You are on page 1of 11

1

POBLEMATIKA KEBAHASAAN WACANA

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat digunakan manusia untuk bekerja


sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri, menyampaikan ide, gagasan, keinginan,
perasaan, dan pengalamannya kepada orang lain, baik secara lisan maupun tertulis.
Wacana dibagi menjadi dua, yaitu wacana lisan dan wacana tulis. Bentuk wacana lisan
misalnya terdapat pada pidato, siaran berita, khotbah, dan iklan yang disampaikan
secara lisan. Bentuk wacana tulis didapatkan misalnya pada buku-buku teks, surat,
dokumen tertulis, koran, majalah, prasasti, dan naskah-naskah kuno.
Wacana sebagai dasar dalam pemahaman teks sangat diperlukan oleh
masyarakat bahasa dalam komunikasi dengan informasi yang utuh. Teks tersusun oleh
unsur-unsur yang saling berkaitan sehingga terciptalah satu Kata wacana atau sering
pula disebut diskursus mengandung beberapa pengertian yang kadang-kadang
membingungkan, dan mempengaruhi pemahaman kita tentang analisis wacana. Dalam
kalimat 'Di Indonesia, konsep masyarakat madani baru dalam taraf wacana', kata
wacana di sini dapat dimaknai sebagai 'pemikiran' yang ingin diperlawankan dengan
'praktek nyata' atau 'aplikasi'. Pengertian yang mirip termaktub dalam kalimat 'Apakah
semua hal yang kita rancang sebulan lalu sudah diwacanakan?' Kata 'diwacanakan'
dalam kalimat ini dapat dipahami sebagai 'dinyatakan' atau 'disebarluaskan sebagai
pemikiran bersama', yang agak melenceng dari pemahaman mengenai analisis wacana
yang hendak kita pelajari dalam makalah kecil ini. Ada banyak pengertian lain mengenai
wacana yang secara rinci akan diungkapkan di bawah ini. Pengertian yang mana yang
kita gunakan atau pahami akan mempengaruhi cara analisis wacana tersebut
diterapkan.
Namun demikian sekalipun memiliki pengertian yang berragam, analisis wacana
pada umumnya menarget language use atau bahasa yang digunakan seharihari, baik
yang berupa teks lisan maupun tertulis, sebagai objek kajian atau penelitiannya. Jadi
objek kajian atau penelitian analisis wacana adalah unit bahasa di atas kalimat atau
ujaran yang memiliki kesatuan dan konteks, bisa berupa naskah pidato, rekaman
percakapan yang telah dinaskahkan, percakapan langsung, catatan rapat, debat,

1
2

ceramah atau dakwah agama dsb. yang tidak artifisial dan memang eksis dalam
kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan analisis kebahasan biasa, analisis wacana tidak
bisa disempitkan sebagai analisis lapisan atau kulit luar penggunaan bahasa, sekalipun
banyak peneliti yang terjebak dalam kajian yang dangkal. Analisis wacana seharusnya
menelusuri lebih jauh (beyond) ke dalam unit bahasa tersebut guna mengungkap.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
1. Apa pengertian dari wacana dan
2. Apa Kedudukan Wacana Dalam Suatu Kebahasaan
3. Bagaimana problematika dan Solusi kebahasaan Wacana

C. Tujuan Permasalahan
Dari rumusan masalah diatas diapat tujuan masalah adalah mengetahui
1. Pengertian wacana
2. Kedudukan wacana dalam suatu kebahasaan
3. Problematika dan solusi kebahasaan wacana

2
3

Bab II
Pembahasan

A. Pengertian Wacana
Wacana adalah rakaian kalimat terlengkap atau tertinggi yang mengandung
unsur hohesi dan hoherensi sehingga membentuk informasi yang utuh. Kohesi adalah
kepaduan struktur sedangkan koherensi merupakan kepaduan makna. Definisi wacana
tersebut mencerminkan perbedaan antara pradigma formalis dang fungsionalis.
Pengertian wacana dapat dilihat dari berbagai segi. Dari segi linguistik, wacana
adalah unit bahasa yang lebih besar daripada kalimat. Disamping itu, Hawthorn (1992)
juga mengemukakan pengertian wacana merupakan komunikasi kebahasaan yang
terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah
aktivitas prsonal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya. Sedangkan
Edmondson (1981:4) mengemukakan bahwa wacana adalah suatu peristiwa
berstruktur yang dimanifestasikan dalam prilaku linguistik (yang lainnya), sedangkan
teks adalah suatu urutan ekspresi-ekspresi linguistik terstruktur yang membentuk suatu
keseluruhan yang padu uniter.
Menurut Alwi dkk (2003:419) wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan
yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain dan membentuk
satu kesatuan.
Wacana adalah organisasi bahasa di atas kalimat atau di atas klausa; dngan kata
lain, unit-unit linguistik yang lebih besar daripada kalimat atau klausa, seperti
pertukaran percakapan atau teks-teks tertulis. Secara singkat: apa yang disebut teks
bagi wacana adalah kalimat bagi ujaran atau utterance (Strubbs, 1983:10).
Wacana menurut krida laksana dalam Kamus Linguistik Edisi Ketiga (1993:231)
adalah satuan bahasa terlengkap; dalam hierarki gramatikal merupakan satuan
gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan
yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dan sebagainya), paragraf, kalimat atau kata
yang membawa amanat yang lengkap.
Demikian, telah diuraikan pengertian wacana yang diambil dari pendapat ahli
dan berbagai sumber. Dari pendapat-pendapat itu dapat kita simpulkan bahwa wacana
adalah satuan bahasa terlengkap dan terbesar/tertinggi di atas kalimat atau klausa

3
4

dengan koherensi dan kohesi yang berkesinambungan, yang mempunyai awal dan akhir
yang nyata disampaikan secara lisan dan tertulis.

B. Kedudukan Wacana Dalam Suatu Kebahasaan


Dalam satuan kebahasaan atau hirarki kebahasaan, kedudukan wacana berada
pada posisi paling besar dan paling tinggi (Harimurti Kridalaksana, 1984:334). Hal ini
disebabkan wacana – sebagai satuan gramatikal dan sekaligus objek kajian linguistik
mengandung semua unsur kebahasaan yang diperlukan dalam segala bentuk
komunikasi.
Tiap kajian wacana akan selalu mengaitkan unsur-unsur satuan kebahasaan yang
ada dibawahnya, seperti fonem, morfem, frasa, klausa, atau kalimat disamping itu, kajian
wacana juga menganalisis makna dan konteks pemakaiannya.
1. Ragam wacana
Pengelompokan wacana bergantung pada sudut pandang yang digunakan. Dilihat
dari jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi dikenal ada wacana monolog,
dialog dan poligon. Sedangkan dilihat dari tujuan komunikasi, ada wacana deskripsi,
eksposisi, argumentasi, persuasi dan narasi. Sedangkan dari bentuk saluran yang
digunakan, dikenal wacana lisan dan tulisan. Berikut, penjelasan mengenai jenis-
jenis atau ragam wacana yang telah disebutkan tadi.
a. Jenis wacana dilihat berdasarkan jumlah peserta
Dalam wacana ini yang terlibat pembicaraan dalam berkomunikasi. Ada tiga jenis
wacana berdasarkan wacana jumlah peserta yang ikut ambil bagian sebagai
pembicaraan, yaitu monolog, dialog, dan polilog.
1) Wacana Monolog
Pada wacana monolog, pendengar tidak memberikan tanggapan secara
langsung atas ucapan pembicara. Pembicara mempunyai kebebasan untuk
menggunakan waktunya, tanpa diselingi oleh mitra tuturnya. Contoh dari
wacana monolog adalah ceramah, pidato.
2) Wacana Dialog
Kemudian, apabila peserta dalam komunikasi itu ada dua orang dan terjadi
pergantian peran (dari pembicaraan menjadi pendengar atau sebaliknya),
wacana yang dibentuknya disebut dialog. Contoh dari wacana dialog, adalah
antara dua orang yang sedang mengadakan perbincangan di sekolah.
Situasinya bisa resmi dan tidak resmi.
4
5

3) Wacana Polilog
Adapun apabila peserta dalam komunikasi itu lebih dari dua orang dan terjadi
pergantian peran, wacana yang dihasilkan disebut polilog. Contohnya adalah
perbincangan antara beberapa orang dan mereka memiliki peran
pembicaraan dan pendengar. Situasinya pun bisa resmi dan tidak resmi.
b. Jenis wacana ditinjau dari tujuan berkomunikasi
Wacana berdasarkan tujuan berkomunikasi, diantaranya wacana argumentasi,
persuasi, eksposisi, deskripsi, dan narasi. Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan
kelima wacana tersebut.
1) Wacana Argumentasi
Karangan argumentasi merupakan salah satu bentuk wacana yang berusaha
mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang
dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logis dan emosional
(Rottenberg, 1988:9). Argumentasi adalah semacam bentuk wacana yang
berusaha membuktikan suatu kebenaran. Lebih jauh sebuah argumentasi
berusaha mempengaruhi serta mengubah sikap dan pendapat orang lain
untuk menerima suatu kebenaran dengan mengajukan bukti-bukti mengenai
objek yang diargumentasikan itu. (Gorys Keraf, 1995:10) dilihat dari sudut
proses berfikir adalah suatu tindakan untuk membentuk penalaran dan
menurunkan kesimpulan. Contoh wacana argumentasi adalah :
Namun, yang menjadi kekawatiran adalah adanya efek negatif akibat dosis
vitamin dan mineral yang dikonsumsi secara berlebihan, terutama oleh
mereka yang memiliki kondisi tubuh yang sehat. Sejumlah penelitian
mengungkapkan bahwa multivitamin tidak terbukti dapat mencegah
timbulnya suatu penyakit dan suplemen vitamin juga tiadak bisa
memperbaiki gizi yang buruk akibat pola makan yang sembarangan. Bahkan
meminum jenis vitamin dan mineral dalam dosis tinggi dalam jangka waktu
panjang bisa memicu resiko timbulnya penyakit tertentu. (Reader’s Digest
Indonesia, Oktober 2004).
2) Wacana Eksposisi
Wacana eksposisi bertujuan untuk menerangkan sesuatu hal kepada
penerima (pembaca) agar bersangkutan memahaminya. Eksposisi adalah
suatu bentuk wacana yang berusaha menguraikan suatu objek sehingga
memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca. Wacana ini digunakan
5
6

untuk menjelaskan wujud dan hakikat suatu objek, misalnya menjelaskan


pengertian kebudayaan, komunikasi, perkebangan teknologi, pertumbuhan
ekonomi kepada pembaca.
Wacana ini juga menyajikan penjelasan yang akurat dan padu mengenai
topik-topik yang rumit, seperti struktur negara atau pemerintahan, teori
tentang timbulnya suatu penyakit. Ia juga digunakan untuk menjelaskan
terjadinya sesuatu, beroprasinya sebuah alat dan sebagainya. Contoh wacana
eksposisi:
Agar diperoleh hasil maksimal, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Sebelum melakukan pemutihan gigi, pasien perlu terlebih dahulu


didiagnosis kondisi giginya, seperti enamel gigi harus bagus karena proses
pemutihan berlangsung pada enamel gigi.
2. Selain itu juga diperhatikan apakah gigi tersebut masih aktif atau tidak.
3. Setelah melakukan pembersihan gigi, baru dokter akan mengarahkan
untuk memilih produk yang sesuai untuk dipakai (“Tampilkan Gigi Putih
Berseri”, Majalah Dewi No.5/XIII).
3) Wacana Persuasi
Wacana persuasi adalah wacana yang bertujuan mempengaruhi mitra tutur
untuk melakukan perbuatan sesuai yang diharapkan penuturnya. Untuk
mempengaruhi pembacanya, biasanya digunakan segala daya upaya yang
membuat mitra tutur terpengaruh. Untuk mencapai tujuan tersebut, wacana
persuasi kadang menggunakan alasan yang tidak rasional. Persuasi
sesungguhnya merupakan penyimpangan dari argumentasi, dan khusus
berusaha mempengaruhi orang lain atau para pembaca. Agar pendengar atau
pembaca melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan persuasi,
walaupun yang dipersuasi sebenarnya tidak terlalu percaya akan apa yang
dikatakannya itu. Persuasi lebih mengutamakan untuk menggunakan atau
memanfaatkan aspek-aspek pesikologis untuk mempengaruhi orang lain.
Jenis wacana persuasi yang paling sering kita temui adalah kampanye dan
iklan. Contoh wacana iklan sebagai berikut.
“pakai Daia, lupakan yang lain. Dengan harga yang semurah ini,
membersihkan tumpukan pakaian kotor Anda, menjadi lebih bersih
cemerlang”.
6
7

4) Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi adalah bentuk wacana yang berusaha menyajikan suatu
objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu, sepertinya dapat
dilihat, dibayangkan oleh pembaca, seakan-akan pembaca dapar melihat
sendiri. Deskripsi memiliki fungsi membuat para pembacanya seolah melihat
barang-barang atau objeknya. Sebuah diskripsi mengenai rumah diharapkan
menyajikan banyak penampilan individu dan karakteristik dari rumah itu,
dan beberapa aspek yang dapat dianalisis, seperti besarnya, materi
konstruksinya, dan rancangan arsitekturnya.
Secara singkat deskripsi bertujuan membuat para pembaca menyadari apa
yang diserap penulis melalui panca indranya, merangsang perasaan pembaca
mengenai apa yang digambarkan, menyajikan suatu kualitas pengalaman
langsung. Objek yang dideskripsikan mungkin sesuatu yang bisa ditangkap
dengan panca indra kita, sebuah hamparan sawah yang hijau dan
pemandangan yang indah, jalan-jalan kota, tikus-tikus selokan, wajah seorang
yang cantik molek atau seseorang yang bersedih hati, alunan musik atau
gelegar guntur dan sebagainya. Contoh:
Pada jeram pertama perahu besar berbalik arah, lalu memasuki jeram ketiga
dengan bagian buritan terlebih dahulu, sampai akhirnya… brak! Perahu
menghantam batu besar seukuran 4 x 3 meter, dan menempel pada batu
dalam keadaan miring. (“Jeram Maut,” Reader’s Digest Indonesia¸Oktober
2004).
5) Wacana Narasi
Wacana narasi merupakan satu jenis wacana yang berisi cerita. Pada wacana
narasi terdapat unsur-unsur cerita yang penting, seperti waktu, pelaku,
peristiwa. Adanya aspek emosi yang dirasakan oleh pembaca atau penerima.
Melalui narasi, pembaca atau penerima pesan dapat membentuk citra atau
imajinasi. Contoh wacana narasi:
Sewaktu aku duduk di ruang pengadilan yang penuh sesak itu, menunggu
perkaraku disidangkan, dalam hatiku bertanya-tanya berapa banyak orang-
orang hari ini di sini yang merasa, seperti apa yang kurasakan bingung, patah
hati, dan sangat kesepian. Aku merasa seolah-olah aku memikul beban berat
seluruh dunia di pundaku.

7
8

c. Jenis wacana dilihat dari bentuk saluran yang digunakan


Saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, bisa dibedakan menjadi wacana
lisan dan wacana tulisan. Wacana tulisan adalah rangkaian kalimat yang
ditranskripkan dari rekaman bahasa lisan. Adapun wacana tulis adalah teks yang
berupa rangkaian kalimat yang menggunakan ragam tulis. Adapun contoh
wacana lisan, misalnya percakapan, khotbah (spontan), dan siaran langsung di
radio atau TV. Sedangkan wacana tulis dapat kita temukan dalam bentuk buku,
berita koran, artikel, makalah.

C. Permasalahan dan Solusi dalam Wacana


Permasalah atau kesalahan dalam tataran wacana dapat meliputi:
1. Kesalahan dalam Kohesi
a. Kesalahan Penggunaan Pengacuan
1) Karena mengantuk, Anggoro terjatuh ke sungai. Ayahnya mencoba menolong
mereka
2) Rombongan darmawisata itu mula-mula mendatangi Pulau Madura. Setelah
itu mereka melanjutkan perjalanan ke Pulau Bali.
Contoh wacana 1) di atas salah dalam menggunakan pengacuan. Penggunaan
pengacuan yang tepat dalam wacana 1) bukan mereka tetapi dia. Sedangakan
wacana 2) sudah tepat karena kata mereka mengacu pada rombongan darmawisata.
2. Kesalahan Penggunaan Penyulihan
1) Rio dan rian merupakan adalah pelajar di SMA NUSAKAMBANGAN. Setelah lulus
SMA rio ingin bekerja di Hongkong. Rian juga seperti itu. Ternyata keinginan
mereka itu berdada.
Penggunaan kata-kata penyulihan dalam wacana ini kurang tepat. Seharusnya
pnyulihan yang tepat untuk wacana trsebut adalah sama. Karena mereka
memiliki keinginan yang sama untuk kerja di Hongkong.
3. Tidak ada pelesapan
a) Sudah seminggu ini Rohmah sering ke rumahku. Rohmah kadang-kadang
mengantar jajana dan berbincang denganku. Dia belum pernah berbincang
denganku tentang cinta. Entah mengapa, aku pun enggan menggiring
perbincangan kami ke arah sana.

8
9

Kata Rohmah dalam wacan di atas penggunaanya kurang efektif. Maka sebaiknya
kata Rohmah dilesapkan saja. Shingga wacana di atas menjadi:
b) Sudah seminggu ini Rohmah sering kerumah. Kadang-kadang mengantarkan
jajanan dan berbincang denganku. Dia belum pernah berbincang denganku
tentang cinta. Entah mengapa, aku pun enggan mengiring perbincangan ke arah
sana.
4. Kesalahan penggunaan konjungsi
a) Pamanku memang berifat sosial untuk pemurah. Beliau rela menyumbang paling
sedikit satu juta rupiah untuk pembangunan rumah ibadah.
Dalam wacana di atas bila kita cermati, akan kita temukan kesalahan dalam
penggunaan konjungsi. Tepatnya pada kalimat Pamanku mmeang berifat sosial
untuk pemurah. Seharusnya menggunakan konjungsi dan.
5. Kesalahan dalam Koherns.
a) Wacana tidak koherns
Aku diam. Diam seribu bahasa. Bahasa indonesia merupakan bahasa kedua bagi
sebagian besar pnduduk di Indonesia. Indonesia diproklamasikan oleh Sokarno-
Hatta. Soekarno-Hatta banyai dipakai sebagai nama jalan. Jalan pelan-pelan
banyak anak kecil.
Kekoherensian tidak kita temukan dalam kedua wacana tersbut. Dalam kedua
wacana tersebut sring menggunakan pengulangan, tetapi pengulangan tersebut
tidak mendukung sebuah gagasan.
b) Contoh sebuah wacana yang koherens adalah berikut:
Banyak pahlawan bangsa dimakamkan di pemakaman itu. Mereka gugur dalam
pertempuran melawan penjajah. Sungguh besar jasa para pahlawan itu untuk
negeri ini.
6. Tidak ada keutuhan, ketrpautan maupun kesinambungan bahasa
1) kekerapan pemakain sebuah kata hampir tidak dapat diramalkan karena hal itu
amat bergantung pada perkembangan kebutuhan dan cita rasa masyarakat
pemakainya. Bisa jadi sebuah kata yang dulu amat kerap digunakan, kini hampir
tak terdengar lagi dan pada masa yang akan datang mungkin kata itu akan hilang
dari pemakaian”.
2) “perubahan orientasi dari budaya lisan ke budaya tulis hampir tidak terelakan
lagi pada masa sekarang ini. Bahasa indonesia haruslah tidak boleh kehilangan

9
10

identitasnya sbagai bahasa bangsa. Orientasi itu dapat menimbulkan kontak


dalam bahasa tulis”.
Dari kedua wacana di atas, contoh wacana (1) merupakan sebuah wacana yang utuh
karena subjek hal itu pada klausa anak kalimat pertama telah menghubungkan
klausa itu dengan klausa pertama. Karena hal itu mengacu pada kekerapan
pemakaian kata yang trdapat pada klausa pertama. Kalimat kedua menjelaskan
informasi pada kalimat pertama.
Contoh (2) bukan sebuah wacana karena kalmat-kalimat di dalamnya tidak
menunjukkan adanya keterpautan bahasa ataupun kesinambungan informasi. Setiap
kalimat pembentukannya berdiri sendiri, tidak memiliki hubungan semantis di
antara proposisi yang terdapat pada kalimat lainnya.

Bab III
Penutup
Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan.
Kata wacana adalah salah satu kata yang banyak disebut seperti halnya demokrasi, hak
asasi manusia, dan lingkungan hidup. Seperti halnya banyak kata yang digunakan,
kadang-kadang pemakai bahasa tidak mengetahui secara jelas apa pengertian dari kata
yang digunakan tersebut. Ada yang mengartikan wacana sebagai unit bahasa yang lebih
besar dari kalimat. Ada juga yang mengartikan sebagai pembicaraan.
Kata wacana juga banyak dipakai oleh banyak kalangan mulai dari studi bahasa,
psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan sebagainya. Wacana merupakan
satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam
konteks sosial. Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran. Wacana
dapat berbentuk lisan atau tulis. Permasalah atau kesalahan dalam tataran wacana
meliputi Kesalahan dalam Kohesi, Kesalahan Penggunaan Penyulihan, Tidak ada
pelesapan, Kesalahan penggunaan konjungsi, Kesalahan dalam Koherns. Dan Tidak ada
keutuhan, keterpautan maupun kesinambungan bahasa

10
11

Daftar pustaka

Setyawati, Nanik. 2012. Analisis ksalahan berbahasa indonesia teori dan


praktik. Surakarta: Yuma pustaka.

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran wacana. Bandung: Angkasa

Aprilisnsyah, Beni. http://beningembun-apriliasya.blogspot.com/2010/10/pengertian-


wacana-dan-macam-macamnya.html. (diakses pada 19 oktober 2013 pukul 20:43).

11

You might also like