You are on page 1of 3

2.

1 Protozoa

Protozoa memiliki tiga bentuk infektif takizoit atau tropozoit yang terdapat dalam cairan
tubuh, bentuk kedua bradizoit atau kista terdapat dalam jaringan dan bentuk ketiga adalah
sporozoit terdapat dalam ookista. Bentuk kista yang banyak ditemukan pada organ terutama otak,
otot skelet dan jantung dari induk semang penderita. Kista berada dalam tubuh inang inak
terinfeksi selama perjalanan penyakit atau selama hidup (Iskandar dkk, 2001).

Protozoa yang dapat ditemukan pada pemeriksaan feses domba, kambing, kucing dan
manusia adalah Toxoplasma gondii. Toxoplasma gondii merupakan parasit obligat
intraselular yang menyerang semua hewan berdarah panas dan selama infeksi
berlangsung tidak memperlihatkan gejala klinis. Protozoa ini dapat menyebabkan penyakit
zoonosis, cara penularannya yaitu melalui daging mentah atau daging setengah matang yang
mengandung kista toksoplasma. Kista tersebut tahan terhadap asam lambung dan bila tertelan
berarti siap menginfeksi (Iskandar dkk, 2001).

Infeksi Toxoplasma tersebar luas dan sebagian besar berlangsung


asimtomatis, meskipun penyakit ini belum digolongkan sebagai penyakit parasiter
yang diutamakan pemberantasannya oleh pemerintah, tetapi beberapa penelitian
telah dilakukan di beberapa tempat untuk mengetahui derajat distribusi dan
prevalensinya. Indonesia sebagai negara tropik merupakan tempat yang sesuai
untuk perkembangan parasit tersebut. Keadaan ini ditunjang oleh beberapa factor
seperti sanitasi lingkungan dan banyak sumber penularan terutama kucing dan
sebangsanya (Felidae). Protozoa ini hidup dalam sel epitel usus muda hospes definitif, sedangkan
ookistanya dikeluarkan bersama tinjanya. Penularan parasit ini terjadi dengan
tertelannya ookista dan kista jaringan dalam daging mentah atau kurang matang serta
transplasental pada waktu janin dalam kandungan. Diagnosis infeksi
protozoa ini dilakukan dengan mendapatkan antibodi IgM dan IgG anti T. gondii
dalam tes serologi (Levine, 1990;Gandahusada, 1995).

Toxoplasma gondii di dalam klasifikasi termasuk ke dalam kelas Sporozoasida, karena


bereproduksi secara seksual dan aseksual secara bergantian. Menurut Levine (1990), klasifikasi
Toxoplasma gondii sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Sub Kingdom : Protozoa

Filum : Apicomplexa

Kelas : Sporozoasida

Sub Kelas : coccidiasina


Ordo : Eucoccidiorida

Sub Ordo : Eimeriorina

Famili : Sarcocystidae

Genus : Toxoplasma

Spesies : Toxoplasma gondii

Bentuk-bentuk Toxoplasma gondii memiliki macam ukuran seperti bentuk takizoit


menyerupai bulan sabit dengan ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran
panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di
tengah bulan sabit dan beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi (Sasmita,
2006). Bentuk ini terdapat di dalam tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia termasuk
manusia dan kucing sebagai hospes definitif. Takizoit ditemukan pada infeksi akut dalam
berbagai jaringan tubuh. Takizoit juga dapat memasuki tiap sel yang berinti. Kista dibentuk di
dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk dinding. Ukuran kista berbeda-
beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit dan ada yang berukuran 200
mikron berisi kira-kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup
terutama di otak, otot jantung, dan otot bergaris. Di otak bentuk kista lonjong atau bulat, tetapi di
dalam otot bentuk kista mengikuti bentuk sel otot (Gandahusada dkk, 2003).

Ookista berbentuk lonjong, berukuran 11-14 x 9-11 mikron. hidup di dalam sel epitel
usus halus kucing, dapat berkembang secara aseksual (skizogoni) dan seksual (gametogoni
jumlah kromosom haploid, sporogoni jumlah kromosom diploid) (Iskandar, 2008). Ookista
dikeluarkan bersama tinja kucing, jika berada pada lingkungan yang sesuai dengan kelembaban
tinggi dan cukup oksigen, ookista mempunyai dinding, berisi satu sporoblas yang membelah
menjadi dua sporoblas. Pada perkembangan selanjutnya ke dua sporoblas membentuk dinding
dan menjadi sporokista. Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x
2 mikron dan sebuah benda residu (Riyanda, 2017).
Gandahusada, S. 1995. Diagnosis dan Penatalaksanaan Toksoplasmosis. Majalah Parasitol.
Indonesia. 5(1):7-13.

Gandahusada S., D. Ilahude Herry, dan Pribadi Wita. 2003. Parasitologi Kedokteran, (edisi
ketiga). Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia. Jakarta.

Iskandar T., Husein A., dan Widjajanti S. 2001. Isolasi Penyebab Toxoplasma Gondii dan Parasit
lain dari Feses Kucing (Felidae). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Balai Penelitian Veteriner Bogor.

Iskandar, T. 2008. Penyakit Toksoplasmosis pada Kambing dan Domba di Jawa. Balai Besar
Penelitian Veteriner. Bogor. Vol. 18 No. 3.

Levine ND. 1990. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Universitas


Gajah Mada Press.

Riyanda, A.P.P. 2017. Seroprevalensi Toxoplasma gondii pada Hewan Ternak Kambing di Kota
Bandar Lampung. Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.

Sasmita, R. 2006. Toksoplasmosis Penyebab Kelainan dan Keguguran Bayi: Pengenalana,


Pemahaman, Pencegahan dan Pengobatan. Universitas Airlangga. Fakultas Kedokteran
Hewan. Airlangga University Press. Surabaya.

You might also like