Professional Documents
Culture Documents
Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang dapat manusia peroleh untuk
kebutuhan sehari – hari. Air pun merupakan hal yang penting dalam
kehidupan manusia bahkan untuk semua makhluk hidup di dunia ini.
Menurut Hartono (2015: 1), air sangat penting untuk kelangsungan
kehidupan manusia karena air digunakan untuk keperluan sehari – hari
seperti minum, makan, mandi, namun juga untuk keperluan lain seperti
pertanian, industri, dan lain sebagainya. Akan tetapi, sebagian besar peran
air digunakan untuk air minum di kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan
bahwa manusia membutuhkan air minum untuk memperlancarkan sistem
pencernaan mereka serta mengisi energi tubuh mereka. Cunningman &
Saigo (2001: 422) menyatakan bahwa sekitar 60% dari tubuh manusia
adalah air, oleh karena itu manusia bisa bertahan beberapa minggu tanpa
makanan namun hanya bisa bertahan beberapa hari tanpa air minum. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa air merupakan kebutuhan dasar bagi manusia,
karena manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa air, terutama sebagai air
minum.
Bab 1
Air baku atau raw water merupakan awal dari suatu proses dalam
penyediaan dan pengolahan air bersih. Air baku adalah air yang dapat
berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan
yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. Unit
air baku dapat terdiri dari bangunan penampungan air, bangunan
penampungan air, bangunanan pengambilan/penyadapan, alat pengukuran
dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan, dan/atau bangunan
sarana pembawa serta perlengkapannya (Joko, Tri. (2012)). Menurut
Elgara, Qomariah, dan Muttaqien (2016: 1), krisis sumber daya air
disebabkan oleh kebutuhan air yang semakin besar akibat dari peningkatan
jumlah penduduk dan perubahan fungsi lahan. Krisis tersebut
mengakibatkan sumber air bersih semakin langka dan mahal. Salah satu
upaya mengatasi krisis air bersih adalah dengan menggunakan konsep
memanen air hujan (rainwater harvesting), yaitu konsep pengumpulan air
hujan yang ditampung dalam suatu tangki untuk kemudian air yang telah
dikumpulkan dapat dimanfaatkan sebagai air baku.
Sumber air baku bisa berasal dari air hujan, sungai, danau, sumur
air dalam, mata air dan bisa juga dibuat dengan cara membendung air
buangan atau air laut. Hartono (2016) menyatakan bahwa untuk keperluan
air minum, maka sumber air baku yang dapat digunakan untuk kebutuhan
air minum dapat terdiri dari mata air, air permukaan (sungai, danau, waduk,
dll.), air tanah (sumur gali, sumur bor) maupun air hujan. Dari segi kualitas
air, kualitas mata air relatif jernih dibandingkan dengan kualitas sumber air
dari air permukaan pada umumnya, dengan demikian mata air lebih baik
digunakan dibandingkan dengan air permukaan. Namun demikian
keberadaan mata air ini pada saat ini terus berkurang keberadaannya. Air
tanah, yang umumnya mempunyai kandungan besi dan mangan relatif lebih
besar dari sumber air yang lain, pemakaiannya juga sudah harus mulai
dikurangi atau dihentikan sehubungan dengan masalah penurunan muka
tanah. Air hujan yang keberadaannya sangat tergantung musim, masih
dapat digunakan sebagai sumber air baku dengan membangun tangki
penampungan atau waduk dalam skala besar. Air tanah yang meliputi air
tanah dangkal (sumur) dan air tanah dalam masih banyak digunakan
terutama pada daerah yang belum mendapat pelayanan air minum dari
perusahaan air minum. Air tanah sesungguhnya digunakan sebagai
cadangan untuk memenuhi kebutuhan air bersih jika air permukaan sudah
tidak memungkinkan lagi untuk dipergunakan.
a) Parameter microbiologi
a) Parameter fisik
b) Parameter kimiawi
Di Bidang Ekonomi
2. Turbiditi meter
3. Ph meter
8. Wtp 2
9. Reservoir
Berfungsi : memeriksa kekeruhan air baku jika air baku normal di cek
perjam tetapi jika air baku keruh di cek setip 5 menit per
b) Ph meter
Berfungsi : untuk memeriksa ph meter
d) Klorida
g) Wtp 2
Berfungsi : sebagai tempat penyaringan / filtrasi air yang sudah di olah
masuk ke bakmun lalu dari bakmun masuk ke wtp untuk penyaringan ke 2
h) Reservoir
Berfungsi : sebagai tempatnya tertutup untuk menjaga kualiatas dan
kejernihan air yang akan dialairkan ke masyrakat/konsumen.
i) Pipa distribusi
2. Bak Prasedimentasi (optional) Bak ini digunakan bagi sumber air yang
karakteristik turbiditasnya tinggi (kekeruhan yang menyebabkan air
berwarna coklat). Bentuknya hanya berupa bak sederhana, fungsinya
untuk pengendapan partikel-partikel diskrit dan berat seperti pasir, dll.
Selanjutnya air dipompa ke bangunan utama pengolahan air bersih yakni
WTP.
3. WTP (Water Treatment Plant) Ini adalah bangunan pokok dari sistem
pengolahan air bersih. Bangunan ini beberapa bagian, yakni koagulasi,
flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi.
a) Koagulasi Disinilah proses kimiawi terjadi, pada proses koagulasi ini
dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air
sungai atau air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel
koloid yang terkandung didalamnya. Tujuan proses ini adalah untuk
memisahkan air dengan pengotor yang terlarut didalamnya, analoginya
seperti memisahkan air pada susu kedelai. Pada unit ini terjadi rapid
mixing (pengadukan cepat) agar koagulan dapat terlarut merata dalam
waktu singkat. Bentuk alat pengaduknya dapat bervariasi, selain rapid
mixing, dapat menggunakan hidrolis (hydrolic jump atau terjunan) atau
mekanis (menggunakan batang pengaduk).
Banyak hal yang akan terjadi jika kita mengkonsumsi air yang tidak
higienis atau air yang kotor, banyak dampak negatif yang akan
terjadi, bisa menyebabkan seseorang sakit seperti kolera, hepatitis,
polimearitis, typoid, disentrin trachoma, scabies, malaria, yellow
fever, dan penyakit cacingan, di bidang ekonomi seluruh biaya
pengelolaan dan perawatan jaringan air dan sumber air lainnya
bergantung semata pada pemakai dalam bentuk tarif. Dengan
komersialisasi air, mereka yang memiliki uang paling banyaklah yang
akan mendapat air paling banyak. Masyarakat miskin yang tidak
punya uang justru makin sulit mendapat air sehingga banyak orang
yang tidak mampu mendapat air sehat untuk minum.
Daftar Pustaka
Elgara, R., Qomariah, S., Muttaqien, A.Y. (2016). Analisis dan Perencanaan
PAH Sebagai Sumber Air Baku Alternatif. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Hartono, D. (2016). Sumber Air Baku untuk Air Minum. Jakarta: Universitas
Indonesia
Joko, Tri. (2012). Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum.
Yogyakarta: Graha Ilmu.