Professional Documents
Culture Documents
TOKSIKOLOGI
oleh:
Kelompok 2
1
KERACUNAN MAKANAN
TOKSIKOLOGI
Disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Toksikologi dosen pengampu
Ns. Baskoro Setyoputro, S.Kep, M.Kep
oleh:
Sofi Fitriyah Santoso 142310101019
Neneng Dwi Saputri 142310101020
Yessi Anggun Perdana 142310101023
Karina Bariroh 142310101053
Widiyatus Sholehah 142310101056
Ryan Dwi Lesmana 142310101111
Candra Widhi Kurnia Sari 142310101116
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Toksikologi yang berjudul
“Keracunan Makanan” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata ajar Toksikologi.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Ns. Baskoro Setyoputro,
S.Kep, M.Kep selaku Penanggungjawab Mata Kuliah Toksikologi dan kepada
semua pihak yang telah membantu. Penulis juga menerima segala kritik dan
saran dari semua pihak demi kesempurnaan laporan pendahuluan ini. Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER JUDUL……………………….………………………………..……..i
BAB 3. PENUTUP............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
BAB 2. PEMBAHASAN
2
cocovenenans. Selama proses p[embuatan tempe bongkrek, bakteri tersebut
membentuk beberapa senyawa antara lain asam bongkrek dan toxoflavin.
a. Racun bongkrek (Bongkrekic Acid)
Asam bongkrek adalah racun pada sistem pernapasan yang lebih
mematikan daripada sianida. Racun ini tidak berwarna. Asam ini
dihasilkan dari fermentasi ampas kelapa yang sudah terkontaminasi
Burkholderia Gladioli Cocovenenans.
b. Toxoflavin
Toxoflavin dihasilkan dari gliserium yang sudah mengalami perubahan
akibat terkontaminasi oleh Bacterium Cocovenenans dan berwarna
kuning. Toxoflavin dapat memwa elektron antara NADH dan oksigen
yang memungkinkan kerja sitrokom dibuat pintas (Hidrogen Peroksida).
3
dapat bertahan hidup dengan baik, sedangkan bakteri akan terhambat
pertumbuhannya.
4
2.5 Efek Toksisitas Tempe Bongkrek dalam Tubuh
Selama proses fermentasi tempe ampas kelapa atau tempe bongkrek,
banyak jenis bakteri yang tumbuh dan berkembang biak pada proses
fermentasi tersebut. Bakteri tersebut dapat berifat racun yang dapat
membahayakan kesehatan manusia. Tempe bongkrek yang terfermentasi
dengan tidak sempurna akan menimbulkan bakteri gram negatif yang
bernama Pseudomonas cocovenenan. Bakteri Pseudomonas tumbuh pada
kisaran pH 6 – 8 dengan pertumbuhan optimum pada pH 8.0. Bakteri ini
akan terhambat pertumbuhannya pada pH 5.0 atau lebih rendah. Bakteri
Pseudomonas cocovenenan bekerja antagonis pada kapang tempe. Kapang
tempe yang tumbuh bermanfaat untuk menghidrolisis senyawa senyawa
kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana yang dapat dicerna
ataupun dikonsumsi oleh manusia. Apabila kerja kapang tempe tersebut
dihambat atau tidak dapat tumbuh dengan baik, maka kemungkinan besar
ampas kelapa tempe bongkrek tersebut mengandung racun. Pada udara atau
keadaan yang lembab pertumbuhan bakteri Pseudomonas cocovenenan
akan semakin baik, sehingga zat toksik yang dihasilkan juga akan semakin
banyak dan berbahaya bagi kesehatan. Sebaliknya, apabila pada keadaan
yang kering akan menguntungkan bagi pertumbuhan kapang.
Racun yang di hasilkan oleh Pseudomonas cocovenenan adalah
asam ampas kelapa (AB) dan Toksoflavin (TF). Pembentukan racun
tersebut terjadi karena bakteri Pseudomonas cocovenenan menghasilkan
enzim yang dapat memecah sisa lipida dalam tempe bongkrek. Preses
tersebut akan menghasilkan asam lemak dan gliserol. Kemudian asam
lemak mengalami pemecahan yang membentuk asam bongkrek atau asam
ampas kelapa dan gliserol menjadi toksoflavin, yang mana toksin ini
merupakan toksin tahan panas. Pada umumnya, daya racun asam ampas
kelapa lebih kuat dari pada toksoflavin. Arbianto (1971) melaporkan bahwa
pada pH 6.0 atau lebih rendah dapat menekan atau menghambat produksi
racun tempe bongkrek. Oleh karena itu, racun toksoflavin pada tempe
bongkrek akan rusak di lambung dikarenakan pH yang rendah.
Asam bongkrek mengganggu mekanisme sel dalam tubuh. Asam
bongkrek ini menghambat kerja enzim translokase pada membrane
mitokondria. Enzim translokase sendiri berfungsi memberikan kemudahan
bagi nukleotida sehingga dapat memasuki mitokondria dan adenin
nukleotida diubah menjadi ATP. Apabila enzim translokase dihambat maka
akibatnya produksi ATP di mitokondria juga akan terganggu. Asam
bongkrek ini akan menutupi gugus –SH dari ATP-ase sehingga produksi
ATP pada mitokondria juga terhenti. Karena produksi ATP yang berhenti
maka mitokondria tidak mempunyai energi dan kemampuan untuk
memproduksi ATP yang baru. Fungsi dari ATP sangat penting bagi tubuh
5
yaitu sebagai sumber energi. Apabila produksi ATP pada sel-sel
mitokondria di jantung terganggu, maka dapat menyebabkan henti jantung.
Kurangnya produksi ATP juga dapat menyebabkan hipoglikemia.
Untuk mengganti ATP yang kurang, tubuh menggunakan mekanisme
glikolisis. Akan tetapi dengan cara glikolisis belum bisa mengganti jumlah
ATP yang dibutuhkan jantung. Maka ATP di produksi diluar mitokondria
secara glikolisis melalui penggunaan ADP dan fosfoliseraldehida. Hal ini
menyebabkan penguraian glikogen cadangan di hati, jantung dan oto-otot.
Akibat pemecahan glikogen di berbagai tempat tersebut sehingga terjadi
hipoglikemia (penurunan kadar gula dalam darah) yang hebat. Terjadinya
hioglikemia yang hebat dapat menyebabkan pasien meninggal.
Saat cadangan glikogen habis di dalam tubuh maka glukosa dalam
darah akan turun atau terjadi hipoglikemia dan penderita akan mengalami
keracunan bongkrek dan mengalami asidosis. Asidosis ini terjadi karena
selama proses glikolisis akan terbentuk asam laktat sehingga asam laktat
akan terakumulasi karena tidak dapat disintesis lagi menjadi glikogen.
Berbeda dengan asam ampas kelapa atau asam bongkrek,
toksoflavin bersifat basa dan berwarna kuning. Warna kuning tersebut
berasal dari pembentukan pigmen oleh bakteri Pseudomonas cocovenans
yang ditumbuhkan pada media tertentu misalnya pada ampas kelapa.
Toksoflavin yang masuk dalam tubuh akan menghambat aktivitas enzim
glutamate transferase dan alkali fosfatase dalam eritrosit sehingga transport
gula ke dalam eritrosit terhambat dan menyebabkan hemodialis.
2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Penatalaksanaan secara umum
a. Penolong tidak boleh panik
b. Jangan terlalu asyik mencari penyebab keracunan, tapi action
penanganan.
c. Prinsip DRABC
D: Danger (amankan diri sendiri, pasien, dan lingkungan)
R: Respon (Respon dari pasien, lihat apakah pasien mengalami
penurunan kesadaran)
A: Airway (lidah jatuh atau tidak, penatalaksanaan jalan nafas,
yaitu
membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara.)
B: Breathing (pertahankan jalan nafas, jika perlu dialakukan
pernapasan)
C: Circulation (pertahankan darah, nadi pasien dalam batas
normal)
d. Perhatikan glukosa dan elektrolit
e. Bawa pasien ke rumah sakit
6
2.6.2 Penatalaksanaan keracunan tempe bongkrek
7
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bongkrek adalah jenis tempe yang dalam proses pembuatannya
di campur dengan ampas kelapa dan kacang tanah. Pembuatan tempe
bongkrek perlu memperhatikan kebersihan dan ketepatan dalam
penyimpanan, karena tempe yang berbahan dasar ampas kelapa ini
memiliki potensi dapat tercemari bakteri pseudomonas cocovenenans.
Selama proses pembuatan tempe bongkrek, bakteri tersebut membentuk
beberapa senyawa antara lain asam bongkrek dan toxoflavin. Bagi
seseorang yang mengonsumsi tempe bongkrek yang sudah beracun ini
dapat menyebabkan kematian.
Asam bongkrek mengganggu mekanisme sel dalam tubuh. Asam
bongkrek ini menghambat kerja enzim translokase pada membrane
mitokondria. Apabila enzim translokase dihambat maka akibatnya
produksi ATP di mitokondria juga akan terganggu. Fungsi dari ATP
sangat penting bagi tubuh yaitu sebagai sumber energi. Apabila produksi
ATP pada sel-sel mitokondria di jantung terganggu, maka dapat
menyebabkan henti jantung. Pertumbuhan pseudomonas sebenarnya
dapat dihambat dengan menurunkan pH ampas kelapa yang
difermentasikan hingga 5,5. Pada pH ini jamur tempe yang diinginkan
dapat bertahan hidup dengan baik, sedangkan bakteri akan terhambat
pertumbuhannya. Apabila keracunan tempe bongkrek terjadi, berikan
penatalaksanaan umu yaitu D-R-A-B-C.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi produsen makanan hendaknya jangan hanya ingin mendapat
keuntungan yang besar tetapi juga memperhatikan aspek
kesehatan bagi masyarakat yang mengkonsumsinya yaitu dengan
memperhatikan aspek kebersihan saat pembuatan dan
penyimpanan tempe bongkrek
3.2.2 Bagi masyarakat harus jeli dalam memilih makanan dan tempe
bongkrek yang tidak terkontaminasi bakteri Pseudomonas
Cocovenenans.
3.2.3 Bagi Dinas Kesehatan dan Pengawasan makanan dan minuman
hendaknya sebelum mengeluarkan nomor registrasi mengetahui
kandungan zat yang ada didalamnya terutama yang
membahayakan kesehatan.
8
DAFTAR PUSTAKA
9
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi:Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.
[Serial On Line]
http://www.pkfi.net/file/download/Pedoman%20Pengobatan%20Dasar%2
0di%20Puskesmas%202007.pdf Diakses 24 juni 2016
Widianarko. 2002. Tips Pangan ”Teknologi, Nutrisi, Dan Keamanan Pangan”.
Grasindo. Jakarta
[Serial On Line]
Http://Repository.Usu.Ac.Id/Bitstream/123456789/25179/3/Chapter%20ii.Pdf
Diakses Pada Tanggal 25 Juni 2016
10