You are on page 1of 39

MAKALAH BIOKIMIA I

HORMON

Disusun Oleh: Kelompok VI

HENI FARIDA H (A1C109026)

ZUNARTA YAHYA (A1C109027)

NOVIYANTI (A1C109028)

LIA SETIA FUTRI (A1C109029)

WIDI PURWA (A1C109030)

LARA ASTRIANDA (A1C109031)

MITA ANDRIANI (A1C109032)

SHINTA FAJAR. R (A1C109033)

Dosen Pengampu:
Dra. M. Dwi Wiwik Eernawati, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2010/2011

Hormon 1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Organisme multiseluler memerlukan mekanisme untuk komunikasi antar sel
agar dapat memberi respon dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan eksternal
dan internal yang selalu berubah.
Sistem Endokrin dan susunan saraf merupakan alat utama dimana tubuh
mengkomunikasikan antara berbagai jaringan dan sel. Sistem saraf sering di pandang
sebagai pembawa pesan melalui sistem stuktural yang tetap. Sistem Endokrim
dimana berbagai macam “Hormon” di sekresikan oleh kelenjar spesifik, di angkut
sebagai pesan yang bergerak untuk bereaksi pada sel atau organ targetnya (definisi
klasik dari hormon).
Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sel untuk mencari sel
target. Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor
tertentu pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal.
Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan
mempengaruhi ekspresi genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular, termasuk
di antaranya adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis
(kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan,
pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin, dan
perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan menopause).
Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan
hormon lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua
organisme multiselular.

1.2 Rumusan masalah


a. Apa yang dimaksud dengan hormon?
b. Bagaiman struktur dan apa saja sifat-sifat hormon?
c. Bagaimana mekanisme kerja hormon?
d. Bagaimana pengaturan produksi hormon dan faktor yang mempengaruhi kadar
hormon dalam darah?

Hormon 2
e. Apa itu hormone tiroid ?
f. Apa itu hormone paratiroid ?
g. Apa itu hormone adrenal ?

1.3 Tujuan penulisan


a. Untuk memenuhi tugas perkuliahan biokimia 1
b. Untuk mengetahui struktur dan sifat hormon
c. Untuk mengetahui mekanisme kerja hormon
d. Untuk mengetahui produksi hormone dan factor yang mempengaruhi kadar
hormone dalam darah.
e. Untuk mengetahui tentang hormone tiroid.
f. Untuk mengetahui tentang hormone tiroid
g. Untuk mengetahui tentang hormone adrenal

1.4 Batasan masalah


Makalah ini hanya membahas sesuai dengan rumusan masalah.

Hormon 3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hormon

Kata hormon berasal dari bahasa Yunani yang berarti “menimbulkan atau
membangkitkan”. Hormon adalah suatu zat kimia yang bertugas sebagai pembawa
tugas (chemical messenger), disekresikanoleh sejenis jaringan, dalam jumlah yang
sangat kecil dan dibawa oleh darah menuju target jaringan dibagian lain dari tubuh
untuk merangsang aktivitas biokimia atau fisiologi yang khusus. Endokrinologi,
suatu cabang ilmu biomedis yang mempelajari hormon dan aktivitasnya, merupakan
salah satu bidang biokimia yang sangat menarik karena beberapa pemahaman baru
berasal dari bidang ini. Lagipula, karena perubahan dalam kerja hormon dapat
menmbulkan penyakit, maka endokrinologi juga merupakan suatu cabang ilmu
kimia yang gunanya dapat dilihat secara langsung.

2.2 Struktur Hormon dan sifat-sifat hormon


a. Stuktur dasar hormon secara kimiawi
Hormon terrdiri atas berbagai macam senyawa yang dapat digolongkan dalam
tiga kelompok, yaitu:
1. Steroid, yaitu testoteron dan progesteron.
2. Derivat asam amino, yaitu epinefrin dan tiroksin.
3. Peptida-protein, yaitu insulin, glukagon, parathormon, oksitosin, vasopresin,
hormon yang dikeluarkan oleh mukosa usus dan lain-lainnya.

Contoh struktur hormon


 Hormon progesteron dan hormon testosterone

Hormon 4
Testoteron

http://cybergoldenword-knowledge.blogspot.com/2009/03/struktur-kimia

 Hormon epinefrin

http://dicha85.wordpress.com/page/3/

 Hormon oksitosin dan hormone vasopresin

http://peter-lf.blogspot.com/

Hormon 5
Vasopresin

http://www.lookchem.com/300w/2010/078/2989-84-6.jpg

b. Beberapa Sifat Umum Hormon

1. Beberapa hormon polipeptida dibuat sebagai prekursor yang tidak aktif.

Beberapa hormon polipeptida, termasuk insulin dan glukagon, disintesis oleh sel-
sel endrokrin induknya sebagai prekursor yang tidak aktif, yang disebut
prohormon. Prekursor yang tidak aktif tersebut mengandung rantai polipeptida
yang lebih panjang daripada hormon aktifnya sendiri. Prohormon disimpan dalam
bentuk tidak aktif didalam sel endokrin, sering kali di dalam granula-granula
sekresi, siap untuk diubah dengan cepat menjadi bentuk-bentuk aktifnya oleh
perubahan enzimatik ketika sel tersebut menerima isyarat yang tepat.

2. Hormon-hormon berfungsi dalam konsentrasi yang sangat kecil dan sebagian


besar berumur pendek.

Hormon-hormon berada dalam darah pada konsentrasi istirahat yang sangat


rendah, berkisar dalam satuan mikromolar (10-6 M) sampai dengan pikomolar
(10-12 M), yang dapat dibandingkan dengan konsentrasi normal glukosa pada
kisaran milimolar, kira-kira 4x10-3 M. Karena alasan inilah, hormon-hormon
sangat sukar untuk diisolasi, diidentifikasikan dan diukur secara akurat. Hormon
didalam darah berumur pendek, kadang-kadang hanya dalam kisaran menit.

Hormon 6
Sekali kehadirannya tidak diperlukan lagi, dengan cepat hormon dijadikan tidak
aktif oleh aktivitas enzim.

3. Beberapa hormon bereaksi segera, lainnya bereaksi secara lambat.

Beberapa hormon menghasilkan respon fisiologis dan biokimiawi dengan cepat.


Beberapa menit setelah adrenalin disekresikan ke dalam aliran darah, hati
menanggapi dengan mengeluarkan glukosa ke dalam darah. Sebaliknya, hormon-
hormon tiroid atau estrogen menghasilkan respon maksimal didalam jaringan
target setelah berjam-jam atau bahkan berhari-hari. Perbedaan-perbadaan waktu
respon tersebut berkaitan dengan perbedaan dalam mekanisme aksinya.

4. Hormon berikatan dengan reseptor spesifik pada atau di dalam sel target.

Tahap pertama dalam kerja hormon adalah pengikatan dengan suatu molekul
atauu kumpulan molekul yang khas, yang disebut hormon reseptor, yang
berlokasi pada permukaan sel atau di dalam sitosol sel target. Reseptor untuk
hormon-hormon peptida dan amina yang larut di dalam air yang tidak segera
menembus membran sel, terletak pada permukaan luar sel target. Reseptor
hormon steroid yang larut di dalam lipida yang segera melewati plasma
membran sel targetnya, adalah protein khas yang terletak dalam sitosol sel.

5. Hormon mungkin memiliki “pembantu pesan kedua” intraselular.


Sesaat reseptor hormon pada atau di dalam sel target ditempati oleh molekul
hormon, reseptor itu menjalani suatu perubahan yang khas yang membentuk atau
membebaskan molekul pembawa pesan intraseluler, disebut “pembawa pesan
kedua” (second messenger). Pembawa pesan ini merupakan isyarat dari reseptor
hormon ke beberrapa sistem enzim atau molekul didalam sel yang membawa
perintah-perintah yang berasal dari hormon. Pembawa pesan intraseluler dapat
mengatur reaksi enzim yang khas atau menyababkan gen atau serangkaian gen
yang tidak aktif menjadi terekspresi.

Hormon 7
2.3 Mekanisme Kerja Hormon
Earl Sutherland memulai penelitiannya tentang mekanisme kerja enzim pada
tahun 1950. Mula-mula ia bertujuan untuk mengetahui bagaimana epinefrin dan
glukagon bekerja pada reaksi pemecahan glikogen dan pembentukan glukosa oleh
hati. Yang diamati pertama kali ialah bahwa reaksi pemecahan glikogen menjadi
glukosa dipercepat oleh hormon-hormon tersebut. Epinefrin dan glukagon dapat
bekerja pada reaksi tersebut. Pada penelitian lebih lanjut Sutherland menemukan
bahwa adanya epinefrin dan glukagon pada reaksi pemecahan glikogen telah
menimbulkan terbentuknya suatu zat yang tahan panas sebagai zat antara. Dari
analisis kimia ternyata zat tersebut ialah AMP siklik, atau adenosin 3’, 5’
monofosfat.

NH2

C
N
N C
CH
HC C
N
N
H2
5' C
O

H H

O H H
3'
O P O OH

Selanjutnya diketahui bahwa AMP siklik ini terbentuk dari ATP oleh enzim
adenil siklase. AMP siklik dapat dihidrolisis oleh enzim fosfodiesterase menjadi
AMP.

Mg2+
ATP AMP siklik + PPi + H+
adenilsiklase

Mg2+
AMP siklik + H2 O AMP + H+

Hormon 8
Reaksi ini bersifat sangat eksergonik dan bila tidak ada fosfodiesterase , AMP
siklik merupakan senyawa yang sangat stabil.
Hasil penelitian Sutherland lebih lanjut dapat menjelaskan konsep tentang
mekanisme kerja hormon. Hal-hal penting pada konsep tersebut adalah:
1. Sel mengandung reseptor bagi hormon dalam membran plasma.
2. Penggabungan hormon dengan reseptornya dalam membran plasma dapat
merangsang siklase adenil yang juga terdapat dalam membran plasma.
3. Peningkatan aktivitas siklase adenil menyebabkan meningkatnya jumlah AMP siklik
dalam sel.
4. AMP siklik bekerja dalam sel untuk mengubah kecepatan satu atau beberapa proses.

Dari konsep tersebut dapat digambarkan mekanisme kerja hormon serta peranan
AMP siklik sebagai berikut.

rangsangan

kelenjar endokrin adenil siklase

ATP
Mg++
AMP siklik
hormon
fosfodiesterase

AMP respon fisiologis

membran sel

Adanya rangsangan dari luar maupun dari dalam menyebabkan kelenjar endokrin
memproduksi dan mengeluarkan hormon ke dalam plasma darah. Setelah sampai
pada sel yang menjadi tujuan, hormon bergabung dengan reseptor dan meningkatkan
aktivitas adenil siklase yang terdapat pada membran.
Aktivitas adenil siklase yang meningkat ini menyebabkan peningkatan
pembentukan AMP siklik yang terdapat dalam plasma sel yang dapat mengubah
proses di dalam sel tersebut, misalnya aktivitas enzim , permeabilitas membran dan
sebagainya. Keseluruhan proses yang berubah ini dapat terwujud dalam tindakan

Hormon 9
sebagai jawaban fisiologik atau usaha yang dilakukan oleh manusia. Proses yang
bersifat hormonal ini terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pertama pembentukan
hormon sampai tiba pada dinding sel atau plasma, sedangkan tahap kedua ialah
peningkatan jumlah AMP siklik hingga terjadinya pertumbuhan atas proses dalam
sel. ( Poedjiadi, anna.2009:)

Mekanisme Siklase Adenilat


Enzim siklase adenilat mengubah ATP menjadi 3,5-adenosin monofosfat
siklik, disingkat sebagai cAMP. siklase adenilat berlokasi pada membran sel,
mungkin didekat reseptor pengikat hormon. Dengan beberapa jalan , kombinasi
hormon dan reseptornya mengaktifkan siklase adenilat, dan ATP diubah menjadi
cAMP, seperti ditunjukkan dalam gambar 13.2. bukti percobaan baru-baru ini
menyarankan bahwa prostaglandin tertentu dapat menyesuaikan aktivitas siklase
adenilat dan dengan jalan ini mengatur tanggapan intrasel terhadap stimulasi oleh
hormon tertentu. cAMP diinaktifkan oleh konversinya menjadi 5’-adenosin
monofosfat (5’-AMP) lewat kerja fosfodiesterase. Metal xantin seperti kafein dan
teofilin menghambat reaksi fosfodiasterase dan dengan demikian menurunkan laju
pemecahan cAMP. hal ini mengakibatkan pengikatan kadar cAMP dalam sel dan
dengan demikian memperbesar atau memperkuat pengaruh cAMP.

hormon + reseptor membran

H2O
(+)
ATP cAMP 5'-AMP
siklase adenilat fosfodiesterase

Gambar 13.2 PPi

(Lehninger.1982)

AMP Siklik Merangsang Aktivitas Protein Kinase


AMP siklik tidak mempengaruhi kinase fosforilase, akan tetapi kinase
fosforilase juga terdapat dalam bentuk aktif dan kurang aktif. Bentuk tidak aktif
fosforilase kinase diubah menjadi bentuk aktifnya dengan reaksi fosforilase, juga
dengan penggunaan ATP.

Hormon 10
Sekarang kita tiba pada pengaturan hubungan antara AMP siklik dengan
kegiatan glikogen fosforilase. Rantai penyambung kegiatan ini adalah suatu enzim
yang disebut protein kinase, yang juga terdapat dalam bentuk aktif dan tidak aktif.
Bentuk aktifnya mengkatalisis fosforilasi dari kinase fosforilase yang tidak aktif
dengan ATP untuk menghasilkan bentuk aktif yang sudah difosforilasi, dalam suatu
reaksi dengan ATP bertindak sebagai gugus fosfat donor dan Ca2+ dibutuhkan
sebagai aktifator atau penggerak.

protein kinase aktif, Ca2+


kinase fosforilase + ATP fosforilase kinase-P + ADP
(bentuk tidak aktif) (bentuk aktif)

Fosforilase kinase adalah suatu protein yang sangat besar, berat molekulnya
labih dari 1 juta. Enzim ini mempunyai 16 subunit, yang masing-masing berisi residu
serin spesifik yang mengalami fosforilasi oleh ATP melalui kegiatan protein kinase
aktif. (Lehninger.1982)

Fosfodiesterase

Kerja yang ditimbulkan oleh hormon yang meningkatkan konsentrasi cAMP


bisa diakhiri dengan sejumlah cara termasuk hidrolisis cAMP oleh fosfodiesterase.
Enzim hidrolisis ini menjamin proses pergantian sinyal yang cepat dengan demikian
juga penghentian proses biologik yang cepat begitu stimulus hormonal dihilangkan.
Inhibitor fosfodiesterase,yang paling terkenal adalah derivat xantintermetilasi seperti
kafein dan teofilin, akan meningkatkan cAMP intrasel,meniru atau memperpanjang
kerja hormon. (Indah, Mutiara. 2004)

Penjelasan Kinerja Hormon

 Model umum. Hormon yang bergabung dengan suatu penerima (reseptor) akan
mengaktifkan reaksi kimiawi untuk membuat second messengers, yang memicu
terjadinya berbagai tanggapan sel terhadap sinyal awal.
 Kemudian reseptor berada pada permukaan sel target. Pada kasus lain, hormon
masuk ke dalam sel dan berikatan dengan reseptor khusus yang berada di dalam sel.

Hormon 11
 Rangsangan lingkungan juga dapat mengawali lintasan sinyal, misalnya konversi
fitokrom adalah tahap pertama dalam transduksi sinyal yang mengarah pada
tanggapan sel terhadap cahaya merah.

Specific example: a hypothetical mechanism for auxin's stimulation of cell


elongation

1. Hormon auksin berikatan dengan suatu reseptor.


2. Sinyal ini dilanjutan ke second messengers dalam sel yang memicu berbagai
tanggapan.
3. Pompa proton diaktifkan, dan pelepasan ion H+ melonggarkan dinding sel
sehingga sel bisa membesar/memanjang.
4. Perangkat Golgi dirangsang untuk melepaskan kantung yang mengandung bahan
untuk menjaga ketebalan dinding sel.
5. Jalur transduksi sinyal juga mengaktifkan DNA untuk membentuk protein
(transkripsi & translasi)
6. Protein yang terbentuk diperlukan untuk memelihara pertumbuhan sel.
( Karyanto,agus. 2005)

2.4 Pengaturan Produksi Hormon dan Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar


hormon dalam darah
a. Pengaturan Produksi hormon

Hormon merupakan salah satu sistem koordinasi di dalam tubuh dengan


menggunakan cairan yang diedarkan oleh pembuluh darah. Dengan menggunakan
hormon rangsang lebih lambat diberi tanggapan. Satu kelebihan koordinasi

Hormon 12
menggunakan hormon yaitu dengan sedikit saja hormon mampu mempengaruhi
organ-organ yang menjadi sasarnnya.

Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus


(bagian dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain,
terutama melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain.
Sebagian besar informasi tentang tubuh manusia ada di hipotalamus. Hipotalamus
menerjemahkan informasi ini, mengambil keputusan penting, dan memerintahkan
sel-sel menjalankan keputusannya. Pada gambar, terlihat letak hipotalamus di otak.
Kekuasaan maha hebat Allah yang menyebabkan hipotalamus mampu membuat
keputusan penting.

http://medicastore.com/penyakit/761/Hormon_&_Sistem_Endokrin.html

Hipotalamus, suatu bagian khusus dari otak adalah pusat koordinasi dari system
endokrin. Hipotalamus ini menerima dan mengintegrasikan pesan dari susunan syaraf
pusat. Sebagai jawaban dari pesan ini, hipotalamus memproduksi sejumlah hormon
pengatur hipotalamik, yang dikirimkan ke kelenjar putuitari, yang berlokasi d bawah
hipotalamus. Setiap hormone hipotalamus mengatur sekresi suatu hormone spesifik yang
dikeluarkan oleh bagian anterior atau posterior dari kelenjar putuitari. Beberapa hormon
hipotolamik akan merangsang pituitari untuk menseksresikan hormon tertentu,
sedangkan yang lain akan menghambat sekresi hormon. Sekali kelenjar pituitari ini,
maka hormon akan disekresikan ke dalam darah untuk dibawa ke kelenjar endokrin lain,

Hormon 13
termasuk di dalamnya adrenal korteks, sel-sel endokrin pancreas, kelenjar tiroid, dan
ovarium dan testes. Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untuk
mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan
mengirim impuls saraf ke posteriornya. Selanjutnya kelenjar-kelenjar ini terstimulasi
untuk mensekresikan hormon-hormon spesifik, yang dibawa oleh darah menuju reseptor
hormon di dalam atau pada sel jaringan target. (Lehninger, 1982)

Kelenjar pituitari terdiri atas dua bagian: kelenjar depan (anterior) dan belakang
(posterior). Setiap bagian menghasilkan hormon berbeda.

1) Kelenjar Pituitari Depan

Kelenjar pituitari depan menghasilkan enam hormon berbeda yang fungsinya telah
tertentu. Sebagian hormon yang bekerja pada kelenjar hormon lainnya disebut
“hormon tropik”. Hormon ini dirancang untuk mengatur sistem hormon. Pada
halaman berikut kita akan mempelajari fungsi-fungsi hormon tropik bersama dengan
susunan dan fungsi kelenjar-kelenjar hormon yang dihasilkannya. Kelompok lain
hormon-hormon ini merangsang jaringan tubuh. Nama-nama hormonnya sebagai
berikut:

Hormon yang merangsang kelenjar endokrin/hormon lain (tropik):

a. Hormon perangsang tiroid (TSH)


b. Hormon perangsang kelenjar adrenal (ACTH, hormon adrenokortikotropik)
c. Hormon perangsang folikel (FSH)
d. Hormon Luteneizing (LH).

Hormon-hormon yang bekerja pada jaringan tubuh (non-tropik)

a. Hormon pertumbuhsan (GH)


b. Hormon prolaktin (PRL).

Hormon 14
2) Kelenjar Pituitari Belakang

Bagian belakang kelenjar pituitari adalah tempat menyimpan hormon yang


dihasilkan oleh hipotalamus. Pada keadaan yang sesuai, hormon-hormon ini
dilepaskan dengan perintah dari hipotalamus. Hormon-hormon itu adalah:

a. Vasopresin (hormon antidiuretik)


b. Oksitosin

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Hormon Dalam Darah

Hormon-hormon berada dalam darah pada konsentrasi istirahat yang sangat


rendah, berkisar dalam satuan mikromolar (10-6 M) sampai dengan pikomolar (10-12 M),
yang dapat dibandingkan dengan konsentrasi normal glukosa pada kisaran milimolar,
kira-kira 4x10-3 M.

Jika sekresi hormone dirangsang, konsentrasinya di dalam darah meningkat,


kadang-kadang dengan menyolok. Pada saat penghentian sekresi, konsentrasi hormone
kembali dengan cepat ke taraf istirahat. Hormone di dalam darah berumur pendek,
kadang-kadang hanya dalam kisaran menit. Sekali kehadirannya tidak diperlukan lagi,
dengan cepat hormon dijadikan tidak aktif oleh aktifitas enzim. ( Lehninger, 1982)
Mekanisme umpan balik (Feed back) merupakan salah satu mekanisme tubuh
agar tetap dalam keadaan homeostasis. Kebanyakan, umpan balik di dalam tubuh bersifat
negatif, artinya tubuh akan mengurangi produksi suatu zat tertentu jika
jumlah/rangsangan dari zat yang bersangkutan berlebihan, dan sebaliknya. Tetapi ada
beberapa mekanisme umpan balik yang bersifat positif, artinya semakin tinggi
rangsangan/ jumlah suatu zat maka akan semakin banyak pula produksi zat tersebut oleh
tubuh.
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100928043828AAsRmEQ

Kadar hormon dalam darah dikontrol dengan sistem umpan balik negatif. Sistem
umpan balik negatife merupakan mekanisme utama dalam system endokrin untuk
mempertahankan homeostasis. Sekresi hormon spesifik dirangsang atau dihambat oleh
perubahan fisiologis khusus. Contoh: kadar glukosa darah dan respon insulin. Down

Hormon 15
regulation adalah penurunan reseptor hormon yang menurunkan sensitifitas terhadap
hormonnya. Up-regulation: adalah peningkatan jumlah reseptor yang menyebabkan sel
menjadi lebih sensitive terhadap bagian hormon. (Saryono,2009)

Manakala kadar hormon telah mencukupi untuk menghasilkan efek yang


dimaksudkan, kenaikan kadar hormon lebih jauh dicegah oleh umpan balik negatif.
Peningkatan kadar hormon mengurangi perubahan awal yang memicu pelepasan
hormon. Mis. pengsekresi ACTH dari kelenjar pituitari anterior merangsang pelepasan
kortisol dari korteks adrenal, menyebabkan penurunan pelepasan ACTH lebih banyak.

PENGENDALIAN ENDOKRIN

Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam
darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh.Untuk
mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batas-
batas yang tepat.

Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak atau
lebih sedikit hormon. Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya jika
mereka merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang mereka kontrol terlalu tinggi atau
terlalu rendah. Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk merangsang
aktivitas di kelenjar target. Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah mencukupi,
maka hipotalamus dan kelenjar hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan

Hormon 16
perangsangan lagi dan mereka berhenti melepaskan hormon.Sistem umpan balik ini
mengatur semua kelenjar yang berada dibawah kendali hipofisa.

Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa memiliki fungsi yang
memiliki jadwal tertentu. Misalnya, suatu siklus menstruasi wanita melibatkan
peningkatan sekresi LH dan FSH oleh kelenjar hipofisa setiap bulannya. Hormon
estrogen dan progesteron pada indung telur juga kadarnya mengalami turun-naik setiap
bulannya.

http://erwinadr.blogspot.com/2010/11/hormon-sistem-endokrin.html

Pelepasan hormon diberikannya kontrol pada sel-sel organ target, mekanisme


pengawasan lain pada gilirannya menentukan kerja kelenjar endokrin yang
mengeluarkan hormon yang bersangkutan. Kerja sistem endokrin pada kenyataannya
jauh lebih sederhana, dengan kompleksitas tambahan yang memungkinkan untuk tingkat
yang lebih besar dari kontrol. Untuk menggambarkan dengan contoh yang agak terbatas,
insulin dilepaskan dalam menanggapi kenaikan pesat dalam tingkat glukosa darah.
Dengan tidak adanya mekanisme kontrol, kelebihan insulin dapat menghasilkan
hipoglikemia, kondisi glukosa darah rendah. Selain kontrol umpan balik negatif pada
rilis insulin, tindakan dari hormon glukagon cenderung meningkatkan tingkat glukosa
dalam aliran darah. Dua hormon bersama mengatur glukosa darah. Contoh ini terlalu
dibatasi, seperti yang akan kita lihat di bagian berikutnya. Sebuah sistem kontrol yang
lebih canggih melibatkan tindakan hipotalamus, pituitari, dan kelenjar endokrin tertentu.
Sistem saraf pusat mengirimkan sinyal ke hipotalamus. Hipotalamus mengeluarkan
hormon yang melepaskan faktor, yang pada gilirannya merangsang pelepasan hormon
trofik oleh hipofisis anterior. (Campbell,2003)

Sekresi hormone dari kelenjar endokrin asalnya dikendalikan lewat mekanisme


pelayanan. Dengan kata lain, kadar hormone dalam plasma itu sendiri yang diproduksi
oleh sel sasaran sebagai tanggapan terhadap hormone, mengatur pelepasan hormon
selanjutnya dari kelenjar. Lebih lagi, hormone yang dilepas dari kelenjar endokrin sering
mengatur hormone lain dari kelenjar kedua, yang selanjutnya mengendalikan produksi
hormone di dalam dan pelepasannya dari kelenjar pertama. (Montgomery,1993)

Hormon 17
Hormon disintesis dan dilepaskan dalam berespon terhadap rangsang homoral,
neural, dan rangsang hormonal.

A. Rangsang Humoral
Rangsang ini menyebabkan hormon akan disekresi untuk menanggapi respon
terhadap perubahan kadar ion dan nutrient dalam darah. Contoh : konsentrasi
ion kalsium dalam darah
a. Terbatasnya konsentrasi Ca2+ dalam darah akan merangsang kelenjar
paratiroid untuk mensekresi PTH (parathyroid hormon).
b. PTH menyebabkan konsentrasi Ca2+ meningkat dan kemudian stimulus
dihilangkan/menghilang.

B. Rangsang Neural
Hormon akan dikeluarkan ketika serabut saraf merangsang untuk pelepasan
hormon tertentu. Contoh: Serabut system saraf simpatis preganglionic (SNS)
merangsang medulla adrenal untuk mensekresi katekolamin.

C. Rangsang hormonal
Hormon akan disekresi untuk merespon terhadap hormone yang dihasilkan
oleh organ endokrin lain. Contoh: hormon hipotalamus merangsang kelenjar
pituitari anterior. Sebaliknya, hormone pituitari merangsang sel target untuk
mensekresi hormon lebih banyak lagi. (Saryono,2009)

2.5 Hormon Tiroid


a. struktur kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilago
krikoid, disamping kiri dan kanan trakhea. Pada orang dewasa beratnya lebih kurang
18 gram. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang dipisahkan
oleh isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan lebih kurang 2
cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang di
masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler.

Hormon 18
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan sedikit
kalsitonin. Hormon ini diangkut oleh protein pengangkut, protein pengangkut itu
adalah TBG (thyroxine binding globulin), TBPA (thyroxine binding prealbumin),
T3U (T3 resin uptake) dan TBI (thyroxine binding Index). Peningkatan protein
pengangkut TBG menyebabkan peningkatan hormon T4 dan penurunan protein
pengangkut T3U.

b. fungsi hormon tiroid


 Mengatur laju metabolisme tubuh.
 Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan
saraf dan tulang
 Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
 Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan
kontraksi otot dan menambah irama jantung.
 Merangsang pembentukan sel darah merah

Hormon 19
 Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh
terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme
 Menghambat hilangnya Ca2+ dari tulang.

c. Gangguan sistem tubuh yang dipengaruhi oleh hormon Tiroid


Gangguan sistem tubuh yang dipengaruhi oleh hormon Tiroid antara lain:

1) Hipertiroidisme/Goutertoksika/Tirotoksikosis/Penyakit Grave
 Penyebabnya adalah gangguan antibodi, timbul akibat autoimunitas
yangberkembang terhadap jaringan tiroid.
 Gejala: mudah tersinggung, intoleransi terhadap panas, berkeringat banyak,
berat badan berkurang, diare, kelemahan otot, kecemasan, insomnia, dan
tremor.

Tanda-tanda orang yang menghidapi hipertiroidisme:

 Bengkak di leher
 Degupan jantung bertambah, sentiasa berdebar-debar
 Gementar dan gelisah,
 Haid tidak teratur, kurang atau tidak datang
 Kesuburan turun
 Mata menjadi besar (bulging)
 Kejang otot
 Oesteoporosis
 Pengeluaran keringat banyak,
 Suhu badan naik,
 Rambut rontok
 Sulit bernafas
 Susah tidur
 Tekanan darah naik
 Turun berat badan walaupun selera naik
 Lemah

Hormon 20
2) Hipotiroidisme
 Penyebabnya hampir sama dengan hipertiroidisme, yaitu autoimunitas
terhadap jaringan tiroid tersebut.
 Penyebab lainnya adalah pembesaran kelenjar tiroid:
a) Goiter koloid endemik: kekurangan iodium.
b) Goiter koloid nontoksik idiopatik: bukan karena kekurangan iodium tetapi
sekresi hormonnya tertekan.
 Gejala: rasa capek, rasa mengantuk, kelemahan otot, kecepatan denyut
jantung menurun, curah jantung menurun, volume darah menurun, konstipasi,
kelemahan mental (kurangnya pertumbuhan rambut, kulit bersisik, suara
parau), dan kasus berat mengakibatkan miksedema.
3) Kretinisme
 Penyebabnya karena hipotiroidisme ekstrem pada masa janin bayi dan anak-
anak.
 Gejala: gagalnya pertumbuhan anak, retardasi mental, kretinisme endemik
(kekurangan iodium), pertumbuhan rangka lebih kecil dari pertumbuhan
jaringan lunak (badan pendek dan gemuk), lidah besar (menelan dan bernafas
terhambat sehingga pernafasan bunyi tercekik/guttural).

d. Proses pembentukan hormon Tiroid.


Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin dihasilkan oleh
parafolikuler. Bahan dasar pembentukan hormon-hormon ini adalah yodium yang
diperoleh dari makanan dan minuman. Yodium yang dikomsumsi akan diubah
menjadi ion yodium (yodida) yang masuk secara aktif ke dalam sel kelenjar dan
dibutuhkan ATP sebagai sumber energi. Sel folikel membentuk molekul glikoprotein
yang disebut Tiroglobulin yang kemudian mengalami penguraian menjadi mono
iodotironin (MIT) dan Diiodotironin (DIT). Selanjutnya terjadi reaksi penggabungan
antara MIT dan DIT yang akan membentuk Tri iodotironin atau T3 dan DIT dengan
DIT akan membentuk tetra iodotironin atau tiroksin (T4). Proses penggabungan ini
dirangsang oleh TSH namun dapat dihambat oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid,dan
metil kaptoimidazol. Hormon T3 dan T4 berikatan dengan protein plasma dalam
bentuk PBI (protein binding Iodine).

Hormon 21
1. Iodida Trapping
Transport Iodida ke kelenjar Tiroid
2. Oksidasi
Yodium masuk ke dalam sel folikel dan mengalami oksidasi.
3. Iodinasi
Dimana yodium yang teroksidasi akan bereaksi dengan residu tirosil dalam
tiroglobulin.
4. Perangkaian iodotironil
Yaitu perangkaian dua molekul DIT (diiodotirosin) menjadi T4 (tiroksin,
tetraiodotirosin) atau perangkaian MIT (monoiodotirosin) dan DIT menjadi T3
(triiodotirosin).
5. Hidrolisis
Dibantu oleh TSH (Thyroid-Stimulating Hormone) tetapi dihambat oleh I,
sehingga senyawa inaktif (MIT dan DIT) akan tetap berada dalam sel folikel.
6. Deiodinasi
Proses pemisahan Tiroksin dari Iodium dan akan dibentuk menjadi
Tiroglobulin

2.6 Hormon Paratiroid


Paratiroid menempel pada kelenjar tiroid. Kelenjar ini menghasilkan
parathormon yang berfungsi mengatur kandungan fosfor dan kalsium dalam darah.
Kekurangan hormon ini menyebabkan tetani dengan gejala : kadar kapur dalam darah
menurun, kejang di tangan dan kaki, jari-jari tangan membengkok ke arah
pangkal, gelisah, sukar tidur, dan kesemutan.
Kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter, lebar 3 milimeter, dan
tebalnya dua millimeter dan memiliki gambaran makroskopik lemak coklat
kehitaman. Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada manusia, yang
terletak tepat dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar
tiroid dan dua di kutub inferior.
Hormon paratiroid (HPT) berasal dari kelenjar paratiroid yang tadi empat
kelenjar kecil, terletak bilateral pada ujung atas dan bawah kelenjar tiroid. Fungsi
kelenjar paratiroid diketahui sejak tahun 1891, ketika terlihat adanya gejala yang
timbul akibat terangkatnya kelenjar tersebut pada operasi kelenjar tiroid. Kemudian
tahun 1900 dilakukan paratiroidektomi tanpa merusak tiroid, ternyata tindakan ini

Hormon 22
menyebabkan tetani, konvulsi dan diakhiri kematian dengan cepat. Pada tahun 1909,
terlihat adanya hubungan antara kadar Ca++ plasma yang rendah dengan gejala yang
timbul akibat pengangkatan kelenjar paratiroid. Ternyata ekstrak aktif kelenjar
paratiroid dapat mengatasi tetani akibat hipokalsemia pada hewan yang telah
mengalami paratiroidektomi dan dapat meninggikan kadar Ca++ pada hewan normal.
Pada tahun 1948 ditemukan adanya hubungan antara beberapa kelainan klinik
dengan hiperfungsi paratiroid, misalnya perubahan skelet pada penderita osteitis
fibrosa sistika dengan tumor paratiroid.

SINTESIS DAN METABOLISME HORMON PARATIROID (PTH)


Hormon paratiroid (PTH) manusia adalah suatu polipeptida linear dengan berat
molekul 9500 yang mengandung 84 residu asam amino. Strukturnya sangat mirip
dengan PTH sapi dan babi. PTH disintesis sebagai bagian dari suatu molekul yang
lebih besar yang mengandung 115 residu asam amino (prapo-PTH). Setelah
prapo-PTH masuk ke dalam retikulum endoplasma, maka leader sequence yang
terdiri dari 25 residu asam amino dikeluarkan dari terminal N untuk membentuk
polipeptida pro-PTH yang terdiri dari 90 asam amino. Enam residu asam amino
lainnya juga dikeluarkan dari terminal N pro-PTH di apparatus Golgi, dan produk
sekretorik utama chief cells adalah polipeptida PTH yang terdiri dari 84 asam
amino.

Kadar normal PTH utuh dalam plasma adalah 10-55 pg/mL. Waktu paruh PTH
kurang dari 20 menit, dan polipeptida yang disekresikan ini cepat diuraikan oleh
sel-sel Kupffer di hati menjadi 2 polipeptida, sebuah fragmen terminal C yang
tidak aktif secara biologis dengan berat molekul 2500.

Hormon 23
FISIOLOGI PARATIROID
Hormon paratiroid (PTH) merupakan regulator mayor homeostatis serum
kalsium dan fosfat. PTH baru disekresi jika terdapat penurunan serum kalsium. PTH
merupakan hormon peptide yang tersusun atas 84 asam amino yang disekresikan oleh
kelenjar paratiroid. Pada kelenjar paratiroid terdapat sensor Ca2+ yang meregulasi
sintesis PTH dan sekresinya dalam responnya terhadap perubahan kadar kalsium
yang terionisasi dalam konsentrasi plasma. Saat kadar kalsium meningkat, kalsium
yang banyak terikat dengan reseptor membrane pada sel di kelenjar paratiroid akan
menghambat sintesis PTH dan sekresi dari PTH. Sebaliknya jika kadar kalsium turun
-- kalsium yang berikatan dengan CaR (Calcium Receptor) akan turun --
meningkatkan sintesis dan sekresi dari PTH. Efek dari PTH terutama dalam
mengembalikan kadar kalsium yang turun menjadi normal antara lain :
1. Secara cepat dan langsung mempengaruhi ginjal untuk mereabsorpsi kalsium pada
tubulus distal dan lengkung Henle asending tebal sehingga dengan cepat
meningkatkan kadar kalsium serum.
2. Secara tidak langsung mempengaruhi usus untuk mengabsorpsi secara cepat ion-
ion kalsium dengan jalan PTH mempengaruhi ginjal untuk meningkatkan sintesis
1,25-(OH)2D, merupakan calcitriol (bentuk aktif dari Vitamin D), yang akan
menstimulasi usus halus untuk mengabsorpsi kalsium dan fosfat dengan cepat.
3. PTH secara langsung menginhibisi osteoblas untuk membentuk tulang. Selain itu
dikarenakan penurunan kadar calcitonin yang berperan menghambat kerja osteoklas,
terjadi peningkatan aktivitas dari osteoklas dalam memecah tulang dan melepaskan
kalsium tulang ke dalam darah sehingga akan meningkatkan kadar kalsium menjadi
normal.

HISTOLOGI PARATIROID
Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus
kelenjar tiroid oleh karenanya kelenjar paratiroid berjumlah empat buah. Kelenjar ini
terdiri dari 4 bentukan kecil yang berwarna kuning kecoklatan, berbentuk ovoid dan
melekat pada bagian posterior dari kelenjar tiroid. Sepasang dari kelenjar ini
menempati kutub atas dari kelenjar thyroid dan terbungkus oleh fascia yang sama
dengan fascia kelenjar tiroid. Sedang sepasang kelenjar lainnya biasanya menempati
kutub bawah kelenjar thyroid, tetapi letaknya bisa di dalam atau di luar fascia

Hormon 24
kelenjar tiroid. Masing-masing kelenjar ini terbungkus oleh kapsul jaringan ikat
kendor yang kaya dengan pembuluh darah, dan kapsul ini memebentuk septa yang
masuk ke dalam kelenjar.
Kelenjar ini tersusun dari 2 macam sel :
1. Chieff cell (principal cell) :
Sel ini sudah ada sejak lahir dan akan terus bertahan, dan merupakan sel yang
terbanyak dalam kelenjar ini.
Ukuran sel ini kecil dengan inti di tengah, dan sitoplasma bersifat sedikit
asidofilik, sehingga dengan pewarnaan H.E tampak berwarna merah muda. Tetapi
kadang-kadang ada beberapa sel yang sitoplasmanya lebih pucat karena mengandung
banyak glikogen, tetapi sebagian lain mempunyai sitoplasma lebih gelap karena
glikogennya hanya sedikit.
Sel ini mengandung granula yang diduga menghasilkan paratiroid hormon
(parath hormone)
2. Oxyphiel cell :
Sel ini timbulnya mulai umur sekitar 7 tahun atau pada saat pubertas. Terdiri
dari sel yang ukurannya lebih besar dari chief sel, tersebar diantara chief cell tersebut
dan sitoplasmanya merah muda pucat.
Fungsi sel ini belum diketahui. Pada anak-anak, kelenjar ini penuh dengan sel,
tetapi pada keadaan dewasa akan timbul jaringan lemak di dalam jaringan ikat dan
tersebar di antara sel-sel tersebut.

EFEK HORMON PARATIROID


PTH bekerja langsung pada tulang untuk meningkatkan resorpsi tulang dan
memobilisasi Ca2+. Selain meningkatkan Ca2+ plasma dan menurunkan fosfat
plasma, PTH
meningkatkan ekskresi fosfat dalam urin. Efek fosfaturik ini disebabkan oleh
penurunan
reabsorpsi fosfat di tubulus proksimal. PTH juga meningkatkan reabsorpsi Ca2+ di
tubulus distal, walaupun ekskresi Ca2+ biasanya meningkat pada hiperparatiroidisme
karena terjadi peningkatan jumlah yang difiltrasi yang melebihi efek reabsorpsi. PTH
juga meningkatkan pembentukan 1,25 dihidroksikolekalsiferol, metabolit vitamin D
yang secara fisiologis aktif. Hormon ini meningkatkan absorpsi Ca2+ dari usus,

Hormon 25
tetapi efek ini tampaknya disebabkan hanya akibat stimulasi pembentukan 1,25
dihidroksikolekalsiferol.

Kontrol dari hormon Paratiroid


Sekresi dari hormon paratiroid tergantung dari suatu negative feed-back
mekanisme yang diatur oleh kadar ion kalsium dalam plasma. Juga ada hormon
lain yang ikut mengatur kadar kalsium dalam serum yaitu calcitonin atau
thyrocalcitonin. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar tiroid.
Beberapa observasi menunjukan bahwa ada hubungan antara paratiroid dengan
kelenjar-kelenjar endokrin lain. Umpamanya pernah didapat hiperplasia kelenjar
paratiroid pada akromegali, sindrom Cushing, dan penyakit Addison.
Hipofisektomi (pada binatang) menyebabkan involutiodari kelenjar-kelenjar
paratiroid, sedangkan pemberian hormon pertumbuhan (GH), adrenokortikotropin
(ACTH), ekstrak lobus anterior hipofisis dan steroid-steroid adrenal
mengakibatkan hiperplasia dari kelenjar-kelenjar paratiroid. Tetapi mungkin pula
bahwa perubahan kelenjar-kelenjar paratiroid adalah sekunder akibat perubahan
kadar fosfat dalam serum yang disebabkan oleh hormon-hormon tersebut.

EFEK TERHADAP KALSIUM


o Keseimbangan Ca++ dalam tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya :
a) Vitamin D, HPT, dan kalsitonin;
b) Berbagai hormon : hormon pertumbuhan, hormon kelamin, tiroksin, glukokortikoid
dan hormon pankreas;
c) Diet, misalnya fosfat anorganik dan sitrat.
o Jumlah Ca++ pada orang dewasa normal berkisar 1.000-1.200 g, dan kira-kira 99%
terdapat dalam tulang sebagai hidroksiapatit.
o Dari 1 g Ca yang terdapat dalam cairan ekstrasel kira-kira 54% dalam bentuk
terionisasi dan sisanya terikat dengan albumin.
o Sebagian Ca yang terionisasi berada dalam bentuk ikatan dengan anion, terutama
fosfat dan sitrat.
o Ion Ca bebas diperlukan dalam proses pembekuan darah, kontraksi otot skelet dan
fungsi saraf.
o Penurunan kadar ion Ca darah dapat menyebabkan tetani.
o Absorpsi dari saluran cerna sangat sedikit, ambilan Ca dalam diet yang kurang.

Hormon 26
o Ekskresi Ca bertambah melalui urin, misalnya pada penderita nefritis atau defisiensi
paratiroid.
o Gangguan tubuli ginjal yang menyebabkan bertambahnya retensi fosfat, juga dapat
mempermudah penurunan Ca plasma.
o Dalam tulang Ca terdapat dalam dua bentuk sebagian dalam bentuk cadangan yang
labil yang mudah diganti, dan sebagian besar merupakan cadangan yang stabil.
Keseimbangan terjadi antara Ca darah dan kalsium tulang yang labil.

Kalsium Tulang
HPT dapat menambah kecepatan resorpsi ion Ca dan fosfat dari bagian tulang
yang stabil. Pengaruh HPT pada mobilisasi ion Ca dari tulang ke plasma hanya
terjadi bila kadar ion Ca plasma lebih dari 7 mg % . Hormon paratiroid dapat
mempercepat resorpsi tulang dengan menambah kecepatan diferensiasi sel-sel
mesenkim menjadi osteoklas, dan memperpanjang masa paruh sel-sel tersebut.
Eksresi Kalsium
HPT dapat menambah reabsorpsi ion Ca dan ekskresi fosfat di tubuli ginjal, hal
ini menyebabkan kadar ion Ca di cairan ekstrasel bertambah. Paratiroidektomi,
menurunkan reabsorpsi Ca di tubuli distal, sedangkan HPT meningkatkannya. Bila
kadar ion Ca plasma menurun sampai < 7 mg %, ekskresinya akan berkurang karena
jumlah yang difiltrasi glomerulus menurun dan hampir seluruh kation ini
direabsorpsi di tubuli meskipun kapasitas reabsorpsinya menurun. HPT dapat
menambah ekskresi fosfat anorganik dari ginjal, karena reabsorpsi di tubuli
proksimal.
EFEK LAIN
o HPT dapat menurunkan kadar ion Ca, sedangkan paratiroidektomi menambah kadar
ion Ca dalam air susu ibu dan saliva.
o Efek ini berlawanan dengan efek hormon terssbut terhadap ion Ca plasma.
o Karena efek inilah HPT dapat mengadakan konservasi ion Ca dalam cairan ekstrasel,
yaitu dengan mengurangi kecepatan transport ion Ca dari cairan ekstrasel ke air susu
dan saliva.
o Jadi bukan saja karena efeknya pada tulang, ginjal dan usus. HPT juga dapat
menurunkan kadar ion Ca dalam lensa mata.

Hormon 27
FUNGSI KELENJAR PARATIROID
Kelenjar paratiroid mensekresikan hormon paratiroid atau parathormon
disingkat PTH. Parathormon mengatur metabolisme kalsium dan posfat tubuh. Organ
targetnya adalah tulang, ginjal dan usus kecil (duodenum). Terhadap tulang, PTH
mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium serum meningkat. Di tubulus
ginjal, PTH mengaktifkan vitamin D. Dengan vitamin D yang aktif akan terjadi
peningkatan absorpsi kalsium dan posfat dari intestin. Selain itu hormon ini pun akan
meningkatkan reabsorpsi Ca dan Mg di tubulus ginjal, meningkatkan pengeluaran
Posfat, HCO3 dan Na. karena sebagian besar kalsium disimpan di tulang maka efek
PTH lebih besar terhadap tulang. Faktor yang mengontrol sekresi PTH adalah kadar
kalsium serum di samping tentunya PTSH.

GANGGUAN FUNGSI PARATIROID


A. HIPOPARATIROIDISME
Pengangkatan atau hipofungsi kelenjar paratiroid dapat menyebabkan suatu
sindrom akibat langsung hipokalsemia. Gejala klinik hipoparatiroidisme dengan
akibat gangguan metabolisme Ca (hipokalsemia), misalnya berupa : tetani,
parestesia, peningkatan ambang rangsang sambungan otot- saraf, spasme laring,
spasme otot dan konvulsi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh :
 Defisiensi Ca dan vit D, misalnya akibat gangguan absorpsi atau jumlahnya yang
memang tidak cukup dalam diet.
 Hipoparatiroidisme yang dapat terjadi spontan, akibat pembedahan kelenjar tiroid
atau tindakan operasi lain pada daerah leher.

B. HIPERPARATIROIDISME
Pada hewan, pemberian HPT dosis tunggal yang tinggi dapat menyebabkan
perubahan kimia darah yang spesifik untuk hiperparatiroidisme. Kadar ion Ca sangat
meningkat, diikuti penurunan fosfat plasma. Bila HPT diberikan untuk waktu lama,
terjadi dekalsifikasi tulang dan terbentuk kista dalam tulang, deformitas, dan fraktur
spontan tulang. Ca yang dimobilisasi dari tulang, akan mengumpul di jaringan lemak,
ginjal, dinding lambung, bronkus, jaringan ikat interstisial, otot jantung dan tunika
media arteriol. Hewan tersebut terlihat tidak mau makan, muntah, diare dan

Hormon 28
mengalami atoni otot. Akhirnya terjadi kematian karena insufisiensi ginjal akibat
nefrokalsinosis difus dan nefrolitiasis.

2.7 Kelenjar Adrenal

Gambar kelenjar adrenal tampak dari depan

Pada mamalia, kelenjar adrenal (atau kelenjar suprarenalis) adalah kelenjar


endokrin berbentuk segitiga yang terletak di atas ginjal (ad, "dekat" atau "di" + renes,
"ginjal"). Kelenjar ini bertanggung jawab pada pengaturan respon stress pada sintesis
kortikosteroid dan katekolamin, termasuk kortisol dan hormon adrenalin.

Kelenjar adrenal.

Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi anteriosuperior


(depan-atas) ginjal. Pada manusia, kelenjar adrenal terletak sejajar dengan tulang
punggung thorax ke-12 dan mendapatkan suplai darah dari arteri adrenalis.

Hormon 29
Secara histologis, terbagi atas dua bagian yaitu medula dan korteks. Bagian medula
merupakan sumber penghasil katekolamin hormon adrenalin epinefrin dan
norepinefrin. Sedangkan bagian korteks menghasilkan kortisol. Sel penghasil kortisol
dapat pula menghasilkan homron androgen seperti testosteron.

Korteks adrenal

Korteks adrenal menghasilkan beberapa hormon steroid, yang paling penting adalah
kortisol, aldosteron dan androgen adrenal. Kelainan pada kelenjar adrenal
menyebabkan endokrinopati yang klasik seperti sindroma Cushing, penyakit addison,
hiperaldosteronisme dan sindroma pada hiperplasia adrenal kongenital.

Anatomi dan fisiologi


Korteks adrenal terdiri dari daerah yang secara anatomi dapat dibedakan :

1. Lapisan luar zona glomerulosa, merupakan tempat dihasilkannya mineralokorticoid


(aldosterone), ysng terutama diatur oleh angiotensin II, kalium , dan ACTH. Juga
dipengaruhi oleh dopamine, atrial natriuretic peptide (ANP) dan neuropeptides
2. Zona fasciculata pada lapisan tengah, dengan tugas utama sintesis glukokortikoid,
terutama diatur oleh ACTH. Juga dipengaruhi oleh beberapa sitokin (IL-1, IL-6,
TNF) dan neuropeptida
3. Lapisan terdalam zona reticularis, tempat sekresi androgen adrenal (terutama
dehydroepiandrostenedion [DHEA], DHEA sulfa t dan androstenedion) juga
glukokortikoid (kortisol and corticosteron).

Tidak terdapat perbedaan yang jelas secara anatomi antara korteks dan medula
yang menghasilkan katekholamin oleh sel chromafin. Bukti terakhir hal ini
memungkinkan adanya interaksi parakrin diantara keduanya

Hormon 30
Gambar 1. Gambar potongan melintang kelenjar adrenal . zM = adrenal medulla, zR
= zona reticularis, zF = zona fasciculata, zG = zona glomerulosa, Caps = kapsel
adrenal

Fungsi

Fungsi adrenal Kelenjar dalam tubuh manusia adalah banyak dan bermacam-macam.
Dalam beberapa cara kita bisa melihat pada kelenjar adrenal sebagai pabrik mini
dalam, menghasilkan kehidupan mempertahankan bahan kimia 24 jam sehari. Secara
fisik mereka duduk tepat di atas ginjal di dua daerah yang berbeda. Yang pertama,
kelenjar suprarenal tepat adalah berbentuk sedikit seperti piramida, sementara yang
lain, kelenjar suprarenal kiri adalah lebih seperti bentuk bulan setengah sedikit.
Fungsi utama dari kelenjar adrenalin untuk menghasilkan hormon yang kita gunakan
untuk mengendalikan tingkat stres. Sebenarnya kelenjar adrenal melakukan lebih
banyak, menghasilkan hormon yang juga mengendalikan tingkat tekanan darah.

The Kortison koneksi.

Jadi bagaimana tepatnya fungsi kelenjar adrenal berhubungan dengan cortisone? Nah
untuk satu hal bentuk alami dari kortison, kortisol diproduksi di sanaJuga kelenjar
adrenal sebenarnya merupakan perpanjangan dari sistem saraf kita. Mereka secara
intrinsik terkait ke bagaimana kita merasa dan bereaksi sesuai untuk setiap stimulus
eksternal. Setiap kali Anda mendapatkan kejutan, ambil bagi seseorang misalnya
balon meledak di belakang topi punggung Anda terjadi. Selain dari hampir melompat
keluar dari kulit tubuh Anda masuk ke overdrive, menghasilkan bahan kimia, dalam
hal ini adrenalin untuk memberikan dorongan super kecepatan, kesadaran dan reaksi.
Mengapa, sangat sederhana. Kita adalah makhluk primitif tidak peduli berapa banyak

Hormon 31
kita percaya kita maju. Setelah kami berada di bawah ancaman kita bereaksi secara
naluriah. Buru-buru hormon adrenalin kami menerima membantu agar kita tetap
hidup dan biasanya pendek hidup, bertindak hanya selama periode bila diperlukan.

hormon kortikal adrenal tidak bertindak perlu di 'terbang atau melawan' cara seperti
adrenalin tapi bereaksi saat-saat stres, yang dalam hal ini terjadi pada saat-saat
trauma mengurangi inflamasi dan juga meningkatkan kemampuan sistem kekebalan
untuk melawan infeksi. Selalu ada hasil dan tentu saja tidak ada makan siang gratis.
Untuk kelenjar adrenal berfungsi sedemikian cara cepat dan ditargetkan kita perlu
membayar harga. Yang pertama adalah sifat hidup pendek dari burst hormonal.
Dengan kondisi parah atau jangka panjang peradangan kita tidak dapat bergantung
pada kelenjar adrenal berfungsi 24 jam sehari. Hanya tidak mampu. Dalam hal ini
ilmu datang untuk menyelamatkan dengan kortison sintetis.

Dengan adrenalin, biasanya kita tidak perlu untuk memilikinya mengalir melalui
sistem kami untuk jangka waktu, untuk satu hal kita akan merusak saraf tidak dapat
bersantai. Masalah lain adalah bahwa hal itu hanya tidak dirancang untuk digunakan
untuk jangka waktu yang panjang, tubuh tidak bisa mengatasi.

Dengan Kortison, kita dapat memiliki kecepatan pelepasan terkontrol yang memuji
perilaku normal tubuh manusia dengan tetap menjaga tingkat kontrol yang tinggi
pada area tertentu dari tubuh manusia yang membutuhkan perawatan. Tentu saja kita
tidak bisa bergantung pada kortison sebagai obat-mengobati semua tetapi dapat
bertindak untuk jangka waktu lebih lama dan lebih berkelanjutan daripada kelenjar
adrenal dan tidak tergantung pada sistem saraf agar dapat dimanfaatkan.

KELAINAN
Terdapat 2 kelenjar adrenal, yang masing-masing terletak diatas ginjal dan
menghasilkan sejumlah hormon yaitu:
Bagian dalam (medula) menghasilkan epinefrin dan norepinefrin, yang bertanggung
jawab pada reaksi fight-or-flight terhadap keadaan bahaya dan stres emosional
Bagian luar (korteks) menghasilkan:
- aldosteron yang mengatur keseimbangan garam dalam tubuh
- kortisol, penting untuk mengolah protein, lemak dan karbohidrat
- androgen (hormon seksual pria).

Hormon 32
PENYEBAB
Pada kelainan kelenjar adrenal tertentu, tidak dihasilkan hormon kortisol dan
aldosteron karena tubuh tidak memiliki enzim yang diperlukan untuk pembentukan
kedua hormon tersebut. Hipotalamus mendeteksi kadar hormon yang rendah ini dan
merangsang kelenjar hipofisa untuk merangsang kelenjar adrenal agar menghasilkan
kortisol dan aldosteron dalam jumlah yang memadai. Karena perangsangan terus
menerus dari hipotalamus dan kelenjar hipofisa, maka kelenjar adrenal membesar
sampai 10-20 kali beratnya yang normal, tetapi tetap tidak mampu menghasilkan
hormon kortisol dan aldosteron. Tetapi kelenjar adrenal menghasilkan sejumlah besar
hormon lainnya, seperti androgen, sehingga terjadi maskulinisasi.

GEJALA
Kekurangan hormon adrenal menyebabkan sejumlah gejala, tergantung kepada jenis
hormon yang berkurang. Kekurangan aldosteron menyebabkan terlalu banyak
natrium yang dibuang melalui air kemih sehingga tekanan darah menjadi rendah dan
kadar kalium dalam darah menjadi tinggi. Kekurangan kortisol yang sangat berat
(terutama jika pembentukan aldosteron juga terhambat), bisa menyebabkan gagal
adrenal yang dapat berakibat fatal dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu
setelah bayi lahir, disertai dengan tekanan darah rendah, denyut jantung yang cepat
dan kelainan fungsi berbagai organ.

Kekurangan androgen ketika masih berada dalam kandungan bisa menyebabkan


gangguan pertumbuhan kelamin pada janin laki-laki yang disebut
pseudohermafroditisme (lubang uretra abnormal, penis dan buah zakar kecil).
Anak perempuan yang mengalami kekurangan hormon adrenal, ketika lahir tampak
normal tetapi nantinya dia tidak akan mengalami masa puber atau menstruasi.
Kelebihan hormon adrenal juga menyebabkan berbagai gejala.
Pemaparan androgen kadar tinggi pada janin perempuan:
# Pada awal kehamilan menyebabkan alat kelamin berkembang secara abnormal; alat
kelamin luar mengalami maskulinisasi (pseudohermafroditisme wanita)
# Pada saat usia kehamilan kurang dari 12 minggu menyebabkan labia (bibir
kemaluan) kiri dan kanan menyatu dan hanya terbentuk 1 lubang untuk uretra dan
vagina
# Setelah usia kehamilan melewati 12 minggu, akan terjadi pembesaran klitoris

Hormon 33
sehingga menyerupai penis. Indung telur, rahim dan alat reproduksi dalam lainnya
terbentuk secara normal. Kadar androgen yang tinggi biasanya tidak berpengaruh
terhadap janin laki-laki.

Pada anak laki-laki yang masih kecil, kadar androgen yang tinggi akan
mempercepat laju pertumbuhan. Tetapi karena pematangan tulang terjadi lebih cepat
daripada normal dan pertumbuhan terlalu cepat terhenti, maka pada akhirnya tinggi
badan lebih pendek dari normal.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pengukuran kadar hormon adrenal pada contoh air
kemih atau darah.

PENGOBATAN
Untuk menggantikan hormon yang tidak dapat diproduksi oleh kelenjar adrenal,
diberikan hormon sintetis (tiruan). Setelah kekurangan hormon teratasi, hipotalamus
dan kelenjar hipofisa akan berhenti merangsang kelenjar adrenal sehingga
pembentukan hormon lainnya yang berlebihan akan berhenti. Untuk mengatasi
kekurangan kortisol diberikan kortikosteroid (misalnya hydrocortisone atau
prednisone). Kekurangan kortisol yang sifatnya berat merupakan suatu keadaan
darurat dan diatasi dengan pemberian cairan, natrium dan minerallainnya.

Untuk mengobati kekurangan aldosteron diberikan aldosteron dan untuk mengatasi


kekurangan androgen diberikan testosteron. Pengukuran tekanan darah dilakukan
sesering mungkin karena jika kadar hormon tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah
dapat menimbulkan gangguan pada keseimbangan garam dan cairan di dalam tubuh
sehingga mempengaruhi tekanan darah. Pertumbuhan diperiksa sebanyak 2
kali/tahun dan umur tulang ditentukan setiap tahun melalui pemeriksaan rontgen
tangan. Jika jumlah hydrocortisone memadai, maka pertumbuhan akan berjalan
normal.

Efek pada Pria


Pada pria dengan fungsi gonad normal, konversi androstenedion adrenal
menjadi testosteron hanya berjumlah kurang dari 5% kecepatan produksi hormon ini,

Hormon 34
dan jadi efek fisiologis yang ditimbulkan dapat diabaikan. Pada pria dewasa, sekresi
androgen adrenal yang berlebihan tidak menimbulkan pengaruh klinis: namun, pada
anak pria, akan menyebabkan pembesaran penis prematur dan perkembangan dini
ciri-ciri seks sekunder.

Efek pada Wanita

Pada wanita, fungsi adrenal abnormal seperti yang terjadi pada sindroma Cushing,
karsinoma adrenal dan hiperplasia kongenital menyebabkan sekresi androgen-
androgen dalam jumlah berlebihan, dan konversi perifernya menyebabkan
terbentuknya androgen berlebihan, yang bermanifestasi sebagai akne, hirsutisme, dan
virilisasi.

Hormon 35
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Kata hormon berasal dari bahasa Yunani yang berarti “menimbulkan atau
membangkitkan”. Hormon adalah suatu zat kimia yang bertugas sebagai
pembawa tugas (chemical messenger), disekresikanoleh sejenis jaringan
 Hormon terrdiri atas berbagai macam senyawa yang dapat digolongkan dalam
tiga kelompok, yaitu:
1) Steroid, yaitu testoteron dan progesteron.
2) Derivat asam amino, yaitu epinefrin dan tiroksin.
3) Peptida-protein, yaitu insulin, glukagon, parathormon, oksitosin, vasopresin,
hormon yang dikeluarkan oleh mukosa usus dan lain-lainnya.
 Hasil penelitian Sutherland lebih lanjut dapat menjelaskan konsep tentang
mekanisme kerja hormon. Hal-hal penting pada konsep tersebut adalah:
1) Sel mengandung reseptor bagi hormon dalam membran plasma.
2) Penggabungan hormon dengan reseptornya dalam membran plasma dapat
merangsang siklase adenil yang juga terdapat dalam membran plasma.
3) Peningkatan aktivitas siklase adenil menyebabkan meningkatnya jumlah
AMP siklik dalam sel.
4) AMP siklik bekerja dalam sel untuk mengubah kecepatan satu atau beberapa
proses.
 Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian
dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama
melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain.
 Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan sedikit
kalsitonin. Hormon ini diangkut oleh protein pengangkut, protein pengangkut itu
adalah TBG (thyroxine binding globulin), TBPA (thyroxine binding prealbumin),
T3U (T3 resin uptake) dan TBI (thyroxine binding Index).
 Paratiroid menempel pada kelenjar tiroid. Kelenjar ini menghasilkan parathormon
yang berfungsi mengatur kandungan fosfor dan kalsium dalam darah. Hormon
paratiroid (HPT) berasal dari kelenjar paratiroid yang tadi empat kelenjar kecil,
terletak bilateral pada ujung atas dan bawah kelenjar tiroid.

Hormon 36
 kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi anteriosuperior (depan-atas)
ginjal. Pada manusia, kelenjar adrenal terletak sejajar dengan tulang punggung
thorax ke-12 dan mendapatkan suplai darah dari arteri adrenalis.

3.2 Saran
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Jika ada
kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, mohon sangat diharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun untuk penyusunan makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi.

Hormon 37
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Struktur Hormon. Diakses pada tanggal 20 April 2011 :


http://cybergoldenword-knowledge.blogspot.com/2009/03/struktur-kimia
Anonim, 2009. Kelenjar Tiroid. Diakses pada tanggal 20 April 20011 :
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://bigworld027.files.wordpress.com/
2009/02/histologi-kelenjar-tiroid1

Anonim, 2009. Hormon. Diakses pada tanggal 23 April 2011 :


http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100928043828AAsRmEQ
Anonim, 2009. Hormon. Dikases pada tanggal 22 April 2011 :
http://www.lookchem.com/300w/2010/078/2989-84-6.jpg

Anonim, 2010. Hormon dan system Endokrin. Diakses pada tanggal 22 April 20111 :
http://medicastore.com/penyakit/761/Hormon_&_Sistem_Endokrin.html.

Campbell, 2003. Biochemistry forth edition. Canada : Thomson brook cole.

Dicha, 2010. Sistem Hormon. Diakses pada tanggal 22 April 2011 :


http://dicha85.wordpress.com/page/3/

Erwina, 2010. Hormon dan Sistem endokrin. Diakses pada tanggal 23 April 2001 :
http://erwinadr.blogspot.com/2010/11/hormon-sistem-endokrin.html

Indah, mutiara. 2004. Mekanisme Kerja Hormon. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Karyanto, agus. 2005. Mekanisme Kinerja Hormon. Lampung : UNILA

Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 3. Jakarta : Erlangga.

Montgomery, Rex .1993. Biokimia. Yogyakarta : GMUP.

Poedjiadi, anna. Dkk. .2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press

Hormon 38
Peter, 20010. Sistem Hormon pada manusia. Diakses pada tanggal 23 April 2011 :
http://peter-lf.blogspot.com/

Saryono. 2009. Biokomia Hormon. Yogyakarta : Nuha medika.

Hormon 39

You might also like