You are on page 1of 12

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkebunan mempunyai peranan yang penting dalam pembangunan nasional,

terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan

devisa negara, penyediaan lapangan kerja, dan pemenuhan kebutuhan

manusia. Pengusahaan tanaman perkebunan terbukti dapat mendorong

meningkatkan pendapatan negara, untuk itu perkebunan harus dikelola, dilindungi

dan dimanfaatkan secara terencana, terbuka dan bertanggung jawab. Komoditas

perkebunan merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang mampu

memberikan devisa negara. Upaya pengembangan komoditas tersebut diperlukan

bukan hanya untuk meningkatkan kuantitas produk, melainkan disertai peningkatan

kualitas, sehingga mampu bersaing di pasar internasional.

Perkebunan adalah kegiatan untuk menanam tanaman tertentu pada tanah

atau media tumbuh dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan

barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi

pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.

Kopi (Coffea spp. L.) merupakan salah satu komoditas unggulan yang

dikembangkan di Indonesia karena masuk dalam kategori komoditi penting dalam

pertumbuhan ekonomi nasional. Tanaman kopi merupakan komoditas ekspor yang

cukup penting bagi perekonomian Indonesia karena perolehan devisa dari kopi

menduduki urutan keempat setelah kelapa sawit, kakao dan karet. Spesies tanaman
ini berbentuk pohon yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea.

Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan tumbuh dapat

mencapai tinggi 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing, daun

tumbuh berhadapan dengan batang, cabang dan ranting-ranting. Tanaman kopi

umumnya akan mulai berbunga setelah berumur sekitar 2 tahun. Tanaman kopi

terdiri dari berbagai jenis yaitu Coffea Arabica, Coffea Robusta dan Coffea

Liberica. Namun pada laporan ini akan dibahas mengenai agroekosistem pada kopi

robusta (Coffea robusta).

B. Tujuan

Tujuan dalam praktikum acara I ini adalah :

1. Untuk mrngetahui jenis dan fungsi agroekosistem

2. Untuk mengenal komponen ekosistem pertanian

3. Untuk menentukan keputusan pengelolaan agroekosistem

4. Untuk memberi kesempatan praktikan menjadi ahli di lahannya sendiri


II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Sinkeviciene (2009), menyatakan bahwa Indonesia merupakan

negara agraris dimana komoditi pertanian menjadi salah satu tulang punggung

perekonomian. Salah satu komoditi perekonomian di Indonesia yang terkenal

adalah kopi. Menurut FAO Indonesia pada tahun 1997 merupakan negara ke-4

penghasil kopi terbesar di dunia dengan luas areal tanaman dan hasil produksi yang

cukup besar. Perkebunan adalah kegiatan untuk menanam tanaman tertentu pada

tanah ata media tumbuh dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan

barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi

pelaku usaha perkebunan dan masyarakat (Oktasari, 2014)

Menurut Camargo (2010) menyatakan bahwa perkebunan adalah usaha

penanaman tanaman yang menghasilkan bahan mentah industry dan komoditas

ekspor yang dilakukan oleh rakya, pemerintah, maupun pengusaha swasta. Di

Indonesia, terdapat dua macam perkebunan, yaitu perkebunan rakyat dan

perkebunan besar . Adapun perbedaan dari kedua jenis tersebut adalah pada kebun

rakyat luas laha sempit, modal yang dikeluarkan kecil, hasil yang didapat sedikit,

kurang memerlukan tenaga ahli, hasil produksi untuk mencukupi kebutuhan sendir.

Sedangkan pada perkebunan besar luas lahan yang digunakan luas, memerlukan

modal yang besar, jenis perkebunan beraneka ragam, tenaga yang diperlukan

merupakan tenaga yang sudah ahli, dan hasil produksi ditujukan sebagai komoditas

ekspor.Jenis jenis tanaman perkebunan yang diusahakan rakyat, pemerintah,


maupun pihak swasta, antara lain kopi, karet, teh, kelapa sawit, tembakau,

cokelat,dll.

Menurut Rismayani dan Ibrahim (2013) menyatakan bahwa tanaman kopi

merupakan komoditas ekspor yang cukup penting bagi perekonomian Indonesia.

Hal tersebut dikarenakan perolehan devisa dari kopi menduduki urutan keempat

setelah kelapa sawit, kakao, dan karet. Kopi merupakan komoditas penting karena

permintaan konsumsi kopi di dunia semakin hari semakin meningkat.

Ekosistem perkebunan merupakan salah satu contoh agroekosistem yang

banyak dimanipulasi untuk mendapatkan produk pertanian, yang menerima

masukan energi bahan pupuk, dan biosida dari para petani untuk memperoleh hasil

yang tinggi dari tanaman yang dibudidayakan. Perkebunan tersebut menggantikan

ekosistem alami dengan ekosistem buatan yang lebih sederhana sehingga lebih

mudah terguncang oleh serangan hama (Rahardjo, 2012).

Umumnya tanaman kopi selalu didampingi oleh jenis tanaman penaung

(polikultur). Tanaman kopi ini sering dikunjungi oleh berbagai jenis serangga

termasuk semut dan kupu-kupu sehingga melalui serangga ini proses penyerbukan

dapat berlangsung (Robertson et al., 2002). Setiap organisme mempunyai suatu

peranan didalam agroekosistem tanaman kopi, ada yang berperan sebagai produsen,

konsumen ataupun dekomposer. Produsen adalah penghasil makanan untuk

makhluk hidup sedangkan konsumen adalah pemakan produsen. Produsen terdiri

dari organisme-organisme berklorofil yang mampu memproduksi zat-zat organik

dari zat-zat anorganik (melalui fotosintesis). Zat-zat organik ini kemudian

dimanfaatkan oleh organisme-organisme heterotrof yang berperan sebagai


konsumen. Peranan makan dan dimakan di dalam ekosistem akan membentuk

rantai makanan bahkan jaring-jaring makanan.


III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum acara IV ini meliputi pertanaman

pangan, perkebunan, hortikultura, jarring serangga, kantong plastik, alat tulis,

gunting tanaman dan kertas plano.

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja acara IV adalah sebagai berikut :

1. Praktikan dibagi dalam kelompok kecil sesuai dengan pembagian dalam

setiap rombongan.

2. Alat dan bahan disiapkan

3. Mmahasiswa ditugaskan ke lapangan untuk mengamati komponen

agroekosistem, yang meliputi agroekosistem tanaman pangan, perkebunan,

dan hortikultura

4. Keadaan umum agroekosistem yang diamati digambar

5. Hasil pengamatan ditulis di kertas plano

6. Bagian tanaman yang telah diamati dibawa ke laboratorium sebagai koleksi.

7. Serangga dan hama yang bertindak sebagai hama dan musuh alami dikoleksi,

juga tanaman/bagian tanaman yang bergejala sakit

8. Hasil pengamatan dipresentasikan


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar Transek Agroekosistem Tanaman Kopi

B. Pembahasan

Praktikum agrosistem dan analisis agroekosistem ini yang diamati adalah

tanaman kopi dengan varietas robusta (Coffea robusta). Kopi robusta (Coffea

robusta) adalah tanaman budidaya berbentuk pohon yang termasuk dalam famili

Rubiaceae dan genus Coffea. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ujung agak

meruncing. Daun tumbuh berhadapan dengan batang, cabang, dan ranting-

rantingnya. Permukaan atas daun mengkilat, tepi rata, pangkal tumpul, panjang 5-

15 cm, lebar 4,0-6,5 cm, pertulangan menyirip, tangkai panjang 0,5-1,0 cm, dan

berwarna hijau. Tanaman kopi memerlukan tinggi tempat dari permukaan laut dan

temperatur yang berbeda-beda. Jenis Arabika tumbuh optimal pada 1000-1700 m

diatas permukaan laut dengan suhu 16-20ºC. Jenis Robusta mengendaki ketinggian
tempat pada 500-1000 m diatas permukaan laut tetapi yang baik sekitar 800 m

diatas permukaan laut dengan suhu udara 20ºC. (Najiyati dan Danarti, 2012).

Menurut Prastowo (2010), menyatakan bahwa ada beberapa syarat tumbuh

tanaman kopi, antara lain :

A. Ketinggian Tempat

Kopi di Indonesia umumnya dapat tumbuh pada ketinggian di atas 700

m dpl. Namun, dengan adanya beberapa klon dari luar negeri, tanaman kopi

dapat ditanam di atas ketinggian 500 m dpl. Pada kopi robusta dapat ditanam

pada ketinggian 700 m dpl sedangkan pada kopi arabika sangat baik tumbuh

pada ketinggian di ata 1000 mdpl. Namun, lahan di Indonesia hanya berada

pada ketinggian 700 sampai 900 m dpl. Hal ini menyebabkan tanaman kopi

yang ditanam di Indonesia adalah kopi robusta.

B. Curah Hujan dan Lahan

Curah hujan yang sesuai dengan tanaman kopi adalah 1500-2500 mm

per tahun, dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-rata 15-25º C.

selain itu, tempat penanaman akan berkaitan juga dengan cita rasa pada kopi.

C. Bahan Tanam dan Lingkungan Tumbuh

Salah satu penyebab rendahnya kopi di Indonesia adalah belum

digunakannya bahan tanam unggul yang sesuai dengan agroekosistem tempat

tumbuh kopi. Umumnya petani masih

Tanaman kopi yang telah diamati sedang berada pada fase reproduktif yang

mana telah terdapat bunga dan biji pada tanaman. Seperti yang dikemukakan oleh

Najiyati dan Danarti (2012), kematangan fisiologis benih tercapai sekitar dalam 220
hari setelah pembukaan bunga. Terdapat 3 tahap pertumbuhan tanaman kopi sampai

menjadi produktif, Tahap I merupakan tahap Pembungaan dan membuahkan.

Selanjutnya yaitu Tahap II, tahap dimana Perkembangan Bunga. Tahap ini tanaman

melewati dua fase periode kritis, yaitu: periode kritis kebutuhan kelembaban dan

ketersediaan N. Tahap yang terakhir adalah Tahap III, tahap dimana Pengisian Biji.

Sistem pertanaman pada lahan tanaman kopi yang telah diamati adalah

tumpangsari antara tanaman kopi dan tanaman albasia yang memiliki jarak tanam

2m x 2m yang kurang sesuai dengan literatur Davies et. al (2006), sebagai pedoman

umum, populasi pohon pelindung adalah 1 : 4, artinya 1 pohon pelindung untuk 4

tanaman kopi. Misalkan jarak tanam kopi yang digunakan 2,5 m x 2,5 m (populasi

1600 batang/ ha) maka tanaman pelindung ditanam dengan jarak 5m x 5m

(populasi pohon pelindung 400 batang/ ha). Pada budidaya kopi berkelanjutan

sangat dianjurkan untuk menggunakan tanaman pelindung tidak hanya dari satu

jenis, misalnya dari jumlah pohon pelindung 400 batang/ha, 50 % ditanami

pelindung lamtoro (Leucaena sp) dan sisanya 50 % ditanami dengan tanaman

yang lain, seperti Jeruk, Alpukat, Sengon, Kasma, Nangka, dan lain sebagainya.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan

bahwa:

1. Terdapat 2 hama utama pada tanaman kopi yang telah diamati yaitu hama ulat

api (Setora nitens) dan hama busuk buah (Hyphotenemus hampei F.)

2. Gejala serangan hama ulat api menyebabkan tanaman rusak hingga menjadi

berlubang. Sedangkan pada hama busuk buah menyebabkan kerusakan pada

biji kopi akibat dihisap oleh hama.

3. Pengendalian keputusan yang diambil dapat berupa tindakan pemeliharaan

yang lebih teratur dan berkontinue. Hal ini berguna untuk mengurangi jumlah

populasi gulma yang ada agar tidak menimbulkan persaingan nutrisi yang

tinggi bagi tanaman tomat. selain itu dapat juga dilakukan pengendalian dengan

cara fisik, silvakultur, hayati, kimiawi dan pengendalian terpadu.

B. Saran

Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti dan cermat dalam mengamati

jenis hama dan mengamati gejala serangan yang ditimbulkan pada perkebunan

albasia.
DAFTAR PUSTAKA

Camargo, M.B.P. 2010. The impact of climatic variability and climate charge on
arabic coffee crop in Brazil. Bragantia, Campinas 69 (1): 239-247.

Davies, A.P., R. Govaerts, D.M. Bridson, and P. Stoffelen (2006). An Annotated


Taxonomic Tonspectus of Genus Coffea (Rubiaceae). Botanical .J. of the
Linnean Society. 152: 465—512.

Najiyati, S dan Danarti. 2012. Kopi, Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Oktasari, Indah Ningtyas. 2014. Perkebunan Kopi Rakyat di Jawa Timur.


AVATARA, E-Journal Pendidikan Sejarah, 2 (1): 2-4.

Prastowo, Bambang.2010.Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan


Pengembangan Perkebunan. Bogor.

Rahardjo, P. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta.
Penebar Swadaya. Depok.

Rismayani & Ibrahim, Meynarti Sari Dewi. 2013.Dinamika Populasi Kutu


Tempurung (Coccus viridis) dan Kutu Daun (Aphis gossypil) Pada Tiga
Varietas Kopi Arabika (Coffe Arabica).Jurnal Littri. Vol. 19 (4), Hlm 159-
166.

Robertson, G.P., E.A Paul and R.R. Harwood. 2002. Greenhouse gases in intensive
agriculture: contributions of individual gases to the radiative forcing of the
atmosphere science 289:1922-1925.

Sinkeviciene, A., D. Jodaugiene, R. Pupaliene and M. Urboniene. 2009. The


Influence of Organic Mulches on soil properties and crop yield. Agronomy
Research 7(Special issue I):485-491.
LAMPIRAN GAMBAR

You might also like