You are on page 1of 6

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X

Yogyakarta, 15 November 2014

PENGGUNAAN ANALISIS DIMENSIONAL TEOREMA π BUCKINGHAM PADA


PENYELIDIKAN PENGARUH KEKERASAN MATERIAL UNTUK MENENTUKAN
KEMUDAHAN PROSES ELECTRICAL DISCHARGE MACHINING

Nidia Lestari1, , Muslim Mahardika2)


1)
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Jalan Kalisahak No. 28 Yogyakarta
2)
Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
Jalan Grafika No. 2 Yogyakarta

ABSTRACT
The ease of machining a workpiece by Electrical Discharge Machining (EDM) processes is determined
by λ ⋅ θ ⋅ ρ theory. Base on λ ⋅ θ ⋅ ρ theory, the ease of EDM process is determined by thermal conductivity
(λ), melting temperature (θ), and electrical resistance of a material (ρ), where the ease of EDM process is
assumed proportional to the total energy of discharge pulses (Et ). The advantage of using EDM is all of very
hard material that can be processed. However, from λ ⋅ θ ⋅ ρ theory is needed the different energy to process
12 types of workpiece material. The case of this research is dimensional analysis of Buckingham π theorem
relationship between the variables λ, θ, ρ and a hardness physical properties material. EDM process is
inseparable from the effect of voltage and capacitance. The result of the process causes the stochastic thermal
ionization. Performance of a material related with the melting point of the material. When the material's melting
point is reached there will be a movement of atoms which causes dislocations and residual stresses in the
material. The results indicate that there is a positive correlation coefficient between hardness and λ ⋅ θ ⋅ ρ
theory to determine the ease of EDM process. By using the Buckingham π theorem, mathematical formula
between hardness and λ ⋅ θ ⋅ ρ theory has been established.

Keyword : electrical discharge machining; Buckingham π; teori λ·θ·ρ; hardness

PENDAHULUAN
Electrical Discharge Machining (EDM) telah berkembang pada tahun 1943. EDM terkenal
dalam hal kemampuannya untuk membuat bentuk kompleks pada logam-logam yang sangat keras.
Penggunaan yang umum untuk Mesin EDM adalah dalam pembuatan dies perkakas potong dan
cetakan (molds) yang terbuat dari baja yang telah dikeraskan, tungsten carbide, high speed steel, dan
material lain. Mesin EDM juga dapat memproses ukuran produk yang sangat kecil (micro machining)
yang tidak mungkin dikerjakan dengan metode konvensional. Removal material benda kerja dilakukan
oleh loncatan bunga api (spark). Material removal rate-nya sekitar 0.3 cm3/min dengan overcut 0,020
mm sampai 0,63 mm. Proses permesinan non-konvensional ini tidak ada kontak langsung antara pahat
dengan benda kerja, sehingga keausan pahat jadi sangat kecil.
EDM merupakan suatu proses permesinan non-konvensional di mana pelepasan material
terjadi karena adanya loncatan listrik yang melalui tool electrode ke benda kerja melalui cairan
dielektrik. Keuntungan dari EDM adalah ketidakbergantungnya kekerasan sebuah material benda kerja
untuk diproses. Semua material dapat di machining selama material tersebut bersifat konduktor,
seperti: baja, baja paduan, grafit, material keramik (Ho dan Newman, 2003; Mahardika dkk., 2008).
Berdasarkan teori λ·θ·ρ kemudahan proses EDM ditentukan oleh konduktivitas termal (λ), temperatur
titik leleh (θ), dan tahanan listrik sebuah material (ρ) (Mahardika, 2008). Teori ini lebih baik daripada
teori sebelumnya yaitu teori λ·θ (Mohri dkk, 2003).
Pendekatan dengan menggunakan analisis dimensi teorema π Buckingham menghasilkan
suatu π yang tidak berdimensi yang dapat mewakili ekspresi dari beberapa variabel dengan cara
menunjukkan hubungan bagian-bagian variabel tersebut dalam sebuah persamaan (Buckingham,
1914).
Studi kasus dari penelitian ini adalah menganalisa secara dimensional hubungan antara teori
λ·θ·ρ dengan kekerasan sebuah material sehingga didapatkan sebuah persamaan hubungan antara
variabel λ, θ, dan ρ dengan energi yang dibutuhkan selama proses EDM dalam kaitannya dengan
kemudahan permesinan pada EDM.

B-105
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014

METODE PENELITIAN
Ada 12 jenis material uji yang digunakan: aluminium (AL), brass (Br), cooper (Cu), steel (Fe),
molybdenum (Mo), nickel (Ni), platinum (Pt), silver (Ag), stainless steel (SS), tantalum (Ta), titanium
(Ti), tungsten (W). Diameter benda kerja 300 μm. Tungsten-silver (Ag-W) dengan dimensi 10 mm ×
10 mm × 1,2 mm sebagai tool electrode nya. Ag-W digunakan karena ketahanannya dan banyak
digunakan di industri. Melting point nya 3683 K, thermal conductivity 160 W/m.K dan electrical
resistivity 3.52 × 10-6 ohm.cm. Kedalaman potong permesinan 100 μm, dengan tegangan 110 V,
kapasitansi 3300 pf dan feed rate 5 μm/s.
Teori λ·θ·ρ digunakan dalam menentukan sulit atau mudahnya suatu material diproses dengan
EDM dan energi yang digunakan dalam memproses benda kerja dinyatakan dalam hubungan:

E ≈ λ ⋅ θ ⋅ ρ …………………………..……………………………………………………………... (1)

semakin kecil hasil nilai λ·θ·ρ suatu material maka semakin kecil energi yang dibutuhkan untuk
memproses material tersebut.

Tabel 1. Kemudahan permesinan dari 12 material berbeda berdasarkan Teori λ·θ·ρ.

No Material λ (W/mK) θ(K) ρ(Ωcm) λ.θ.ρ (WΩ)


1 Al (aluminum) 210 934 2.30E-06 4.51E-03
2 Ag (silver) 419 1235 1.55E-06 8.02E-03
3 Br (brass) 109 1173 7.00E-06 8.95E-03
4 Cu (copper) 401 1356 1.70E-06 9.24E-03
5 Ni ( nickel) 60.7 1728 1.10E-05 1.15E-02
6 Fe (steel) 76.2 1808 9.70E-06 1.34E-02
7 Pt (platinum) 69.1 2042 1.06E-05 1.50E-02
8 Ti (titanium) 17 1943 5.54E-05 1.83E-02
9 SS (stainless steel) 16 1694 7.20E-05 1.95E-02
10 Ta (tantalum) 54.4 3269 1.25E-05 2.22E-02
11 Mo (molybdenum) 138 2890 5.70E-06 2.27E-02
12 W (tungsten) 163.3 3643 5.65E-06 3.36E-02

Teorema π Buckingham merupakan salah satu cara menghasilkan set parameter berdimensi.
Dengan melakukan analisis dimensional sebuah basis untuk ruang vektor yang diberikan simbol
dimensi disebut satu set unit fundamental atau dimensi mendasar. Dimensi mendasar seperti M, L, dan
T.
M i L jT k …........................................................................................................................……….…... (2)
Persamaan (2) merupakan contoh dimensi sesuai dengan vektor (i, j, k). Ketika dijumlah,
dikalikan atau dibagi dengan yang lain, unit dimensi mereka juga dikalikan atau dibagi, hal ini sesuai
dengan penambahan atau pengurangan dalam ruang vektor.
Masing-masing parameter λ·θ·ρ harus didefinisikan terlebih dahulu dalam bentuk dimensi dasar.
Perhitungan λ ditentukan oleh:

λ = α ⋅ Cp ⋅ d …………………………………………………………………………………….…... (3)

dimana α merupakan thermal diffusion coefficient, cp merupakan heat capacity, dan d merupakan density.
Dimensi dasar masing-masing variabel pada parameter λ adalah sebagai berikut:

L2
α= ………….…............................................................................................................................ (4)
T

B-106
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014

L2
cp = ……………………………………………………………………………………......…... (5)
T 2θ

M
d= …………................................................................................................................... (6)
L3
Sedangkan dimensi dasar θ dan ρ adalah

θ = θ ……………………………………………………..…………………….…............... (7)

ML3
ρ= …. ……………………………………………….………….………..….............. (8)
T 3I 2

Untuk melihat keterkaitan kekerasan dengan teori λ·θ·ρ, kekerasan (Hv) pun harus
didefinisikan dimensi dasarnya.

M
Hv = ........................................................................................................................…... (9)
LT 2

Selanjutnya dimensi dasar dari variabel-variabel di atas dimasukkan dalam matrik dimensional
dengan ketentuan variabel fisik sebagai kolom, dan dimensi dasar sebagai baris seperti terlihat pada
persamaan (10)

Hv α cp d θ ρ
M 1 0 0 1 0 1
L −1 2 2 −3 0 3
………………………………………………..…... (10)
T −2 −1 −2 0 0 −3
θ 0 0 −1 0 1 0
I 0 0 0 0 0 −2
Sehingga, konstanta dimensional dari teorema π Burckingham nantinya didapat dalam bentuk

π = Hv a α a c p a d a ρ a θ a ………………………..…………………………………..…... (11)
1 2 3 4 5 6

Untuk mendapatkan vektor

a = [ a1 , a2 , a3 , a4 , a5 , a6 ] …………………………………………………...……….…...... (12)

dibutuhkan produk matrik M atas hasil vektor nol. Dalam aljabar linear, vektor ini dikenal sebagai
Kernel dari matriks dimensi. Matrik Kernel berupa ( a1 , a2 , a3 , a4 , a5 , a6 ) ∈ R 6 di mana:

⎡ a1 ⎤ ⎡ 0 ⎤
⎡1 0 0 1 0 1 ⎤⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎢ ⎥ ⎢ a2 ⎥ ⎢ 0 ⎥
⎢ −1 2 2 −3 0 3 ⎥ ⎢ a3 ⎥ ⎢ 0 ⎥
M = ⎢ −2 −1 −2 0 0 −3⎥ ⎢ ⎥ = ⎢ ⎥ …………………………………...….... (13)
⎢ ⎥ a4 0
⎢ 0 0 −1 0 1 0 ⎥⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎢ a5 ⎥ ⎢ 0 ⎥
⎢⎣ 0 0 0 0 0 −2 ⎥⎦ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎣⎢ a6 ⎦⎥ ⎣ 0 ⎦

B-107
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014

Matrik M dieliminasi dengan metoda Gauss-Jordan sehingga didapat matrik reduced row echelon
form:

⎡ a1 ⎤
⎡1 0 0 0 1 0 0⎤ ⎢ ⎥
⎢ ⎥ a2
⎢0 1 0 0 0 0 0⎥ ⎢ ⎥
⎢a ⎥
⎢0 0 1 0 −1 0 0⎥ = ⎢ 3 ⎥
⎢ ⎥ a …………………………………….…... (14)
⎢0 0 0 1 −1 0 0⎥ ⎢ 4 ⎥
⎢ a5 ⎥
⎢0 0 0 0 0 ⎥
1 0⎦ ⎢ ⎥

⎣⎢ a6 ⎦⎥
Dalam persamaan Linear ditulis:

a1 + a5 = 0 ………………………….……………………………………………...……… (15)

a2 = 0 ………………………………………………………………………..…………… (16)

a3 − a5 = 0 ………………………………………………………………………………… (17)

a4 − a5 = 0 ………………………………………………………………………………… (18)

a6 = 0 …………………………………………………………………………....………… (19)

Dari penyelesaian persamaan Linear di atas, nilai Kernel dari matriks telah dapat ditentukan, yaitu:

⎡ a1 ⎤ ⎡ −1⎤
⎢a ⎥ ⎢ 0 ⎥
⎢ 2⎥ ⎢ ⎥
⎢ a3 ⎥ ⎢ 1 ⎥
⎢ ⎥ = ⎢ ⎥ ……………………………………………………………………………..… (20)
⎢ a4 ⎥ ⎢ 1 ⎥
⎢ a5 ⎥ ⎢ 1 ⎥
⎢ ⎥ ⎢ ⎥
⎢⎣ a6 ⎥⎦ ⎣ 0 ⎦

konstanta dimensi dari teorema Buckingham π untuk kekerasan didapat dalam bentuk:

π = Hv −1 ⋅ α 0 ⋅ c p1 ⋅ d 1 ⋅θ 1 ⋅ ρ 0 ………………………………………………….…………. (21)

Hv = c p ⋅ d ⋅θ ……………………………………………………………………..………. (22)

Jika diuraikan persamaan (22), maka didapatkan satuan Hv (kekerasan) sama dengan satuan hasil
perkalian antara cp·d·θ.

M M
2
= 2 ………………………………………………………………………………. (23)
LT T L

B-108
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014

Tabel 2. Data kekerasan 12 material berdasarkan urutan

No Material λ.θ.ρ (WΩ) Hv (pa)


1 Al (aluminum) 4.51E-03 1.67E+08
2 Ag (silver) 8.02E-03 2.51E+08
3 Br (brass) 8.95E-03 9.10E+07
4 Cu (copper) 9.24E-03 3.69E+08
5 Ni ( nickel) 1.15E-02 6.38E+08
6 Fe (steel) 1.34E-02 1.20E+08
7 Pt (platinum) 1.50E-02 5.49E+08
8 Ti (titanium) 1.83E-02 9.70E+08
9 SS (stainless steel) 1.95E-02 1.80E+08
10 Ta (tantalum) 2.22E-02 8.73E+08
11 Mo (molybdenum) 2.27E-02 1.53E+09
12 W (tungsten) 3.36E-02 3.43E+09

Gambar 1. Hasil koefisien determinasi analisis teorema π Buckingham dengan kekerasan

PEMBAHASAN
Dari analisis dimensional yang telah dilakukan,diketahui bahwa ada beberapa variabel yang
menghubungkan antara Teori λ·θ·ρ dengan kekerasan, yaitu heat capacity (cp), density (d), dan melting
point (θ) dari sebuah material. Logam yang memiliki titik leleh tinggi, kekuatan ikatan logamnya lebih
kuat dan laju keausannya pun rendah (Kapoor, 2012) dan tentunya berkaitan erat dengan metallic
bonding sebagai bentuk pengaruh dari density sebuah material.
Jika salah satu dari 12 material tersebut dijadikan sebagai tool electrode-nya, maka dengan
mengetahui nilai koefisien determinasi antara kekerasan dengan teori λ·θ·ρ, maka efisiensi permesinan
dengan EDM dapat tercapai. Seperti dalam menentukan kedalaman potong pada saat permesinan. Jika
Cu digunakan sebagai tool electrode-nya, maka kedalaman potong pada saat permesinan tidak akan
jauh meleset dari pengaturan awal kedalaman potong dibandingkan jika menggunakan Al. Hal ini
disebabkan karena Cu lebih keras dari pada AL. Dengan kata lain laju keausan Al lebih tinggi
dibandingkan Cu.

B-109
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014

KESIMPULAN
Dengan mengetahui nilai kekerasan material baik itu sebagai benda kerja maupun tool electrode,
laju keausan material tersebut dapat diprediksi yang akan berdampak pada keefisienan waktu dalam
memasukan nilai parameter pemotongan.

DAFTAR PUSTAKA
Berghausen, P.E., Brettschneider, H.D., Davis, M.F., 1963, Electro Discharge Machining Program,
The cincinnati Milling Machine Co., Document AD0423199 for the US Department of
Commerce.
Buckingham, E., 1914, On physically Similar Systems, Illustrations of the Use of Dimensional
Equations, Physical Review, Vol. 4, pp. 345-376.
Ho, K.H., Newman, S.T., 2003, State of the Art Electrical Discharge Machining (EDM), International
Journal of Machine Tools and Manufacture, Vol. 43, pp. 1287-1300.
Kapoor, S., Liu, R., Wu, X.J., Yao, M.X., 2012, Temperature-Dependence of Hardness and Wear
Resistance of Stellite Alloys, World Academy of Science, Engineering and Technology, Vol.
67.
Mahardika, M., Tsujimoto, T., Mitsui, K., 2008, A New Approach on the Determination of Ease of
Machining by EDM Processes, International Journal of Machine Tools & Manufacture, Vol.
48, pp. 746–760.
Mohri, N., Fukusima, Y., Fukuzawa, Y., Tani, T., Saito, N., 2003, Layer Generation Process on Work-
Piece in Electrical Discharge Machining, Annals of the CIRP, Vol. 52/1, pp. 157–160.
Mohri, N., Suzuki, M., Furuya, M., Saito, N., 1995, Electrode Wear Process in Electrical Discharge
Machining, Annals of the CIRP, Vol. 44/1, pp. 165–168.

B-110

You might also like