You are on page 1of 14

BAB VII

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

A. Dampak Lingkunga Dan Pengolahan


a. Dampak Kegiatan
Kegiatan penambangan yang telah dilakukan berakibat pada perubahan bentang
alam (morfologi) menjadi lubang tambang dan perbukitan tempat area penimbunan tanah
penutup. Langkah atau metode pendekatan yang dilakukan dalam melakukan identifikasi
adanya dampak penting adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari pustaka-pustaka terutama yang berhubungan dengan rencana kegiatan
penambangan dan pengolahan nikel.
2. Menelaah rencana kegiatan penambangan dan pengolahan nikel yangakan
dilakukan.
3. Menelaah karakteristik lingkungan di daerah kegiatan pada saat kajian kelayakan
dilakukan.
4. Pengalaman dan pengetahuan dalam menyusun dokumen UKL/UPL.
5. Penggnaan baku mutu lingkungan sebagai penentu ada tidaknya dampak
berdasarkan perubahan parameter yang diteliti.
6. Analogi, yaitu membandingkan masalah lingkungan yang timbul sebagai akibat
kegiatan yang sejenis di daerah lain.

Acuan untuk mengetahui tingkat pentingnya dampak adalah:


1. Undang-undang No. 23 tahun 1997 (Pengelolaaan Lingkungan Hidup)
2. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999
3. Keputusan Ketua Bapedal No. Kep/056/1994 (Pedoman mengenai Ukuran Dampak
Penting)
Berdasarkan pedoman tersebut di atas, maka ada 8 faktor penentu dampak penting
yaitu sebagai berikut:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Lamanya dampak berlangsung
4. Intensitas dampak
5. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak
6. Banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak
7. Sifat komulatif dampak dan
8. Berbalik atau tidaknya dampak
Terkait dengan proyek penambangan nikel oleh PT. IW .TBK, proses prakiraan
dampak lingkungan mengikuti sistematika berikut:
1. Prakiraan keadaan lingkungan tanpa (sebelum) proyek penambangan nikel
berlangsung,
2. Prakiraan keadaan lingkungan pada waktu proyek penambangan nikel berlangsung,
pada tahap pembangunan maupun operasi penambangan nikel,
3. Dampak yang diperkiraan adalah perbandingan keadaan lingkungan sebelum, selama
dan sesudah proyek penambangan nikel berlangsung.

b. Pengelolaan Lingkungan
1. Perubahan Bentang Alam
a) Upaya Pengelolaan Lingkungan
 Pengelolaan Waste Dump Area
Upaya pengelolaan waste dump area dilakukan melalui reklamasi yang terdiri dari
penataan/rencountering lahan dan dilanjutkan dengan revegetasi tanaman. Kegiatan
reklamasi tersebut hanya bisa dilakukan pada waste dump area tertentu yaitu pada bagian
areal tersebut yang tidak akan terganggu lagi dengan penempatan tanah overburden. Secara
umum teknis reklamasi yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
 Penataan Lahan (Recounturing)
Pekerjaan penataan lahan dilakukan dengan alat berat excavator dan bulldozer. Lahan
terbuka ditata melalui perataan, pemadatan dan dibuat berjenjang dengan kemiringan 30°,
tinggi teras disesuaikan dengan topografi timbunan tanah yang secara umum setinggi
6meter dengan lebar 10meter.
 Penebaran Tanah Pucuk
Dalam pekerjaan land clearing tanah pucuk dikupas dengan excavator dibantu bulldozer lalu
dimuat ke dalam dump truck untuk ditimbun atau langsung ditebarkan pada lahan waste
dump yang telah dilakukan penataan. Penebaran tanah pucuk dilakukan dengan bulldozer
sebagai pelapis cover bench.
 Revegetasi/Penanaman
Revegetasi tanaman dilakukan setelah penebaran tanah pucuk yang dilakukan pada saat
musim hujan dengan menggunakan tanaman LCC jenis Centrosoma Pubecent sebagai
penutup tanah yang dilanjutkan dengan tanaman penghijauan dari jenis albisia, gamal,
akasia, dan kayu jenis lokal.

 Pengelolaan Areal Tambang


Upaya pengelolaan area tambang meliputi pembuatan geometri teras tambang dan
penirisan.
 Membuat Geometris Teras Tambang
Upaya pengelolaan area yaitu membuat geometri teras tambang dengan prosedur sebagai
berikut:
- Tinggi maksimum teras aktif 12,50m

- Sudut kemiringan tebing teras tidak boleh melebihi 50°

- Lantai teras aktif harus cukup lebar untuk menjamin keamanan pekerja
danperalatan operasi penambangan

-Tinggi maksimum lereng menyeluruh 14-60m dengan kemiringan


menyeluruh 30°
 Membuat penirisan yang baik sehingga tidak menimbulkan genangan air pada lantai
teras atau erosi pada teras.
 Lokasi Pengelolaan
 Pengelolaan terhadap dampak perubahan bentang alam (geomorfologi) ini akan
dilakukan pada waste dump area dan di dalam bukaan tambang (pit)
 Pengelolaan terhadap dampak dilakukan pada sungai-sungai kecil.
2. Penurunan Kualitas Air

a) Upaya Pengelolaan Lingkungan


 Area Bukaan Tambang (Pit) dan Waste Dump
Air permukaan yang masuk tambang dialirkan ke dalam kolam pengendapan dengan
membuat parit penirisan di daerah "toe" teras penambangan, di lantai ekstraksi Bijih Nikel,
dan pada teras pengambilan tanah interburden. Pada musim hujan kualitas air permukaan
tambang lebih buruk. Sebagian besar air permukaan yang ditiriskan dari tambang
diendapkan pada kolam pengendapan sedimen di dalam lubang tambang.
Adapun upaya pengelolaan yang akan dilakukan saat ini adalah sebagai berikut: Air
di lantai kerja tambang masuk ke kolam penampungan di dalam lubang tambang "in pit
pond", kemudian dipompa ke bak pencampuran floculan dan atau koagulan (AISCMawas),
selanjutnya air disalurkan ke kolam pengendapan sedimen. Pada bak pencampuran Floculan
dan/atau A12SO4 tawas berlangsung kontak dengan air yang mengandung lumpur sehingga
terjadi proses pengendapan lumpur yang lebih cepat. Instalasi pipa air menghubungkan
aliran air dari bak pencampur ke kolam pengendapan, mengalir dengan gaya gravitasi.

Gambar7.1. Sketsa Settling Pond di Lokasi Pit dan Waste Dump


Sedimen yang terbentuk di settling pond dipindahkan secara periodik apabila
ketinggiannya sudah mencapai ¾ kapasitas settling pond. Pemindahan sedimen dilakukan
dengan cara pemompaan ke dalam truck tangki kemudian ditimbun di waste dump area
aktif.
c. Pengelolaan Limbah Rehabilitasi Lahan Bekas Penambangan
Areal PT. IW .TBK yang sedang dilakukan kajian kelayakan adalah di wilayah
Kecamatan Baito, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara yaitu seluas 50
ha. Secara rinci, luas lahan yang akan terganggu sebagai akibat dari penggalian cast
penambangan, penimbunan overburden (dumping area), sarana screening station dan
sarana fasilitas pendukung lainnya adalah 1 ha yang terdiri dari 1 blok cast seluas 1 ha dan 1
lokasi screening station seluas 0.50 ha, temporary stock pile seluas 9 ha, dan sarana fasilitas
pendukung seluas 0.50ha. Rekap luas areal penambangan (cast), areal penimbunan disposal,
area incast dump, area sarana processing plant (PP), area sarana fasilitas pendukung dan
volume overburden yang akan ditimbun.
Tabel 7.1. Luas Area Kegiatan Penambangan

Uraian LUAS (Ha)


penambangan (cast) 40

Temporary stock pile 9

Screening station 0.50

Sarana fasilitas pendukung 0.50

Total Area 50

Dengan demikian dalam penggalian material nikel tersebut penguasan material nikel
berkisar 5 m dan penggalian material nikel penambangan terdalam adalah 8 m di atas
permukaan laut. Mengingat pada kegiatan penambangan tersebut terjadi bukaan yang cukup
luas, maka pada kasus ini sistem penimbunan kembali overburden pada bekas cast
penambangan dilakukan dengan sistem backfilling.
Penggunaan sistem backfilling diharapkan mampu mengurangi perubahan bentuk
bentang alam secara signifikan bahkan areal bekas penambangan dapat dimanfaatkan
dengan peruntukan yang baru seperti perkebunan karet. Selanjutnya kegiatan rehabilitasi
lahan yang ditakukan adatah sebagai berikut:
 Penanganan tanah pucuk
Penanganan tanah pucuk (top soil) yang subur dan banyak mengandung unsur-unsur
organik pada akhir kegiatan atau pascatambang ditebarkan pada timbunan bekas galian
cast penambangan pada lapisan paling atas;
 Penanganan overburden
Penanganan lapisan tanah penutup berupa overburden (sekitar 1.500 WMT) atau
sekitar 30% dari total volume overburden sebanyak 5.000 WMT ditimbun pada dumping area
dan sebesar 3.500 WMT atau sekitar 70% dari total volume overburden ditimbun kembali ke
dalam cast sebagai material backfill. Dengan menggunakan cara penanganan tersebut, maka
diharapkan rona akhir penambangan tidak terlalu berbeda dengan, rona awal daerah
penambangan.
1. Stabilitas Lereng
Lereng bekas penambangan yang harus dimantapkan pada tahap kegitan
pascatambang terdiri dari 2 jenis lereng yaitu lereng akhir tambang (final cast slope) dan
lereng timbunan (dumping slope).
Berdasarkan pada kajian geoteknik yang telah dilakukan oleh PT. IW .TBK, diperoleh
geometri lereng yang stabil atau mantap adalah sebagai berikut:

2. Lereng akhir tambang


Tinggi jenjang 10 m, kemiringan jenjang 60°, lebar berm 4 m, kemiringan lereng
overall 45°, tinggi lereng overall 30 m dan dengan faktor keamanan sebesar 1,5.
3. Lereng timbunan
Tinggi jenjang 5 m, kemiringan jenjang 10°, lebar berm 50 m, tinggi overall dumping
area sekitar 10 m dan kemiringan overall dumping area sebesar 5° dan dengan faktor
keamanan sebesar 1,5.
Dalam menangani stabilitas lereng pada pascatambang selain dilakukan dengan cara
mengikuti kondisi geometri seperti yang telah ditentukan tersebut di atas, juga dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
 Penyaliran (drainage) lereng dengan jalan memasang pipa-pipa horizontal pada
lereng timbunan, agar muka air tanah yang ada di dalam lereng timbunan tersebut
menjadi rendah dan lereng timbunan tersebut tidak menjadi jenuh air.
 Menanami rumput atau semak pada bagian permukaan lereng timbunan tersebut
untuk menghindari erosi air permukaan yang dapat mengakibatkan kelongsoran
lereng timbunan secara lokal.
 Pemasangan tembok penahan (retain wall) pada bagian kaki lereng timbunan (toe)
untuk meningkatkan gaya penahan sehingga faktor keamanan lereng timbunan
tersebut meningkat.
d. Rencana Reklamasi dan Pemanfaatan Lahan Pasca Tambang
Pasca tambang merupakan masa setelah berhentinya kegiatan tambang pada seluruh
atau sebagaian wilayah usaha pertambangan operasi produksi atau operasi produksi yang
disebabkan berakhirnya izin usaha pertambangan dan atau karena dikembalikannya seluruh
atau sebagain wilayah usaha pertambangan operasi produksi (Kep.Menteri Pertambangan
dan Energi No. 1211.K/008/M.PE/1995). Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 1211.K/008/M.PE/1995 berisi tentang kewajiban pengusaha pertambangan sebagai
pemegang Kuasa Pertambangan dalam kegiatan pasca tambang sebagaimana diatur dalam
Pasal 26, 27 dan 28, yaitu:
1. Pengusaha pertambangan wajib menyampaikan laporan secara tertulis kepada Direktur
Jenderal mengenai rencana penutupan tambang, selambat-lambatnya 1 (satu) tahun,
sebelum berakhirnya operasi penambangan. Kewajiban ini berlaku juga bagi rencana
pengembalian seluruh atau sebagian dari wilayah usaha pertambangan tahap operasi
produksi
2. Dalam laporan rencana penutupan tambang tersebut memuat mengenai adanya
dampak lingkungan yang perlu dikelola pada pasca tambang dan pelaksanaan
pengelolaan dampak lingkungan dimaksud
3. Batas waktu tanggung jawab pengusaha pertambangan dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan pada pasca tambang ditetapkan oleh direktur jenderal.
Dalam upaya memenuhi pogram pasca tambang, PT. IW .TBK merencanakan
melaksanakan beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut:
1. Pengelolaan Aset
Mengingat perizinan pertambangan nikel PT. IW .TBK diperoleh melalui Ijin Usaha
Pertambangan, maka pengelolaan aset setelah masa penambangan nikel selesai (habis)
wajib dikembalikan kepada pemerintah kabupaten yang telah mengeluarkan izin (Kuasa
Pertambangan).
2. Sosialisasi Program Pasca tambang
Tujuan program ini adalah memberikan informasi kepada masyarakat di sekitar lokasi
penambangan mengenai rencana akan berakhirnya kegiatan penambangan PT. IW .TBK dan
memberikan solusi yang bermanfaat bagi masyarakat melalui rencana program-program
pasca tambang yang akan dilaksanakan oleh PT. IW .TBK
3. Reklamasi dan Revegetasi Lanjutan
Reklamasi dan revegetasi lanjutan dilakukan untuk areal penambangan yang terakhir
dan lokasi penumpukan tanah penutup (dumping area) dengan memperhatikan tata guna
lahan seperti yang tertuang di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan Baito,
Kabupaten Konawe Selatan, Propinsi Sulawesi Tenggara.
Adapun rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan selama masa operasi
penambangan disesuaikan dengan sasaran akhir penutupan tambang.

B. Pemantauan Lingkungan
Sedangkan rencana kegiatan pemantauan terhadap pengelolaan lingkungan
dilakukan dalam bentuk format yang meliputi: indikator dampak, metode pemantauan, lokasi
pemantauan, frekuensi pemantauan, instansi pemantau.

a. Rencana Alokasi Biaya dan program Lingkungan


Dalam rangka menciptakan kegiatan penambangan nikel yang ramah lingkungan,
tidak lepas dari keseriusan pihak perusahaan dalam mengendalikan dampak-dampak yang
timbul akibat kegiatan penambangannya. Oleh karena itu untuk mendukung program
kegiatan lingkungan, PT. IW .TBK telah merencanakan program dan alokasi biaya yang akan
dikeluarkan untuk memenuhi kegiatan pemantau dan pengendalian lingkungan serta
reklamasi dan revegetasi lahan di sekitar areal penambangan.

Tabel 7.2. Rencana Alokasi Biaya dan Program LingkunganPT. IW .TBK Group
Rencana Program Lingkungan Anggaran (Rp)

Program Pemantauan Lingkungan


1. Pemantauan Baku mutu Air Tambang dan Air Sungai 1.000.000

2. Pemantauan Biota Air di sekitar perairan 1.000.000

3. Pemantauan air tanah 1.000.000

4. Pemantauan kualitas udara 800.000

5. Pemantauan tingkat kebisingan di wilayah kerja 700.000

6. Pemantauan area kerja (khusus penerangan) 1.000.000


7. Pemantauan kesuburan tanah 2.000.000

8. Pemantauan keanekaragaman hayati 2.500.000

Program Pengolahan Lingkungan dan Reklamasi

1. Pengolahan lahan bekas tambang 20.000.000

2. Pengolahan Timbunan tanah penutup 50.000.000

3. Pengolahan kualitas air 5.000.000

4. Pengolahan limbah padat 1.000.000

5. Pengolahan limbang B3 3.000.000

6. Pengolahan Kualitas Udara 1.500.000

7. Reklamasi dan Revegetasi 50.000.000

Total Anggaran Rp. 139.600.000


BAB VIII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Kecelakaan kerja tentu saja merupakan masalah yang besar bagi kelangsungan
suatu operasional pertambangan. Kerugian yang akan ditanggung tidak hanya berupa
kerugian materi, namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa. Kehilangan sumberdaya
manusia merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya
sumberdaya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.

Peranan K3 adalah tanggung jawab seluruh indivudal yang terlibat di dalam


pereusahaan, PT. IW .TBK secara struktural membentuk Bagian K3 dan lingkungan, dimana
kepala bagiannya diposisikan sebagai Wakil Kepala Teknik Tambang yang langsung
bertanggung jawab kepada General Manager sebagai Kepala Teknik Tambang. Bagian
tersebut selain melakukan inspeksi juga sebagai Evaluator dan bersifat Administratif, dengan
tugas :

a) Mengumpulkan data dan mencatat rincian dari setiap kejadian kecelakaan dan
menganalisanya;
b) Mengumpulkan data kegiatan dan lokasi yang berpotensi bahaya dan membuat
Standar Operation Procedure (SOP) yang aman pada kegiatan tersebut;
c) Membuat peraturan dan petunjuk keselamatan dan kesehatan kerja terhadap seluruh
pekerja;
d) Mengkoordinir pertemuan-pertemuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
e) Melakukan evaluasi terhadap seluruh kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
Untuk mewujudkan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
Perusahaan PT. IW .TBK membentuk organiusasi dan menunjuk personil yang bertanggung
jawab atas keberhasilan pelaksanaan program K3 tersebut.

Wadah organisasi tersebut adalah :

 Kepala Teknik Tambang (KTT)


 Pengaawas Operasional
 Pengawas Teknik
 Petugas K3 (safety officer)
 Komite K3 (safety committee)

Dengan adanya program pelaksanaan pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja


yang lebih terarah maka keberhasilan atau penampilan dari pengelolaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja lebih mudah dievaluasi dan diatur untuk perbaikan dan peningkatan dalam
peningkatan atau program selanjutnya.

Langkah-langkah pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan PT. IW .TBK
untuk mencapai hasil yang baik adalah :

A. Penyediaan Peralatan Safety K3

Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja dapat berlangsung dengan baik,
PT. IW .TBK menyediakan fasiuitas-fasilitas standar yang mendukung kegiatan dapat
berjalan dengan aman. Alat pelindung diri (APD) seperti helm proyek, sepatu pelindung,
pelindung mata, masker dan pelindung telinga. Selain pakaian pelindung tersebut,
pemasangan papan peringatan, rambu lalu lintas, ketentuan atau peraturan penggunaan
peralatan yang sesuai dengan fungsinya dan ketentuan-ketentuan atau peraturan
penggunaan peralatan yang sesuai dengan fungsinya dan ketentuan-ketentuan yang
membuat lokasi kegiatan aman dab didukung oleh personil yang menangani setiap kegiatan
menguasai operasional akan menjamin keselamatan dan kesehatan kerja dapat berlangsung
dengan baik.
Gambar (6.1) peralatan safety (APD) PT. IW .TBK

Lokasi tambang PT. IW .TBK juga dilengkapi fasilitas pemadaman kebakaran dan unit
kesehatan termasuk gawat darurat yang dilengkapi paramedik on-site dan alat-alat medis
serta obat-obatan dabn unit kesehatan ini juga dilengkapi dengan mobil ambulnace.

B. Program Pendidikan dan Latihan Dasar K3


PT. IW .TBK menerapkan program pendidikan dan pelatihan ini, agar pekerja dapat
memahami bagaimana dan pentingnya untuk melakukan pekerjaannya dengan
aman. Program pendidikan atau pelatihan, adalah untuk pekerja baru, pelatihan
untuk pekerja dengan tugas baru dan pelatihan penyegaran untuk pekerja lama.
Materi-materi yang biasa disampaikan dalam pelatihan ini adalah membuat tata cara
yang aman untuk melakukan pekerjaan, mengidentifikasi potensi bahaya yanga da
dalam lingkungan kerja da bagaimana cara mencegah dan tindakan yang harus
dilakukan untuk menghindari apabila bahaya. Program pendidikan dan pelatihan
akan dilaksanakan selama kegiatan tambang berlangsung.
C. Perawatan Peralatan Kerja
Guna mencegah terjadinya kecelakaan, PT. IW .TBK menerapkan perlunya dilakukan
perawatan secara berkala terhadap semua peralatan yang dipergunkan. Peralatan
pelindung diri, sebaiknya diberikan secara berkala dan dibatasi waktu pemakaiannya,
untuk menjamin keefektifan alat ketika dipergunakan.
D. Kesehatan Kerja
Selain penggunaan peralatan dalam upaya perlindungan terhadap kecelakaan, PT.
IW .TBK menerapkan wajibnya melakukan pemeriksaan kesehatan karyawan, baik
pada awal mulai bekerja maupun secara berkala selma dinas kerja. Hal ini dapat
mengurangi tingkat kecelakaan akibat penurunannya tingkat kesehatan pekerja dan
karyawan.
E. Pengawasan
Pengawasan dilakukan PT. IW .TBK secara aktif dan berjenjang mulai dari pekerja di
lapangan sampai manajer, sehingga efektif dan kondisi aman dari suatu kegiatan
akan terjaga terus. Selain itu juga dilakukan pengawasan silang, karena sering
terjadi pengawas dan pekerja disuatu bagian tertentu menjadi terbiasa dan tidak
menyadari akan adanya suatu potensi bahaya. Pengawasan silang diharapkan akan
dapat menemukan hal-hal seperti ini dan harus segera dikoreksi.
F. Evaluasi
PT. IW .TBK melakukan perbaikan dan peningkatan program K3. Apabila menurut
penilaian inspektur tambang tingkat kecelakaan cukup memprihatinkan yang
penyebabnya diduga berkaitan dengan lemahnya program K3 perusahaan. Tim
evaluasi, yang anggotanya terdiri dari beberapa inspektur tambang akan
mengevaluasi, memperbaiki, dan meningkatkan program K3 dari perusahaan yang
bersangkutan.
No Kegiatan Uraian

1 Patroli Keamanan Penjauan/pengecekan untuk mengantisipasi


kekurangan dan kondisi tidak aman penertiban
sesuai dengan peraturan K3 melaporkan secara
lisan/tertulis kepada supervisor bagi pelanggar
peraturan mengntrol batas kecepatan kendaraan
tambang

2 Inspeksi Keamanan Cek kondisi pemadam api, melakukan inventarisasi


dan pengisian kembali jika perlu cek kondisi fasilitas
transportasi sek kondisi fasilitas bengkel cek kondisi
dan penataan gudang cek kondisi dan penataan
kemp utama dan lokasi kerja

3 Diskusi Masalah Masalah keselamatan disetiap jam diskusi pagi,


Keselamatan membantu dan memonitor realisasi diskuysi pagi

4 Kampanye Secara pendekatan pribadi, pembelajaran


Keselamatan mengedarkan slogan, leaflet, dan sebagai evaluasi

5 Pelindung Keamanan Inventarisasi alat pelindung diri (APD) cek


kelengkapan pengamanan alat-alat ceke
kelengkapan rambu-rambu melengkjapi kekurangan

6 Pemilihan Operator Cek jenis peralatan

7 Laporan Keamanan Laporan kecelakaan tambang


Laporan bulanan
Laporan tahunan
Laporan pelatihan

Tabel (6.1) langkah-langkah Pelaksanaan K3 Pertambangan

You might also like