Professional Documents
Culture Documents
id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Nyeri
1. Definisi
potensial atau yang digambarkan seperti itu. Dari definisi tersebut di atas,
didapat dua hal penting yang dapat disimak yaitu yang pertama adalah
5
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id
a. Gabapentin
berikut:
CH2NH2
CH2CO2H
pKa2: 10.7. Gabapentin larut dalam air, larut dalam basa dan asam.
1) Mekanisme kerja
related peptide dari medulla spinalis tikus (Kong dan Irwin, 2007).
2) Farmakokinetik
kosentrasi pada jaringan otak sekitar 80% dari plasma. Lama kerja
gabapentin sekitar 8 jam dan dosis 900 – 1800 mg per hari terbagi
3) Farmakodinamik
menunjukan efek TAR selama 0-24 jam. Pada sistem saraf pusat,
4) Efek samping
amblyopia (2,1%). Efek samping yang sama juga terjadi pada pasien
2007).
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
5) Interaksi obat
b. Celecoxib
1) Mekanisme kerja
2) Retensi cairan
3) Platelet
dosis multipel 600 mg 2 kali perhari selama 7 hari (lebih tinggi dari
4) Farmakokinetik
a) Absorbsi
b) Distribusi
c) Metabolisme
d) Ekskresi
2006).
pasien usia >2 tahun, dosis oral dengan berat badan >10 kg sampai
terapi lain; 5) manajemen nyeri akut pada dewasa, dosis initial 400
mg dapat diikuti 200 mg pada hari yang sama hari selanjutnya 200
c. Asetaminofen
aspirin dan obat AINS lainnya pada pasien-pasien dengan sekresi asam
memanjang.
dari COX-1). Enzim COX-3 ini hampir sama dengan enzim COX
melalui ginjal.
Dari segi perjalanan waktu, nyeri terbagi atas nyeri akut dan nyeri
kronik, di mana nyeri pascabedah, termasuk dalam nyeri akut. Nyeri akut
nyeri kronik tidak selalu disebabkan adanya nosiseptif ini. Nyeri akut yang
tidak diatasi secara baik bisa berkembang menjadi nyeri kronik. Oleh sebab
itu, ada yang membagi nyeri ini atas nyeri nosiseptif dan nyeri nonnosiseptif
karena ada rangsang noksius misalnya karena kita meraba benda panas atau
dingin dan kalau ada cubitan. Sementara itu, nyeri patologik dikategorikan
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id
sebagai akibat dari suatu sensasi abnormal, yang terjadi karena ada kerusakan
sebagai nyeri yang disebabkan oleh lesi primer dan disfungsi pada sistem saraf
nyeri fisiologis, nyert nosiseptif (nyeri inflamasi), dan nyeri neuropatik. Nyeri
Nyeri nosiseptif disebut juga nyeri inflamasi karena penyebabnya juga karena
C,Sinatra R.,www.cambridge.org).
Nyeri neuropatik adalah suatu nyeri yang disebabkan oleh suatu lesi
patologik ataupun disfungsi pada saraf perifer dan atau saraf sentral. Nyeri
neuropatik dibagi lagi atas nyeri neuropatik perifer untuk nyeri yang lesi
primer dan disfungsinya terjadi pada susunan saraf perifer, dan nyeri
neuropatik sentral untuk nyeri yang lesi primer dan disfungsinya terjadi pada
dan karena adanya proses inflamasi. Nyeri pascabedah dimulai primer karena
Nosisepsi ini diterima oleh nosiseptor yang terdapat dan tersebar di seluruh
tubuh kita, misalnya kulit, subkutis, pembuluh darah, otot, fasia, periosteum,
visera, dan lain-lain. Nosiseptor ini adalah reseptor penerima nyeri, yang
bisa disebabkan oleh rangsang mekanis dan rangsang termal, tetapi bisa juga
jaringan yang rusak dan yang mengalami inflamasi (Tanra AH, 2005)
pada jaringan tersebut akan mengeluarkan beberapa mediator antara lain H+,
Mediator ini akan menyebabkan sensitisasi sistem saraf sensorik (Tanra AH,
2005).
nyeri di sini terjadi karena adanya sensitisasi perifer dan sentral. (Tanra
AH.2005).
suatu aktivitas listrik yang akan diterima oleh ujung-ujung saraf (nerve
endings).
3. Proses modulasi, di mana terjadi interaksi antara rangsang nyeri yang tiba
1. Proses transduksi
listrik pada ujung nosiseptor. Sebagai mediator noksius perifer di sini bisa
karena bahan yang dilepaskan dari sel-sel yang rusak selama perlukaan,
ataupun sebagai akibat reaksi humoral dan neural karena perlukaan (Tanra
AH, 2005).
R.www.cambridge.org).
suatu keadaan sensitisasi perifer yang disebut hiperalgesia primer. Hal ini
menyebabkan perasaan sangat nyeri. Akibat stimulus ini ada juga gejala
dalam keadaan normal tidak menyebabkan nyeri, tetapi dalam keadaan ini
perifer.
primer yang berlokasi pada akar dari ganglion dorsal. Substansi ini
melalui transpor aksonal diteruskan ke ujung saraf perifer dan ujung saraf
CJ,1999)
nerve growth factor (NGF). Sitokin ini juga berperan pada eksaserbasi
edema dan juga merupakan salah satu komponen iritatif dari nyeri
sitokin proinflamasi, dan oleh karena itu, intensitas nyeri serta kebutuhan
all.www.Cambridge.org).
Ichwan M.2004) .
aktivasi terhadap ion channel dari transient receptor potential (TRP). Ada
yang diameternya besar dan yang kecil, serta serabut saraf yang bermielin
dan yang tidak. Konduksi nyeri lebih cepat pada serabut saraf yang besar
dan bermielin, dan lebih lambat pada serabut saraf yang kecil dan tidak
bermielin. Aferen dari serabut saraf perifer dibagi atas 3 kelompok, yaitu
dibagi lagi atas 4 subkelompok, yaitu alfa, beta, gama dan delta. Dari
seluruh kelompok serabut saraf ini, hanya serabut saraf A delta dan C
cepat dan terasa sebagai nyeri yang tajam, jitu, dan lokalisasinya jelas,
nyeri yang dihantar oleh serabut saraf C lebih lambat dan terasa sebagai
Aferen dari kedua saraf ini menuju sentral dan melakukan sinaps
dengan sel second order pada kornu dorsalis medula spinalis. Dari kornu
N,www.cambridge.org).
2. Proses transmisi
delta dan serabut saraf C memiliki proyeksi di distal yang dikenal sebagai
saraf C.
sifatnya karena ada kerusakan jaringan atau inflamasi (Woolf CJ, 1999)
WDR ini dihambat oleh sel inhibisi lokal di substansia gelatinosa dan dari
cepat ke lokasi supraspinal dari persepsi. Reseptor KAR juga ikut dalam
subunit NR2A, dan 1 subunit NR2B yang mengatur masuknya Na+ dan
Ca2+ ke dalam sel dan keluarnya K+ melalui suatu ion channel. Bagian
dalam sel. Aktivasi reseptor NMDA lebih lanjut karena sensitisasi oleh
aktivasi enzim seperti nitric oxide synthese (NOS) dan COX-2. Ca2+
merubah arginin menjadi sitrulin dan nitric oxyde (NO). Dalam keadaan
3. Proses modulasi
tingkat lebih tinggi di brain stem dan mid brain. Di dalam medula spinalis
antara aferen noksius primer dan sel -sel WDR dan NS dari second-order,
interneuron spinal dan dari ujung terminal akson yang mempunyai sifat
inhibisi yang turun (desendens) dari central gray locus ceruleus dan dari
dari aferen nosiseptif primer atau mengurangi reaksi post sinaptik dari
interaksi antara mediator yang menyebabkan eksitasi dan efek inhibisi dari
saraf pusat, dan dia juga akan menginduksi COX-2 di dalam neuron otak
tersebut. Sitokin dalam jumlah yang sedikit justru akan merangsang efek
efek analgesia. Selain itu, sitokin dalam jumlah yang besar akan
4. Proses Persepsi
C. Kerangka Berpikir
Gabapentin Asetaminofen
Celecoxib
Sistem Saraf
Sentral
Sistem Saraf
Perifer
Nilai Ambang
Nyeri
Nyeri ( - )
D. Hipotesis