Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
KENDARI
2018
Iqbal Ikhsanuddin
Direktur Utama
ii
DAFTAR ISI
iii
III.2.3 Cadangan ...................................................................................19
BAB IV RENCANA PENAMBANGAN
IV.1 Sistem atau Metode dan Tata Cara Penambangan .............................22
IV.2 Tahap Kegiatan Penambangan ...........................................................23
IV.3 Rencana Produksi ...............................................................................23
IV.4 Peralatan .............................................................................................25
BAB V RENCANA PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN
V.1 Studi/Percobaan Pengolahan Nikel......................................................30
V.2 Tata Cara Pengolahan ..........................................................................30
V.2.1 Tahapan Pengolahan ...................................................................30
V.2.2 Bagan Alir ...................................................................................32
V.3 Peralatan Pengolahan ...........................................................................32
BAB VI PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN
VI.1 Tata Cara ...........................................................................................34
VI.2 Peralatan. ............................................................................................35
VI.2.1 Stock Yard ...............................................................................35
VI.2.2 Alat Muat dan Alat Angkut......................................................35
BAB VII LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA
VII.1 Lingkungan .......................................................................................36
VII.1.1 Dampak Kegiatan ...................................................................36
VII.1.2 Pengelolaan Lingkungan ........................................................37
VII.1.3 Pengelolaan Limbah Rehabilitasi Lahan
Bekas Penambangan ..............................................................40
VII.1.4 Rencana Reklamasi dan Pemanfaatan
Lahan Pasca Tambang...........................................................42
VII.2 PemantauanLingkungan ....................................................................43
VII.2.1 Rencana Alokasi Biaya dan Program Lingkungan .................43
VII.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ....................................................45
VII.3.1 Organisasi Penanganan K-3....................................................45
VII.3.2 Peralatan .................................................................................46
VII.3.3 Langkah-Langkah Pelaksanaan K-3 Pertambangan ...............46
iv
BAB VIII ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
VIII.1 Bagan Organisasi .............................................................................51
VIII.2 Jumlah dan Kriteria Tenaga KerjaTetap dan Tidak Tetap...............51
VIII.3 Tingkat Gaji dan Upah.....................................................................55
VIII.4 Sistem Kerja.....................................................................................56
BAB IX PEMASARAN
IX.1 Kebijakan Pemerintah ........................................................................58
IX.2 Prospeksi Pemasaran ..........................................................................58
IX.3 Jenis, Jumlah dan Harga .....................................................................59
BAB X INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN
X.1 Investasi ...............................................................................................60
X.1.1 Modal Tetap .............................................................................60
X.1.2 Modal Kerja .............................................................................61
X.1.3 Sumber Dana. ..........................................................................61
X.2 Analisis Kelayakan. .............................................................................62
X.2.1 Biaya Produksi .........................................................................62
X.2.2 Pendapatan Penjualan ..............................................................63
X.2.3 Nilai Sekarang Bersih Net Present Value atau NPV ...............64
X.2.4 Perhitungan “Discounted Cash Flow Rate Of Ruturn”/“
Internal Rate Of Return” (DCFROR/IRR) ..............................65
X.2.5 Waktu Pengembalian Modal....................................................66
X.2.6 Analisa Kepekaan dan Resiko .................................................66
BAB XI KESIMPULAN .....................................................................................67
BAB XII LAMPIRAN ........................................................................................ 69
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
eksplorasinya menjadi IUP Operasi Produksi dengan melakukan penciutan
wilayah kerja menjadi sekitar 150 Ha.
2
penambangan yang akan beroperasi. Adapun studi ini antara lain terdiri dari hal-
hal sebagai berikut:
I.4.1 Ruang Lingkup
Kajian kelayakan ini meliputi berbagai aspek yang berkaitan dengan usaha
peningkatan produksi nikel antara lain:
1. Penilaian dan pengkajian data sekunder yang tersedia
Kajian kelayakan ini didasarkan pada data-data yang tersedia di PT. Southeast
Nickel Group, dapat berupa data laporan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi serta
data penunjang lainnya seperti:
a. Kondisi geologi, topografi, kondisi daerah lokasi, keadaan lingkungan,
sarana transportasi dan tenaga kerja.
b. Cara atau metode penyelidikan dan peralatan yang digunakan.
c. Kondisi endapan nikel yang meliputi kedudukan dan penyebarannya,
kuantitas dan kualitasnya.
d. Kondisi kegiatan penambangan yang sedang beroperasi.
2. Deskripsi kegiatan
Adapun deskripsi kegiatan yang dicantumkan dalam kajian ini merupakan
kondisi fasilitas penambangan yang dievaluasi seiring dengan peningkatan
kapasitas produksi antara lain:
a. Keadaan Umum
Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui lokasi dan luas wilayah eksploitasi
yang dimohon, sarana perhubungan daerah setempat, keadaan lingkungan daerah,
penduduk, mata pencaharian penduduk, keadaan flora, fauna, iklim sosial,
ekonomi dan lain-lain.
b. Geologi dan Keadaan Endapan
Tujuan kajian ini adalah untuk melakukan evaluasi data geologi yang meliputi
litologi, struktur, dan geoteknik serta keadaan bentuk dan penyebaran endapan,
sifat dan kualitas endapan, cadangan yang tersedia.
c. Rencana Penambangan
Tujuan kajian ini adalah memberikan gambaran tentang konsep
pengembangan tambang.
d. Rencana Pengolahan dan Pemurnian
3
Tujuan kajian ini adalah menjelaskan tata cara tahapan pengolahan dan
pemurnian, recovery pengolahan, peralatan pengolahan, rencana pemanfaatan
mineral ikutan, jenis jumlah, kualitas, hasil pengolahan dan tailing.
e. Pengangkutan dan Penimbunan
Tujuan kajian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang tata cara,
peralatan dalam kegiatan pengangkutan dan penimbunan.
f. Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Tujuan kajian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang dampak kegiatan
tambang, pengelolaan lingkungan, pemantauan lingkungan, serta keselamatan dan
kesehatan kerja.
g. Organisasi dan Tenaga Kerja
Tujuan kajian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang bagan
organisasi, jumlah dan kriteria tenaga kerja, tingkat gaji dan upah, serta sistem
kerja.
h. Pemasaran
Tujuan kajian ini adalah untuk memeberikan gambaran tentang kebijaksanaan
pemerintah, prospek pemasaran dalam negeri dan luar negeri, jenis, jumlah dan
harga.
i. Investasi dan Analisis Kelayakan
Tujuan kajian ini adalah untuk menjelaskan tentang investasi, modal tetap,
modal kerja, sumber dana serta analisis kelayakan.
4
Data peralatan tambang
Data geologi dan eksplorasi
d. Asumsi
Bunga bank
Ekskalasi pendapatan dan biaya
Data peralatan tambang
5
BAB II
KEADAAN UMUM
6
Gambar 2. Kondisi akses jalan menuju kecamatan Baito
7
Tabel 1. Indikator Kependudukan Kabupaten Konawe Selatan
Desa/Kelurahan Luas Wilayah Jenis Kelamin Total
(km2) Laki-Laki Perempuan Penduduk
Amasara 92.06 1432 1765 3197
Asole 26.09 1576 2345 3921
Baito 78.12 3000 1845 4845
Matabubu 262.50 2345 2756 5101
Mekar Jaya 365.06 1234 2657 3891
Sambahule 863.32 2314 2948 5262
Tolihe 595.90 1423 2893 4316
Wonua Raya 738.50 1782 1747 3529
1 Pertanian 50000 78
4 Bengkel 87 0.12
8
II.3.3 Keadaan Iklim
1. Keadaan Musim
Seperti daerah-daerah lain di Indonesia, di Konawe Selatan dikenal dua musim
yaitu musim kemarau dan musim penghujan keadaan musim banyak dipengaruhi
oleh arus angin yang bertiup diatas wilayahnya.
Selama tahun 2017 musim penghujan terjadi 2 kali yaitu pada Bulan Februari
sampai dengan april dan pada Bulan Agustus sampai dengan Desember. Arus
angin yang terjadi pada bulan-bulan tersebut banyak mengandung uap air yang
berhembus dari Asia dan Samudra Pasifik sehingga terjadi musim hujan.
Sedang musim kemarau terjadi antara akhir bulan April hingga bulan Juli
dimana antara bulan tersebut angin timur yang bertiup dari Australia sifatnya
kering dan kurang mengandung uap air.
2. Curah Hujan
Wilayah daerah basah dengan curah hujan lebih dari 2000 mm pertahun
umumnya berada pada wilayah sebelah utara Kecamatan Molawe. Data curah
hujan yang terdapat di daerah penelitian dan sekitarnya disajikan pada tabel
berikut:
1 Januari 16 279 4 65
2 Pebruari 15 418 5 80
3 Maret 14 203 3 25
4 April 14 336 2 56
5 Mei 15 326 5 38
6 Juni 25 694 4 87
9
7 Juli 12 225 6 55
9 September 1 10 10 10
10 Oktober 1 8 8 8
11 Nopember 2 98 3 95
12 Desember 19 471 3 81
Tipe iklim Kabupaten Konawe Selatan dengan rata-rata jumlah bulan kering
2,5 dan bulan basah 7 mempunyai nilai Q sebesar 0,3571. Berdasarkan klasifikasi
Schmidt dan Ferguson, maka daerah penelitian memiliki tipe iklim golongan C
(agak basah).
3. Suhu Udara
Suhu udara dipengaruhi oleh berbagai fackor. Perbedaan ketinggian dan
permukaan laut mengakibatkan suhu untuk masing-masing tempat dalam suhu
wilayah.
Secara umum wilayah Kabupaten Konawe Selatan merupakan daerah yang
bersuhu tropis. Menurut data yang diperoleh dan BMG selama 10 tahun (2007-
2017) diperoleh suhu udara maksimum 36 0C atau dengan rata-rata 27 0C.
Tekanan udara rata-rata 1.009,6 milibar dengan kelembababn udara rata-rata 75,0
persen. Kecepatan angin pada umumnya berjalan normal yaitu disekitar 4,00
M/Mscd.
10
1.234 orang, jumlah Sekolah Dasar di Kabupaten Konawe Selatan mencapai 109
unit. Guru yang mengajar berjumlah 543 orang, murid yang terdaftar berjumlah
8.789 orang. Pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten
Konawe Selatan terdapat 40 unit dengan jumlah guru sebanyak 300, serta jumlah
murid 4.610 orang. Oleh karena itu untuk menyukseskan program Wajib Belajar
10 tahun maka penyediaan fasilitas pendidikan khususnya SMP perlu menjadi
perhatian yang serius dari pemerintah, sehingga fasilitas tersebut dapat diakses
oleh sebagian besar anak usia sekolah yang melanjutkan pendidikan pada jenjang
yang lebih tinggi.
Pembangunan pendidikan Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) di
Kabupaten Konawe Selatan juga belum menjangkau disemua desa. Sekolah
Menengah Atas (SMA) yang terdapat di Kabupaten Konawe Selatan adalah hanya
18 unit dengan jumlah guru 456 orang dan jumlah murid sebanyak 2.475 orang.
2. Kesehatan
Sampai dengan tahun 2017 di Kabupaten Konawe Selatan terdapat 3 unit
Rumah Sakit, 12 unit Puskesmas dan 200 Posyandu. Rumah Sakit terletak di
Kecamatan Baito. Berdasarkan data dari Kabupaten Konawe Selatan Dalam
Angka 2017, jumlah penderita penyakit tahun 2016-2017 berjumlah 1.234
penderita. Jenis penyakit yang paling banyak diderita adalah diare sebanyak 789
penderita, menyusul penyakit saluran pernafasan bagian atas berjumlah 123
penderita dan penyakit lainnya 2.014 penderita. Selanjutnya mengenai keberadaan
Keluarga Berencana di Kabupaten Konawe Selatan seperti pada kecamatan
lainnya juga semakin digalakan.
3. Agama
Pembangunan di bidang Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa diarahkan untuk menciptakan keselarasan hubungan antara manusia dengan
manusia, manusia dengan Pencipta-Nya serta manusia dengan alam sekitarnya.
Untuk mewujudkan program tersebut di Kabupaten Konawe Selatan telah
dibangun sarana dan prasarana ibadah. Berdasarkan data dari Kabupaten Konawe
Selatan Dalam Angka 2017, jumlah sarana tempat peribadatan sampai dengan
tahun 2016 terdiri dari masjid sebanyak 149 unit, musholla 20 unit, gereja 10 unit
dan pura 10 unit.
11
II.3.5 Topografi dan Morfologi
Luas wilayah Kabupaten Konawe Selatan yaitu 600.789 Ha atau 15,98 persen
dari luas wilayah Sulawesi Tenggara. Sedangkan luas wilayah perairan laut
(termasuk perairan Kabupaten Konawe Selatan dan Kabupaten Konawe ) ±13.960
Km2 atau 15,87 persen dari luas perairan Sulawesi Tenggara.
Seperti halnya dengan kondisi topografi Kabupaten lainnya di Sulawesi
Tenggara, Kabupaten Konawe Selatan memiliki topografi permukaan tanah yang
pada umumnya bergunung, bergelombang dan berbukit yang mengelilingi dataran
rendah yang sangat potensial untuk pengembangan sektor pertanian.
Jenis tanah meliputi Latosol 116 829 Ha atau 23,35 persen, Podzolik 140 845
Ha atau 28,15 persen, Organosol 23 566 Ha atau 4,71 persen, Mediteran 16 961
Ha atau 3,39 persen, Aluvial 24 067 Ha atau 4,80 persen dan tanah Campuran 178
071 Ha atau 35,59 persen.
12
BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN BIJIH NIKEL
III.1 Geologi
Secara regional daerah penyelidikan inventarisasi yang ditandai oleh batuan
ultramafik, mafik, batuan malihan dan Mandala/Anjungan yang ditandai oleh
batuan sedimen pinggiran benua yang beralaskan batuan malihan.
13
Daerah lainea juga tersusun oleh satuan morfologi pedataran yang tersebar
cukup luas. Satuan ini menempati sekitar 25% dari keseluruhan wilayah. Satuan
morfologi pedataran dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai lahan persawahan.
III.1.2 Stratigrafi
Secara regional di daerah penelitan adalah Mandala Sulawesi Timur
dicirikan oleh gabungan batuan Ultramafik, sherpentinit, Diorit, Lherzlolit,
Harzburgit, Gabro, Basalt, Mafik dan Magnetit. Batuan Malihan secara tak selaras
ditindih oleh batuan sedimen klastika yaitu formasi meluhu dan sedimen karbonat
formasi Laonti. Keduanya diperkirakan berumur Trias akhir hingga Jura awal.
Formasi Laonti terdiri atas Batugamping hablur bersisipan filit dibagian
bawahnya dan sisipan batugampng hablur.
Secara detail daerah Lainea dapat dikatakan atau dikelompokkan menjadi
beberapa satuan. Satuan yang terdiri dari batuan tua ke batuan lebih muda adalah
sebagai berikut :
Satuan batupasir malih
Satuan batuan ini tersebar didaerah lainea terdiri atas batupasir termalihkan
dengan berbagai ariasi ukuran butir yaitu Filit, Batusabak, dan Kuarsit. Satuan ini
telah mengalami tektonik yang sangat kuat dan berulang ulang, hal ini
diperlihatkan dengan keadaan sekarang yaitu umumnya terlipat,terkekarkan,
tersesarkan. Selain itu hampir seluruh singkapan yang dijumpai mengalami
perombakan yang kuat. Berdasarkan ciri fisik yang dijumpai satuan ini dapat
dsandingkan dengan formasi meluhu berumur trias akhir. Satuan ini memiliki
ketebalan tidak kurang dari 1000 m.
Satuan Batugamping Malih dan Ultrabasa
Satuan Batugamping Malih dan Ultrabasa ksusunya tersbear dibagian Lainea.
Satuan ini terdiri dari peridotit, Dunit, Gabro, Sherpentinit, Basalt. Secara Umum,
Satuan Ultrabasa ini telah mengalami pelapukan yang kuat, sehingga soil disekitar
daeah yang tersusun oleh batuan ini sangat tebal. Batuan ultrabasa ini
diperkirakan merupakan batuan tertua dari alas dimandala Sulawesi Timur.
14
III.1.3 Struktur Geologi
Daerah ini tidak dapat dipisahkan dengan proses tektonik yang telah dan
mungkin masih berlangsung di daerah ini, dimana diperlihatkan oleh kondisi
batuan terutama oleh batuan yang berumur Pra tersier yang umumnya telah
mengalami perlipatan dan perombakan yang cukup kuat dan berulang-ulang.
Struktur Geologi yang dijumpai di daerah Konawe Selatan, meliputi
lipatan, kekar dan sesar (gambar 3). Lipatan dapat dijumpai dibeberapa tempat
dimana batupasir malih tersingkap, namun sangat sulit untuk menentukan arah
sumbu lipatannya karena telah terombakkan.
Kekar dijumpai hampir seluruh satuan batuan penyusun daerah ini,
kecuali alluvium dan batuan kelompok batuan Molasa yang tidak terkonsolidasi
dengan baik. Sesar utama yang terjadi di daerah ini dapat dijumpai di daerah
Kolono, yang mana sesar Kolono ini hampir memotong seluruh batuan kecuali
Aluvial.
15
III. 2 Keadaan Endapan Bijih Nikel
Batuan Nikel (%) Besi Oksida & Mangan (%) Silika & Aluminium
(%)
16
Granit 0,0002 5,40 78,70
17
Lapisan yang kaya akan bijih nikel umumnya terdapat dibagian bawah
zona pelapukan dan diatas batuan dasar. Uraian profil endapan nikel laterit
adalaha sebagai berikut:
Lapisan Tanah Penutup (top soil)
Lapisan ini umumnya dengan kadar besi tinggi, berwarna coklat kemerahan
yang terkadang terselimuti oleh lapisan keras sebagai iron capping. Kondisi
tanah sering gembur-agak padat dan ditumbuhi oleh tumbuhan hutan kayu.
Lapisan ini tidak memilki kandunngan bijih nikel yang bernilai ekonomis.
Lapisan limonit (limonite)
Lapisan ini mempunyai kadar besi tinggi dan kadar nikel relatif rendah,
berwarna kecoklatan-kemerahan, umumnya lengket bila dalam keadaan basah,
komponen batuan yang telah melapuk berukuran kerikil-kerakal biasanya dapat
dijumpai.
Lapisan Saprolit (Saprolite)
Lapisan ini mempunyai kadar besi relative rendah, sebaliknya kadar nikel
tinggi, berwarna coklat kemerah-merahan, mengandung banyak komponen
batuan asal yang umumnya telah melapuk dan muda digali.
Lapisan batuan dasar (bed rock)
Bagian ini masih menampakkan batuan asal (source rock) yang masih segar,
tingkat pelapukan umumnya relatif rendah, tersusun oleh komponen batuan
berukuran kerakal sampai bongkah yang masih terekat atau terpisahkan oleh
rekahan, berwarna abu kuning pusat.
18
III.2.3 Cadangan
Jumlah cadangan di atas dapat dikategorikan sebagai cadangan terindikasi
(indicated reserves) atau cadangan tereka/probable reserves yang diperoleh dari
hasil pengeboran dengan kerapatan data yang belum terlalu rapat.
Penilaian yang sesuai dan studi telah dilakukan mencakup pertimbangan
dan faktor modifikasi (modifying factors) yaitu penambangan, metalurgi,
ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial, dan kebijakan pemerintahan.
Cadangan Bijih “mungkin” (Probable Ore reserves) ini memiliki tingkat
kepercayaan yang lebih rendah dari Cadangan Bijih “terbukti” (Proved Ore
Reserves), tetapi memiliki kualitas yang cukup cukup untuk berfungsi sebagai
dasar pengambilan keputusan dalam pengembangan suatu endapan.
Perhitungan sumber daya/cadangan didapatkan dengan menggunakan metode
poligon. Metode poligon adalah suatu metode perhitungan dengan konsep dasar
yang menyatakan bahwa seluruh karakteristik endapan suatu daerah diwakili oleh
satu titik tertentu. Jarak titik bor di dalam poligon dengan batas poligon sama
dengan jarak batas poligon ketitik bor terdekat (Agus, 2005). Volume dari
masing-masing daerah pengaruh dapat diestimasikan dengan menggunakan
persamaan:
𝑉 = 𝐴. 𝑡 … … … … … … … … … (4.1)
Dimana:
V= Volume daerah pengaruh (m3)
A= Luas daerah pengaruh (m2)
t = Tebal bijih (m)
Sedangkan untuk menghitung volume total dari masing-masing poligon
digunakan persamaan:
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 + 𝑉4 … + 𝑉𝑛 … … … … … … … … … (4.2)
Dimana:
V1 + V2 +V3 + V4 + ... + Vn = Volume masing-masing poligon (m3)
Berikut merupakan langkah-langkah untuk menentukan sumberdaya oleh PT.
Dwimitra Multiguna Sejahtera:
Pengolahan Data Assay
19
Pengolahan data sekunder dimulai pada pengolahan data Assay yang
berisikan informasi mengenai kadar dari tiap-tiap interval kedalaman lubang bor
yang terdiri atas nama drillhole, easting, northing, elevasi dan kadar dari unsur
layer saprolit dan layer limonit.
Menentukan Nilai Berat Kering
Menentukan nilai berat kering (dryweight) Nikel yang diperoleh dari data
core tiap-tiap lubang bor yang kemudian dilakukan pengolahan data pada
laboratorium dengan mengeringkan data core yang berupa sampel batuan
kemudian dilakukan penimbangan.
Menentukan Kadar Bijih
Dalam penentuan kadar bijih nikel, maka perlu diketahui terlebih dahulu
COG (cutoffgrade) yang telah ditetapkan. Dengan ketentuan penetapan kadar bijih
yaitu, nilai kadar bijih berada <1.5% dan dengan kedalaman bijih 2 meter. Setelah
∑ 𝑑𝑟𝑦 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑥 𝑛𝑖
… … … … … … … … … … . (4.3)
∑ 𝐷𝑟𝑦 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
20
Berdasarkan data hasil eksplorasi yang sudah dilakukan eksplorasi intensif
di PT. Southeast Nickel Group diperoleh cadangan terindikasi sebanyak 2.500.000
ton. Tebal nikel lateritik di daerah penelitian berkisar antara 4-13 meter.
Ni Tonnes Ni Co Fe MgO
21
BAB IV
RENCANA PENAMBANGAN
Shipping
22
IV.2 Tahapan Kegiatan Penambangan
23
Target produksi maksimum material nikel PT. Southeast Nickel Group
adalah sebesar 10.000 WMT (Wet Metric Tonnes) nikel per bulan dengan kadar
Ni 1,9%, Cut Of Grade Ni 1,4% dan Stripping Ratio :5.
Waktu kerja penambangan PT. Southeast Nickel Group di mencakup
kegiatan: penggalian/pemberaian, pemuatan dan pengangkutan adalah: 2
shift/hari, dengan waktu kerja mulai dari pukul 07.00 - 17.00.
Bijih nikel yang telah digali memiliki ukuran yang bervariasi, oleh karena
itu untuk mendapatkan ukuran butir yang sesuai dengan permintaan pasar
(berdiameter < 20 cm) maka dilakukan penyaringan di stasionarygrizzly.
Kelengkapan unit stationary grizzly terdiri atas: Dumping point plus hopper 1
unit, Grizzly opening 20 cm 1 unit, apron feeder1 unit dan belt conveyor
dilengkapi belt scale 1 unit.
Pada saat penumpukan bijih nikel hal penting untuk diperhatikan adalah
masalah perawatan bijih. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah tingginya kadar
air (moisture content) karena dengan kadar air yang tinggi dapat menurunkan
harga penjualan bijih nikel, sebaliknya bijih nikel dalam kondisi kering dapat
memperoleh bonus dari pembeli. Untuk itu diperlukan metode yang tepat dalam
perawatannya misalnya dengan metode ramp stock pile, yaitu suatu metode
dengan cara penumpukan bijih yang didorong oleh bulldozer lapis perlapis agar
terjadi pemadatan sehingga air hujan tidak mudah meresap ke dalam tumpukan
bijih nikel.
A. PENAMBANGAN
Bulldozer Cat D 8 R 3 3 3 3 3 2 2
24
Buldozer Cat D 9 R 3 3 3 3 3 2 2
Iveco MPC410E37H 20 19 23 23 25 11 12
Diesel
Bulldozer Cat D 8 R 3 3 3 3 3 2 2
1 2 3 4 5 6-10 11-18
Service truck 3 3 3 3 3 3 2
Forklift Cat DP 25 1 1 1 1 1 1 1
LV Ford Ranger 3 3 3 3 3 3 3
Genset 500Kva 1 1 1 1 1 1 1
25
Genset 200Kva 1 1 1 1 1 1 1
Lighthing Tower IR 11 11 11 11 11 11 11
Ambulance 3 3 3 3 2 2 2
Bus MB 700 3 3 3 3 3 3 3
26
kegiatan Desain Tata Ruang Pasca Tambang atau Perencanaan Pasca Tambang
yang dirancang bersama dengan pemdasetempat melalui Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan Badan Pengelola Lingkungan Hidup
(BPLH) Kabupaten Konawe Selatan. Uraian singkat ke-tiga kegiatan yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
27
untuk revegetasi ini diutamakan menggunakan tanaman setempat tetapi tidak
menutup kemungkinan akan menggunakan tanaman produktif lainnya.
Sebelum kegiatan penanaman terlebih dahulu dilakukan persiapan lahan
dengan tahapan regarding dengan membentuk bench bekas tambang dari
overburden/waste (lapisan tanah penutup) sedemikian rupa sehingga teras miring
ke arah jenjang sebesar 3 % yang berfungsi sebagai penampung air hujan dan
menjaga agar tidak terjadi aliran (air dan lumpur) ke bawah. Sebelum ditanami,
maka permukaan lahan disebarkan tanah pucuk dan dilakukan pemupukan guna
memperkaya unsur hara.
Jumlah tanaman yang akan ditanaman adalah 1.000 pohon per hektar
dengan jarak tanam antar pohon adalah 3 meter. Untuk mengurangi terjadinya
erosi pada lahan yang direklamasi maka diantara pohon ditanami dengan tanaman
yang dapat mengikat butiran tanah (rerumputan).
Hilangnya unsur hara akibat kegiatan penambangan ditindaklanjuti dengan
memelihara tumpukan tanah pucuk atau humus. Tanah humus yang ditumpuk
terpisah dari “waste” (overburden) harus ditangani dengan seksama. Sekeliling
tumpukan tanah pucuk atau humus dibuat paritan dan pada tumpukan dapat
ditanami dengan tanaman penahan erosi yang bersifat sementara.
28
Pembersihan Lahan
(Stockyard Efo)
Pisah
Ukuran
cliff
Saringan
Tetap
Sampling
(Grizly)
Menambang Saprolit
Sampling
(Mining Saprolit)
Sampling
Tongkang
Sampling
Kapal
(Vessel)
Gambar 11. Diagram Skematik Operasi Penambangan PT. Southeast Nickel Group
29
BAB V
RENCANA PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN
30
Prosesblending produk nikel bertujuan untuk mendapatkan kualitas nikel
yang diinginkan. Blending produk nikel diperlukan bila produk tidak memenuhi
spesifikasi pasar.
a. Jumlah dan variasi kualitas nikel yang akan dicampur.
b. Kapasitas atau daya tampung dari stockpile yang digunakan.
c. Metode pendistribusian nikel pada stockpile.
Pengaturan distribusi jumlah dan variasi kualitas dalam proses blending,
mengacu pada persamaan berikut ini:
31
2. Stockpile nikel bersih (Clean Nickel Stockpile)
Stockpile ini digunakan untuk menampung sementara produk nikel hasil
dan operasi pengolahan, selanjutnya produk dimuat ke tongkang(barge) unguk
diangkut ke pelabuhan. Kapasitas stockpile maksimum dapat menampung nikel
hingga 140.000 ton. Pada bagian dasarnya stockpile tersebut dilapisi nikel setebal
0,5 m untuk menghindari pengotoran oleh material lain pada nikel.
32
bar
33
BAB VI
PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN
34
3. Dari front penambangan ke outcast/incast dump untuk membawa top
soil/overburden/waste dengan jarak tempuh maksimum 256 m dan dapat
dilakukan pada malam atau siang hari dan lapisan tanah pucuk akan ditimbun
di dekat lokasi outcast dump sehingga bila penimbunan tanah penutup selesai
maka tanah pucuk tersebut dapat ditebarkan di bekas daerah outcast dump
maupun incast dump untuk tujuan reklamasi daerah bekas penambangan (cast).
VI.2 Peralatan
VI.2.2 Alat Muat dan Alat Angkut
Material nikel nikel dimuat dan dibongkar dengan menggunakan backhoe
dengan kapasitas bucket 1 m3. Sebagai alat angkut direncanakan menggunakan
dump truck berkapasitas 20 ton. Kebutuhan alat muat dan alat angkut untuk
aktivitas muat dan pengangkutan di area kegiatan direncanakan sebagai berikut:
Tabel 9. Jenis Peralatan untuk Pemuatan, Pengangkutan dan Penimbunan Tanah Pucuk,
Tanah Penutup dan Tailing
No Jenis/tipe Jumlah Jam Kapasitas
Kerja (ton/jam)
1 Dump Truck 10 15 30
2 Excavator PC 200 2 15 30
3 Loader Farukawa 2 20 80
35
BAB VII
LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
VII.1 Lingkungan
Mengingat berbagai rangkaian kegiatan penambangan Bijih Besi dapat
menimbulkan dampak positif maupun negatif terhadap lingkungan, maka akan
memegang komitmen untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Upaya
tersebut diwujudkan dengan akan dilakukannya studi lingkungan hidup yang
tertuang dalam bentuk dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL). Pelaksanaan pengelolaan
yang akan dilakukan didasarkan pada dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
36
3. Keputusan Ketua Bapedal No. Kep/056/1994 (Pedoman mengenai Ukuran
Dampak Penting)
Berdasarkan pedoman tersebut di atas, maka ada 8 faktor penentu dampak
penting yaitu sebagai berikut:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Lamanya dampak berlangsung
4. Intensitas dampak
5. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak
6. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak
7. Sifat komulatif dampak dan
8. Berbalik atau tidaknya dampak
Terkait dengan proyek penambangan nikel oleh PT. Southeast Nickel
Group, proses prakiraan dampak lingkungan mengikuti sistematika berikut:
1. Prakiraan keadaan lingkungan tanpa (sebelum) proyek penambangan nikel
berlangsung,
2. Prakiraan keadaan lingkungan pada waktu proyek penambangan nikel
berlangsung, pada tahap pembangunan maupun operasi penambangan nikel,
3. Dampak yang diperkiraan adalah perbandingan keadaan lingkungan sebelum,
selama dan sesudah proyek penambangan nikel berlangsung.
37
Pekerjaan penataan lahan dilakukan dengan alat berat excavator dan bulldozer.
Lahan terbuka ditata melalui perataan, pemadatan dan dibuat berjenjang dengan
kemiringan 30°, tinggi teras disesuaikan dengan topografi timbunan tanah yang
secara umum setinggi 6meter dengan lebar 10meter.
Penebaran Tanah Pucuk
Dalam pekerjaan land clearing tanah pucuk dikupas dengan excavator dibantu
bulldozer lalu dimuat ke dalam dump truck untuk ditimbun atau langsung
ditebarkan pada lahan waste dump yang telah dilakukan penataan. Penebaran
tanah pucuk dilakukan dengan bulldozer sebagai pelapis cover bench.
Revegetasi/Penanaman
Revegetasi tanaman dilakukan setelah penebaran tanah pucuk yang dilakukan
pada saat musim hujan dengan menggunakan tanaman LCC jenis Centrosoma
Pubecent sebagai penutup tanah yang dilanjutkan dengan tanaman penghijauan
dari jenis albisia, gamal, akasia, dan kayu jenis lokal.
- Lantai teras aktif harus cukup lebar untuk menjamin keamanan pekerja dan
peralatan operasi penambangan
38
b. Pengelolaan terhadap dampak dilakukan pada sungai-sungai kecil
Gambar 12. Sketsa Settling Pond di Lokasi Pit dan Waste Dump
39
Sedimen yang terbentuk di settling pond dipindahkan secara periodik
apabila ketinggiannya sudah mencapai ¾ kapasitas settling pond. Pemindahan
sedimen dilakukan dengan cara pemompaan ke dalam truck tangki kemudian
ditimbun di waste dump area aktif.
Total Area 50
40
kembali overburden pada bekas cast penambangan dilakukan dengan sistem
backfilling.
Penggunaan sistem backfilling diharapkan mampu mengurangi perubahan
bentuk bentang alam secara signifikan bahkan areal bekas penambangan dapat
dimanfaatkan dengan peruntukan yang baru seperti perkebunan karet. Selanjutnya
kegiatan rehabilitasi lahan yang ditakukan adatah sebagai berikut:
1. Penanganan tanah pucuk
Penanganan tanah pucuk (top soil) yang subur dan banyak mengandung
unsur-unsur organik pada akhir kegiatan atau pascatambang ditebarkan pada
timbunan bekas galian cast penambangan pada lapisan paling atas;
2. Penanganan overburden
Penanganan lapisan tanah penutup berupa overburden (sekitar 1.500
WMT) atau sekitar 30% dari total volume overburden sebanyak 5.000 WMT
ditimbun pada dumping area dan sebesar 3.500 WMT atau sekitar 70% dari total
volume overburden ditimbun kembali ke dalam cast sebagai material backfill.
Dengan menggunakan cara penanganan tersebut, maka diharapkan rona akhir
penambangan tidak terlalu berbeda dengan, rona awal daerah penambangan.
Stabilitas Lereng
Lereng bekas penambangan yang harus dimantapkan pada tahap kegitan
pascatambang terdiri dari 2 jenis lereng yaitu lereng akhir tambang (final cast
slope) dan lereng timbunan (dumping slope).
Berdasarkan pada kajian geoteknik yang telah dilakukan oleh PT.
Southeast Nickel Group, diperoleh geometri lereng yang stabil atau mantap adalah
sebagai berikut:
1. Lereng akhir tambang
Tinggi jenjang 10 m, kemiringan jenjang 60°, lebar berm 4 m, kemiringan
lereng overall 45°, tinggi lereng overall 30 m dan dengan faktor keamanan sebesar
1,5.
2. Lereng timbunan
Tinggi jenjang 5 m, kemiringan jenjang 10°, lebar berm 50 m, tinggi
overall dumping area sekitar 10 m dan kemiringan overall dumping area sebesar
5° dan dengan faktor keamanan sebesar 1,5.
41
Dalam menangani stabilitas lereng pada pascatambang selain dilakukan
dengan cara mengikuti kondisi geometri seperti yang telah ditentukan tersebut di
atas, juga dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Penyaliran (drainage) lereng dengan jalan memasang pipa-pipa
horizontal pada lereng timbunan, agar muka air tanah yang ada di dalam
lereng timbunan tersebut menjadi rendah dan lereng timbunan tersebut
tidak menjadi jenuh air.
2. Menanami rumput atau semak pada bagian permukaan lereng timbunan
tersebut untuk menghindari erosi air permukaan yang dapat
mengakibatkan kelongsoran lereng timbunan secara lokal.
3. Pemasangan tembok penahan (retain wall) pada bagian kaki lereng
timbunan (toe) untuk meningkatkan gaya penahan sehingga faktor
keamanan lereng timbunan tersebut meningkat.
42
3. Batas waktu tanggung jawab pengusaha pertambangan dalam pengelolaan
dan pemantauan lingkungan pada pasca tambang ditetapkan oleh direktur
jenderal.
Dalam upaya memenuhi pogram pasca tambang, PT. Southeast Nickel
Group merencanakan melaksanakan beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut:
1. Pengelolaan Aset
Mengingat perizinan pertambangan nikel PT. Southeast Nickel Group
diperoleh melalui Ijin Usaha Pertambangan, maka pengelolaan aset setelah masa
penambangan nikel selesai (habis) wajib dikembalikan kepada pemerintah
kabupaten yang telah mengeluarkan izin (Kuasa Pertambangan).
2. Sosialisasi Program Pasca tambang
Tujuan program ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat di
sekitar lokasi penambangan mengenai rencana akan berakhirnya kegiatan
penambangan PT. Southeast Nickel Group dan memberikan solusi yang
bermanfaat bagi masyarakat melalui rencana program-program pasca tambang
yang akan dilaksanakan oleh PT. Southeast Nickel Group
3. Reklamasi dan Revegetasi Lanjutan
Reklamasi dan revegetasi lanjutan dilakukan untuk areal penambangan
yang terakhir dan lokasi penumpukan tanah penutup (dumping area) dengan
memperhatikan tata guna lahan seperti yang tertuang di dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Kecamatan Baito, Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi
Tenggara.
Adapun rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan selama masa
operasi penambangan disesuaikan dengan sasaran akhir penutupan tambang.
43
untuk mendukung program kegiatan lingkungan, PT. Southeast Nickel Group
telah merencanakan program dan alokasi biaya yang akan dikeluarkan untuk
memenuhi kegiatan pemantau dan pengendalian lingkungan serta reklamasi dan
revegetasi lahan di sekitar areal penambangan.
Tabel 11 Rencana Alokasi Biaya dan Program Lingkungan PT. Southeast Nickel Group
Rencana Program Lingkungan Anggaran (Rp)
44
5. Pengolahan limbang B3 3.000.000
45
e. Lokasi yang memadai untuk bergerak dengan leluasa bagi kendaraan dan
mesin peralatan tambang pada waktu operasi penambangan dan
pengankutan hasil tambang.
f. Tersedianya fasilitas pemadaman kebakaran dan tanggap darurat.
g. Tersedianya fasilitas kesehatan dan paramedis.
VII.3.2 Peralatan
Peralatan kesehatan dan keselamatan kerja yang akan disediakan di
berbagai lokasi kegiatan penambangan, penumpukan, pengangkutan dan
pemuatan material nikel.
46
selanjutnya akan dilakukan oleh PT. Southeast Nickel Group dan
disesuaikan dengan operasional kegiatan tambang PT. Southeast Nickel
Group.
Tabel 12. Peralatan Keselamatan Kerja
No LOKASI Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
1 Tambang Helm pengaman
Sepatu pengaman
Kacamata
Arung tangan kulit
Masker debu dan earplug
Reflector vest
Alat pemadam api dan perlengkapan P3K di masing-
masing kendaran pengangkut personil dan alat-alat
tambang
Bendera merah (tinggi 2 m) untuk kendaraan
pengangkut personil rambu lalu lintas batas kecepatan
truk 40 ton < 40 km/jam dan kendaran
personil < 60 km/jam
2 Bengkel helm pengaman
sepatu pengaman
sarung tangan kulit
kacamata pengaman
alat pemadam kebakaran
perlengkapan P3K
penampung minyak pelumas bekas
penampung besi-besi bekas dan penampung suku
cadang bekas
metode & pembersihan minyak tumpah
3 Gudang suku helm pengaman
Cadangan sepatu pengaman
sarung tangan kulit
47
perlengkapan P3K
alat pemadam kebakaran
4 Jalan helm pengaman
angkutan dari sepatu pengaman
tambang ke kacamata
screening sarung tangan kulit
instalasi masker debu
pengayakan rambu lalu lintas batas kecepatan truk 40 ton < 40
km/jam dan kendaran personil < 60 km/jam
48
Implementasi dari tanggung jawab sosial PT. Southeast Nickel Group
kepada masyarakat sekitar adalah dengan:
a. Pengelolaan lingkungan yang baik,
b. Usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program
pemberdayaan dan pengembangan masyarakat (community development)
secara komprehensif dan integral dengan penduduk setempat.
Pelaksanaan program pengembangan masyarakat (community
development) meliputi aspek-aspek yang akan dijelaskan berikut ini:
Pendidikan dan Pelatihan
Sebagai upaya PT. Southeast Nickel Group untuk menjalin kemitraan
dengan masyarakat, agar masyarakat nantinya dapat terlibat langsung dalam
kegiatan penambangan, diadakan pelatihan dan pendidikan mengenai dasar-dasar
tentang proses penambangan dan hal-hal yang berkaitan dengan penambangan.
Tujuannya adalah agar masyarakat mempunyai keahlian dan mampu menjadi
tenaga kerja di bidang pertambangan yang siap pakai.
Pemakaian Usaha Jasa Lokal
Dalam tahapan proses kegiatan penambangan, perusahaan tambang
bermaksud untuk memanfaatkan penggunaan jasa usaha lokal yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan perusahaan.
Pemakaian Produk Dalam Negeri/Lokal
Dalam kegiatan penambangan, alat-alat produksi, konsumsi maupun
barang-barang inventaris lainnya penggunakan produksi dalam negeri. Usaha ini
dapat membantu untuk meningkatkan dan mengembangkan industri dalam negeri
seperti industri tekstil, sepatu dan peternakan/pertanian.
Kemitraan
PT. Southeast Nickel Group akan menjalin kemitraan dengan usaha yang
sudah ada di sekitar lokasi proyek. Dalam rangka menggiatkan dan meningkatkan
usaha kecil tersebut, maka PT. Southeast Nickel Group, maka perusahaan akan
mengadakan kemitraan dengan pengusaha lokal dengan memberikan bantuan
ketrampilan dan pendidikan manajemen tepat guna sesuai dengan jenis usaha
mitra tersebut.
49
Bantuan Sosial Keagamaan atau Budaya
Bantuan keagamaan oleh PT. Southeast Nickel Group terhadap masyarakat
di sekitar lokasi penambangan diwujudkan dengan bantuan berupa pendirian
mushola, masjid, gereja dan tempat ibadah lainnya. Hal ini dimaksudkan agar
umat beragama dapat menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya.
Keanekaragaman masyarakat di sekitar lokasi proyek dan masyarakat
pendatang akan menimbulkan pertukaran budaya dan tradisi. Dalam upaya
mengantisipasi hal tersebut, perusahaan tambang menjadi moderator dan
fasilitator
50
BAB VIII
ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
VIII. 2 Jumlah dan Kriteria Tenaga Kerja Tetap dan Tidak Tetap
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk mendukung operasi
disesuaikan dengan rancangan tambang yang telah dihasilkan. Tenaga kerja tidak
langsung yang berhubungan dengan operasi penambangan jumiahnya relatif tetap
selama umur penambangan, sedangkan untuk tenaga yang terlibat langsung dalam
operasi penambangan, terutama untuk operator alat berat, disesuaikan dengan
jumlah alat yang harus dioperasikan dengan memperhatikan jumlah shift dan
target produksi.
Pengawasan proyek penambangan nikel di akan dilakukan oleh seorang
geological assistant grade control dimana tugasnya adalah melakukan supervisi
dari aktifitas penambangan, pengangkutan penumpukan material di stock pile
/stockyard, pemuatan material ke tongkang dan perawatan semua jalan yang
dilalui oleh kendaraan selama proses berlangsung. Geological assistant grade
51
control ini akan membawahi beberapa grade control sampler dan dispatcher dan
akan memberi laporan kepada senior supervisor operation.
Sedangkan kegiatan bongkar muat di pelabuhan PT. Southeast Nickel
Group dan pengangkutan material ke screning station portable akan disupervisi
oleh departemen SCM (supply chain management) PT. Southeast Nickel Group
yang tugas utamanya juga menangani pengangkutan material kebutuhan-
kebutuhan pabrik dan lainnya dari pelabuhan. Pada kegiatan proses pencampuran
material, penyaringan di screening station portable dan pengangkutan material
SSP (screening station product-nya akan dilakukan supervisinya oleh crew mine
civil dan screening station.
Kualifikasi syarat tenaga kerja disesuaikan dengan kebutuhan kerjanya
{Job requirement). Mereka yang akan direkrut adalah mereka yang mempunyai
latar belakang disiplin ilmu dan pengalaman yang sesuai. Analisis jabatan (job
analysis) selanjutnya dibutuhkan untuk mendapatkan karyawan yang cocok
dengan kebutuhan kerja, dengan upah dan beban kerja yang sesuai pula.
5 EHS Officer 1
8 Site Accounting 1
9 Geo Assistant Grade Control & Planning 2
10 Surveior 2
12 Quality Control Coordinator Lab. Analyst 2
52
14 Geo, Assistant Field Supervisor 6
15 Security Supervisor 1
53
Gambar 13. Struktur Organisasi Penambangan Nikel
54
VIII.3 Tingkat Gaji dan Upah
Gaji dan upah merupakan istilah yang berkaian dengan imbalan finansial yang
diterima oleh pegawai/karyawan melalui hubungan kepegawaian mereka dengan
sebuah organisasi perusahaan. Gaji dan upah adalah kembalian finansial dan jasa
serta tunjangan yang diterima oleh para pegawai/karyawan sebagai bagian dari
hubungan kepegawaian.
Komponen gaji dan upah merupakan salah satu dari bentuk kompensasi
finansial langsung. Kompensasi finansial langsung terdiri dari bayaran yang diperoleh
seseorang dalam bentuk gaji, upah, bonus dan komisi. Sedangkan kompensasi
finansial tidak langsung atau yang disebut dengan tunjangan, meliputi semua imbalan
finansial yang tidak tercakup dalam kompensasi finansial tidak langsung tersebut.
Sedangkan kompensasi non finansial terdiri dari kepuasan yang diperoleh
seseorang dari pekerjaan itu sendiri atau dari lingkungan psikologis dan/atau fisik
dimana orang tersebut bekerja. Tipe kompensasi nonfinansial ini meliputi kepuasan
yang diperoleh dari pelaksanaan tugas yang bermakna dan berhubungan dengan
pekerjaan. Pemberian kompensasi merupakan fungsi strategis sumberdaya manusia
yang mempunyai implikasi yang signifikan terhadap fungsi sumberdaya manusia
lainnya. Kompensasi finansial juga mempengaruhi keseluruhan strategi organisasi
perusahaan karena kompensasi mempunyai pengaruh kuat atas kepuasan kerja,
produktivitas, perputaran pegawai/karyawan dan proses lainnya di dalam sebuah
organisasi perusahaan.
Tujuan dari pembayaran gaji dan upah adalah keadilan (fairness atau equity)
yang dapat ditinjau dari 3 dimensi (Cascio, 1992) meliputi:
1. Internal equity yaitu jika dipandang dari nilai relatif setiap jabatan terhadap suatu
organisasi perusahaan, apakah ada keadilan pada tingkat pembayarannya,
2. Eksternal equity yaitu apakah gaji atau upah yang dibayarkan oleh suatu
organisasi perusahaan adil jika dibandingkan dengan tingkat upah yang
dibayarkan oleh organisasi perusahaan sejenis dan
55
3. Individual equity yaitu apakah imbalan yang diterima oleh seorang pegawai/
karyawan adil jika dibandingkan dengan imbalan yang diterima oleh pegawai/
karyawan lain yang mengerjakan pekerjaan yang sama atau sejenis.
56
tersebut adalah dengan menyusun berdasarkan kriteria dari status tenaga kerja yang
akan diangkat.
Adapun kriteria status tenaga kerja yang akan diangkat tersebut adalah
meliputi:
1. Tenaga Kerja Tetap
Merupakan karyawan tetap pada perusahaan yang diangkat berdasarkan
perjanjian kerja yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yaitu pihak direksi dan
pihak karyawan. Selain itu pengangkatan juga telah disesuaikan dengan kebutuhan
formasi pada struktur organisasi perusahaan dan mempunyai kualifikasi keahlian
tertentu yang diperlukan oleh manajemen perusahan tersebut. Jumlah tenaga kerja
tetap yang diperlukan oleh PT. Southeast Nickel Group adalah sebanyak 50 orang,
2. Tenaga Kerja Tidak Tetap
Merupakan status tenaga kerja ini diangkat secara kontrak dalam periode
waktu tertentu, yaitu selama periode waktu 1 atau 2 tahun. Tenaga kerja ini akan
langsung atau tidak langsung bekerja secara operasional di lapangan pada kegiatan
produksi penambangan, pengolahan/stock pile, pengangkutan material nikel,
administrasi dan sebagainya. Selanjutnya, apabila kontrak kerja tersebut habis, maka
dapat dilakukan perpanjangan kontrak yaitu apabila formasi kerja tersebut masih ada.
Dalam periode kontrak kerja tersebut, karyawan bekerja berdasarkan uraian kerja dari
Pemerintah dan pihak PT. Southeast Nickel Group. Jumlah tenaga kerja tidak tetap
yang langsung ataupun tidak langsung dalam kegiatan produksi penambangan bijih
nikel PT. Southeast Nickel Group adalah sebanyak 50 orang untuk tahun pertama dan
akan meningkat untuk setiap tahunnya sesuai dengan bertambahnya jumlah peralatan
penambangan dan meningkatnya jumlah produksi bijih nikel, sehingga pada tingkat
produksi material nikel yang konstan, jumlah tenaga kerja tidak tetap mencapai 50
orang.
57
BAB IX
PEMASARAN
58
IX. 3 Jenis, Jumlah dan Harga
Jenis raw material nikel yang akan ditambang pada PT. Southeast Nickel
Group yaitu raw material dengan kadar air max 20% dan kadar 2.0 ≥ dengan harga
jual 45,77 USD (tahun 2017).
59
BAB X
INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN
X. 1 Investasi
Investasi keseluruhan untuk membiayai seluruh kegiatan penambangan Nikel di
daerah Kecamatan Baito Kabupaten Konawen Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara
mulai dari tahap persiapan, penambangan, ataupun pengolahan sampai dengan pasca
tambang (reklamasi) dibutuhkan dana sebesar Rp. 40.000.000.000.,- dengan kapasitas
produksi bijih nikel sebesar 70.000 ton/tahun untuk tahun pertama, 140.000 ton/tahun
untuk tahun ke-2 sampai 10tahun, 130.000 ton/tahun untuk tahun ke-11 sampai 15,
110.000 ton/tahun untuk tahun ke-16 sampai 17, dan 100.000 ton/tahun untuk tahun
ke-18 sampai 20 tahun. Biaya tersebut meliputi:
60
4. Peralatan (Penambangan, Pengolahan, Pengangkutan dan lain-lain)
Biaya ini meliputi biaya peralatan untuk proses penambangan dan
pengangkutan. Adapun total biaya yang diperlukan untuk keperluan tersebut adalah
Rp 6.450.000.000, dimana perincian dapat dilihat pada
5. Biaya Reklamasi
Perkiraan biaya reklamasi PT. Southeast Nickel Group Rp 279.200.000.-
61
Hutang/pinjaman dari bank
Untuk melaksanakan proyek ini secara keseluruhan baik untuk penambangan
maupun pembangunan unit pengolahan Nikel di daerah wilayah kecamatan Baito
Kabupaten Konawe Selatan ini untuk kapasitas 140.000 ton/tahun dibutuhkan dana
sebesar Rp 60.000.000.000 dari modal sendiri.
X. 2 Analisis Kelayakan
X. 2 .1 Biaya Produksi
Untuk bisa memproduksi nikel dengan kapasitas produksi sebesar 140.000 ton
per tahun berikutnya dibutuhkan biaya produksi sebesar Rp 256.500/ton. Asumsi
digunakan sebagai dasar perhitungan cash flow. Adapun detail rincian biaya tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 15 Tabel Biaya Produksi
62
4 Biaya Community Development 1.000 Rp/ton
5 Biaya Pelatihan 1.000 Rp/ton
6 Biaya K3 500 Rp/ton
7 Biaya Pemasaran 25.000 Rp/ton
8 Biaya Overhead 20.000 Rp/ton
Total Biaya Umum dan Administrasi 98.500 Rp/ton
Total Biaya Operasi 256.500 Rp/ton
63
Pendapatan
(I)Penjualan 73.572.071,1 73.572.071,1 66.883.701. 66.883.701 66.883.701
(Rp)
dimana:
I adalah Pendapatan :
I1,I2,I3,I4,I5,I6,I7,I8,I9,I10,I11,I12,I13,I14,I15,I16,I17,I18,19,I20.
64
X.2.4 Perhitungan “Discounted Cash Flow Rate of Return” / “Internal Rate of
Return” (DCFROR/IRR)
Evaluasi kemampuan proyek menghasilkan keuntungan dengan menggunakan
rasio laba atas penjualan, laba atas dana yang ditanamkan dan laba di atas modal
sendiri mengabaikan satu faktor penting guna menilai kemampuan menghasilkan laba
yaitu uang dalam kaitannya dengan waktu penerimaan uang tersebut. Dalam
kehidupan sehari-hari, uang diterima hari ini bernilai lebih besar dari jumlah yang
sama diterima dua atau tiga tahun yang datang. Dengan perkataan lain uang
mempunyai ‘nilai tambahan’ tersendiri dalam kaitannya dengan waktu
penerimaannya. Guna memperoleh gambaran yang lebih tepat akan kemampuan
proyek menghasilkan keuntungan terutama kaitannya dengan nilai waktu penerimaan
laba digunakan cara dengan jalan mencari tingkat presentase diskonto yang
menyamakan jumlah nilai investasi pada dewasa ini dengan nilai penerimaan proyek
pada dewasa ini. Metode mendiskonto tersebut dikenal dengan metode mencari “
Internal Rate of Return” proyek. Dengan Perkataan lain bahwa IRR adalah tingkat
harga yang bilamana dipergunakan untuk mendiskonto seluruh selisih kas masuk
pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan
jumlah investasi proyek sehingga menghasilkan NPV=0 (nol) dengan persamaan:
(𝐵𝑡−𝐶𝑡)
∑ =0
(𝐼+𝑟)𝑡
65
X.2.5 Waktu Pengembalian Modal
Total keseluruhan investasi yang dibutuhkan untuk penambangan dan
pengolahan PT. Southeast Nickel Group di daerah Kecamatan Baito adalah sebesar
Rp. 40.000.000.000,- biaya kapital dapat dikembalikan dalam jangka waktu 2 tahun.
Jadi, Pendapatan bersih dikurangi dengan modal awal investasi,
NPV Rp 409.198.060.996 - Rp. 40.000.000.000 = Rp.369.198.060.996.
66
BAB XI
KESIMPULAN
Dari hasil eksplorasi dan studi kelayakan yang dilakukan, dapat disimpulkan
tentang potensi dan prospek pengusahaan bahan galian nikel di wilayah Kuasa
Pertambangan Kecamatan Baito, Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi
Tenggara sebagai berikut:
1. Luas wilayah IUP PT. Southeast Nickel Group yang direncanakan untuk
ditingkatkan menjadi IUP Operasi Produksi berdasarkan SK bupati Konawe
Selatan No. 400 tanggal 21 November 20017
2. Cadangan Nikel PT. Southeast Nickel Group adalah sebesar 2.500.000 ton.
3. Direncanakan Penambangan Nikel di kecamatan Baito dengan sistem tambang
terbuka dan metode penambangannya secara “Open Pit”.
4. Sehubungan Ketentuan Bahwa Bahan Galian Nikel tidak diperbolehkan untuk
tidak melakukan proses pengolahan, maka PT. Southeast Nickel Group akan
menjual ke smelter Pengolahan Nikel.
5. Rencana pemasaran PT. Southeast Nickel Group direncanakan untuk di dalam
negeri dengan asumsi harga Jual 45,77 USD.
6. Investasi yang diperlukan termasuk modal kerja adalah sekitar RP.
40.000.000.000,-. Sumber modal sendiri.
7. Dari tinjauan analisis hasil analisis kelayakan sampai tahun ke 20 diperoleh NPV
= Rp 409.198.060.996 sehingga proyek ini layak untuk dilanjutkan dengan
tingkat IRR sebesar 15%.
8. Pendapatan bersih NPV – Modal Investasi = Rp 409.198.060.996 - Rp.
40.000.000.000 = Rp.369.198.060.996.
9. Untuk melakukan aktivitas penambangan membutuhkan tenaga kerja, tenaga
kerja yang dipekerjakan (tetap dan harian atau buruh) sejumlah 110 orang (tetap
60 orang dan buruh 50 orang)
67
10. Pemantauan dan Pengelolaan lingkungan dilakukan mulai dari tahap awal sampai
dengan pasca tambang yang berhubungan dengan kualitas lingkungan baik yang
ditimbulkan akibat aktivitas penambangan mengacu pada perarutan yang berlaku
yang dituangkan dalam Dokumen UKL/UPL.
68
BAB XII
LAMPIRAN
69