Professional Documents
Culture Documents
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
b. Pengelolaan Lingkungan
1. Perubahan Bentang Alam
a) Upaya Pengelolaan Lingkungan
Pengelolaan Waste Dump Area
Upaya pengelolaan waste dump area dilakukan melalui reklamasi yang terdiri dari
penataan/rencountering lahan dan dilanjutkan dengan revegetasi tanaman. Kegiatan
reklamasi tersebut hanya bisa dilakukan pada waste dump area tertentu yaitu pada bagian
areal tersebut yang tidak akan terganggu lagi dengan penempatan tanah overburden. Secara
umum teknis reklamasi yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Penataan Lahan (Recounturing)
Pekerjaan penataan lahan dilakukan dengan alat berat excavator dan bulldozer. Lahan
terbuka ditata melalui perataan, pemadatan dan dibuat berjenjang dengan kemiringan 30°,
tinggi teras disesuaikan dengan topografi timbunan tanah yang secara umum setinggi
6meter dengan lebar 10meter.
Penebaran Tanah Pucuk
Dalam pekerjaan land clearing tanah pucuk dikupas dengan excavator dibantu bulldozer lalu
dimuat ke dalam dump truck untuk ditimbun atau langsung ditebarkan pada lahan waste
dump yang telah dilakukan penataan. Penebaran tanah pucuk dilakukan dengan bulldozer
sebagai pelapis cover bench.
Revegetasi/Penanaman
Revegetasi tanaman dilakukan setelah penebaran tanah pucuk yang dilakukan pada saat
musim hujan dengan menggunakan tanaman LCC jenis Centrosoma Pubecent sebagai
penutup tanah yang dilanjutkan dengan tanaman penghijauan dari jenis albisia, gamal,
akasia, dan kayu jenis lokal.
- Lantai teras aktif harus cukup lebar untuk menjamin keamanan pekerja
danperalatan operasi penambangan
Total Area 50
Dengan demikian dalam penggalian material nikel tersebut penguasan material nikel
berkisar 5 m dan penggalian material nikel penambangan terdalam adalah 8 m di atas
permukaan laut. Mengingat pada kegiatan penambangan tersebut terjadi bukaan yang cukup
luas, maka pada kasus ini sistem penimbunan kembali overburden pada bekas cast
penambangan dilakukan dengan sistem backfilling.
Penggunaan sistem backfilling diharapkan mampu mengurangi perubahan bentuk
bentang alam secara signifikan bahkan areal bekas penambangan dapat dimanfaatkan
dengan peruntukan yang baru seperti perkebunan karet. Selanjutnya kegiatan rehabilitasi
lahan yang ditakukan adatah sebagai berikut:
Penanganan tanah pucuk
Penanganan tanah pucuk (top soil) yang subur dan banyak mengandung unsur-unsur
organik pada akhir kegiatan atau pascatambang ditebarkan pada timbunan bekas galian
cast penambangan pada lapisan paling atas;
Penanganan overburden
Penanganan lapisan tanah penutup berupa overburden (sekitar 1.500 WMT) atau
sekitar 30% dari total volume overburden sebanyak 5.000 WMT ditimbun pada dumping area
dan sebesar 3.500 WMT atau sekitar 70% dari total volume overburden ditimbun kembali ke
dalam cast sebagai material backfill. Dengan menggunakan cara penanganan tersebut, maka
diharapkan rona akhir penambangan tidak terlalu berbeda dengan, rona awal daerah
penambangan.
1. Stabilitas Lereng
Lereng bekas penambangan yang harus dimantapkan pada tahap kegitan
pascatambang terdiri dari 2 jenis lereng yaitu lereng akhir tambang (final cast slope) dan
lereng timbunan (dumping slope).
Berdasarkan pada kajian geoteknik yang telah dilakukan oleh PT. IW .TBK, diperoleh
geometri lereng yang stabil atau mantap adalah sebagai berikut:
B. Pemantauan Lingkungan
Sedangkan rencana kegiatan pemantauan terhadap pengelolaan lingkungan
dilakukan dalam bentuk format yang meliputi: indikator dampak, metode pemantauan, lokasi
pemantauan, frekuensi pemantauan, instansi pemantau.
Tabel 7.2. Rencana Alokasi Biaya dan Program LingkunganPT. IW .TBK Group
Rencana Program Lingkungan Anggaran (Rp)
Kecelakaan kerja tentu saja merupakan masalah yang besar bagi kelangsungan
suatu operasional pertambangan. Kerugian yang akan ditanggung tidak hanya berupa
kerugian materi, namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa. Kehilangan sumberdaya
manusia merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya
sumberdaya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.
a) Mengumpulkan data dan mencatat rincian dari setiap kejadian kecelakaan dan
menganalisanya;
b) Mengumpulkan data kegiatan dan lokasi yang berpotensi bahaya dan membuat
Standar Operation Procedure (SOP) yang aman pada kegiatan tersebut;
c) Membuat peraturan dan petunjuk keselamatan dan kesehatan kerja terhadap seluruh
pekerja;
d) Mengkoordinir pertemuan-pertemuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
e) Melakukan evaluasi terhadap seluruh kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja;
Untuk mewujudkan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),
Perusahaan PT. IW .TBK membentuk organiusasi dan menunjuk personil yang bertanggung
jawab atas keberhasilan pelaksanaan program K3 tersebut.
Langkah-langkah pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan PT. IW .TBK
untuk mencapai hasil yang baik adalah :
Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja dapat berlangsung dengan baik,
PT. IW .TBK menyediakan fasiuitas-fasilitas standar yang mendukung kegiatan dapat
berjalan dengan aman. Alat pelindung diri (APD) seperti helm proyek, sepatu pelindung,
pelindung mata, masker dan pelindung telinga. Selain pakaian pelindung tersebut,
pemasangan papan peringatan, rambu lalu lintas, ketentuan atau peraturan penggunaan
peralatan yang sesuai dengan fungsinya dan ketentuan-ketentuan atau peraturan
penggunaan peralatan yang sesuai dengan fungsinya dan ketentuan-ketentuan yang
membuat lokasi kegiatan aman dab didukung oleh personil yang menangani setiap kegiatan
menguasai operasional akan menjamin keselamatan dan kesehatan kerja dapat berlangsung
dengan baik.
Gambar (6.1) peralatan safety (APD) PT. IW .TBK
Lokasi tambang PT. IW .TBK juga dilengkapi fasilitas pemadaman kebakaran dan unit
kesehatan termasuk gawat darurat yang dilengkapi paramedik on-site dan alat-alat medis
serta obat-obatan dabn unit kesehatan ini juga dilengkapi dengan mobil ambulnace.