Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Kematian bayi dapat terjadi setelah dilahirkan maupun saat masih di dalam kandungan atau disebut dengan intra uterine
fetal death (IUFD). Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and Gynecologists yang disebut IUFD adalah
janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20
minggu atau lebih. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya IUFD yaitu faktor ibu, faktor janin, dan faktor tali
pusat. Faktor penyakit ibu salah satunya preeklampsia dipercaya berperan penting dalam kejadian kematian janin intrauterin.
Pre eklampsia dan eklampsia merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas ibu dan bayinya. Preeklampsia
merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu sampai segera
setelah persalinan. Pre eklampsia diyakini menimbulkan iskemik uteroplasenta yang dapat menurunkan suplai oksigen dan
nutrisi ke janin yang dapat mengganggu pertumbuhan janin hingga kematian janin dalam kandungan. Insiden pre eklampsia
adalah 7-10% dari kehamilan dan merupakan penyebab kematian ibu nomor dua di Indonesia. Berdasarkan penelitian WHO
di seluruh dunia, terdapat kematian bayi sebesar 10.000.000 jiwa per tahun. Diantara Negara ASEAN lainnya, Indonesia
merupakan Negara dengan angka kematian perinatal tertinggi.
Korespondensi : Anggun Chairunnisa Chrisna Putri, Jl. Pulau Legundi Gg. Sukma No. 21 Sukarame Bandar lampung,
HP 08117201819, e-mail anggunchairunnisaa@gmail.com
angka kematian bayi mencapai 32/1.000 dapat ditemukan tinggi fundus lebih rendah
kelahiran hidup.2 dari seharusnya umur kehamilan, tidak teraba
Penyebab kematian bayi diantaranya gerakan-gerakan janin dan dengan palpasi yang
yaitu faktor maternal, fetal dan plasental . teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada
Faktor maternal yaitu, umur ibu, umur tulang kepala janin. Pada auskultasi baik
kehamilan dan penyakit yang diderita oleh ibu memakai stetoskop, monoaural maupun
seperti preeklampsia, eklampsia, diabetes dengan doptone tidak terdengar denyut
mellitus, dan ketuban pecah dini (KPD). Faktor jantung janin (DJJ). Reaksi kehamilan baru
fetal yaitu hamil kembar, kelainan kongenital. negatif setelah beberapa minggu janin mati
Faktor plasental yaitu kelainan tali pusat, lilitan dalam kandungan.6
tali pusat, solusio plasenta dan plasenta Adapun faktor resiko IUFD dibagi
previa.3 menjadi 3 yaitu : faktor resiko ibu, faktor resiko
janin dan faktor tali pusat. Faktor ibu meliputi
Isi umur, paritas, pemeriksaan antenatal dan
Menurut WHO dan The American penyakit yang diderita oleh ibu (anemia,
College of Obstetricians and Gynecologists preeklampsi dan eklampsi, solusio plasenta,
yang disebut kematian janin adalah janin yang diabetes mellitus, rhesus iso-imunisasi, infeksi
mati dalam rahim dengan berat badan 500 dalam kehamilan, ketuban pecah dini, dan
gram atau lebih atau kematian janin dalam letak lintang). Faktor janin meliputi kelainan
rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. kongenital dan infeksi intranatal. Faktor
Kematian janin merupakan hasil akhir dari kelainan tali pusat yaitu kelainan insersi tali
gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, pusat, simpul tali pusat dan lilitan tali pusat.7
atau infeksi.3 Preeklampsia sebagai penyulit
Belum diketahui secara pasti penyebab kehamilan sering ditemukan dan merupakan
kematian janin di dalam kandungan. Beberapa satu dari tiga besar yang masih menjadi
penyebab yang bisa mengakibatkan kematian penyebab utama kematian ibu di dunia, selain
janin dalam kandungan, antara lain : perdarahan dan infeksi. Insiden preeklampsia
1) Perdarahan : plasenta dan solusio 5–7% dari seluruh kehamilan. Preeklampsia
plasenta menyebabkan 16% kematian maternal dan
2) Preeklampsia dan eklampsia 45% kematian perinatal baik secara langsung
3) Penyakit-penyakit kelainan darah maupun tidak langsung. Komplikasi pada ibu
4) Penyakit infeksi dan penyakit menular berupa sindroma hemolisis, elevated liver
5) Penyakit saluran kencing enzym, and low platelet count (HELLP), edema
6) Penyakit endokrin : diabetes mellitus paru, gangguan ginjal, perdarahan, solusio
7) Malnutrisi. 4 plasenta bahkan kematian ibu. Komplikasi
Untuk mendiagnosis IUFD ditentukan pada bayi dapat berupa kelahiran prematur
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan gawat janin, berat badan lahir rendah dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, IUFD.8
dapat ditemukan keluhan-keluhan seperti Preeklampsia didefinisikan sebagai
pasien tidak merasakan gerakan janin dalam hipertensi disertai proteinuria, merupakan
beberapa hari, atau gerakan janin sangat suatu gangguan multisistem yang terjadi
berkurang, pasien merasakan perutnya tidak setelah usia kehamilan 20 minggu. Eklampsia
bertambah besar, bahkan bertambah kecil adalah preeklampsia yang disertai dengan
atau kehamilan tidak seperti biasa dan pasien kejang. Preeklampsia dan eklampsia
merasakan belakangan ini perutnya sering berkontribusi terhadap 10-15% dari total
menjadi keras dan merasa sakit-sakit seperti kematian ibu di dunia. Sebagian besar
mau melahirkan. Sedangkan pemeriksaan fisik kematian di negara berkembang diakibatkan
dapat dilakukan dengan inspeksi, palpasi, dan oleh eklampsia, sementara di negara maju
auskultasi.5 lebih sering disebabkan oleh komplikasi dari
Pada inspeksi, tidak terlihat gerakan- preeklampsia.9
gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat Adanya peningkatan risiko kematian
terutama pada pasien yang kurus. Pada palpasi janin pada kehamilan yang didiagnosis dengan
preeklampsia pada periode prematur.10 Risiko untuk IUFD adalah keterbatasan pertumbuhan
janin dengan preeklampsia 86 kali lipat lebih janin, hal ini menekankan pentingnya peran
tinggi pada minggu ke 26, hampir 50 kali lipat plasenta dalam mengoptimalkan pertumbuhan
lebih tinggi pada minggu ke 27, dan lebih dari janin.13
35 kali lipat lebih tinggi pada minggu ke 28. Sebuah penelitian di India yang
Bahkan dalam minggu ini 34, risiko janin dilakukan oleh Jayashree dkk (2017)
meningkat lebih banyak dari 7 kali lipat. Risiko mengungkapkan bahwa preeklampsia
janin yang meningkat ini masuk akal karena merupakan penyebab paling umum pada
adanya gangguan fungsi plasenta yang kematian janin intrauterin. Sehingga, pada
menyebabkan preeklampsia.11 wanita hamil yang terdeteksi mengalami
Berbagai teori telah diajukan untuk preeklampsia harus diterapi dengan tepat.
memahami mekanisme pasti penyebab Terapi meliputi pemantauan tekanan darah
perubahan patologis pada preeklampsia dan secara teratur, disertai dengan pemantauan
eklampsia. Adapun beberapa teori tersebut parameter lain seperti pertumbuhan janin,
yaitu teori kelainan vaskularisasi plasenta, teori fungsi hati dan fungsi ginjal, serta fungsi
kerusakan sel endotel, teori imunologis, dan koagulasi. Dengan adanya pemantauan ini,
teori genetik.3 diharapkan preeklampsia dapat dideteksi pada
Teori penyebab preeklampsia yang tahap awal dan jika diperlukan, dapat merujuk
pertama kali dikemukakan adalah teori ke pusat kesehatan yang lebih memadai
kelainan vaskularisasi plasenta yang sehingga komplikasi dari preeklampsia dapat
menunjukkan kegagalan remodelling arteri dihindari.14
spiralis. Invasi sel-sel trofoblas pada lapisan Penatalaksanaan preeklampsia berat
otot arteri spiralis tidak terjadi pada melibatkan keseimbangan antara
preeklampsia sehingga arteri spiralis gagal kesejahteraan ibu dan janin. Ada dilema lebih
bervasodilatasi. Vasodilatasi arteri spiralis ini lanjut berkenaan dengan janin, dimana
terjadi pada kehamilan normal dan penting persalinan dini (lebih awal) dapat mencegah
untuk menjaga aliran darah ke janin sehingga kematian janin namun dapat menyebabkan
dapat meningkatkan perfusi jaringan dan bahaya morbiditas dan mortalitas neonatal.15
menjamin pertumbuhan janin dengan baik.3 Sebuah tinjauan Cochrane baru-baru ini
Kegagalan remodelling arteri spiralis terjadi menilai konsekuensi janin dari persalinan
pada preeklampsia, pembuluh darah tetap segera dibandingkan dengan persalinan
kaku sehingga menyebabkan hipoperfusi dan tertunda pada kehamilan dengan preeklampsia
iskemia plasenta. Kondisi iskemia akan memicu berat (sebelum 34 minggu). Rasio
plasenta menghasilkan oksidan (radikal bebas) kelangsungan hidup janin antara persalinan
yang dapat mengakibatkan kerusakan sel segera dengan persalinan yang ditunda adalah
endotel. Iskemia juga dapat berkembang sama. Pengambilan keputusan klinis akan
menjadi aterosis, nekrosis fibrin, trombosis, bergantung pada penilaian klinis dan gambaran
penyempitan arteriola, dan infark plasenta.12 klinis spesifik ibu dan janin.16
Preeklampsia merupakan salah satu Penatalaksanaan pasien IUFD
faktor resiko IUFD, dimana preeklampsia dibagi menjadi 2 yaitu tatalaksana aktif
merupakan faktor penyakit yang diderita oleh dan tatalaksana pasif.
ibu. Pada preeklampsi terjadi spasme Tatalaksana aktif meliputi :
pembuluh darah disertai dengan retensi garam 1) Untuk rahim yang usianya 12 minggu atau
dan air. Jika semua arteriola dalam tubuh kurang dapat dilakukan dilatasi atau
mengalami spasme, maka tekanan darah akan kuretase.
naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan 2) Untuk rahim yang usia lebih dari 12
tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat minggu, dilakukan induksi persalinan
dicukupi. Maka aliran darah menurun ke dengan oksitosin. Untuk oksitosin
plasenta dan menyebabkan gangguan diperlukan pembukaan serviks dengan
pertumbuhan janin dan karena kekurangan pemasangan kateter foley intra uterus
oksigen terjadi gawat janin.4 Menurut Kotweg selama 24 jam.17
dkk (2008), penyebab yang paling penting