You are on page 1of 7

Amalan Utama di Awal Dzulhijah

Tips Menghafal bulan Hijriyah

alkisah sebuah keluarga yang hidup bahagia, kepala kelurganya


bernama ☑MUSHO Ia mempunyai istri yang sholih bernama
☑RORO Dan mempunyai pembantu bernama ☑JUJU dari hasil
pernikahan mereka lahir 2 orang bayi kembar yang lucu, karena
kembar namanya sama. yaitu ☑ROSYA & ☑ROSYA selang
beberapa tahun kemudian lahir anak ketiga yang imut, tembem
dan menggemaskan diberi nama ☑DZUL DZUL.

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita
Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Alhamdulillah, bulan Dzulhijah telah menghampiri kita. Bulan mulia dengan
berbagai amalan mulia terdapat di dalamnya. Lantas apa saja amalan utama yang
bisa kita amalkan di awal-awal Dzulhijah? Moga tulisan sederhana berikut bisa
memotivasi saudara untuk banyak beramal di awal Dzulhijah.

“ ‫ص ََّلنَا‬ َ ُ‫سعَةٌ َولَ ْم ي‬


َ ‫ فَ ََل يَ ْق َربَ َّن ُم‬,‫ض ِّح‬ َ ُ‫” َم ْن َكانَ لَه‬
Baca Selengkapnya : https://rumaysho.com/3623-hukum-kurban-itu-sunnah.html

Keutamaan Sepuluh Hari Pertama Dzulhijah

Adapun keutamaan beramal di sepuluh hari pertama Dzulhijah diterangkan dalam


hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berikut,

‫ قَالُوا َيا‬.‫َّام ْال َع ْشر‬


َ ‫ يَ ْعنى أَي‬.» ‫َّللا م ْن هَذه األَيَّام‬ َّ ‫« َما م ْن أَي ٍَّام ْال َع َم ُل ال‬
َّ ‫صال ُح في َها أ َ َحبُّ إلَى‬
‫َّللا إالَّ َر ُج ٌل خ ََر َج بنَ ْفسه‬
َّ ‫سبيل‬َ ‫َّللا قَا َل « َوالَ ْالج َهادُ فى‬ َّ ‫سبيل‬ َ ‫َّللا َوالَ ْالج َهادُ فى‬ َّ ‫سو َل‬ُ ‫َر‬
.» ٍ‫ش ْىء‬ َ ‫َو َماله فَلَ ْم َي ْرج ْع م ْن ذَل َك ب‬

“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh
yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para
sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat
jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.“[1]

Dalil lain yang menunjukkan keutamaan 10 hari pertama Dzulhijah adalah firman
Allah Ta’ala,

‫َولَ َيا ٍل َع ْش ٍر‬

“Dan demi malam yang sepuluh.” (QS. Al Fajr: 2). Di sini Allah menggunakan
kalimat sumpah. Ini menunjukkan keutamaan sesuatu yang disebutkan dalam
sumpah.[2] Makna ayat ini, ada empat tafsiran dari para ulama yaitu: sepuluh
hari pertama bulan Dzulhijah, sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, sepuluh hari
pertama bulan Ramadhan dan sepuluh hari pertama bulan Muharram.[3] Malam
(lail) kadang juga digunakan untuk menyebut hari (yaum), sehingga ayat tersebut
bisa dimaknakan sepuluh hari Dzulhijah.[4] Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan
bahwa tafsiran yang menyebut sepuluh hari Dzulhijah, itulah yang lebih tepat.
Pendapat ini dipilih oleh mayoritas pakar tafsir dari para salaf dan selain mereka,
juga menjadi pendapat Ibnu ‘Abbas.[5]

Lantas manakah yang lebih utama, apakah 10 hari pertama Dzulhijah ataukah 10
malam terakhir bulan Ramadhan?

Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Zaadul Ma’ad memberikan penjelasan yang


bagus tentang masalah ini. Beliau rahimahullah berkata, “Sepuluh malam terakhir
bulan Ramadhan lebih utama dari sepuluh malam pertama dari bulan Dzulhijjah.
Dan sepuluh hari pertama Dzulhijah lebih utama dari sepuluh hari terakhir
Ramadhan. Dari penjelasan keutamaan seperti ini, hilanglah kerancuan yang ada.
Jelaslah bahwa sepuluh hari terakhir Ramadhan lebih utama ditinjau dari
malamnya. Sedangkan sepuluh hari pertama Dzulhijah lebih utama ditinjau dari
hari (siangnya) karena di dalamnya terdapat hari nahr (qurban), hari ‘Arofah dan
terdapat hari tarwiyah (8 Dzulhijjah).”[6]

Sebagian ulama mengatakan bahwa amalan pada setiap hari di awal Dzulhijah
sama dengan amalan satu tahun. Bahkan ada yang mengatakan sama dengan
1000 hari, sedangkan hari Arofah sama dengan 10.000 hari. Keutamaan ini semua
berlandaskan pada riwayat fadho’il yang lemah (dho’if). Namun hal ini tetap
menunjukkan keutamaan beramal pada awal Dzulhijah berdasarkan hadits shohih
seperti hadits Ibnu ‘Abbas yang disebutkan di atas.[7] Mujahid mengatakan,
“Amalan di sepuluh hari pada awal bulan Dzulhijah akan dilipatgandakan.”[8]

6 Amalan Utama di Awal Dzulhijah

Ada 6 amalan yang kami akan jelaskan dengan singkat berikut ini.

`1 Pertama: Puasa

Berpuasa Selama Hari-Hari Tersebut, Atau Pada Sebagiannya, Terutama


Pada Hari Arafah.
Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling
utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist
Qudsi :

‫ انه ترك شهوته وطعامه‬، ‫الصوم لي وأنا أجزي به‬


‫وشرابه من أجلي‬
“Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya.
Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya
semata-mata karena Aku”.
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ إال باعد هللا بذلك‬، ‫ما من عبد يصوم يوما ً في سبيل هللا‬
‫اليوم وجهه عن النار سبعين خريف‬
“Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah
pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama
tujuh puluh tahun”. [Hadits Muttafaqun ‘Alaih].
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah rahimahullah bahwa
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫صيام يوم عرفة أحتسب على هللا أن يكفر السنة التي قبله‬
‫ والتي بعده‬.
“Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur
dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya”.

Disunnahkan untuk memperbanyak puasa dari tanggal 1 hingga 9 Dzulhijah


karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendorong kita untuk beramal sholeh
ketika itu dan puasa adalah sebaik-baiknya amalan sholeh.

Dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan,

َّ ‫سو ُل‬
- ‫َّللا‬ ُ ‫ت َكانَ َر‬ْ َ‫ قَال‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ع ْن بَ ْعض أ َ ْز َواج النَّبى‬ َ
َ‫ورا َء َوثَالَثَة‬
َ ‫ش‬ُ ‫عا‬َ ‫صو ُم ت ْس َع ذى ْالح َّجة َويَ ْو َم‬ ُ َ‫ ي‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬
َ ‫ش ْهر َو ْالخَم‬
.‫يس‬ َّ ‫ش ْه ٍر أ َ َّو َل اثْنَيْن منَ ال‬
َ ‫أَي ٍَّام م ْن ُكل‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal
Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap
bulannya[9], …”[10]

Di antara sahabat yang mempraktekkan puasa selama sembilan hari awal


Dzulhijah adalah Ibnu ‘Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan
Qotadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut. Inilah
yang menjadi pendapat mayoritas ulama. [11]

Kedua: Takbir dan Dzikir

Yang termasuk amalan sholeh juga adalah bertakbir, bertahlil, bertasbih,


bertahmid, beristighfar, dan memperbanyak do’a. Disunnahkan untuk mengangkat
(mengeraskan) suara ketika bertakbir di pasar, jalan-jalan, masjid dan tempat-
tempat lainnya.

Imam Bukhari rahimahullah menyebutkan,

‫ َواألَيَّا ُم ْال َم ْعدُودَاتُ أَيَّا ُم الت َّ ْشريق‬، ‫ت أَيَّا ُم ْال َع ْشر‬


ٍ ‫َّللاَ فى أَي ٍَّام َم ْعلُو َما‬
َّ ‫َّاس َوا ْذ ُك ُروا‬
ٍ ‫عب‬ َ ‫َوقَا َل اب ُْن‬
‫س‬ُ ‫ َويُ َكب ُر النَّا‬، ‫سوق فى أَيَّام ْالعَ ْشر يُ َكب َران‬ ُّ ‫ع َم َر َوأَبُو ُه َري َْرة َ يَ ْخ ُر َجان إلَى ال‬
ُ ‫ َو َكانَ اب ُْن‬.
. ‫ف النَّافلَة‬ َ ‫ َو َكب ََّر ُم َح َّمدُ ب ُْن َعل ٍى خ َْل‬. ‫بت َ ْكبيره َما‬
Ibnu ‘Abbas berkata, “Berdzikirlah kalian pada Allah di hari-hari yang ditentukan
yaitu 10 hari pertama Dzulhijah dan juga pada hari-hari tasyriq.” Ibnu ‘Umar dan
Abu Hurairah pernah keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama Dzulhijah, lalu
mereka bertakbir, lantas manusia pun ikut bertakbir. Muhammad bin ‘Ali pun
bertakbir setelah shalat sunnah.[12]

Catatan:

Perlu diketahui bahwa takbir itu ada dua macam, yaitu


takbir muthlaq (tanpa dikaitkan dengan waktu tertentu) dan
takbir muqoyyad (dikaitkan dengan waktu tertentu).

Takbir yang dimaksudkan dalam penjelasan di atas adalah sifatnya muthlaq,


artinya tidak dikaitkan pada waktu dan tempat tertentu. Jadi boleh dilakukan di
pasar, masjid, dan saat berjalan. Takbir tersebut dilakukan dengan mengeraskan
suara khusus bagi laki-laki.

Sedangkan ada juga takbir yang sifatnya muqoyyad, artinya dikaitkan dengan
waktu tertentu yaitu dilakukan setelah shalat wajib berjama’ah[13].

Takbir muqoyyad bagi orang yang tidak berhaji dilakukan mulai dari shalat
Shubuh pada hari ‘Arofah (9 Dzulhijah) hingga waktu ‘Ashar pada hari tasyriq
yang terakhir. Adapun bagi orang yang berhaji dimulai dari shalat Zhuhur hari
Nahr (10 Dzulhijah) hingga hari tasyriq yang terakhir.

Cara bertakbir adalah dengan ucapan: Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaha
illallah, Wallahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahil Hamd.

Ketiga: Menunaikan Haji dan Umroh


Yang paling afdhol ditunaikan di sepuluh hari pertama Dzulhijah adalah
menunaikan haji ke Baitullah. Silakan baca tentang keutamaan amalan

Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits
shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain : sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
‫العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له‬
‫جزاء إال الجنة‬
“Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di
antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah
Surga”.
Keempat: Memperbanyak Amalan Sholeh

Sebagaimana keutamaan hadits Ibnu ‘Abbas yang kami sebutkan di awal tulisan,
dari situ menunjukkan dianjurkannya memperbanyak amalan sunnah seperti
shalat, sedekah, membaca Al Qur’an, dan beramar ma’ruf nahi mungkar.

Berupa ibadah sunat seperti : shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur’an,


amar ma’ruf nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan
tersebut pada hari itu dilipat gandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang
tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai
Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal
ibadah yang utama, sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat
utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.
rta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu”. [Muttafaqun ‘Alaihi].

Kelima: Berqurban

Di hari Nahr (10 Dzulhijah) dan hari tasyriq disunnahkan untuk berqurban
sebagaimana ini adalah ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Silakan baca tentang
keutamaan qurban

Berkurban Pada Hari Raya Qurban Dan Hari-Hari Tasyriq.


Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, yakni ketika Allah Ta’ala
menebus putranya dengan sembelihan yang agung. Diriwayatkan bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
‫وقد ثبت أن النبي صلى هللا عليه وسلم ضحى بكبشين أملحين‬
‫أقرنين ذبحهما بيده وسمى وكبر ووضع رجله على صفاحهما‬
“Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan
bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama
Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu”.
[Muttafaqun ‘Alaihi].
Keenam: Bertaubat

Termasuk yang ditekankan pula di awal Dzulhijah adalah bertaubat dari berbagai
dosa dan maksiat serta meninggalkan tindak zholim terhadap sesama.

Sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Maksiat adalah


penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba dari Allah, dan keta’atan adalah
penyebab dekat dan cinta kasih Allah kepadanya.
Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

‫ان هللا يغار وغيرة هللا أن يأتي المرء ما حرم‬


‫هللا علي‬
“Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala
seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya” [Hadits
Muttafaqun ‘Alaihi].

Intinya, keutamaan sepuluh hari awal Dzulhijah berlaku untuk amalan apa saja,
tidak terbatas pada amalan tertentu, sehingga amalan tersebut bisa shalat,
sedekah, membaca Al Qur’an, dan amalan sholih lainnya.[14]

Sudah seharusnya setiap muslim menyibukkan diri di hari tersebut (sepuluh hari
pertama Dzulhijah) dengan melakukan ketaatan pada Allah, dengan melakukan
amalan wajib, dan menjauhi larangan Allah.[15]

Kedelapan: Dilarang Mencabut Atau Memotong Rambut Dan Kuku Bagi


Orang Yang Hendak Berkurban.
Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah Radhiyallhu ‘anha
bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
‫إذا رأيتم هالل ذي الحجة وأراد أحدكم أن يضحي فليمسك عن شعره‬
‫وأظفاره‬
“Jika kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu
ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut
dan kukunya”.
Dalam riwayat lain :

‫فال يأخذ من شعره وال من أظفاره حتى يضحي‬


“Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya
sehingga ia berkurban”.
Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang
menuntun hewan kurbannya. Firman Allah.

ُ ‫س ُك ْم َحتَّى يَ ْبلُ َغ ْال َه ْد‬


‫ي َمحلَّه‬ َ ‫َوال تَ ْحلقُوا ُر ُءو‬
“….. dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu,
sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan…”. [al-
Baqarah/2 : 196].
Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang
berkurban saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-
masing dari mereka berkurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut serta
menggosoknya, meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Segala puji bagi Allah yang


dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

You might also like