You are on page 1of 6

Amal Usaha Muhammadiyah

Dibidang Dakwah

Kelompok 7
Disusun Oleh : Novita Rachmawati
Ayu Rahayu
Chanda Erlanda
Dimas Dwi Waskito
Irma Puspitasari

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


A. Maksud gerakan Muhammadiyah

Dalam matan/teks Kepribadian Muhammadiyah dinyatakan bahwa maksud gerakan


(Muhammadiyah) ialah Dakwah islam, Amar Makruf, Nahi Munkar. Penegasan seperti ini jelas
menggambarkan komitmen Muhammadiyah terhadap Q.S Al-Imran ayat 104 :

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.Qs.3:104

Suatu ayat yang menjadi faktor utama yang melatar belakangi berdirinya Persyarikatan Muhammadiyah.

1. Pengertian Dakwah Islam

Dilihat dari arti bahasa (etimologi) Dakwah, berasal dari kata da’a; yad’u; da’watan, berarti
seruan, ajakan, atau panggilan. Sedangkan dilihat dari arti istlah (terminology) berarti penyampaian
islam kepada manusia, baik secara lisan, tulisan, ataupun lukisan.

Dalam mendeskripsikan pengertian dakwah ada beberapa batasan atau definisi sebagai berikut :
 Segala aktivitas dan usaha untuk mengubah satu situasi tertentu kearah situasi lain yang lebih
baik, sesuai dengan ajaran islam.
 Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat
konsepsi islam tentang pandangan dan tujuan hidup di dunia ini, yang meliputi Amar Makruf dan
Nahi Munkar, dengan berbagai media dan cara yang diperbolehkan akhlak dan membimbing
mengamalkannya dalam perikehidupan perorangan, perikehidupan, berumah tangga (usrah),
perikehidupan masyarakat dan perikehidupan bernegara.
 Mengajak dan menyeru manusia atau masyarakat kepada ajaran islam, dengan memberikan
pengertian dan kesadaran akan kebenaran ajaran-ajaran islam sehingga manusia/masyarakat dapat
menginsyafi akan kebaikan.

2. Tujuan Dakwah Islam

Tujuan akhir atau tujuan umum dakwah islam adalah identik atau sama dan sebangun dengan
tujuan hidup muslim, yaitu :
 Tujuan vertikal ; ialah mencari keridlaan Allah SWT
Lihat al-Qur’an S. 6; 162-163, 101:96, 69:18, 110:19, 19:6, 89:27-30, 92:18-21, 27:19.
 Tujuan horizontal ; ialah menyampaikan rahmat bagi seluruh alam semesta (S.21 : 108)
Secara rinci tujuan diatas dapat dijabarkan sebagai berikut:
 Tujuan sebagai individu (S.2 : 22 dan 209)
 Tujuan sebagai anggota keluarga (30:21)
 Tujuan sebagai warga lingkungan (7:96)
 Tujuan sebagai warga bangsa (34:15)
 Tujuan sebagai warga dunia (2:201)

Menurut Abul A’la al-maududi tujuan dakwah islamiyah secara proporsional meliputi tiga
sasaran, yaitu:
 Agar supaya umat manusia menyembah kepada Allah SWT, tidak mempersyarikatkan-Nya
dengan sesuatu, dan tidak akan menyembah tuhan selain Allah SWT semata-mata
 Agar supaya umat manusia bersedia menerima islam sebagai agamanya, memurnikan
keyakinannya, hanya mengakui Allah SWT sebagai tuhannya, membersihkan jiwanya dari
penyakit nifaq dan selalu menjaga amal perbuatannya agar tidak bertentangan dengan ajaran
agama yang dianutnya.
 Dakwah islamiyah ditujukan untuk mengubah sistem pemerintahan yang dzalim ke pemerintahan
islam

B. Pengertian Amar Makruf

Arti kata amar makruf ialah memerintahkan kebaikan/kebajikan.


Abul A’la al-maududi menguraikan secara rinci tentang istilah ma’ruf dan munkar. Makruf atau
jamaknya makruf:fa:t berasal dari kata ‘a-ra-fa, yang artinya ia mengenal. Kata makruf semula ialah
sesuatu yang di kenal atau yang diketahui. Dari arti ‘yang diketahui’ kemudian berubah menjadi ‘yang
baik’. Oleh karena itu semua hal atau sifat yang dikenal sebagai suatu ‘kebaikan’ oleh hati nurani
manusia dinamakan “ma’rufat”. (Maududi : 32-36).

Syariat islam membagi ma’rufat dalam tiga kategori, yaitu :


1. Fardlu, yaitu yang mendapatkan pahala bila dikerjakan, dan mendapatkan hukuman jika
ditinggalkan.
2. Sunnah, yaitu yang mendapatkan pahala jika dikerjakan dan tidak mendapatkan hukuman bila
ditinggalkan.
3. Mubah, yaitu yang tidak berpahala jika dikerjakan dan tidak mendapatkan hukuman bila
ditinggalkan.

Sementara itu At-Tabari dalam Jami’ al-Bayan fi ta’wil aya:til Qur’an III, hal. 391 menjelaskan
pengertian makruf sebagai berikut :
Asal (istilah) makruf adalah segala sesuatu yang dikenal (baik) untuk dikerjakan, indah (jamil) dan
dianggap baik (mustahsan), bukan dianggap buruk oleh ahlin iman kepada Allah. Sedang taat kepada
Allah disebut makruf, oleh karena taat kepada Allah ini oleh ahli iman dianggap sebagai hal yang
diketahui (baik) pengerjaannya dan mereka tidak membencinya.

Sedangkan Muhammad Thahir ibnu Ashur dalam Tafsir wal Tanwir III, hal. 40 menyatakan
bahwa: makruf adalah segala sesuatu yang diketahui (kebaikannya). Istilah ini merupakan najaz
(metaphoric) terhadap hal-hal yang bias diterima dan diridhai: Sebab, segala sesuatu yang diketahui
(kebaikannya) adalah menjadi biasa, bias diterima menurut pertimbangan akal dan ketentuan syari’ah
(dengan kata lain) makruf adalah kebenaran dan kebaikan/kemaslahatan (as-shalah).
C. Pengertian Nahi Munkar

Arti Nahi Munkar ialah mencegah kemunkaran, atau apa saja yang diingkari dan ditolak oleh
islam. Munkar atau jamaknya munka:ra:t yang artinya sesuatu yang diingkari atau sesuatu yang ditolak.
Dari arti semula ‘yang ditolak atau yang diingkari’ kemudain berubah menjadi ‘yang jahat, yang buruk’
karena sejak semula hati nurani manusia telah menolak dan mengingkarinya karena kejahatan-
kejahatannya.

Syariat islam membagi munkarat menjadi dua kategori :

1. Haram, yakni segala sesuatu yang mutlak dilarang dan mendapat hukuman bila dikerjakan dan
mendapatkan pahala bila ditinggalkan.
2. Makruh, yakni segala sesuatu yang hanya tidak disenangi saja, tidak mendapatkan hukuman bila
dilakukan dan mendapatkan pahala jika di tinggalkan.

Dari kedua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perasaan tentang baik dan jahat itu
adalah inheren dalam watak manusia sendiri. Sebab itulah maka dalam terminology Al-Qur’an ‘yang
baik’ itu namanyan al-makruf (sesuatu yang sudah diketahui) dan ‘yang jahat’ itu diberi nama al-munkar
(sesuatu yang diingkari, yang ditolak) dengan kata lain perkataan al-munkarat dikenal sebagai sesuatu
yang tidak digemari oleh setiap manusia.

D. Sasaran Gerak Muhammadiyah

Dalam matan Kepribadian Muhammadiyah dinyatakan bahwa ‘Maksud geraknya ialah dakwah
islam Amar Makruf Nahi Munkar yang ditujukan kepada dua bidang yaitu perseorangan dan
masyarakat. Dari penegasan ini jelas bahwa sasaran gerak dakwah islam yang dilaksanakan oleh
Muhammadiyah terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Perseorangan, yang terbagi pula dalam dua kelompok yaitu :


a. Orang yang sudah islam (umat ija;bah)
b. Orang yang belum islam (umat dakwah)
2. Masyarakat, terhadap ketiga kategori in sifat dakwah yang digerakkan Muhammadiyah
berbeda-beda, disesuaikan dengan karakter, situasi dan kondisi masing-masing.
1) Sifat dakwah terhadap orang yang sudah islam ( umat ijabah)
Sifat dakwah yang ditujukan kepada orang yang sudah Islam bukan lagi bersifat
ajakan untuk menerima Islam sebagai keyakinan hidupnya, akan tetapi bersifat
tajdd dalam arti permunian. Artinya bahwa tajdid yang dikenakan kepada golongan
ini adalah bersifat menata kembali amal keagaaman mereka sedemikian bersih dan
murninya sebagaimana yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Tajdid atau
permunian terhadap amal keberagamaan umat ijabah meliputi bidang-bidang:
A) Akidah
Akidah yaitu ajaran yang berhubungan dengan kepercayaan keyakinan hidup.
Secara etimologis makna aqidah adalah ikatan (bundelan-JW), sedangan secara
etimologis berarti kepercayaan, keyakinan, cread atau credo.
Dalam ajaran Islam, ajaran yang bersangkut-paut dengan masalah aqidah atau
iman meliputi enam prinsip, yaitu:
1. Iman kepada Allah SWT
2. Iman kepada hari akhir
3. Iman kepada malaikat-malaikay-Nya
4. Iman kepada Rasul-Rasul-Nya
5. Iman kepada kitab-kitab-Nya
6. Iman kepada qadla dan taqdir-Nya

Terhadap keenam prinsip di atasa harus diusahakan secara sungguh-sungguh agar terhindar dari
berbagai ajaran atau keyakinan yang berasal dari luar Islam, termasuk didalamnya bahkan yang paling
utama adalah murninya keimanan terhadap Allah SWT. Dalam matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah disebutkan bahwa Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya aqidah Islam yang
murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khufarat. Dan sesungguhnyalah, bahwa ketiga
bentuk penyakit aqidah seperti syirik, bid’ah dan khufarat mengancam kepada katauhidan seseorang.
Sementara itu tauhid dalam Islam menjadi landasan paling mendasar, yang akan menentukan di terima
atau tidaknya amal perbuatan manusia di hadapan Allah SWT.

Terhadap orang yang telah menerima Islam, wajib baginya diluruskan, dibersihkan dan
dimurnikan ketauhidan mereka dari berbagai penyakit seperti berikut:

1. SYIRIK

Syirik dilihat dari arti bahasa adalah menyekutukan atau mensyarikatan. Sedangkan dari segi
istilah syirik adalah menyekutukan Tuhan Allah dengan selainnya, baik menyekutukan dari segi dzat,
sifat, wujud ataupun dari segi perbuatannya.

Menurut Dr. Yusuf Qardhawi yang dimaksud dengan syirik ialah membuat dan menjadikan
sekutu bagi Allah dalam melakukan suatu perbuatan yang seharusnya perbuatan itu hanya di tunjukkan
kepada Allah semata ( hak Allah ). Menjadikan tuhan-tuhan lain lain bersama Allah. Dia menyembahnya,
menaatinya, meminta pertolongan kepadanya, mencintai atau melakukan perbuatan-perbuatan lain seperti
itu yang tidak boleh dilakukan kecuali kepada Allah swt; Al-Maududi, Ibid;60-61)
Dalam uraian di muka telah di jelaskan bahwa menyekutukan Allah dengan sesuatu dapat berupa
dzat (subtansi), wujud, sifat maupun perbuatan.

a) Menyekutukan Allah dari segi dzat


Mempersekutukan Allah dari segi dzat ( substansi ) dapat mempertuhankan selain Allah,
dengan keyakinan bahwa sesuatu tersebut dzatnya sama dengan Dzat Allah.

b) Menyekutukan Allah dari segi wujud


Menyekutukan Allah dari segi wujud ini berupa di samping menyembah Allah
menyembah kepada wujud selain-Nya, seperti menyembah kepada berhala, pohon-pohon
yang di anggap berhala, kubur yang dikeramatkan, makhluk-makhluk halus dan
sebagainya ( S. Az – Zumar/39:3)
c) Menyekutukan Allah dari segi sifat

You might also like