti-dak kompetenan yang tidak beralasan (unrea-sonable lack of skill), yang
mengakibatkan lu-ka, atau menderita kerugian pada pihak yang ditangani.6 Makna malpraktik
medik, menurut World Medical Association, adalah medical malpraktic involves the physician’s
failure to conform to the standard of care for treatment of the patient’s condition, ar lack of skill,
or negligence in providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to the
patient.
World Medical Association mengingatkan tidak semua kegagalan medik adalah malprak-tik
medik. Jika terjadi peristiwa buruk tidak dapat diduga sebelumnya (unforeseeable) pada saat
dilakukan tindakan medis yang sesuai stan-dar tetapi mengakibatkan cedera pada pasien.

Bagan
Pertanggungjawaban Rumah Sakit dan Tenaga
Kesehatan akibat Kelalaian

Malpraktik Tenaga
Kesehatan di RS

Professional Malpraktik Medik


Misconduct

Kealpaan;
Pelanggaran Kesengajaan
disiplin
profesi Criminal Timbul kerugian
kedokteran Malpractice bagi seseorang/
pasien

Tanggungjawab
Tangungjawab RS:
1. Ps. 46 UU RS
individu (Ket.
MKDI 2. Vicarious lia-
KUHP; asas bility
legalitas; lex 3. Duty ofcare
general) 4. Respondeat
superior

Pembinaan Sanski hukum RS mengganti


Kinerja pidana bagi kerugian
pelaku

Dapus :

Black. 1999. Law Dictionary. Sevent Edition, Copy Right by West Group Co. 50. West Kellogg Boulevard
Po. Box 64526 St. Paul Minn, 55164-526;
Dahlan, Sofwan. 2003. Hukum Kesehatan Ram-bu-Rambu bagi Profesi Dokter. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro;
Heryanto, Bambang. 2010. “Malpraktik Dokter dalam Perspektif Hukum”. Jurnal Dina-mika Hukum,
Vol.10 No.2 Mei 2010;
Jayanti, Nusye Kl. 2009. Penyelesaian Hukum dalam Malapraktik Kedokteran. Yogya-karta: Pustaka
Yustisia;
2. design lantai pada rumah sakit

Komponen dan Bahan Bangunan. Sebagai bagian dari Rumah Sakit, beberapa komponen sarana
yang ada di Ruang Perawatan Intensif memerlukan beberapa persyaratan, antara lain :

1. Komponen penutup lantai. Komponen penutup lantai memiliki persyaratan sebagai berikut :
(1) tidak terbuat dari bahan yang memiliki lapisan permukaan dengan porositas yang tinggi yang
dapat menyimpan debu.

(2) mudah dibersihkan dan tahan terhadap gesekan

. (3) penutup lantai harus berwarna cerah dan tidak menyilaukan mata.

(4) memiliki pola lantai dengan garis alur yang menerus keseluruh ruangan pelayanan.

(5) pada daerah dengan kemiringan kurang dari 70 , penutup lantai harus dari lapisan permukaan
yang tidak licin (walaupun dalam kondisi basah).

(6) Hubungan/pertemuan antara lantai dengan dinding harus menggunakan bahan yang tidak
siku, tetapi melengkung untuk memudahkan pembersihan lantai (Hospital plint).

(7) Disarankan menggunakan bahan vinil khusus yang dipakai untuk lantai Ruang Rawat Pasien
ICU.

2. Komponen dinding. Komponen dinding memiliki persyaratan sebagai berikut :

(1) dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak berjamur.

(2) lapisan penutup dinding harus bersifat non porosif (tidak mengandung pori-pori) sehingga
dinding tidak menyimpan debu.

(3) warna dinding cerah tetapi tidak menyilaukan mata.

(4) Hubungan/pertemuan antara dinding dengan dinding harus tidak siku, tetapi melengkung
untuk memudahkan pembersihan.

3. Komponen langit-langit. Komponen langit-langit memiliki persyaratan sebagai berikut :


(1) harus mudah dibersihkan, tahan terhadap segala cuaca, tahan terhadap air, tidak mengandung
unsur yang dapat membahayakan pasien, serta tidak berjamur.

(2) memiliki lapisan penutup yang bersifat non porosif (tidak berpori) sehingga tidak menyimpan
debu.

(3) berwarna cerah, tetapi tidak menyilaukan pengguna ruangan.

Persyaratan Struktur Bangunan Ruang Perawatan Intensif.

(1) Bangunan Ruang Perawatan Intensif, strukturnya harus direncanakan kuat/kokoh, dan stabil
dalam memikul beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan kelayanan (serviceability)
selama umur layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan Ruang
Perawatan Intensif, lokasi, keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.

(2) Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap pengaruh-pengaruh aksi sebagai


akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja selama umur layanan struktur, baik beban muatan
tetap maupun beban muatan sementara yang timbul akibat gempa dan angin.

(3) Dalam perencanaan struktur bangunan Ruang Perawatan Intensif terhadap pengaruh gempa,
semua unsur struktur bangunan Ruang Perawatan Intensif, baik bagian dari sub struktur maupun
struktur bangunan, harus diperhitungkan memikul pengaruh gempa rancangan sesuai dengan
zona gempanya.

(4) Struktur bangunan Ruang Perawatan Intensif harus direncanakan secara detail sehingga pada
kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjadi keruntuhan, kondisi
strukturnya masih dapat memungkinkan pengguna bangunan Ruang Perawatan Intensif
menyelamatkan diri.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembebanan, ketahanan terhadap gempa dan/atau angin, dan
perhitungan strukturnya mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.

Dapus :

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204/Menkes/SK/XII/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 36
Tahun 2005, tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002,
tentang Bangunan Gedung.

3. . Untuk dapat mencegah kecelakan kerjaa


Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu bentuk kerugian baik bagi korban
kecelakaan kerja maupun Perusahaan/Organisasi. Upaya pencegahan kecelakaan kerja
diperlukan untuk menghindari kerugian-kerugian yang timbul serta untuk meningkatkan
kinerja keselamatan kerja di tempat kerja.
Berdasarkan teori domino effect penyebab kecelakaan kerja (H.W. Heinrich), maka dapat
dirancang berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di tempat kerja, antara lain :

Ilustrasi
1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya Di Tempat
Kerja :
o Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat kerja.
o Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman di tempat kerja.
2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan :
o Pelatihan dan Pendidikan K3 terhadap tenaga kerja.
o Konseling dan Konsultasi mengenai penerapan K3 bersama tenaga kerja.
o Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi yang berkaitan dengan
peningkatan penerapan K3 di tempat kerja.
3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen :
o Prosedur dan Aturan K3 di tempat kerja.
o Penyediaan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya di tempat kerja.
o Penghargaan dan Sanksi terhadap penerapan K3 di tempat kerja kepada tenaga
kerja.

You might also like