You are on page 1of 20

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

TUGAS APLIKASI KLINIS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DI


RUMAH SAKIT DAERAH BALUNG JEMBER

oleh

Aisyah Chitra Permata


NIM 162310101248

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan aplikasi klinis yang dibuat oleh:

Nama : Aisyah Chitra Permata


NIM : 162310101248
Judul : LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN HERNIA DI RUANG IGD RSD
BALUNG
telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 9 Januari 2019
Jember, 8 Januari 2019

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

_________________________ _________________________
NIP…………………………… NIP............................................
Kepala Ruangan
Ruang IGD RSD Balung

_____________________________
NIP ………………………………..
A. Anatomi Fisiologi Hernia

1. Anatomi
Kanalis inguinalis dibatasi dikraniolateral oleh anulus inguinalis
internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transpersalis dan
aponeurosis muskulo-tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas
tuberkulum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus,bagian
terbuka dari aponeurosis muskulo-oblikus eksternus. Atapnya adalah
aponeurosis muskulo-oblikus eksternus, dan di dasarnya terdapat
ligamentum inguinal. Kanal berisi tali sperma pada lelaki, dan
ligamentumrotundum pada perempuan. Hernia inguinalis indirek, disebut
juga herniainguinalis lateralis, karena keluar dari peritonium melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika
cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus. Apabila
hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia
skrotalis (Sjamsuhidayat, 2004).

2. Fisiologi

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan
ke-8 kehamilan terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan
testis tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya proses ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut
namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini tidak menutup. Karena
testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka.
Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2
bulan (Mansjoer, 2002).

B. Pengertian Hernia
.Istilah hernia berasal dari bahasa Latin yaitu herniae yang berarti
penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada
dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu membentuk suatu kantong
dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah perut
dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Giri Made Kusala, 2009).

Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau


penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Sedangkan menurut
Tambayong (2000), Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang
memungkinkan isi abdomen (seperti peritoneum, lemak, usus atau kandung
kemih) memasuki defek tersebut, sehingga timbul kantong berisikan materi
abnormal.

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat


diambil kesimpulan bahwa hernia inguinalis adalah suatu keadaan keluarnya
jaringan atau organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatu lubang atau celah
keluar di bawah kulit atau menuju rongga lainnya (kanalis inguinalis).

C. Epidemiologi Hernia
Sebagian besar hernia inguinalis terjadi pada pria (90%). Sementara
wanita memiliki resiko tiga kali lebih besar untuk mengalami hernia
femoralis. Hernia indirek lebih banyak muncul pada sisi kanan. Alasannya
adalah karena testis kiri lebih dulu turun dari retroperitonel ke skrotum
dibanding testis kanan, sehingga obliterasi canalis inguinalis kanan terjadi
lebih akhir. Pada kasus terjadinya hernia indirek kiri, 50% kasus akan disertai
dengan hernia indirek kanan.
Di Indonesia penyakit hernia menempati urutan ke delapan dengan
jumlah 291.145 kasus. Untuk data di Jawa Tengah, mayoritas penderita
selama bulan Januari - Desember 2007 diperkirakan 425 penderita.

Peningkatan angka kejadian Penyakit Hernia Inguinalis Lateralis di


Indonesia khususnya Provinsi Jawa Tengah disebabkan karena ilmu
pengetahuan dan teknologi semakin berkembang dengan pesat, sejalan dengan
hal tersebut, maka permasalahan manusiapun semakin kompleks, salah
satunya yaitu kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak. Hal tersebut
menuntut manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya dengan usaha
yang ekstra, tentunya itu mempengaruhi pola hidup dan kesehatannya yang
dapat menyebabkan kerja tubuh yang berat yang dapat menimbulkan
kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ tubuh.

Penyebab penyakit hernia yaitu dengan bekerja berat untuk memenuhi


kebutuhan seperti mengangkat benda berat, kebiasaan mengkonsumsi
makanan kurang serat, yang dapat menyebabkan konstipasi sehingga
mendorong mengejan saat defekasi. Selain itu, batuk, kehamilan, dapat juga
berpengaruh dalam meningkatkan tekanan intra abdominal sehingga terjadi
kelemahan otot “otot abdomen yang dapat menimbulkan terjadinya hernia
inguinalis, yang dapat menjadi hernia scrotalis bila kantong hernia inguinalis
mencapai scrotum. Bisa juga karena orang yang mempunyai penyakit dengan
tonjolan dilipat paha kemudian dibawa ke dukun sebelum dibawa ke rumah
sakit atau dokter.

Ada pula sebagian masyarakat yang merasa malu bila diketahui


mempunyai penyakit demikian, sehingga hal-hal inilah yang kadang kala
memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia. Dapat juga karena
sebab didapat atau anomali congenital.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah


Batang jumlah kasus Hernia Inguinalis pada bulan Januari - Desember tahun
2009 - 2010 terdapat 187 kasus. Dari 187 kasus, 138 kasus sudah dilakukan
operasi hernia ingunalis, sedangkan 49 kasus tanpa tindakan operasi. Dan dari
187 kasus 91 kasus terjadi pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 ada 96 kasus.
Berkaitan dengan meningkatnya angka kejadian hernia inguinalis setiap
tahunnya baik karena faktor lanjut usia maupun faktor pekerjaan berat yang
mempengaruhi kelemahan otot dinding rongga perut serta kelelahan dari
berbagai organ tubuh. Penyakit hernia, atau yang lebih dikenal dengan turun
berok, adalah penyakit akibat turunnya buah zakar seiring melemahnya
lapisan otot dinding perut. Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki,
terutama anak-anak. Kebanyakan penderitanya akan merasakan nyeri, jika
terjadi infeksi di dalamnya, misalnya, jika anak-anak penderitanya terlalu
aktif.

D. Etiologi Hernia
1. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita.
Pada Pasien – pasien penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya
procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang
dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya
jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan
peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
2. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal.
Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini
disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam
lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada
buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar
pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan
tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang
lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).
3. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran
prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain.
Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat
menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis
inguinalis.
4. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk
di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan
tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ
melalui dinding organ yang lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan
lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia
7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang
berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-
otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
8. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi
yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga
memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis
inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan
ia akan mengalaminya lagi. (Giri Made Kusala, 2009).

E. Klasifikasi Hernia
1. Hernia Bawaan atau Kongenital
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut
akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang
sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini
tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan
juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada
usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan
timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita (Erfandi, 2009).
2. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
Hernia kongenital / bawaan ditemukan pada bayi sedangkan hernia akuisita /
didapat, terutama akibat kelemahan otot dinding perut ditemukan pada orang
dewasa. Proses terjadinya hernia eksternal pada bayi umumnya disebabkan
penyakit kongenital, yakni penyakit yang muncul ketika bayi dalam kandungan
dan umumnya tidak diketahui penyebabnya (Erfandi, 2009).
a. Berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponibel/reducible
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan
dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau
gejala obstruksi usus (Erfandi, 2009).
2) Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia.
Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak
ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus (Erfandi, 2009).
3) Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer = penjara)
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Herniainkarserata berarti isi
kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai
akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia
inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase,
sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”.Hernia
strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di dalamnya karena tidak
mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan
keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera (Erfandi,
2009).
b. Berdasarkan Letaknya
1. Hernia Femoralis
Hernia femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari ligamentum
inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia
femoralis. Hernia femoralis umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian
pada perempuan kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat
paha yang muncul terutama pada waktu melakukan aktivitas yang menaikkan
tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang atau batuk. Benjolan ini hilang
pada waktu berbaring. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis.
Selanjutnya, isi hernia masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong
sejajar dengan vena femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa
ovalis di lipat paha (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih
umum pada wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis
femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir
tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang
tinggi dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.

2. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang hanya
tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat kira-kira 20% bayi dan angka
ini lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Tidak ada perbedaan angka kejadian
antara bayi laki-laki dan perempuan. Hernia umbilikalis merupakan penonjolan
yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat
peninggian tekanan intraabdomen, biasanya ketika bayi menangis. Hernia
umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi
(Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih
umum pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya
terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi
insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah
pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, atau kegemukan.
3. Hernia sikatriks atau hernia insisional
Hernia ini terjadi pada bekas luka laparotomi. Sayatan pada
nervus mengakibatkan anestesi kulit dan paralisis otot pada segmen yang dilayani
oleh saraf yang bersangkutan (Syamsuhidayat, 2004).
4. Hernia Inguinalis
Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui
sebuah lubang sebagai bagian yang lemah pada dinding perut ke dalam kanalis
inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan
jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung
zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan. Hernia inguinalis dapat bersifat bawaan
(kongenital) dan didapat (akuisita). Pasien laki-laki lebih banyak daripada pasien
wanita. Pada pria, hernia bisa terjadi di selangkangan, yaitu pada titik dimana
korda spermatika keluar dari perut dan masuk ke dalam skrotum (Asep Subarkah,
2008).
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia inguinalis dapat dibagi menjadi :
a) Hernia inguinalis indirek
Disebut juga hernia inguinal lateralis, karena keluar dari rongga peritoneum
melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup
panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus.Apabila hernia ini
berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong
hernia berada di dalam muskulus kremaster, terletak anteromedial terhadap vas
deferens dan struktur lain dalam tali sperma (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati
korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya terjadi pada pria
daripada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan pasien kecil. Hernia ini dapat
menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Benjolan tersebut bisa
mengecil atau menghilang pada waktu tidur. Bila menangis, mengejan atau
mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali.
b) Hernia inguinalis direk
Disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol langsung ke depan melalui
segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi oleh ligamentum inguinale di bagian
inferior, pembuluh epigastrika inferior di bagian lateral dan tepi otot rektus di
bagian medial. Dasar segitiga Hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang
diperkuat oleh serat aponeurosis muskulus transversus abdominis yang kadang-
kadang tidak sempurna sehingga potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis,
karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan ke skrotum, umumnya tidak
disertai strangulasi karena cincin hernia longgar (Syamsuhidayat, 2004).
Menurut Erfandi (2009), Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan
otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini
lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area
yang lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut direkta karena
langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis
interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan. Bila
hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum,
sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari masa hernia.
Pada pasien te rlihat adanya massa bundar pada anulus inguinalis eksterna yang
mudah mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior
maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.

F. Patofisiologi Hernia
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air
besar atau batuk yang kuat atau perpindahan bagian usus ke daerah otot
abdominal. Tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal tentunya akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuat pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi pada proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu saja melakukan
perjalanan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama sehingga
terjadilan penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah sehingga
akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau
mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat
menyebabkan gangren (Oswari, 2000).
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko
tinggi akan terjadi komplikasi. Akibat dari keadaan post operatif seperti
peradangan, edema, dan pendarahan, sering terjadi pembengakakan skrotum
setelah perbaikan hernia. Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan
pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman. Peradangan tersebut
menyebabkan vasokontriksi vaskuler sehingga aliran darah menjadi berlebihan
dan menekan sistem syaraf. (Long, 2001). Hernia inguinalis dapat terjadi karena
kongenital atau karena sebab yang didapat. Insiden hernia meningkat dengan
bertambahnya umur karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan
intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya. Dalam keadaan
relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus turut kendur.
Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis
berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis
berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah
masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada orang dewasa kanalis tersebut
sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah tersebut maka akan sering
menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan peningkatan tekanan intra
abdomen (Nettina, 2001).

G. Manifestasi Klinis
Menurut Heather Herdman (2012), tanda dan gejala yang sering muncul
pada pasien hernia adalah
1. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan
dilipat paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual.

3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila lelah ada komplikasi

4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata kulit diatasnya menjadi merah dan
panas serta terasa sakit yang bertambah hebat.

5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga


menimbulkan gajala sakit kencing disertai hematuria.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas
dalamusus/obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), peningkatan sel darah
putih (Leukosit : >10.000–18.000/mm3) dan ketidakseimbangan
elektrolit

Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu


konservatif dan pembedahan.
a) Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis
pamakaian korset tidak dianjurkan karena alat ini dapat melemahkan
otot dinding perut. Pada terapi konservatif dapat pula di berikan
obat anti analgetik yaitu mengurangi nyeri.
b) Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan
menjepit kantung hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi
hernia dimasukan, kantong diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pasien yang telah dilakukan
tindakan pembedahan disarankan untuk tidak boleh mengendarai kendaran,
aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh mengangkat benda berat, mendorong atau
menarik benda paling sedikit 6 minggu.

1. Terapi
Terapi / Tindakan Penanganan

1. Indikasi Pembedahan
Pada umumnya, semua hernia harus diperbaiki, kecuali jika ada
keadaan lokal atau sistemik dari pasien yang tidak memungkinkan hasil
yang aman. Pengecualian yang mungkin dari hal umum ini adalah hernia
dengan leher lebar dan kantung dangkal yang diantisipasi membesar
secara perlahan. Bebatan atau sabuk bedah bermanfaat dalam
penatalaksanaan hernia kecil jika operasi merupakan kontraindikasi, tetapi
bebatan merupakan kontraindikasi untuk pasien dengan hernia femoralis.
2. Terapi Umum
Terapi konservatif sambil menunggu penyembuhan melalui proses
alami dapat dilakukan pada hernia umbilikalis sebelum pasien berumur
dua tahun. Terapi konservatif berupa penggunaan alat penyangga dapat
digunakan sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset
pada hernia ventralis. Sementara itu, pada hernia inguinalis pemakaian
korset tidak dianjurkan karena selain tidak menyembuhkan, alat ini dapat
melemahkan dinding perut.Umumnya terapi operatif merupakan terapi
satu-satunya yang rasional. Usia lanjut tidak merupakan kontraindikasi
operasi elektif. Kalau pasien dengan hernia inkarserata tidak
menunjukkan gejala sistemik dapat dicoba melakukan reposisi postural.
Jika usaha reposisi berhasil, dapat dilakukan operasi herniorafi elektif
setelah 2-3 hari setelah udem jaringan hilang dan keadaan umum pasien
sudah lebih baik. Pada hernia inkarserata, apalagi pada hernia strangulata,
kemungkinan pulihnya isi henia harus dinilai saat operasi. Bila isi hernia
sudah nekrotik, dilakukan reseksi. Kalau sewaktu operasi daya pulih isi
hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah lima menit
dievaluasi kembali warna, peristaltis, dan pulsasi pada a. arkuata pada
usus. Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat, yang memang
terjadi pada hernia direk, sebaiknya digunakan marleks untuk menguatkan
dinding perut setempat
Pathway
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA

Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat

Tanda dan gejala: Atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat


pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu
lama.

b. Eliminasi

Gejala: Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya


inkontinensia atau retensi urin.

c. Integritas ego

Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan


timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.

d. Neuro sensori

Tanda dan gejala: Penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot


hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan
dan kaki.

e. Nyeri atau ketidaknyamanan

Gejala: Sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk benda


tajam, semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan
badan.

f. Keamanan

Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.

Diagnosa
diagnosa yang mungkin muncul pada penderita hernia yaitu :

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan


akibat tindakan operasi.
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

Rencana Asuhan Keperawatan


1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan
akibat tindakan operasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang

Kriteria Hasil : - klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang


-tanda-tanda vital normal
-pasien tampak tenang dan rileks.

INTERVENSI RASIONAL

Pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala Mengenal dan memudahkan dalam


nyeri melakukan tindakan keperawatan.
Anjurkan klien istirahat ditempat tidur Istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri
posisi yang tepat mengurangi penekanan
Atur posisi pasien senyaman mungkin dan mencegah ketegangan otot serta
mengurangi nyeri.
Ajarkan teknik relaksasi dan napas relaksasi mengurangi ketegangan dan
dalam. membuat perasaan lebih nyaman
Kolaborasi untuk pemberian analgetik. analgetik berguna untuk mengurangi
nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman.
2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
Tujuan : tidak ada infeksi
Kriteria hasil : -tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
- luka bersih tidak lembab dan kotor.
- Tanda-tanda vital normal

INTERVENSI RASIONAL
Pantau tanda-tanda vital. Jika ada peningkatan tanda-tanda vital
besarkemungkinan adanya gejala infeksi karena
tubuhberusaha intuk melawan mikroorganisme
asing yang masuk maka terjadi peningkatan
tanda vital.

Lakukan perawatan luka dengan perawatan luka dengan teknik aseptic


teknik aseptik. mencegah risiko infeksi.
Lakukan perawatan terhadap prosedur untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.
inpasif seperti infus, kateter, drainase
luka, dll
Jika ditemukan tanda infeksi penurunan Hb dan peningkatan jumlahleukosit
kolaborasi untuk pemeriksaan darah, dari normal membuktikan adanya tanda-tanda
seperti Hb danleukosit. infeksi.

Kolaborasi untuk pemberian antibiotic mencegah perkembangan


antibiotik. mikroorganisme patogen.

.
3).Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria hasil :- pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
- pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur- kualitas dan kuantitas tidur
normal.

INTERVENSI RASIONAL

berikan kesempatan untuk beristirahat / Karena aktivitas fisik dan mental yang
tidursejenak, anjurkan latihan pada siang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat
hari, turunkanaktivitas mental / fisik pada mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang
sore hari. terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang
meningkatkan waktu tidur
Hindari penggunaan ”Pengikatan” Risiko gangguan sensori, meningkatkan
secara terus menerus agitasi dan menghambat waktu istirahat.

Evaluasi tingkat stress orientasi sesuai Peningkatan kebingungan, disorientasi dan


perkembangan hari demi hari. tingkah laku yang tidak kooperatif
(sindromsundowner) dapat melanggar pola
tidur yang mencapai tidur pulas.
Pengatan bahwa saatnya tidur dan
lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara mempertahankan kestabilan
teratur.Katakan pada pasien bahwa saat ini lingkungan.Catatan :Penundaan waktu tidur
adalah waktu untuk tidur. mungkin di indikasikan untuk memungkin
pasien membuang kelebihan energi dan
memfasilitas tidur.
Berikan makanan kecil sore hari, susu Meningkatkan relaksasi dengan perasan
hangat, mandi dan masase punggung mengantuk
batasi jumlah minum pada sore hari.
Lakukan berkemih sebelum tidur. Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk
pergi kekamar mandi/berkemih selama
Kolaborasi malam hari.
berikan obat sesuai indikasi :
Antidepresi, sepertiamitriptilin (Elavil);
deksepin (Senequan) dantrasolon (Desyrel). Mungkin efektif dalam menangani
Pseudodimensia atau depresi, meningkatkan
kemampuan untuk tidur, tetapi anti
kolinergik dapat mencetuskan dan
memperburuk kognitif dalam efeksamping
tertentu (seperti hipotensi ortostatik) yang
Koral hidrat; oksazepam (Serax); membatasi manfaat yang maksimal.
triazolam (Halcion). Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis
rendah mungkin efektif dalam mengatasi
insomnia atau sindrom sundowner.

Hindari penggunaan difenhidramin Bila digunakan untuk tidur, obat ini


(Benadry1). sekarang dikontraindikasikan karena obat ini
mempengaruhi produksi asetilkon yang
sudah dihambat dalam otak pasien dengan
DAT ini.

4).Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.


Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil :-perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan diri.
-pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
-Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

INTERVENSI RASIONAL

Rencanakan periode istirahat yang mengurangi aktivitas yang tidak


cukup. diperlukan,dan energi terkumpul dapat
digunakan untuk aktivitas seperlunya secar
optimal.
Berikan latihan aktivitas secara tahapan-tahapan yang diberikan
bertahap. membantu proses aktivitas secara perlahan
dengan menghemattenaga namun tujuan
yang tepat, mobilisasi dini.
mengurangi pemakaian energi sampai
Bantu pasien dalam memenuhi kekuatan pasien pulih kembali.
kebutuhan sesuai kebutuhan.

Setelah latihan dan aktivitas kaji menjaga kemungkinan adanya respons


respons pasien abnormal dari tubuh sebagai akibat dari
latihan.
` DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II. Media Aesculapius FKUI:
Jakarta

Effendi, f. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik Dalam


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Poppy Kumala, dkk. (2005). Kamus Saku Kedokteran Dorland. EGC: Jakarta

Made Kusala Giri, Farid Nur Mantu, 2000, Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak-anak,
LaboratoriumIlmu Bedah, Fakultas Kedokteran Unuversitas Hasanudin, Ujung
Pandang

R. Sjamsuhidayat & Wim, D.J. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta

Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC,
Tahun 2002, Hal ; 52 – 64 & 240 – 249.

Carpenito, L. J.2001.Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa


Keperawatan, dan Masalah Keperawatan. Jakarta: EGC.

You might also like