You are on page 1of 43

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

di DATARAN TINGGI TANAMAN SEMUSIM GENERATIF

(TANAMAN TOMAT, TANAMAN BROKOLI, TANAMAN


LABU SIAM, TANAMAN STRAWBERRY)
Dosen Pengampu : Ir. Djoko Heru Pamungkas. Ir, M.P.

Disusun oleh :

KELOMPOK 9

Muhammad Very Setiawan (2016009067)

Elysa Oktavia Sari (2016009084)

Indra Wibowo (2016009096)

Kusnul Chasanah (2017009100)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami limpahkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pengendalian
Organisme Pengganggu Tanaman Di Dataran Tinggi Tanaman Semusim”

Penulisan ini merupakan salah satu tugas dan persyarat untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Pengendalian Organisme Penganggu Tanaman. Dalam penulisan
makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Kami sebagai penyusun berharap semoga Allah memberikan pahala yang


setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua
bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal’Alamiin.

Yogyakarta, 10 Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
............................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 3

C. TUJUAN PENULISAN ..................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


.................................................................................. 5

A. JENIS TANAMAN DATARAN TINGGI DAN SYARAT


TUMBUHNYA....... 5

B. PEMBUDIDAYAAN TANAMAN DATARAN TINGGI .............................. 16

BAB III PEMBAHASAN ... ............................................................................... ......... 31

A. PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN ...... ......... 31

BAB IV PENUTUP ............. ............................................................................... ......... 38

A. KESIMPULAN ....... ............................................................................... ......... 38

B. SARAN ................... ............................................................................... ......... 38

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara beriklim tropis. Wilayah dengan iklim


tropis memberikan keuntungan tersendiri bagi Indonesia karena menjadikan
Negara Indonesia sebagai Negara yang kaya akan sumber daya alam
khususnya sumber daya hayati. Banyak tanaman yang ada di Indonesia yaitu
tanaman semusim dan tanaman tahunan. Tanaman semusim yang
bekembang biak secara generatif misalnya tanaman tomat, wortel,
strawberry dan labu siam.

Tomat (Solanum lycopersicum) adalah tumbuhan dari keluarga


Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko
sampai Peru. Tomat sendiri memiliki siklus hidup yang singkat dan
memiliki tinggi antara 1 hingga 3 meter.

Tanaman brokoli adalah tanaman dari suku kubis-kubisan. Nama


latin tanaman brokoli adalah Brassica oleracea var. italica. Sedangkan
dalam bahasa inggris tanaman brokoli mempunyai nama broccoli. Asal
tanaman brokoli ini dari Eropa. Tanaman brokoli mempunyai ciri bunganya
berwarna hijau yang rapat dengan tankainya mirip dengan kol.

Labu siam atau jipang (Sechium edule, bahasa Inggris: chayote)


adalah tumbuhan suku labu-labuan (Cucurbitaceae) yang dapat
dimakan buah dan pucuk mudanya. Tumbuhan ini merambat di tanah atau
agak memanjat dan biasa dibudidayakan di pekarangan, biasanya di dekat
kolam. Buah menggantung dari tangkai. Daunnya berbentuk mirip segitiga
dan permukaannya berbulu.

Tanaman Strawberry pertama kali ditemukan di Chili, Amerika.


Tanaman ini adalah tanaman sub tropis yang dapat menyesuaikan diri

4
dengan baik di dataran tinggi dengan temperatur 17-20 derajat celcius dan
curah hujan yang baik.

Dalam budidaya tanaman terdapat hambatan yaitu adanya


gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang mengakibatkan
rendahnya kwalitas, mempengaruhi produktivitas hasil dan rendahnya
pendapatan petani. Organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah hewan
atau tumbuhan baik berukuran mikro ataupun makro yang mengganggu,
menghambat, bahkan mematikan tanaman yang dibudidayakan.
Berdasarkan jenis seranganya OPT dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu hama,
vektor penyakit, dan gulma.

Hama adalah hewan yang merusak secara langsung pada tanaman.


Hama terdapat beberapa jenis, diantaranya adalah insekta (serangga),
moluska (bekicot, keong), rodenta (tikus), mamalia (babi), nematoda, dll.
Serangan hama sangat terlihat dan dapat memberikan kerugian yang besar
apabila terjadi secara massive. Namun serangan hama umumnya tidak
memberikan efek menular, terkecuali apabila hama tersebut sebagai vektor
suatu penyakit.

Vektor penyakit atau biasa disebut sebagai faktor pembawa


penyakit adalah organisme yang memberikan gejala sakit, menurunkan
imunitas, atau mengganggu metabolisme tanaman sehingga terjadi gejala
abnormal pada sistem metabolisme tanaman tersebut. Beberapa penyakit
masih dapat ditanggulangi dan tidak memberikan efek serius apabila
imunitas tanaman dapat ditingkatkan atau varietas tersebut toleran terhadap
penyakit yang menyerangnya. Namun terdapat pula penyakit yang
memberikan efek serius pada tanaman dan bahkan menyebabkan kematian.
Beberapa vektor penyakit tanaman adalah virus, bakteri, dan cendawan.
Umumnya gejala penyakit memiliki efek menular yang sangat cepat dan
sulit dibendung.

Gulma adalah tumbuhan liar yang tidak dikehendaki tumbuhnya


dan bersifat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang

5
dibudidayakan. Gulma memberikan pengaruh yang cukup signifikan pada
pertumbuhan tanaman, meskipun biasanya tidak menimbulkan kematian.
Gulma bisa disebut juga sebagai kompetitor penyerap nutrisi daerah
perakaran tanaman. Apabila pertumbuhan gulma lebih cepat dibandingkan
tanaman, maka sudah dapat dipastikan tanaman yang dibudidayakan akan
mengalami pertumbuhan yang tidak optimal. Beberapa jenis gulma bahkan
ada yang memberikan efek racun pada perakaran tanaman, seperti
kandungan metabolit sekunder (cairan) pada akar alang-alang.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana klasifikasi, morfologi, dan syarat tumbuh tanaman tomat,


brokoli, labu siam, dan strawberry?

2. Bagaimana cara budidaya tanaman tomat, brokoli, labu siam, dan


strawberry?

3. Organisme apa saja yang mengganggu tanaman tomat, brokoli, labu


siam, dan strawberry?

4. Bagaimana cara pengendalian organisme yang mengganggu tanaman


tomat, brokoli, labu siam, dan strawberry?

C. TUJUAN

1. Mengetahui klasifikasi, morfologi, dan syarat tumbuh tanaman tomat,


brokoli, labu siam, dan strawberry.

2. Mengetahui cara budidaya tanaman tomat, brokoli, labu siam, dan


strawberry.

3. Mengetahui organisme yang mengganggu tanaman tomat, brokoli, labu


siam, dan strawberry.

4. Mengetahui pengendalian organisme yang mengganggu tanaman tomat,


brokoli, labu siam, dan strawberry.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. JENIS TANAMAN DATARAN TINGGI DAN SYARAT TUMBUHNYA

1. TOMAT

a. Klasifikasi

Tomat (Solanum lycopersicum) adalah tumbuhan dari keluarga


Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan Selatan, dari Meksiko
sampai Peru. Tomat sendiri memiliki siklus hidup yang singkat dan
memiliki tinggi antara 1 hingga 3 meter.

Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Species : Solanum Lycopersicum L

b. Morfologi dan Biologi

1) Daun

Daun tomat berbentuk oval dengan panjang 20-30 cm. Tepi daun
bergerigi dan membentuk celah-celah yang menyirip. Diantara daun-
daun yang bersirip bedsar teerdapat sirip kecil dan ada pula yang
bersirip besar lagi (bipinnatus). Umumnya, daun tomat tumbuh di dekat
ujung dahan atau cabang, memiliki warna hijau dan berbulu.

2) Batang

Batang berwarna hijau dengan bentuk persegi empat hingga bulat.


Sewaktu masih muda batangnya memilki tekstur yang lunak, tetapi

7
setelah tua menjadi keras. Tinggi batang tomat bisa mencapai 2-3
meter. Permukaan batangnya ditumbuhi bulu atau rambut halus.
Diantara bulu-bulu halus tersebut terdapat rambut kelenjar yang dapat
mengeluarkan bau khas.

3) Akar

Tomat memiliki akar tunggang yang dapat menembus tanah, sekaligus


akar serabut (akar samping) yang bisa tumbuh menyebar ke segala arah.
Sayangnya, kemampuanya menembus lapisan tanah terbatas, yakni
pada kedalaman 30-70 cm. Tomat bisa tumbuh baik di tanah yang
gempur dan mengikat air.

4) Bunga

Bunga tanaman tomat tergolong sempurna (hermaprodite), yakni


memiliki organ jantan (benang sari) dan organ betina (kepala putik)
pada bunga yang sama. Ukuran bunga relatif kecil dengan diameter
sekitar 2 cm. Bunga berwarna kuning dan tertsusun dalam satu
rangkaian (dompolan) dengan jumlah 5-10 bunga setiap dompolan,
tergantung pada varietasnya. Dalam satu kuntum bunga terdapat 5-6
helai mahkota yang berwarna kuning cerah dan berukuran sekitar 1 cm,
bertangkai pendek dengan kepala sari yang panjangnya 5mm.

5) Buah

Buah tomat memilki bentuk bervariasi, mulai bulat lonjong, bulat halus,
bulat beralur, bulat dengan bentuk datar pada ujung atau pangkalnya,
hingga bentuk yang tidak teratur. Bentuk dan ukuran tersebut
tergantung varietas. Waktu masih muda buahnya berwarna hijau muda
sampai hijau tua, berbulu, dan memiliki rasa asam, getir, dan berbau
tidak enak karna mengandung lycopersicin.

6) Biji

Biji tomat berbentuk pipih, berbulu dan berwarna putih, putih


kekuningan atau coklat muda. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4 mm.

8
Biji saling melekat, dan diselimuti daging buah, dan tersusun
berkelompok dengan dibatasi daging buah. Jumlah biji setiap buahnya
bervariasi, tergantung pada varietas dan lingkungan, maksimum 200
biji per buah. Umumnya, biji digunakan untuk bahan perbanyakan
tanaman. Biji mulai tumbuh setelah ditanam 5-10 hari.

c. Syarat Tumbuh

1) Iklim
Iklim yang cocok untuk tanaman tomat adalah pada musim kemarau
dengan pengairan yang cukup. Kekeringan menyebabkan banyak daun
gugur, lebih-lebih bila disertai dengan angin kencang. Sebaliknya, pada
musim hujan pertumbuhannya kurang baik karena kelembapan dan
suhu yang tinggi akan menimbulkan banyak penyakit (Pracaya, 1998).
Pertumbuhan tanaman tomat akan baik bila udara sejuk, suhu pada
malam hari antara 100C – 200C dan pada siang hari antara 180C –
290C. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan banyak buah rusak
terkena sengatan matahari. Suhu di atas 400C menyebabkan
pertumbuhan terhambat, sedangkan pada suhu 600C tanaman tomat
tidak dapat hidup/ mati (Pracaya, 1998).

2) Media Tanam

Media tanam yang dapat digunakan untuk tanaman tomat pada


umumnya adalah tanah. Tanaman tomat dapat ditanam di segala jenis
tanah, mulai tanah pasir (ukuran partikel 0,05 - 2.0 mm) sampai tanah
lempung (ukuran partikel kurang dari 0,002 mm). Akan tetapi, tanah
yang ideal adalah tanah lempung berpasir yang subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik serta unsur hara, dan mudah merembaskan
air (Pracaya, 1998). Untuk komoditas sayuran seperti tomat, pH tanah
yang cocok adalah 5,5-7 atau agak asam hingga netral. Bila pH tanah
terlalu asam, (pH < 5), maka tanaman akan kekurangan kalsium
sehingga berpotensi terserang penyakit busuk ujung buah atau blossom

9
and root, dengan gejala bagian ujung buah membusuk (Tafajani, 2010).
Kandungan bahan organik dalam tanah juga mempengaruhi
ketersediaan unsur hara. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi
memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi, hal ini mempengaruhi
ketersediaan hara yang dapat diserap oleh tanaman. Selain itu,
kandungan bahan organik dalam tanah menimbulkan adanya aktivitas
mikroorganisme dalam tanah, bakteri pengurai, jamur, yang
mengundang organisme lainnya seperti cacing, sehingga terbentuk
rongga dalam tanah yang dapat menjadi pori udara dan pori air. Dengan
demikian, ketersediaan air dan udara dalam tanah tercukupi (Tafajani,
2010).

2. BROKOLI
a. Klasifikasi
Klasifikasi tanaman brokoli termasuk kedalam :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Brassicales
Famili : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica Oleracea L. Var. Italica Plenck

b. Jenis-jenis tanaman brokoli


1) Brokoli Italia Hijau
Brokoli inibiasanya banyak dijumpai di pasar dan berwarna hijau
tua.
2) Brokoli Romanesco Fractal

10
Brokoli ini berwarna hijau muda dan bentuk setiap sulir mewakili
logaritma spiral sebagai satu kembang utuh (seolah-olah sbg
miniatur). Jadi, keseluruhan brokoli adalah "spiral besar" yang
terbentuk dari "spiral-spiral kecil" yang berbentuk sama.
3) Brokoli Kuning
Brokoli ini sangat mirip dengan kembang kol namun kembangnya
berwarna kuning.
4) Brokoli Ungu
Brokoli ini berwarna ungu dan memiliki daun seperti kembang kol
namun lebih kecil. Brokoli jenis ini biasanya dijula di Spanyol, Itali
dan Inggris.

c. Morfologi tanaman brokoli


1) Akar tanaman
Tanaman memiliki akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang
tumbuh ke pusat bumi, menyebar, dan dangkal (20 cm - 30 cm).
Dengan perakaran dangkal tersebut, tanaman akan dapat tumbuh
dengan baik apabila ditanam pada tanah gembur dan porus.
2) Batang tanaman
Batang tanaman brokoli tumbuh tegak dan pendek ± 30 cm, batang
berwarna hijau, tebal, dan lunak namun cukup kuat. Pada tanaman
brokoli, batang tanaman bercabang samping. Batang-batang
tersebut halus, tidak berambut, dan tidak begitu tampak jelas
tertutup oleh daun-daun.
3) Daun tanaman
Daun tanaman brokoli berbentuk bulat telur (oval), dengan bagian
tepi daun bergigi, agak panjang dan membentuk celah-celah yang
menyirip agak melengkung ke dalam. Daun tersebut berwarna hijau
dan tumbuh selang-seling pada batang daun. Daun memiliki
tangkai yang agak panjang dan pangkal daun yang menebal dan
lunak. Daun-daun yang tumbuh pada pucuk patang sebelum masa

11
bunga berbentuk, berukuran kecil dan melengkung kedalam
melindungi yang sedang atau baru mulai tumbuh.
4) Bunga tanaman
Bunga tanaman brokoli tersusun dari kuntum-kuntum bunga yang
lebih dari 5.000 kuntum bunga yang bersatu dan membentuk
bulatan tebal serta padat (kompak). Sesuai dengan varietasnya, ada
yang memiliki masa bunga hijau muda, hijau tua, hijau kebiru-
biruan (ungu), kuning atau putih. Brokoli memiliki berat antara 0,6
- 0,8 kg dengan diameter antara 18 cm-25 cm, tergantung pada
varietasnya. Brokoli memiliki tangkai bunga yang berwarna hijau
muda hingga hijau. Bunga pada tanaman brokoli merupakan bagian
yang terpenting dari tanaman, yang dikonsumsi sebagai sayuran
bergizi. Apabila dibiarkan tumbuh terus (tanpa dipanen), maka
bunga brokoli akan tumbuh memanjang menjadi tangkai bunga
yang penuh dengan kuntum bunga. Setiap bunga memiliki 4 helai
daun kelopak, 4 helai daun mahkota, dan 6 helai benang sari.
5) Buah tanaman
Buah tersebut terbentuk dari hasil penyerbukan bunga yang terjadi
karena penyerbukan sendiri atau penyerbukan silang dengan
bantuan serangga lebah madu. Buah berbentuk polong, berukuran
kecil, dan ramping, dengan panjang antara 3 cm-5 cm, didalam
buah tersebut terdapat biji berbentuk bulat kecil, berwarna coklat
kehitam-hitaman. Biji-biji tersebut dapat dipergunakan sebagai
benih perbanyakan tanaman.
d. Syarat tumbuh
Tanaman brokoli termasuk cool season crop, sehingga cocok
ditanam pada daerah pegunungan (dataran tinggi), yang beriklim sejuk.
Di Indonesia, tanaman brokoli sebagai sayuran dibudidayakan secara luas
pada daerah tinggi seperti Bukit Tinggi (sumatera Barat), Karo (Sumatera
Utara), Pangalengan (Jawa Barat), dan Sumber Brantas (Jawa Timur). Di
Indonesia sayuran brokoli telah dikenal sejak abad ke-15, yaitu mulai

12
penjajahan Belanda, sehingga lebih dikenal sebagai sayuran Eropa. Pada
mulanya bunga brokoli dikenal sebagai sayuran daerah beriklim dingin
(sub tropis), sehingga di Indonesia cocok ditanam di dataran tinggi
antara1.000-2.000 meter dari permukaan laut (mdpl) yang suhu
udaranya dingin dan lembab. Kisaran temperatur optimum untuk
pertumbuhan produksi sayuran iniantara 15,5-18 °C, dan maksimum 24
°C. Setelah beberapa negara di kawasan Asia berhasil menciptakan
varietas-varietas unggul baru yang toleran terhadap temperatur tinggi
(panas), maka brokoli dapat ditanam di dataran menengahsampai tinggi.

1) Iklim

Secara umum angin tidak berpengaruh karena tinggi tanaman yang relatif
rendah. Pengaruh hanya dirasakan pada evaporasi lahan dan
evapotranspirasi tanaman. Tanaman broccoli memerlukan curah hujan
yang cukup tinggi (1000-1500 cm /tahun). Tanaman ini tumbuh baik
pada suhu udara antara 13-24 derajat C. Kelembaban udara yang cocok
untuk tanaman ini antara 80-90%. Stadia pembibitan memerlukan
intensitas cahaya lemah sehingga memerlukan naungan untuk mencegah
cahaya matahari langsung yang membahayakan pertumbuhan bibit.
Sedangkan pada stadia pertumbuhandiperlukan intensitas cahaya yang
kuat, sehingga tidak membutuhkan naungan.

2) Media Tanam/Tanah

Tanah yang dibutuhkan adalah subur, gembur, kaya bahan organik dan
tidak mudah becek seperti pada tanah lempung berpasir tetapi dapat
hidup dengan baik pada tanah jenis Andosol, Latosol, Regosol,
Mediteran dan Aluvial. Kisaran keasaman (pH) yang cocok adalah 5,5-
6,5, pH dibawah 5, pertumbuhantidak normal karena kekurangan unsur
hara magnesium (Mg), Molybelium (Mo) dan Boron (B). Kandungan air
tanah yang baik adalah kandungan air tersedia, yaitu Pf antara 2,5-4,
sehingga memerlukan pengairan yang cukup baik (irigasi maupun

13
drainase). Kemiringan optimal 0-20%, lebih besar dari 20%, lahan harus
dibuat dalam bentuk terasering.

3) Ketinggian Tempat

Ketinggian yang cocok untuk bertanam broccoli adalah antara 1000-2000


m dpl. Namun ada beberapa varietas dapat ditanam pada dataran rendah
dengan ketinggian kurang dari 1000 m dpl.

3. LABU SIAM
Labu siam atau jipang (Sechium edule, bahasa Inggris: chayote)
adalah tumbuhan suku labu-labuan (Cucurbitaceae) yang dapat
dimakan buah dan pucuk mudanya. Tumbuhan ini merambat di tanah atau
agak memanjat dan biasa dibudidayakan di pekarangan, biasanya di dekat
kolam. Buah menggantung dari tangkai. Daunnya berbentuk mirip segitiga
dan permukaannya berbulu.
a. Klasifikasi Labu Siam :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Violales
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Sechium
Spesies : Sechium edule

b. Morfologi tanaman labu siam


1) Daun
Organ daun Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa daun
dari tanaman labu siam adalah tipe daun tunggal yang berbentuk
jantung bertulang, tepi bertoreh dengan ujung yang meruncing,
permukaan kasar dengan panjang 4-25 cm dan lebar antara 3-20 cm,

14
berwarna hijau dengan tangkai berbentuk bulat, panjang tangkai daun
berkisar antara 5-10 cm. Hal ini sesuai dengan pendapat Desa (2008)
yang menyatakan bahwa daun labu siam memiliki susunan berpilin dan
bagian tepinya memiliki tiga hingga tujuh sudut atau cuping dan helai
daun berbulu. Pendapat ini diperkuat oleh Supriati (2008) yang
menyatakan bahwa daun labu siam berlekuk menjari dan dangkal serta
berbulu tajam.
2) Batang
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa tanaman labu
siam memiliki batang yang berbentuk bulat atau persegi, berukuran
kecil dan tumbuh merambat dengan mengandalkan sulur sebagai alat
pemegang. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprapti (2005) yang
menyatakan bahwa struktur labu siam memiliki bentuk bulat hingga
bulat panjang. Pendapat ini diperkuat oleh Supriati (2008) yang
menyatakan bahwa struktur batang berbuku-buku, tumbuh memanjang,
kadang-kadang dapat mencapai 12 meter, banyak mengandung air,
berbulu seperti duri-duri kecil agak tajam, setiap buku tumbuh tangkai
daun dan tanaman merambat dengan batang panjang dan berukuran
kecil. Desa (2008) juga menyatakan bahwa agar tanaman labu tersebut
dapat tumbuh dengan baik dan teratur, biasanya dibuatkan para-para
sebagai penopang batangnya. Batang labu siam berjalur, merebak jauh
dan tumbuh memanjang serta menjalar dan melilit sehingga perlu
ditanam berdekatan dengan pohon lain atau disediakan batang kayu
agar batangnya dapat melilit.
3) Akar
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa tanaman labu
siam memiliki sistem perakaran yang menyebar ke segala arah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Suprapti (2005) yang menyatakan bahwa
tanaman labu siam memiliki sistem perakaran yang menyebar ke segala
arah hingga mencapai radius 30-50 cm dan kedalaman 40 cm. Supriati
(2008) juga menyatakan bahwa akar labu siam dapat membentuk umbi

15
dibawah permukaan tanah dan berwarna putih kecoklatan, tunggang,
bercabang banyak, berbentuk bulat sampai agak persegi, berbatang
lemah, akar menyebar tetapi dangkal, akar-akar bercabang, rambut-
rambut akar dekat permukaan tanah, perakaran tunggang dengan akar
samping yang agak dalam dan kuat.
4) Bunga
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa bunga labu siam
memiliki kelopak bertajuk lima, mahkota berwarna putih dan putik
berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan pendapat Desa (2008) yang
menyatakan bahwa tanaman labu memiliki bunga berumah satu atau
monoseious, yaitu memiliki bunga jantan dan betina sekaligus dengan
kelopak bertajuk lima, mahkota beralur, lima benang sari, kepala sari
jingga, satu putik yang berwarna kuning, benang sari dan kepala sari
yang berlekatan, serta memiliki bunga yang terletak pada ketiak daun
dan berwarna hijau. Supriati (2008) juga menyatakan bahwa bunga labu
siam berbentuk seperti binatang berukuran kecil berwarna kuning.
5) Perkecambahan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa pembibitan labu
siam dilakukan melalui biji yang didapat dari buah labu siam yang telah
tua. Selanjutnya biji-biji labu siam disemaikan di tempat yang lembab
hingga tumbuh kecambah atau tunas baru. Apabila tunas telah tumbuh
kurang lebih 30 cm, baru dipindahkan ke lapangan. Jarak tanam yang
ideal untuk tanaman labu siam yaitu sekitar 1 meter persegi.

6) Buah dan Biji


Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa buah labu
memiliki bentuk yang bulat hingga bulat panjang. Struktur buah terdiri
dari kulit, daging buah dan biji yang berfungsi sebagai bahan atau
materi perbanyakan tanaman. Buah labu siam menggantung ditangkai,
dengan permukaan berlekuk berwarna hijau ketika muda dengan larik-
larik putih kekunigan, semakin matang warna bagian luar buah berubah
menjadi hijau pucat sampai putih, bentuk lonjong, dengan ukuran ujung

16
berbeda. Hal ini sesuai dengan pendapat Desa (2008) yang menyatakan
bahwa buah labu siam memiliki bentuk seperti buah pir tetapi
bervariasi, berjalur dan mempunyai kulit licin atau berduri pendek,
berwarna hijau tua, hijau muda dan hampir putih. Supriati (2008) juga
menyatakan bahwa buahnya berbentuk seperti bola lampu, lunak dan
banyak mengandung air. Biji labu siam memiliki bentuk pipih dan
cukup besar. Bijinya berkeping dua dan berwarna putih. Hal ini sesuai
dengan pendapat Suprapti (2005) menyatakan bahwa labu siam
memiliki satu biji berukuran cukup besar yang dikelilingi oleh selaput
putih.
c. Syarat tumbuh
Labu Siam dapat tumbuh baik di daerah tinggi maupun dataran rendah.
Di daerah pegunungan adalah tempat yang di sukai oleh tanaman labu
siam karena berhawa dingin dan lembab dengan suhu antara 16-22
derajat celcius dan curah hujan yang cukup, sebaiknya ditanam pada
akhir musim hujan. Tanah untuk menanam tumbuhan ini harus banyak
mengandung air, subur, gembur dengan pH tanah sekitar 5 hingga 6.

4. STRAWBERRY
a. Klasifikasi tanaman strawberry
Menurut Rukmana (1998), sistematika tumbuhan buah strawberry
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Fragaria
Spesies : Fragaria/ananassa
Duchesne, disebut strawberry modern atau strawberry komersial.

17
Nama lokal, daerah dan asing :
Indonesia : Stroberi,strawberry
Inggris : Gardenstrawberry
Melayu : Strawberry
Vietnam : Dautay
Thailand : Satroboery
Pilipina : Freasa
b. Morfologi tanaman strawberry
1) Akar
Sitem perakaran tanaman stroberi adalah berakar tunggang dengan
struktur perakaran maliputi pangkal akar, batang akar, ujung akar, bulu
akar, dan tudung akar. Akar stroberi terus tumbuh memanjang dan
ukurannya relatif besar. Ukuran panjang akar mencapai 100 cm, namun
akar tanaman tersebut hanya mampu menembus tanah sedalam 15-45
cm, tergantung dari kesuburan dan kesehatan tanah.
2) Batang
Tanaman stroberi memiliki batang pendek dan bahkan terlihat seperti
tidak memiliki batang. Tumbuh merayap diatas permukaan tanah yang
mampu bertahan hidup hingga bertahun-tahun. Terdapat batang utama
yang tersusun dengan daun melingkari batang dengan jarak yang sangat
rapat. Batang bertekstur lunak dan tidak berkayu serta bersembunyi
diantara daun-daun.
3) Daun
Daun stroberi memiliki tepi bergerigi merupakan daun trifoliate.
Tumbuhnya melingkari batang dengan tiga anak daun pada setiap
tangkai batang. Pertumbuhan vegetatif daun-daun baru akan tumbuh 8-
12 hari dan bertahan hingga 1-3 bulan kemudian mengering.
4) Bunga
Bunga tanaman stroberi memiliki klopak bunga berjumlah lima,
mahkota bunga berjumlah lima, dan 20-35 stamen serta ratusan putik

18
yang menempel di dasar bunga. Bunga yang pertama tumbuh adalah
bunga primer dan diikuti dengan bunga sekunder, tersier, dan kuarter.
5) Buah
Buah stroberi berwarna hijau (muda) sampai merah (tua), ukurannya
kecil dan berpori-piri. Memiliki berbagai macam bentuk yang terdiri
dari oblate, globose, globose conic, conic, long conic, necked, long
wedge dan short wedge (Budiman dan Saraswati , 2008). Bentuk buah
stroberi yang berbeda-beda dipengaruhi oleh sifat genetiknya.
c. Syarat tumbuh
Tanaman stroberi membutuhkan lingkungan tumbuh bersuhu dingin
(sejuk) dan lembab. Meskipun demikian tanaman stroberi mempunyai
kemampuan beradaptasi yang cukup luas, yakni dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik pada daerah-daerah pegunungan (dataran
tinggi) antara 1.000 m – 1.500 m dpl yang mempunyai kondisi iklim
seperti suhu udara optimum 170 C- 200 C atau suhu udara minimum
antara 40 C- 50C, idealnya 100 C – 180C (Cahyono, 2011).

B. PEMBUDIDAYAAN TANAMAN DATARAN TINGGI


1. Tata Laksana Budidaya Tanaman Tomat
a. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan dilakukan dengan cara dicangkul atau dibajak secara
merata kemudian lahan dibiarkan selama satu minggu untuk
mematangkan tanah, satu minggu setelah pengolahan lahan, dibuatlah
bedengan-bedengan untuk media tanam dengan ukuran lebar bedeng
antara 120-130 cm sedangkan panjang bedengan disesuaikan dengan
kondisi lahan.
b. Penyemaian
Untuk memudahkan perawatan, biji yang sudah mendapat perlakuan
fungisida, disemaikan dalam wadah yang terbuat dari kotak kayu,
polibag, pot bunga dan sebagainya. Biji disebar merata diatas
pesemaian berupa tanah yang bersih yang sudah diayak dan dicampur

19
dengan pasir bersih serta pupuk kandang (perbandingan 1:1:1).
Kemudian ditutup dengan tanah yang dilewatkan melalui sebuah
ayakan, tidak tebal tetapi asal dapat menutup media. Media untuk
pesemaian ini dipilih yang mempunyai aerasi baik, subur dan gembur,
maka akar akan tumbuh lurus dan memudahkasn pemindahan bibit ke
polibag pembesaran.
c. Pemupukan Dasar
Pemupukan dasar dilakukan setelah bedengan telah siap. Pupuk dasar
yang digunakan antara lain, kapur, pupuk kandang, ponska, dan KCL.
Pupuk diberikan secara bersamaan sebelum dilakukan pemasangan
rnulsa, untuk luas lahan 0,4 ha kapur, pupuk kandang, ponska, dan
KCL. Pemupukan dilakukan dengan cara ditabur secara merata di atas
bedengan yang kemudian dicangkul kembali dengan halus agar pupuk
yang ditabur dapat tercampur dengan sempurna. Pemupukan dilakukan
secara terus menerus dan takaran pupuk disesuaikan dengan usia
tanamannya. Sebelum menabur pupuk terlebih dahulu dibuat tanaman
itu dengan batang tanaman sebagai pusat lingkaran. Garis tengah
lingkaran selalu berubah-ubah mengikuti pertumbuhan tajuk tanaman.
Dengan demikian, makin bertambahnya usia tanaman maka makin lebar
tajuknya, maka makin besar pula lingkaran yang mengelilingi tanaman
itu untuk menabur pupuk. Sesudah pupuk ditabur merata di dalam
rorakan selanjutnya ditutup kembali dengan tanah.
d. Pemasangan Mulsa
Sejalan dengan semakin berkembangnya teknologi budidaya tanaman,
telah diperkenalkan dengan teknik kultur sistem mulsa plastik, terutama
MPHP. Penggunaan mulsa plastik hitam perak sebagai mulsa lebih
praktis dibanding dengan penggunaan sisa-sisa tanaman yang telah mati
atau jerami. Penggunaan mulsa plastik dibanding lebih praktis, karena
mudah didapat, mudah penggunaannya sehingga lebih menghemat
biaya pada musim tanam berikutnya. Pemasangan mulsa dilakukan
pada saat bedengan benar-benar sempurna, mulsa yang digunakan

20
adalah jenis mulsa plastik hitam perak, pemasangan mulsa bertujuan
untuk menjaga tingkat kelembaban media tanam, menekan
pertumbuhan gulma, mengurangi tingkat serangan hama dari penyakit
tanaman.
e. Pembuatan lubang tanam
Setelah persiapan lahan pertanaman rampung/selesai pekerjaan
selanjutnya pada areal pertanaman adalah mempersiapkan lubang
tanam. Pembuatan lubang tanam dilakukan satu minggu sebelum
penanaman bibit. Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam yang
telah ditentukan yaitu 60 cm X 80 cm dan alat yang digunakan untuk
membuat lubang tanam ada berbagai jenis. Misalnya kaleng silinder,
ataupun alat yng dibuat secara khusus untuk membut lubang tanam.
Jarak tanam harus diatur dengan baik dan jangan terlalu rapat, karena
dapat mengurangi penerimaan sinar matahari. Tanaman tomat yang
kurang menerima sinar matahari akan mengakibatkan proses
fotosintesis tidak dapat berlangsung dengan baik. Jarak yang terlalu
rapat dapat mengakibatkan tingkat kelembaban menjadi tinggi dan
persaingan dalam penyerapan air dan unsur hara pun terjadi. Ukuran
ini juga digunakan oleh seluruh responden di lokasi penelitian.
f. Penanaman
Bibit seharusnya sudah diseleksi pada temat pembibitan sebelumnya
diangkut ke lahan pertanaman. Bibit tomat adapat dipindahkan ke
lahan pertanaman apabila telah berumur antara 30 – 45 hari di
pesemaian. Bibit yang terpilih sebaiknya yang berpenampilan sehat,
tumbuh subur dan tegak serta daunnya tidak ada yang rusak. Bibit
tanaman tomat di tempat pembibitan itu biasanya dinaungi atau tidak
mendapat sinar matahari secara langsung. Jadi sebelum ditanam di
areal pertanaman, bibit itu harus cukup terbiasa mendapat sinar
matahari langsung karena pada areal pertanaman tidak ada lagi yang
dapat menaunginya.

21
Saat yang terbaik untuk menanam sayuran tomat adalah tiga hari
sesudah lubang tanam dipersiapkan dan diusahakan pada pagi atau sore
hari. Pada saat pagid an sore hari, keadaan cuaca belum panas sehingga
tanaman dapat terhindar dari kelayuan. Kelayuan dapat terjadi karena
tidak adanya keseimbangan antara jumlah air yang diserap oleh akar
tanaman adengan proses transpirasi (penguapan) yang terjadi pada
tanaman itu sendiri. Penanaman tomat pada umumnya ditanam dengan
jarak 60 cm X 80 cm dengan jumlah rumpun satu rumpun setiap lubang
tanam.
g. Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati,
rusak atau yang pertumbuhannya tidak normal. Penyulaman tanaman
biasanya dilakukan antara 4-7 hari setelah tanam. Penyulaman
dilakukan apabila ada tanaman yang mati atau tumbuh secara abnormal
dan bibit yang digunakan untuk menyulam haruslah berasal dari bibit
yang sama dengan harapan tanaman yang ada tumbuh secara seragam.
Untuk perlakuan penyulaman ada yang 4-7 hari setelah tanam ada juga
yang 3 hari karena pada saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman
yang pertumbuhannya tidak normal. Pertumbuhan yang tidak normal
itu dapat terjadi disebabkan oleh kesalahan pada saat penanaman. Bibit
yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sama umurnya
dengan tanaman yang tidak disulam, sehingga pertumbuhan semua
tanaman seragam.
h. Pemasangan ajir / turus
Pemasangan turus berguna untuk menegakkan tanaman tumbuh.
Tanaman tomat yang tingginya kira-kira 25 cm atau sekitar 21 hari
sejak ditanam harus diberi ajir/turus atau penunjang. Tanaman tomat
yang memiliki batang yang kurang kuat untuk menopang
pertumbuhannya harus dipasang turus untuk membantu menopang
buah. Selain itu, pemberian turus juga dapat menjadi tempat tanaman
merambat vertikal ke atas dan tanaman mendapatkan pernyinaran sinar

22
matahari yang lebih baik dibandingkan bila tanaman itu menjalar
horizontal diatas tanah. Turus/ajir atau alat penopang pertumbuhan
tomat ini dapat dibuat dari bahan bambu yang ditancapkan tegak diatas
tanah dekat pada batang tanaman. Untuk menguatkan turus tetap
tertancap tegak, maka setiap turus diikat pada bambu yang dibuat
melintang. Konstruksi turus dapat dibentuk dengan palang segitiga,
yaitu posisi turus pada setiap tanaman dipasang miring sehingga ujung
turus dapat disatukan dengan ujung turus yang berada di depan atau
disebelahnya. Konstruksi bangun ini seperti sangat sesuai bila sistem
penanaman dilakukan dengan pola barisan berganda.
i. Pemanenan Tomat
Panen pada umur 90-100 HST dengan ciri kulit buah berubah dari
warna hijau menjadi kekuning-kuningan, bagian tepi daun tua
mengering, batang menguning. Dipanen pada pagi atau sore hari disaat
cuaca cerah. Buah dipuntir hingga tangkai buah terputus. Pemuntiran
buah dilakukan satu-persatu dan dipilih buah yang siap petik. Adapun
ciri buah tomat dalam proses perubahan warna buah tomat:
1) Panen Tomat Warna Hijau : Panen dilakukan pada saat seluruh
permukaan buah berwarna hijau, mungkin hijau cerah atau hijau
pekat. Di sekitar biji terdapat lendir dan jika buah dipotong bijinya
menyamping atau dengan kata lain tidak terpotong.
2) Panen Tomat Warna Gading : Panen dilakukan pada saat tomat
berwarna gading mulai muncul di ujung buah. Perubahan warna
tidak lebih dari 10%. Permukaan buah berubah kekuningan, jingga
atau merah dan selebihnya hijau.
3) Panen Tomat Warna Kuning : Panen dilakukan pada saat warna
tomat mulai berubah dari warna hijau menjadi kuning, oranye atau
merah.
4) Panen Tomat Merah Muda : Panen dilakukaan pada saat buah
berwarna merah muda atau setengah masak. Warna hijau pada tomat
hampir sama dengan kuning, oranye atau merah.

23
5) Panen Tomat Merah : Panen dilakukan pada saat buah berwarna
merah atau buah masak, permukaan buah lebih banyak berwarna
kuning, oranye, jingga atau merah. Warna hijau berangsur
berkurang hanya sekilas.

2. Tata Laksana Budidaya Tanaman Brokoli


a. Pembibitan
Syarat benih yang baik sebagai berikut:
1) Benih utuh, artinya tidak luka atau tidak cacat.
2) Benih harus bebas hama dan penyakit.
3) Benih harus murni, artinya tidak tercampur biji atau benih lain serta
bersih dari kotoran.
4) Benih diambil dari jenis unggul.
5) Mempunyai daya kecambah 80%.
6) Benih yang baik akan tenggelam bila direndam dalam air.

b. Penyiapan Benih
Penyiapan benih dimaksudkan untuk mempercepat
perkecambahanbenih dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
serangan penyakit. Cara-cara penyiapan adalah sebagai berikut:
1) Sterilisasi benih, dengan merendam benih dalam larutan fungisida
dengandosis yang dianjurkan atau dengan merendam benih dalam
air panas 55derajat C selama 15-30 menit.
2) Penyeleksian benih, dengan merendam biji dalam air, dimana benih
yang baik akan tenggelam.
3) Rendam benih selama ± 12 jam atau sampai benih terlihat pecah
agar benih cepat berkecambah. Kebutuhan benih per hektar
tergantung varietas dan jarak tanam, umumnya dibutuhkan 100-250
gram/ha. Benih harus disemai dan dibumbun sebelum dipindah
tanam ke lapangan. Penyemaian dapat dilakukan dibedengan atau

24
langsung di bumbung (koker). Bumbung dapat dibuat dari daun
pisang, kertas makanan berplastik atau polybag kecil.

c. Teknik Penyemaian dan pembibitan Benih


1) Media semai bisa menggunakan tanah halus, pasir atau arang
sekam. Siram dengan air kemudian permukaan atas media
diratakan. Banyaknya media tergantung jumlah benih yang akan
disemai.
2) Buatkan tempat pesemaian atau gunakan tray semai agar lebih
praktis.
3) Sebar benih secara merata di atas media semai lalu ditutup dengan
tanah halus.
4) Perlu naungan apakah itu dari plastik transparan maupun
jerami/alang-alang untuk menghindari terpaan air hujan yang dapat
membuat pesemaian rusak.
5) Penyiraman dilakukan tiap hari agar media semai tetap lembab.
6) Setelah benih berkecambah dan tumbuh 2 daun (±2 minggu),
pindahkan ke media pembibitan (koker). Benih di pesemaian
tumbuh dengan rapat, oleh karena itu harus dipindahkan ke media
pembibitan dengan jarak tanam yang teratur agar pertumbuhan
bibit optimal sampai siap di tanam dilapangan. Gunakan campuran
pupuk organik, pasir/arang sekam dan tanah gembur sebagai media
pembibitan.

d. Persiapan lahan
Membuat bedengan untuk penanaman. Kedalaman perakaran brokoli
sekitar 45-60 cm, jadi pengolahan tanah agak dalam bila
memungkinkan yaitu 30-50 cm, terutama pada tanah padat dan liat.
Lahan digemburkan dan dicampur pupuk organik.

25
e. Penanaman
Pindah tanam dilakukan setelah bibit memiliki 3-4 helai daun (3-4 mst).
Jarak tanam 70 x 50 cm atau 60 x 40 cm atau 50 x 50 cm (sesuai
dengan varietas dan kesuburan lahan, makin subur lahan maka jarak
tanam makin lebar). Satu bibit perlubang tanam.

f. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Penjarangan hanya dilakukan satu kali, saat penyemaian, yaitu
saat berumur 10-15 hari. Bila bibit disemai pada bumbung maka
penjarangan tidak dilakukan. Sedangkan penyulaman hampir
tidak dilakukan karena umur tanaman yang pendek (2-3 bulan).
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan sebelum pemupukan dan bersamaan
dengan penggemburan tanah pada waktu tanaman berumur 7-10
hari, 20 hari, dan 30-35 hari dengan cara hati-hati dan tidak
terlalu dalam karena dapat merusak sistem perakaran tanaman.
Pada tahap akhir penanaman penyiangan sebaiknya tidak
dilakukan.
3) Pembubunan
Pembubunan dilakukan bersama penyiangan dengan mengangkat
tanah yang ada pada saluran antar bedengan ke arah bedengan
berfungsi untuk menjaga kedalaman parit dan ketinggian bedeng
dan meningkatkan kegemburan tanah.
4) Perempalan
Perempalan cabang atau tunas-tunas samping dilakukan seawal
mungkin untuk menjaga tanaman induk agar pertumbuhan sesuai
harapan, sehingga zat makanan terkonsentrasi pada pembentukan
bunga seoptimal mungkin.

26
5) Pemupukan
Pemupukan susulan I dilakukan saat tanaman berumur 7-10 hari
dengan campuran 250 Kg ZA ditambah 75 Kg Urea ditambah
150 Kg TSP ditambah 75 Kg KCl (2:1:2:1) per hektar sebanyak
1 sendok makan pertanaman di sekeliling tanaman sejauh 10-15
cm dari batang, susulan II saat tanaman berumur 20 hari dengan
dosis 150 Kg ZA ditambah 75 Kg Urea ditambah 75 TSP
ditambah 150 KCl (2:1:1:2) per hektar sebanyak 1 sendok makan
per tanaman dalam larikan sejauh 20 cm, dan susulan III
dilakukan pada umur 30-35 hari dengan pupuk 150 Kg ZA
ditambah 100 Kg Urea ditambah 150 Kg KCl (2:1,5:2) per hektar
sebanyak 1 sendok makan pertanaman dalam larikan sejauh 25
cm dari batang. Untuk varietas yang berumur lebih panjang dapat
dilakukan satu atau dua kali lagi sesuai dengan usia
panennya.Tanaman brokoli sangat membutuhkan pupuk N, P dan
K untuk pertumbuhannya. Terutama N, jika kekurangan unsur N
maka akan mengakibatkan kehilangan hasil, menunda
kemasakan krop dan menurunkan kualitas.
g. Panen
Brokoli segera dipanen ketika curd telah kompak dan berwarna hijau
tua. Panen yang terlambat akan menurunkan kualitas apabila bunga
mulai mekar. Panen dilakuka dengan memotong tangkai bunga
sepanjang 12 cm atau lebih dibawah kepala bunga (curd). Kebanyakan
varietas brokoli memiliki curd yang tumbuh disamping curd utama.
Curd samping (sekunder) dapat dipanen 2-3 minggu setelah curd utama
dipanen.
h. Pasca panen
Brokoli dapat disimpan selama 1-2 minggu pada suhu 0°C dan
kelembaban 95%. Penyimpanan pada suhu yang lebih tinggi akan
mempersingkat masa simpannya. Penyimpanan yang terlalu lama akan
menyebabkan perubahan warna menjadi kuning dan melunak. Brokoli

27
jangan disimpan bersama buah-buahan klimaterik seperti melon,
alpukat, pisang dan apel. Buah klimaterik akan menghasilkan etilene
yang akan mempercepat curd menguning.

3. Tata Laksana Budidaya Tanaman Labu siam


a. Persiapan Bibit Labu siam diperbanyak dengan menggunakan labu
yang sudah tua. Buah yang akan dijadikan bibit terlebih dahulu
disimpan pada tempat yang lembab. Apabila tunas telah tumbuh kurang
lebih 30 cm, baru dipindahkan ke lapangan.
b. Persiapan Lahan Labu siam ditanam dengan menggunakan para-para.
Tinggi para– para sekitar 220 cm dan dengan tiang pancang setiap 3 m
x 5 m. Bagian atas memakai anyaman bambu. Panjang dan lebarnya
disesuaikan dengan keadaan lahan serta jumlah tanaman yang di tanam.
Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam berukuran
40 cm x 40 cm dengan kedalaman 20 cm. Jarak antar lubang 3 m dan
antar baris 5 m. Kerapatan tanaman antara 1200-1500 tanaman per
hektar.
c. Pemupukan Pupuk yang diperlukan untuk tanaman labu siam terdiri
atas pupuk kandang dan pupuk buatan. Pupuk kandang diaplikaksikan
sebanyak 5 kg/ lubang dan pupuk buatan (NPK 15 : 15 : 15) sebanyak
50 g NPK/lubang, yang diberikan pada awal pertumbuhan dengan cara
dibenamkan dekat batang labu siam.
d. Pemeliharaan. Pemeliharaan yang diperlukan antara lain memangkas
daun yang sudah tua dan mengurangi daun apabila daun terlalu lebat.
e. Panen dan Pasca panen Tanaman mulai berbunga pada umur 3–5 bulan
setelah tanam. Buah dipanen setelah berumur 3 bulan, kemudian panen
berikutnya dilakukan satu minggu sekali. Tanaman labu siam biasanya
produktif selama 3–4 tahun. Setelah itu dilakukan peremajaan dengan
menanam Petunjuk Teknis Prima Tani W. Setiawati, R. Murtiningsih,
G.A. Sopha, dan T. Handayati : Budidaya Tanaman Sayuran Balai
Penelitian Tanaman Sayuran 88 tanaman baru, untuk menjaga

28
produktivitas. Satu tanaman dapat menghasilkan sebanyak 500 buah.
Produksi labu siam dapat mencapai 8–10 ton/ha per tahun. Kulit labu
siam halus dan mudah lecet. Pemanenan dilakukan dengan
menggunakan pisau, tapi harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak
melukai buah labu siam.

4. Tata Laksana Budidaya Tanaman Strawberry


a. Pembibitan
Buah Strawberry diperbanyak dgn biji & bibit vegetatif (anakan &
stolon atau akar sulur). Adapun kebutuhan bibit per hektar antara
40.000-83.350.
1) Perbanyakan dengan biji
Benih Strawberry dibeli dari toko pertanian, rendam benih di dalam
air selama 15 menit lalu keringanginkan. Kotak persemaian berupa
kotak kayu atau plastik, diisi degan media tanam yakni campuran
pasir, tanah & pupuk kandang (kompos) sengan perbandingan
(1:1:1). Benih disemaikan merata di atas media & tutup degan tanah
tipis. Kotak semai ditutup dgn plastik atau kaca bening & disimpan
pada temperatur18-20 derajat C.
Persemaian disiram setiap hari, setelah bibit berdaun dua helai siap
dipindah ke bedeng sapih degan jarak antar bibit 2-3 cm. Media
tanam bedeng sapih sama dgn media persemaian. Bedengan dinaungi
degan plastik bening. Selama di dalam bedengan, bibit diberi pupuk
daun. Setelah berukuran 10 cm & tanaman telah merumpun, bibit
dipindahkan ke kebun.
2) Perbanyakan dengan Vegetatif
Bibit Tanaman Buah Strawberry secara vegetatif untuk budidaya
Strawberry di kebun Tanaman induk yg dipilih harus berumur 1-2
tahun, sehat & produktif. Penyiapan bibit anakan & stolon adalah
sebagai berikut:
a) Bibit anakan :

29
Rumpun dibongkar dgn cangkul, tanaman induk dibagi menjadi
beberapa bagian yg sedikitnya mengandung 1 anakan. Setiap
anakan ditanam dalam polibag 18 x 15 cm berisi campuran
tanah, pasir & pupuk kandang halis (1:1:1), simpan di bedeng
persemaian beratap plastik.
b) Bibit stolon :
Rumpun yg dipilih telah memiliki akar sulur pertama & kedua.
Kedua akar sulur ini dipotong. Bibit ditanam di dalam atau
polibag 18 x 15 cm berisi campuran tanah, pasir & pupuk
kandang (1:1:1). Setelah tingginya 10 cm & berdaun rimbun,
bibit siap dipindahkan ke kebun.
3) Bibit untuk budidaya Strawberry di polybag
a) Pembibitan dari benih atau anakan/stolon dilakukan degan cara
yang sama, tetapi media tanam berupa campuran gabah padi &
pupuk kandang (2:1).
b) Setelah bibit di persemaian berdaun dua atau bibit dari
anakan/stolon di polibag kecil (18 x15) siap pindah, bibit
dipindahkan ke polybag besar ukuran 30 x 20 cm berisi media
yang sama.
c) Di dalam polybag ini bibit dipelihara sampai menghasilkan
buah. Dapatkan

b. Pengolahan Media Tanam


1) Budidaya di Kebun Tanpa Mulsa Plastik

a) Di awal musim hujan, lahan diolah degan baik sedalam 30-40


cm.

b) Lahan yang telah diolah dibiarkan selama selama 15-30 hari.

c) Buat bedengan: lebar 80 x 100 cm, tinggi 30-40 cm, panjang


disesuaikan degan lahan, jarak antar bedengan 40 x 60 cm atau

30
guludan: lebar 40 x 60 cm, tinggi 30-40 cm, panjang disesuaikan
dgn lahan, jarak antar guludan 40 x 60 cm.

d) Taburkan 20-30 ton/ha pupuk kandang/kompos secara merata di


permukaan bedengan/ guludan.

e) Biarkan bedengan/guludan selama 15 hari. Buat lubang tanam


degan jarak 40 x 30 cm, 50 x 50 cm atau 50 x 40 cm.

2) Budidaya di Kebun dengan Mulsa Plastik.

a) Di awal musim hujan, lahan diolah degan baik sedalam 30-40


cm.

b) Lahan yang telah diolah dibiarkan selama selama 15-30 hari.

c) Buatlah bedengan: lebar 80 x 120 cm, tinggi 30-40 cm, panjang


disesuaikan dgn lahan, jarak antar bedengan 60 cm atau
guludan: lebar bawah 60 cm, lebar atas 40 cm, tinggi 30-40 cm,
panjang disesuaikan dgn lahan, jarak antar bedengan 60 cm.

d) Keringanginkan 15 hari.

e) Taburkan & campurkan dgn tanah bedengan/guludan 200 kg


urea, 250 kg SP-36 & 100 kg/ha KCl.
Siram hingga lembab.

f) Pasang mulsa plastik hitam atau hitam perak menutupi


bedengan/guludan & kuatkan ujung-ujungnya dgn bantuan
bambu berbentuk U.

g) Buat lubang di atas plastik seukuran alas kaleng bekas susu


kental manis. Jarak antar lubang dalam barisan 30, 40 atau 50
cm, sehingga jarak tanam menjadi 40 x 30, 50 x 50 atau 50 x 40
cm.

h) Buat lubang tanam di atas lubang mulsa tadi.


Pengapuran : Bila tanah masam, 2-4 ton/ha kapur kalsit/dolomit
ditebarkan di atas bedengan/guludan lalu dicampur merata.

31
Pengapuran dilakukan segera setelah bedengan/guludan selesai
dibuat.

c. Teknik Penanaman

1) Siram polybag berisi bibit & keluarkan bibit bersama media


tanamnya degan hati-hati.

2) Tanam satu bibit di lubang tanam & padatkan tanah di sekitar


pangkal batang.

3) Untuk tanaman tanpa mulsa, beri pupuk dasar sebanyak 1/3 dari
dosis pupuk anjuran (dosis anjuran 200 kg/ha Urea, 250 kg SP-36
& 150 kg/ha KCl). Pupuk diberikan di dalam lubang sejauh 15 cm
di kiri-kanan tanaman.

4) Sirami tanah di sekitar pangkal batang sampai lembab.

d. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman
Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 15 hari setelah
tanam. Tanaman yang disulam adalah yg mati atau tumbuh
abnormal.
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada pertanaman Strawberry tanpa ataupun
degan mulsa plastik. Mulsa yang berada di antara barisan/bedengan
dicabut & dibenamkan ke dalam tanah. Waktu penyiangan
tergantung dari pertumbuhan gulma, biasanya dilakukan bersama
pemupukan susulan.
3) Perempelan/Pemangkasan
Tanaman yag terlalu rimbun, terlalu banyak daun harus dipangkas.
Pemangkasan dilakukan teratur terutama membuang daun-daun
tua/rusak. Tanaman stroberi diremajakan setiap 2 tahun.
4) Pemupukan

32
a) Pada Budidaya Bauh Strawberry tanpa mulsa: Pupuk susulan
diberikan 1,5-2 bulan setelah tanam sebanyak 2/3 dosis anjuran.
Pemberian degan cara ditabur dalam larikan dangkal di antara
barisan, kemudian ditutup tanah.
b) Pada Budidaya Bauh Strawberry degan mulsa: Pupuk susulan
ditambahkan jika pertumbuhan kurang baik. Campuran urea, SP-
36 & KCl (1:2:1,5) sebanyak 5 kg dilarutkan dalam 200 liter air.
Setiap tanaman disiram dgn 350-500 cc larutan pupuk.
5) Pengairan & Penyiraman
Sampai tanaman berumur 2 minggu, penyiraman dilakukan 2 kali
sehari. Setelah itu penyiraman dikurangi berangsur-angsur degan
syarat tanah tidak mengering. Pengairan bisa degan disiram atau
menjanuhi parit antar bedengan degan air.
6) Pemasangan Mulsa Kering
Mulsa kering dipasang seawal mungkin setelah tanam pada
bedengan/ guludan yg tdk memakai mulsa plastik. Jerami atau
rumput kering setebal 3–5 cm dihamparkan di permukaan
bedengan/guludan & antara barisan tanaman.
e. Panen Buah Strawberry
Tanaman asal stolon & anakan mulai berbung ketika berumur 2
bulan setelah tanam. Bunga pertama sebaiknya dibuang. Setelah
tanaman berumur 4 bulan, bunga dibiarkan tumbuh menjadi buah.
Periode pembungaan & pembuahan dapat berlangsung selama 2
tahun tanpa henti.
1) Ciri & Umur Panen
a) Buah sudah agak kenyal & agak empuk.

b) Kulit buah didominasi warna merah: hijau kemerahan hingga


kuning kemerahan.

c) Buah berumur 2 minggu sejak pembungaan atau 10 hari


setelah awal pembentukan buah.

33
2) Cara Panen
Panen dilakukan dgn menggunting bagian tangkai bunga dgn
kelopaknya. Panen dilakukan dua kali seminggu.

f. Pasca Panen
Pengumpulan :
Buah disimpan dalam suatu wadah dgn hati-hati agar tdk memar,
simpan di tempat teduh atau dibawa langsung ke tempat
penampungan hasil. Hamparkan buah di atas lantai beralas
terpal/plastik. Cuci buah dgn air mengalir & tiriskan di atas rak-rak
penyimpanan.

34
BAB III
PEMBAHASAN

A. PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN


1. Tanaman Tomat
a. Kutu Daun Apish Hijau
Kutu ini termasuk famili Aphididae dari ordo Hemiptera yang sering
disebut aphis tomat, aphis tembakau atau aphis kentang. Kutu hijau ini
menjadi vektor (penyalur) virus sehingga tomat dapat terserang
penyakit virus. Ciri-cirinya adalah kutu ada yang bersayap dan ada yang
tidak bersayap. Panjang kutu yang bersayap antara 2-2,5 mm, kepala
dan dadanya berwarna coklat sampai hitam dan perutnya hijau
kekuning-kuningan. Ukuran antena sepanjang badannya. Panjang kutu
yang tidak bersayap antara 1,8-2,3 mm berwarna hijau kekuning-
kuningan.

Gejala yang tampak :


Daun tomat yang diserang bentuknya jelek, keriting, kerdil,
melengkung ke bawah, menyempit seperti pita, klorosis, mosaik dan
daun menjadi rapuh.

Waktu penyerangan : saat tomat berusia 1- 2 minggu

Nilai ambang pengendalian : 12,5 % intensitas serangan pada stadium


generatif Ulat Grayak ( 2 ekor/m2 dipetak sampel).

Cara pengendalian :
1) Penggunaan mulsa kertas dapat mengusir kutu karena memantulkan
sinar matahari.

35
2) Tanaman liar maupun gulma di sekitar areal tanaman tomat harus
dibersihakn krena dapat menjadi tempat berlindung kutu.
3) Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan cara dipijit
sehingga kutu aphis tersebut mati.
4) Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan
insektisida.
b. Ulat Grayak
Ulat grayak yang menyerang tanaman tomat adalah Spodoptera litura.
Ulat grayak menyerang daun tanaman bersama-sama dalam jumlah
yang sangat banyak, ulat ini biasanya menyerang di malam hari dengan
cara memakan daun dan buah tomat.
Gejala yang tampak :
Pada daun terdapat bercak-bercak putih dan berlubang. Pada buah
ditandai adanya lubang yang tidak beraturan pada setiap permukaan
buah.

Waktu penyerangan : menyerang tanaman pada malam hari

Nilai ambang pengendalian : 2 ekor/m2 dipetak sampel

Cara pengendalian :
Penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin,
profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo
dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

2. Tanaman Brokoli
a. Hama yang menyerang tanaman brokoli
1) Ulat tritip/ulat daun ( plutella xylostella )
Ulat tritip memakan bagian bawah daun sehingga tinggal epidermis
bagian atas saja. Ulatnya kecil kira-kira 5 mm berwarna hijau dan

36
jika sentuh akan menjatuhkan diri dengan menggunakan benang.
Ulat ini cepat sekali kebal terhadap satu jenis insektisida.
Gejala :
Hama ini menyerang tanaman brokoli akibat yang ditimbulkan daun
mengalami kerusakan/berlubang-lubang.
Waktu penyerangan : malam hari
Nilai Ambang Pengendalian : 10 nimfa perdaun
Cara pengendalian :
Untuk pengendalian pada hama ini dapat dilakukan dengan sanitasi
lingkungan disekitar areal tanaman. Kemudian musnahkan jika
populasi ulat sudah diambang ekonomis dapat dilakukan
penyemprotan dengan menggunakan Emameksin Benszoat dengan
dosis 0,5 g/liter.
2) Ulat tanah ( agrotis ipsilon )
Gejala :
Hama ini bila menyerang tanaman brokoli maka gejala yang terlihat
pada daun dan pangkal tanaman ( titik tumbuh ) berlubang tidak
beraturan sehingga tanaman tidak dapat membentuk masa bunga
karena telah berhenti pertumbuhannya akibatnya putus pangkal
batang.
Waktu penyerangan : penyerangan dilakukan dimalam hari, karena
ulat tanah sangat menghindari matahari
Nilai ambang pengendalian : Intensitas serangan 5%
Cara pengendalian :
Untuk pengendalian pada hama ini dengan secara mekanis agak sulit
dilakukan karena hama ini bila siang hari bersembunyi didalam tanah atau
dapat juga dilakukan dengan membongkar tanah secara berhati-hati
disekitar tanaman yang terpotong. Dan jika serangan terlalu banyak maka
dapat dilakukan dengan menggunakan Profenos 1,5-2 ml/lt atau
Klorfenapir 1-1,5 ml/lt.
3) Siput (Achtania fulica)

37
Bangsa siput yang biasa menyerang antara lain:
a) Achtina fulica Fer., yaitu siput yang mempunyai cangkang atau
rumah, dikenal dengan bekicot;
b) Vaginula bleekeri Keferst, yaitu siput yang tidak bercangkang,
warna keabu-abuan;
c) Parmarion pupilaris Humb, yaitu siput yang tidak bercangkang
berwarna coklat kekuningan.
Gejala:
Menyerang daun terutama saat baru ditanam dikebun.
Waktu penyerangan : pada saat tanaman berumur 45 hari
Nilai ambang pengendalian : 3 ekor / 5 tanaman sampel
Cara pengendalian:
Menyemprotkan racun Helisida atau dengan dikumpulkan lalu
dihancurkan dengan garam atau untuk makanan ternak.
b. Penyakit pada tanaman brokoli
1) Penyakit busuk hitam
Penyakit ini disebabkan oleh Bakteri. Bakteri ini berbentuk batang
dengan ukuran 0,7 – 3,0 x 0,4 – 0,5 mm, membentuk rantai,
berkapsul tidak bersepora, bergerak dengan satu flagellum polar.
Gejala :
Gejala serangan penyakit ini pada bagian tepi daun yang terinfeksi
berwarna kuning pucat yang kemudian meluas ketengah.
Cara pengendalian :
Untuk pengendalian dengan melakukan penyemprotan bakterisida
seperti Agrimysin ataupun Agrept pada kosentrasi 0,1% – 0,2%. Dan
untuk pencegahan dapat dilakukan dengan sterilisasi benih sebelum
disemaikan dengan menggunakan air hangat yang bersuhu 500
Celcius selama 30 menit. Dan dapat juga dengan melakukan
pergiliran tanamn yang bukan safamili dengan rentang waktu ± 3
tahun berturut-turut terutama didaerah yang berbasis penyakit busuk

38
hitam, menjaga kebersihan kebun. Atau juga dengan menanam jenis
atau varietas kubis yang tahan terhadap penyakit busuk hitam.
2) Penyakit akar bengkak
Penyakit ini disebabkan oleh Cendawan Plasmodphora baraaicaevar.
Gejala :
Akibat serangan gejala yang terlihat pembengkakan pada akar yang
mengakibatkan rusak dan membusuknya susunan jaringan akar.
Cara pengendalian :
Untuk pengendalian dapat dilakukan dengan menyemprotkan larutan
sublimat dengan konsentrasi 0,05 % – 0,1 % kedalam tiap-tiap
lubang tanaman dengan dosis masing-masing yaitu 125 cc -250 cc.

3. Tanaman labu siam


a. Hama yang menyerang tanaman labu siam
1) Ulat grayak (Spodoptera litura)
Ulat grayak dapat menghabiskan daun labu. Serangan ulat dilakukan
malam hari. Waktu siang hari ulat bersembunyi dalam tanah.
Gejala :
Tanda serangan bisa dilihat pada bekas gigitan yang sering hanya
meninggalkan tulang daun saja.
Waktu penyerangan : saat tanaman berusia 2 minggu
Cara pengendalian :
Untuk pencegahannya, gulma di sekitar tanaman harus dibersihkan.
Selain itu, lakukan penyemprotan sedini mungkin dengan WT
Bvr dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT
Ajuvant dosis 2 ml/lt air.
2) Kepik Leptoglossus australis
Hama ini menyerang buah labu dan daun. Bila hujan, bekas tusukan
hama ini akan terkena air hujan sehingga mudah dimasuki oleh
cendawan.
Waktu penyerangan : waktu tanaman berusia 5 – 7 hari

39
Gejala :
Buah menjadi lembek dan busuk. Bila menyerang daun, bagian
tengah tanaman atau seluruhnya menjadi kering.
Cara pengendalian :
Penyemprotan dengan WT Bvr dosis 10 ml/lt air, WT
Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT Ajuvant dosis 2 ml/lt air.
3) Lalat buah
Lalat buah yang sering menyerang semangka adalah musuh tanaman
labu juga. Bila telumya sudah masuk ke dalam buah maka buah sulit
untuk dikonsumsi lagi.
Gejala :
Pada belahan buah sering ditemui ulat-ulat kecil dari telur yang
sudah menetas. Akibat lainnya, bila menyerang batang, bagian
batang membengkak seperti bisul.
Nilai ambang pengendalian : 1% intensitas serangan
Cara pengendalian :
Untuk mencegah serangan, kebersihan lahan harus dijaga. Selain itu,
buah diberongsong dengan kertas, daun pisang, atau plastik.
b. Penyakit tanaman labu siam
1) Penyakit layu.
Penyebabnya ialah cendawan Fusarium sp. Bibit yang baru tumbuh
dan tanaman yang masih muda mudah sekali terserang.
Gejala : Mula-mula ujung daun layu, kemudian mengerut, dan
akhirnya kering.
Cara pengendalian :
Bila tanaman yang terserang dalam areal masih sedikit, cabut
tanaman tersebut dan musnahkan. Penyemprotan WT Bakterisida
dosis 10 ml/lt air, WT Trico/Glio dosis 10 ml/lt air & WT
Ajuvant dosis 2 ml/lt air ke tanaman serta di bekas tanah tempat
tanaman terkena akan membantu kesehatan tanaman yang lain.

40
4. Tanaman Strawberry
a. Kutu daun (Chaetoisphon fargaefolii)
Gejala: pucuk daun keriput, keriting, pembentukan buah atau bunga
sangat lambat atau terhambat.
Waktu penyerangan : saat tanaman umur 1 – 3 minggu
Nilai ambang pengendalian : Intensitas penyerangan 15,5 %
Cara pengendalian :
Pengasapan pada tanaman terserang hama. Penyemprotan insektisida
Fastac 15 EC dan conifidor 200LC
b. Tungau
Gejala: Daun berwarna kuning ata kecoklatan, keriting, mengering dan
mudah gugur.
Nilai ambang pengendalian : Intensitas serangan 5%
Cara pengendalian :
Melakukan sanitasi terhadap lahan atau kebun. Penyemprotan
insektisida Omite 570 EC dan Mitac 200Ec atau Agrimec 18EC
c. Kumbang Penggerek daun dan akar
Gejala: Tanaman yang terserang akan rusak, kering, layu, serta mati dan
juga menimbulkan tepung.
Cara pengendalian :
Melakukan sanitasi terhadap lahan atau kebun. Penyemprotan
insektisida Decis 2,5 EC, Perfekthion 400 EC dan lainnya, dilakukan
pada saat fase berbunga

d. Nematoda
Gejala: tanaman menjadi kerdil, pendek, tangkai daun kurus dan kurang
berbul.
Cara pengendalian :
Non kimia : Melakukan sanitasi terhadap kebun dan penyaingan kebun.
Kimia : Penyemprotan nematisida trimaton 370 AS, rugby 10 gram atau
nemacur 10g

41
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam budidaya tanaman ada salah satu hambatan yaitu adanya
gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang mengakibatkan
rendahnya kwalitas, mempengaruhi produktivitas hasil dan rendahnya
pendapatan petani. Organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah hewan
atau tumbuhan baik berukuran mikro ataupun makro yang mengganggu,
menghambat, bahkan mematikan tanaman yang dibudidayakan.
Berdasarkan jenis seranganya OPT dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu hama,
vektor penyakit, dan gulma.

B. Saran

Menurut kami, dalam pengendalian organisme pengganggu


haruslah bijak dalam memilih cara pengendalian, yang mana resikonya lebih
kecil, atau tanpa resiko. Dahulukan pengendalian dengan cara non kimiawi,
jangan langsung menggunakan pestisida agar tidak ada residu, yang
membuat resiko perkepanjangan. Para petani harus sangat mengerti akan hal
ini, dan mengerti residu akan hilang pada hari keberapa setelah dilakukan
pengendalian dengan pestisida.

DAFTAR PUSTAKA

Alam Tani. 2018. Panduan Teknis Budidaya Wortel.


https://alamtani.com/budidaya-wortel/. 23 September 2018

42
Cahyono, B. 1998. Tomat Budidaya dan Analisis Usaha
Tani. Kanisius, Yogyakarta.

Petani Quick.com. 2017. Ruang Lingkup Tanaman Wortel.


http://petaniquick.com/ruang-lingkup-tanaman-wortel/. 23 September
2018
Duriat, A. S. 1997. Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Lembang, Bandung. 10 Oktober 2018

Pertanian Sehat Indonesia. 2017. Organisme Pengganggu Tanaman.


https://pertaniansehat.com/read/2015/10/12/organisme-pengganggu-
tanaman-opt.html. 23 September 2018
Pracaya. 1993. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.

Yulia, Esti. 2010. Hama Penting Tanaman Brokoli. (http://blog.ub.ac.id/estiyulia,


diakses 26 Februari 2011).

Penanya :

1. Ki Djoko Heru : Dosen pengampu mata kuliah POPT semester 5

“Bagaimana cara pengendalian penyakit layu pada labu siam selain


memusnahkan tanaman tersebut?”

Jawaban :

“Belum ada cara pengendalian penyakit layu pada tanaman labu siam selain
mencabut tanaman dan memusnahkannya”

43

You might also like