Professional Documents
Culture Documents
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Untuk mengidentifikasi protein secara kimia dengan mengenal sifat pengendapan
dan perubahan warna yang terjadi bila ditambahkan dengan senyawa kimia tertentu.
2. Waktu Praktikum
Senin, 22 Oktober 2018
3. Tempat Praktikum
Lantai II, Laboratorium Kimia Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Peptide sederhana mengandung dua, tiga, empat, atau lebih residu asam amino,
masing-masing disebut dipeptida, tripeptida, tetrapeptida, dan seterusnya. Peptide
didapatkan dari hidrolisis rantai panjang suatu polipeptida (protein). Sebagaimana asam
amino, peptide memiliki pH isolistrik (pHI). Reaksi kimia peptide disebabkan karena
adanya gugus junh –NH2, R, dan –COOH. Seperti pada asam amino, gugus -NH2 pada
peptide dapat direaksikan dengan 2,4 dinitrofenil florobenzene fenilisotianat dan gugus –
COOH. Dapat diesterfikasi dengan dan direduksi. Caa reaksi berwarna yang lain untuk
pepetida dan protein tetapi tidak untuk asam amino bebas, adalah reaksi biuret. Reaksi ini
terjadi antara peptida atau protein dengan CuSO4 dan alkali, yang menghasilkan senyaw
kompleks berwarna ungu (Wirahardikusumah, 2008: 176).
Limbah industri filet ikan patin terutama kepala dan tulang memiliki potensi
sebagai bahan baku pembuatan hidrolisat protein. Hidrolisat protein merupakan hasil
hidrolisis protein dan diketahui memiliki manfaat bioaktif. Tujuan penelitian ini untuk
membuat hidrolisat protein dari limbah industri filet ikan patin dan menentukan aktivitas
pengikatan kalsiumnya. Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama terdiri dari
pembuatan hidrolisat protein secara enzimatis menggunakan konsentrasi enzim papain
yang berbeda (4%, 5% dan 6%). Hidrolisat protein tersebut dianalisis derajat
hidrolisisnya dan aktivitas pengikatan kalsium dengan menggunakan AAS. Tahap kedua
yaitu analisis UV scanning untuk melihat penyerapan maksimum hidrolisat protein dan
analisis komposisi asam amino. Derajat hidrolisis yang dihasilkan dari penelitian ini
berbanding lurus dengan konsentrasi enzim yang digunakan. Hidrolisat protein tersebut
memiliki derajat hidrolisis 43,13% pada konsentrasi enzim 6% (v/v). Aktivitas
pengikatan kalsium tertinggi oleh hidrolisat protein yaitu 122,73 mg L-1. Intensitas
serapan pada hidrolisat protein dengan penambahan kalsium lebih rendah apabila
dibandingkan dengan intensitas absorpsi hidrolisat protein tanpa penambahan kalsium,
hal ini mengindikasikan adanya aktivitas pengikatan kalsium oleh hidrolisat protein.
Komposisi asam amino tertinggi pada hidrolisat protein limbah filet ikan patin yaitu asam
glutamat (Nurilmala, 2018).
Sebuah sering dikutip masalah potensial dengan diet protein tinggi adalah
risiko potensial diet tersebut dapat menimbulkan bagi kesehatan ginjal. Sangat mungkin
bahwa komentar ini dibuat dalam terang pengetahuan bahwa orang di ginjal gagal
memperoleh manfaat dari diet proteinrestricted. Meskipun bukti ini, Argumen melingkar
mengenai protein yang lebih tinggi dan kesehatan ginjal pada orang dengan fungsi ginjal
normal tidak dapat dibuat; yaitu, karena orang dengan miskin ginjal fungsi manfaat dari
asupan protein yang lebih rendah tidak berarti bahwa atlet dengan fungsi ginjal normal
yang mengonsumsi protein tinggi akan memiliki masalah dengan kesehatan ginjal mereka
.Bahkan, pemeriksaan pernyataan yang dibuat oleh kedua Institute of Medicine dalam
menetapkan RDA protein di Amerika Utara , Serta (WHO) Laporan Organisasi
Kesehatan Dunia pada intake protein, Menunjukkan tidak ada bukti yang
menghubungkan diet protein tinggi untuk penyakit ginjal. Seperti laporan WHO Negara,
'' ... saran bahwa penurunan glomerular tingkat filtrasi fi yang terjadi ... pada subyek sehat
... dapat dilemahkan dengan mengurangi protein dalam diet tampaknya tidak memiliki
dasar ''. Dalam perjanjian dengan kesimpulan WHO, panel pengaturan Nilai Referensi
Australia dan Selandia Baru Gizi Menyimpulkan '' Tidak ada bukti yang dipublikasikan
yang diet mengandung sampai 2,8 g protein / kg / hari menghasilkan efek yang
merugikan pada metabolisme ginjal pada atlet. Selain itu, tidak ada hubungan yang
diketahui dari asupan protein dengan progresif ginjal insufisiensi telah ditentukan''
(Phillips, 2014).
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O)(l)
b. Gelatin(l)
c. Kasein(l)
d. Larutan α-naftol (molisch 10%)
e. Larutan CuSO4 1 %
f. Larutan formaldehid encer
g. Larutan H2SO4 pekat
h. Larutan HNO3 pekat
i. Larutan NaNO3 1%
j. Larutan NaOH 40%
k. Larutan NH3
l. Larutan Pb asetat 1 %
m. Larutan putih telur
n. Larutan ZnSO4 encer
o. Reagen merkuri sulfat (HgSO4 1% dilarutkan dalam H2SO4 10%)(aq)
p. Tirosin(l)
D. SKEMA KERJA
1. Uji Protein dengan Pengendapan
a. Pengendapan dengan logam berat
Hasil
(Susu Sapi
danHasil
Susu
Kedelai)
Bila terjadi endapan, setiap
larutan dibagi ke dalam 2
tabung reaksi
Hasil
Tabung 1 Tabung 2
+ ZnSO4 pekat
tetes demi tetes
pelarut berlebih
Hasil
b. Pengendapan oleh Asam
3 mL HNO3 pekat
Dimasukkan ke dalam tabung
reaksi 4 tabung reaksi
SuKedelai
)
Hasil
2. Uji Warna Protein (Susu
Sapi
a. Reaksi Biuret (untuk ikatan peptida)
dan
Susu
2 mL Larutan 2 mLLarutan Kedelai 2 mL Larutan 2 mL Larutan
putih telur Kasein ) Glutamin Tirosin
Hasil kuning)
(Susu Didinginkan di bawah air keran
Sapi dan
+ 2 tetes amonia
Susu
Kedelai)
Hasil
(Susu Sapi
e. Reaksi uji sulfur
Hasil
(Susu + 1 teteslarutan Pb asetat
Sapi dan
Susu
Hasil
Kedelai)
(Terbentuk PbS yang berwarna hitam atau cokelat)
Sampel Gelatin
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan
2mL larutan Gelatin + ZnSO4 encer Warna awal ZnSO4 encer/pekat =
bening, larutan
Saat larutan gelatin ditambahkan ZnSO4
encer tidak ada endapan
Sampel Kasein
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan
2mL larutan Kasein + ZnSO4 encer Warna awal ZnSO4 encer/pekat =
bening, larutan
Saat larutan kasein ditambahkan ZnSO4
encer tidak ada endapan
Sampel Kasein
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan
c. Pengendapan oleh asam nitrat
2 mL larutan kasein + 3 mL Warna awal HNO3 pekat =
HNO3 pekat bening, warna awal kasein
bening
Setelah HNO3 pekat
ditambahkan dalam kasein
,larutan menjadi benig dengan
asap putih
d. Pengendapan oleh asam asetat
2 mL larutan kasein + 2 tetes Warna awal CH3COOH =
CH3COOH bening, warna awal kasein =
bening
Setelah CH3OOOH
ditambahkan dalam larutan
kasein warna larutan menjadi
putih keruh
Larutan Tirosin
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan
e. Pengendapan oleh asam nitrat
2 mL larutan tirosin + 3 mL Warna awal HNO3 pekat =
HNO3 pekat bening, warna awal tirosin =
pink bening
Setelah HNO3 pekat
ditambahkan dalam larutan
tirosin larutan tetap bening
f. Pengendapan oleh asam asetat
2 mL larutan tirosin + 2 tetes Warna awal CH3COOH =
CH3COOH bening, warna awal tirosin =
pink bening
Setelah CH3OOOH
ditambahkan dalam larutan
tirosin , larutan tetap bening
2. Larutan Gelatin
Warna awal NaOH = bening, warna
awal gelatin = kuning
2mL larutan gelatin + NaOH 40% Setelah keduanya dicampurkan,
terbentuk 2 lapisan (kuning dan
kuning bening
Terbentuk 3 lapisan ( ungu bening,
kuning bening, dan bening)
+ CuSO4 1 %
Uji Millon-Nasse
4. Larutan Tirosin
2mL larutanTirosin + reagen Warna awal reagen merkuri = bening
merkuri sulfat 1% tirosin + reagen merkuri = bening
2.Larutan Gelatin
Larutan berwarna bening
2mL larutan gelatin + formaldehid
encer
Tetap bening
3.Larutan Kasein
Larutan berwarna kruh
2mL larutan kasein + formaldehid Larutan tetap keruh
encer
+ Reagen HgSO4 dan Digojog Larutan menjadi berwarna ungu
beningt,dan tabung reaksi terasa panas
+ H2SO4 pekat perlahan-lahan
melalui dinding tabung dan digojog
Reaksi Xanthoprotein
1.Larutan Putih Telur Larutan terdapat endapan putih
2mL larutan putih telur + HNO3
pekat Larutan menjadi berwarna kuning
Dipanaskan bening
Didinginkan dan + ammonia Larutan mengeluarkan asap berbau
dan terbentuk 3 lapisan, lapisan atas =
kuning keruh, lapisan tengah =
endapan kuning, lapisan bawah =
berwarna kuning bening
2. Larutan Gelatin
2mL larutan gelatin + HNO3 pekat Larutan bening
Dipanaskan Larutan tetap bening
Didinginkan dan + ammonia Larutan mengeluarkan asap berbau
dan larutan tatap bening
3. Larutan Kasein
2mL larutan kasein + HNO3 pekat Larutan berwarna putih keruh
Dipanaskan Larutan tetap putih keruh
Didinginkan dan + ammonia Larutan mengeluarkan asap berbau
dan terbentuk larutan putih keruh
4.Larutan Tirosin
2mL larutan tirosin+ HNO3 pekat Larutan terdapat kuning bening
Dipanaskan Larutan menjadi berwarna kuning
bening
Didinginkan dan + ammonia Larutan mengeluarkan asap berbau
dan larutan kuning
4.Larutan Tirosin
2mL larutan tirosin + NaOH 40% Larutan tercampur
Dimasak (± 1 menit) Tidak ada perubahan
+ 1 tetes latutan Pb asetat Tidak ada perubahan
Reaksi Molish
2. Larutan Gelatin
2mL larutan gelatin + α-naftol dan Terbentuk warna 2 lapisan putih keruh
dikocok dan kuning bening
+ H2SO4 pekat
Mengalami pengendapan namun tidak
terjadi perubahan warna yang
signifikan dari yang sebelumnya
Campuran dikocok Tidak terjadi perubahan
4. Larutan Kasein
2mL larutan kasein + α-naftol Terbentuk warna merah bata
Dikocok Mengalami 2 apisan pada bagian
+ H2SO4 pekat bawah terdapat endpan berwarna putih
keruh dan bagian atas berwarna pink
bening dan tabung terasa panas
Campuran dikocok Tidak terjadi perubahan
5. Larutan Tirosin
2mL larutan tirosin + α-naftol Terbentuk larutan putih keruh
Dikocok Mengalami 2 apisan pada bagian
+ H2SO4 pekat bawah terdapat gelembung dan bagian
atas kuning keruh dan tabung terasa
panas
Campuran dikocok Tidak terjadi perubahan
F. ANALISIS DATA
1. Uji Protein dengan Pengendapan
a. Menggunakan logam berat
H H
+
H +
H
N O N O
H H
CH C + Zn
+
CH C
+
R O R O Zn
b. Menggunakan Asam
Asam nitrat (HNO3) pekat
H H
+
H +
H
N O N O
H H
CH C + H +
CH C
R O R OH
COO- COO-
R R
NH2 NH2
c. Reaksi Hopkins-Cole
O
OH
OH CHO
+
NH2 COO-
NH NH2
CH3
tryptophan
cincin ungu
d. Reaksi Xanthoprotein
HNO3 + NH3 NO2 + NH3 + -OH
H
+ H H
N O + H
H N O
CH C O H
+
CH C
H2C O H + N
H2C O H
O
NO 2
OH
OH
O O
H .. ..
..S OH + Na - OH
.. Na S OH + H2O
NH2 NH2
Na
O O O
2 Na S OH + 2 Pb(CH3COO)2 2PbS + 2 O OH
NH2 NH2
f. Reaksi Molisch
HO H3O+
HO O
HO O
HO -3 OH2
OH OH O
D-glukosa 5-(hidroksimetil)furfural
OH OH
H3O+
HO O
+ 2
OH2
HO
O
O
5-(hidroksimetil)furfural alfa naftol
OH
OH+
[O] H3O+
HO
+
-H -2 e- O
OH
senyawa berwarna ungu
OH+
[O] H3O+
HO
+
-H -2 e- O
OH
senyawa berwarna ungu
G. PEMBAHASAN
Percobaan yang berjudul uji kualitatif protein bertujuan untuk mengidentifikasi
protein secara kimia dengan mengenal sifat pengendapan dan perubahan warna yang
terjadi bila ditambahkan dengan senyawa kimia tertentu. Percobaan ini terdiri atas uji
protein dengan pengendapan (pengendapan oleh logam berat dan pengendapan oleh
asam) dan uji warna protein (uji biuret, Millon-Nase, Xantoprotein, Hopkin-Cole, Uji
Sulfur, dan Molish).
Gelatin adalah senyawa turunan protein yang diperoleh dengan cara
mengekstrak kolagen hewan dan mengeringkannya. Karakteristik gelatin adalah
bening sehingga tembus cahaya, tak berwarna, rapuh (jika kering), dan tak berasa.
Kasein merupakan golongan protein yang komposisinya mencapai 80% dari
komposisi keseluruhan protein susu. Protein kasein memiliki
daerah hidrofobik dan hidrofilik yang bervariasi. Kasein relatif tidak sensitif terhadap
panas, dibutuhkan temperatur diatas 120 °C untuk merusak struktur kasein hingga
menjadi tidak larut dalam air. Di sisi lain, kasein cukup sensitif terhadap pH, maka itu
protein kasein akan mengendap pada titik isoelektriknya. Tirosina (bahasa
Yunani: tyros, berarti keju, karena ditemukan pertama kali dari keju) (bahasa
Inggris: tyrosine, 4-hydroxyphenylalanine, Tyr, Y) merupakan satu dari 20 asam
amino penyusun protein. Ia memiliki satu gugus fenol (fenil dengan satu tambahan
gugus hidroksil). Bentuk yang umum adalah L-tirosina (S-tirosina), yang juga
ditemukan dalam tiga isomer struktur: para, meta, dan orto.
Percobaan pertama yaitu uji protein dengan pengendapan, dimana dilakukan
pengendapan protein dengan logam berat, yaitu ZnSO4. Disiapkan masing-masing
sebanyak 2 mL putih telur, gelatin, kasein, dan tirosin. Kemudian ditambahkan ZnSO4
encer ke masing-masing tabung reaksi dan tidak terjadi perubahan pada keempat
tabung reaksi. Ditambahkan lagi ZnSO4 berlebih, maka putih telur dan tirosin
mengalami pengendapan, tirosin mengalami sedikit pengendapan, sedangkan gelatin
tidak mengalami pengendapan. Pengendapan terjadi karena ion logam berat
membentuk garam proteinat yang tidak larut dalam air. Pengendapan ini terjadi karena
adanya reaksi penetralan muatan antara ion logam dengan anion protein.
Titik isoelektrik protein memiliki kutub negatif dan positif dengan perbandingan sama.
Ketika menambahkan ZnSO4, maka suasana larutan menjadi asam. Protein segera
memposisikan diri sebagai basa dan sebagian sebagai anion. Anion protein inilah yang
bereaksi dengan ion logam berat membentuk endapan. Selanjutnya dilakukan
pengujian dengan asam, digunakan 2 variable asam, yaitu asam kuat (HNO3) dan asam
lemah (CH3COOH). Reaksi pengendapan dengan asam berfungsi untuk membuktikan
bahwa larutan tersebut terdapat protein sehingga pada saat bereaksi dengan asam maka
protein tersebut akan mengendap. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan masing-masing
3mL putih telur, gelatin, kasein, dan tirosin, kemudian ditambahkan HNO3 pekat. Pada
putih telur terbentuk 3 lapisan (bening keruh, putih, dan bening), gelatin (lapisan
minyak di tengah), kasein (bening dan terdapat asap putih), ddan tirosin (tetap bening).
Dengan perlakuan yang sama digunakan pereaksi yang berbeda yaitu CH3COOH,
diperoleh pada putih telur (keruh dan terdapat gelembung), gelatin (kuning pekat),
kasein (putih keruh), dan tirosin (tetap bening). Protein memiliki muatan positif dan
negative yang sama. Pada saat inilah protein mengalami koagulasi. Penambahan asam
ke dalam larutan menyebabkan ion-ion H+ dari asam akan terikat pada gugus-gugus
yang bermuatan negative sehingga terjadi perubahan pengutuban dari molekul protein.
Perubahan pengutuban tersebut menyebabkan perubahan konformasi dari protein atau
rusaknya struktur tersier atau kuartener protein sehingga protein mengalami koagulasi.
Panas dapat digunakan untuk megacaukan ikatan hydrogen dan protein mengalami
kekeruhan terbesar pada saat mencapai PH isoelektrik yaitu PH dimana reaksi
hidrofobik non polar. Hal ini terjadi karena suhu tinggi dapat meningkatkan energy
kinetic dan menyebabkan molekul penyusun protein bergerak atau bergetar sangat
cepat sehingga mengacaukan ikatan molekul tersebut.
Percobaan yang kedua yaitu uji warna, terdiri atas uji biuret, Millon-Nase,
Hopkin-Cole, Xantoprotein, Sulfur, dan Molish. Uji biuret dilakukan untuk
mengetahui adanya ikatan peptida dalam protein.Larutan peptida yang ditambahkan
NaOH dan CuSO4 menghasilkan warna ungu. Hal tersebut terjadi karena Cu akan
berikatan dengan N dalam kondisi basa menghasilkan Cupripotasium biuret yang
berwarna ungu. Jadi pada percobaan terbukti bahwa protein yang diuji memiliki ikatan
peptida.Menurut Sastrohamidjojo (2009), dalam tes biuret, larutan protein dibuat
alkali dengan menambah NaOH dan ditetesi larutan CuSO4 (reagen biuret), jika uji
positif berwarna ungu.Hal tersebut terjadi karena protein mengandung gugus karboksil
dan asam amida, selain itu juga ada faktor yang mempengaruhi yaitu penambahan
NaOH dan CuSO4. Pada percobaan, masing-masin tabung reaksi (variable uji berbeda)
ditambahkan NaOH 40%, pada putih telur terbentuk 2 lapisan (kuning bening dan
putih bening), gelatin juga terbentuk 2 lapisan (kuning dan kuning bening),begitupun
dengan kasein, dan tirosin terbentuk 2 lapisan (kuning bening dan bening). Kemudian,
ditambahkan CuSO4, pada putih telur terbentuk 3 lapisan (ungu, kuning bening, dan
putih), gelatin juga terbentuk 3 lapisan (ungu bening, kuning bening, dan bening),
sedangkan pada kasein dan tirosin terbentuk 2 lapisan (ungu bening dan bening).
Berdasarkan hasil percobaan, putih telur, gelatin, kasein, dan tirosin positif (+)
mengandung ikatan peptida.
Uji Millon dilakukan untuk mengetahui adanya asam amino tirosin pada
protein.Larutan albumin yang ditambahkan HgSO4 yang sudah dididihkan dengan cara
pemanasan selama 10 menit, kemudian didinginkan dengan mengalirkan air kran lalu
ditambahkan kristal NaNO3 kemudian dipanaskan kembali , menghasilkan endapan
berwarna merah bata yang menunjukkan bahwa reaksinya positif. Berdasarkan prinsip
kerja, Hg akan berikatan dengan gugus hidroksifenil yang terdapat pada asam amino
tirosin. Hg yang juga ditambhkan NaNO3 akan berikatan membentuk HgNO3 yang jika
dipanaskan akan membentuk endapan warna merah. Berdasarkan percobaan yang
telah dilakukan, pada saat Merkuri sulfat ditambahkan pada putih telur terbentuk
endapan putih, kasein berubah warna menjadi putih keruh, sedangkan gelatin dan
tirosin tetap berwarna bening. Setelah ditambahkan NaNO2 1%, pada putih telur
larutan tetap bening dan terbentuk endapan putih, sedangkan pada gelatin, kasein, dan
tirosin tidak mengalami perubahan. Terakhir dipanaskan, baik putih telur, gelatin,
kasein, dan tirosin berubah warna menjadi merah muda (pink). Hal ini tidak sesuai
dengan teori, seharusnya ketika reaksi Milllon dillakukan terjadi perubahan warna
menjadi merah bata. Sehingga, berdasarkan hasil percobaan negatif (-) mengandung
asam amino tirosin. Ketidaksesuai dengan teori ini dapat terjadi akibat bahan yang
digunakan terlalu lama dan/atau ketidaktelitian praktikan dalam mengamati.
Uji Hopskin Cole dilakukan untuk mengetahui adanya asam amino triptpophan
pada asam amino.Reaksi yang terjadi menghasilkan warna biru tua keunguan.Hal
tersebut menunjukan adanya koagulasi gugus aldehid dari formaldehid dengan gugus
indol dari asam amino triptophan yang terdapat pada albumin.Koagulasi adalah
penggumpalan yang terjadi karena kedua larutan sudah mencapai titik
isoelektriknya.Secara garis besar, titik isoelektrik merupakan titik bertemunya muatan
kedua gugus karena memiliki jumlah muatan yang sama. Harga titik isoelektrik
mempengaruhi cepatnya protein menggumpal.Semakin titik isoelektriknya mendekati
pH netral, semakin mudah protein tersebut menggumpal. Pada percobaan ditambahkan
formaldehida encer, pada putih telur terbentuk endapan putih, pada kasein berubah
warna menjadi keruh, sedangkan pada gelatin dan tirosin berwarna bening. Kemudian
ditambahan HgSO4 (digojog) dan tidak terjadi perubahan. Setelah itu ditambahkan
H2SO4 pekat (digojog), pada putih telur terbentuk 2 lapisan (endapan putih dan merah
bata), gelatin dan tirosin tetap bening, sedangkan kasein berubah warna menjadi ungu
bening. Berdasrkan hasil percobaan yang telah dilakukan hanya kasein yang positif (+)
mengandung asam amino triptophan. Triptofan (bahasa Inggris: tryptophan, TRP, W)
merupakan satu dari 20 asam amino penyusun protein yang bersifat esensial bagi
manusia. Bentuk yang umum pada mamalia adalah, seperti asam amino lainnya, L-
triptofan.
Tujuan dilakukannya uji Xanthoprotein adalah untuk mengetahui adanya asam
amino aromatik pada protein yang meliputi tirosin, triptophan, dan
fenilalanin.Percobaan yang dilakukan menghasilkan endapan kuning.Setelah
penambahan HNO3, warna kuningnya semakin pekat.Sesuai dengan prinsip
percobaan, inti benzena (terdapat pada asam amino aromatik) ternitrasi oleh NH4OH
yang menyebabkan warnanya menjadi kuning. Percobaan yang dilakukan pada setiap
variable percobaan ditambahkan HNO3 pekat, kemudian dipanaskan dan didingkan,
setelah itu ditambahkan amonia. Pada putih telur terbentuk 3 lapisan (kuning keruh,
endapan kuning, dan kuning bening), gelatin tetap berwarna bening, begitupun dengan
kasein tetap berwarna putih keruh, sedangkan kasein kuning bening. Dari hasil
tersebut diketahui bahwa putih telur dan tirosin positif (+) merupakan asam amino
aromatik.
Uji sulfur yaitu reaksi yang bertujuan untuk mengetahui asam amino yang
mengandung unsur S dengan reaksi positif berupa terbentuknya endapan PbS hitam
setelah protein alkali garam dan dipanaskan. Alkali garam berguna untuk melepas S
organik menjadi S anorganik. Pb berfungsi sebagai donor Pb2+ . Pada percobaan
ditambahkan NaOH 40%, putih telur terbentuk 2 lapisan (kuning bening dan endapan
putih), gelatin terbentuk endapan putih, sedangkan kasein dan tirosin tidak mengalami
perubahan. Kemudian dipanaskan selama 1 menit dan ditambahkan 1 tetes Pb asetats,
putih telur dna gelatin yang berubah warna menjadi hitam, sedangkan kasein dan
tirosin tidak mengalami perubahan warna. Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan
bahwa putih telur dan gelatin yang positif (+) mengandung sulfur.
Uji Molisch dilakukan untuk mengidentifikasi gugus karbohidrat pada
protein.Albumin yang ditambah reagen Molisch dan H2SO4 pekat menghasilkan
larutan berwarna merah hati yang mengandung sedikit gelembung dan terdapat warna
ungu yang membentuk semacam cincin. Sakarida jika dipanaskan dalam asam kuat
akan terdehidrasi menjadi furfural, yang jika ditambahkan alfa naftol atau timol
menghasilkan senyawa berwarna. Albumin yang merupakan protein, jika diuji dengan
uji Molisch menunjukkan positif, berarti protein tersebut mengandung sakarida. Hal
ini menunjukkan bahwa albumin merupakan protein yang dapat mengikat senyawa
atau unsur lain, seperti sakarida. Dari hasil percobaan yang dilakukan setelah
ditambahkan a-naftol, kemudian ditambahkan H2SO4 pekat dan terakhir digojok,
hanya putih telur yang membentuk cincin ungu. Hal tersebut membuktikan bahwa
putih telur positif (+) mengandung gugus karbohidrat.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
uji protein dengan pengendapan (pengendapan dengan logam berat dan asam). Pada
pengendapan dengan logam berat, putih telur, kasin dan tirosin mengalami
pengendapan, sedagkan gelatin tidak mengendap. Pengendapan oleh asam (HNO3 dan
CH3COOH) tidak mengalami pengendapan pada keempat sampel percobaan. Uji
warna protein dilakukan dengan beberapa pereaksi yaitu Biuret, Millon-Nasem
Hopkin-Cole, Xantoprotein, Sulfur, dan Molish. Pada uji biuret, keempat sampel
positif (+) mengandung ikatan polipeptida. Uji Millon-Nase negatif (-) pada keempat
sample. Uji Hopkin-Cole hanya kasein yang positif (+) mengandung asam amino
tirosin. Pada uji Xantoprotein, putih telur dan tirosin yang menunjukkan hasil positif
(+) menunjukkan adanya asam amino aromatik. Uji sulfur positif (+) pada putih telur
dan gelatin. Terakhir uji Molish positif (+) hanya pada putih telur.
DAFTAR PUSTAKA
Deutz, N.E.P, J.M. Bauer, R. Barazzonic. G.Biolo, Y. Boirie, A.B. Westphal, T. Cederholm,
A. Cruz-Jentofth, Z. Krznarici, K.S. Nair, P. Singer, D. Teta, K. Tipton, dan P.C.
Calder. 2014. Protein intake and exercise for optimal muscle function with aging:
Recommendations from the ESPEN Expert Group. Journal Clin Nutr. 33(6):929-
936.
Elfita, L. 2014. Analisis Profil Protein Dan Asam Amino Sarang Burung Walet (Collocalia
Fuchiphaga) Asal Painan. Jurnal Sains Farmasi & Klinis. 1(1):27-37.
Fessenden, Ralph J dan Joan S. Fessenden. 1989. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Kristiani, Elizabeth. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia. Salatiga: UKSW.
Nurilmala, M, T. Nurhayati, dan R. Roskananda. 2018. Limbah Industri Filet Ikan Patin
untuk Hisrolisat Protein. 287-21(2): 294
Poedjiadi, Anna, dan F.M. Titin Supriyanti. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: VIPress.
Pujiati, A.Sulistyarsi,dan M.W Ardhi. 2017. Analisa Kadar Protein Crude Enzim Selulase
dari Kapang Rhizopuz Sp Pada Substrat Ampas Tebu Hasil Isolasi dari Kebun
Cengkeh, Kare, Madiun. Jurnal Biota. 3(1):26-30.
Phillips, Stuart M. 2014. A Brief Review of Higher Dietary Protein Diets in Weight Loss: A
Focus on Athletes. Journal Sport Med. 1(1): 149-153
BIOKIMIA
ACARA I
Disusun oleh:
NIM : G1C016052
UNIVERSITAS MATARAM
2018