Professional Documents
Culture Documents
Interval
Pemboran pemboran Tabung/Kedalaman Diameter
(m) (m) (cm)
0-5 Gt.01/3,05 -3,35 m 30
5-10 Gt.01/ 8,45-8,75 m 30
1
10-15 Gt.01/13,04-13,34 m 30
15-20 Gt.01/17,35-17,65 m 30
2 0-5 Gt.02/4,00-4,30 m 30
0-5 Gt.03/4,70-5,00 m 30
3 5-10 Gt.03/ 9,70-10,00 m 30
10-15 Gt.03/ 14,50-14,80m 30
0-5 Gt.04/ 4,35-4,65 m 30
4
5-10 Gt.04/ 9,60-9,90 m 30
Hasil UjiLaboratoriumPengujian Bobot Isi
Hasil PengujianSifatMekanikTanah
bidan
ggeli
ncir
Gambar6. Sketsalerengdangayayangbekerja
Berbagai cara analisis kestabilan lereng cara analisis kestabilan lereng
banyak dikenal, tetapi secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok
yaitucara pengamatan visual, cara komputasi dan caragrafik (Pangular,1985)
sebagai berikut:
f. kadarairtanah(ω;%)
Untuk penentuan tinggi sudut dan lebar jenjang sendiri dilakukan
percobaan try error dan hal ini dilakukan sampai mencapai FK > 1 agar jenjang
dianggap aman dalam perhitungan yang dilakukan untuk mendapatkan Faktor
Keamanan(FK) dilakukan dengan menggunakan metode Fellenius yaitu :
F = 1.593720777
Perhitungan ini dilakukan beberapa kali dengan tinggi dan lebar jenjang yang berbeda
beda dan didapatkan untuk lebar jenjang yang aman adalah 5 dan tinggi jenjang jang
aman adalah 5 dengan sudut kemiringan 65° dengan FK sebesar 1.5
Faktor yang perlu dpertimbangkan dalam pembuatan desain jalan tambang:
• Letak jalan keluar tambang: untuk suatu tambang yang baru, penting diperhitungkan
dimana letak jalan-jalan keluar dari tambang. Biasanya kita ingin akses yang baik ke
lokasi pembuangan tanah penutup (waste dump) dan stokpile. Topografi merupakan
faktor yang penting akan sulit sekali bagi truk untuk keluar dari pit ke medan yang
curam.
• Lebar jalan: tergantung pada lebar alat angkut, biasanya 4 kali lebar truk. Lebar jalan
seperti diatas memungkinkan lalu lintas dua arah, ruangan untuk truk yang akan
menyusul, juga cukup untuk selokan penyaliran dan tanggul pengaman. Untuk truk
tambang yang ukuran sedang biasa ukurannya 2 – 3 m lebar jalan biasanya sekiktar
untuk ukuran ini 10 m.
• Kemiringan jalan: jalan angkut di dalam tambang biasanya dirancang pada kemiringan
8% atau 10%. Untuk tambang–tambang besar, kemiringan jalan 8%paling umum. Ini
akan memberikan Untuk tambang–tambang besar, kemiringan jalan 8%paling umum.
Ini akan memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam pembuatannya, serta
memudahkan dalam pengaturan masuk ke jenjang tanpa menjadi terlalu terjal
dibeberapa tempat.
• Untuk jalan tambang yang panjang, kemiringan 10% adalah kemiringan maksimum yang
masih praktis. Tambang- tambang kecil banyak yang dirancang dengan kemiringan
10%.
• Rancangan spiral danswitchback: pada umumnya switchback ingin dihindari sebisa
mungkin karena cenderung melambatkan lalu lintas juga ban akan cepat aus dan
perawatan ban akan lebih besar. Pertimbangan lain ialah keamanan. Apabila ada sisi
tambang yang jauh lebih rendah dari dinding lainnya di sekeliling pit, switchback di sisi
ini sering lebih murah daripada membuat jalan angkut spiral mengelilingi dinding pit.
Jika switchbackharus dipakai, rancanglah cukup panjang sehingga pada bagian sebelah
dalam dari tikungan kemiringannya tidak terlalu terjal.
Alat angkut yang akan digunakan di PT. ALDINA adalah Dump Truck merkHino tipe
FM 260 JD dengan lebar maksimal 2.450 meter. Sedangkan jalan tambang akan
didesain menjadi dua jalur. Maka lebar minimum jalan tambang pada keadaan
lurus adalah sebagai berikut :
L (min) = [(2 × 2.450) + {(2 + 1)(1/2 × 2.450)}]
= 4.900 + (3 × 1.225) m
= 8,5 meter
Untuk lebih mengoptimalkan lebar jalan pada jalur lurus, maka lebar jalan
dibuat menjadi 10meter.
Geometri jenjang terdiri dari tinggi jenjang, sudut lereng jenjang tunggal, dan lebar dari
jenjang penangkap (catch bench). Rancangan geoteknik jenjang biasanya dinyatakan
dalam bentuk parameter–parameter untuk ketiga aspek ini:
1. Tinggi jenjang: biasanya alat muat yang digunakan harus mampu pula mencapai
pucuk atau bagian atas jenjang. Jika tingkat produksi atau faktor lain mengharuskan
ketinggian jenjang tertentu, alat muat yang akan digunakan harus disesuaikan pula
ukurannya.
2. Sudut lereng jenjang: Penggalian oleh alat gali mekanis seperti loader atau shovel
dipermuka jenjang pada umumnya akan menghasilkan sudut lereng antara 60-65
derajat. Sudut lereng yang lebih curam biasanya derajat.
3. Lebar jenjang penangkap: ditentukan oleh pertimbangan keamanan. Tujuannya
adalah menangkap batu–batuan yang jatuh.
Bagian Jenjang
Desain
1. Pemodelan Topografi
2. Pit Bottom
Dimensi:
vertical area = 36.515
volume area = 2088468.14
Elevasi: 137 m
KETERANGAN :
PB
PB
3. Plot Crest
CREST BP
TOE
KETERANGAN :
pb = pit buttom
cres= tinggi jenjang
toe = kaki jenjang
4. Pemotongan Crest
Penyesuaian jenjang dengan dengan kontur permukaan
6. Pemotongan kontur dan pembuatan sayatan
permukaan toe bp crest permukaan
Keterangan :
Permukaan : Gambaran Permukaan Yang Di Ambil Dari Kordinat Titik Bor
Toe : Kaki Lereng Yang Di Bentuk Dari Tinggi Jenjang 5m Dan Kemiringan
Jenjang 65°
Crest : Tinggi Jenjang 5 M
Bp : Buttom Pit Seluas 16300.725 𝑚2