You are on page 1of 22

PEGAWAI NEGERI SIPIL: POLA KARIR SESUAI PERSPEKTIF UNDANG

UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2014

Wulan Puspitapuri

Analis Kebijakan pada Badan Pengawas Obat dan Makanan


dan Asosiasi Analis Kebijakan Indonesia

Absctract : In order to perform public service tasks, tasks of the government, and
certain development tasks, ASN must have a profession and management of ASN is
based on the Merit System. The absence of a clear career path resulted in poor
performance of the bureaucracy (PNS) resulted in poor quality of public services, and
even lead to the service user must pay the cost of expensive (high cost economy). Career
development through career pattern that can either encourage employees to grow and
develop in accordance with their competence in a professional manner. In this case, the
employee will be motivated to perform well which will give effect to the improvement of
agency performance. In addition to the above, the pattern is clear career also provide
career security for structural officials at central and local environment. Career pattern
used as guidelines or reference for the appointment into office refers to the standard of
their competence, so that the process of moving, promotion, transfer or demotion of
civil servants do more well ordered. Career path is no longer dependent on the change
of leadership the agency. Clear career path in the area will also lead to a more positive
political impact, where officials will remain neutral in the event of change of the head
region. Related policies should be formulated to PNS career patterns as guidance in
career patterns containment procedures PNS selective, fair and competitive.
Keywords: Career path, Public Servant

Abstrak : Dalam menjalankan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas
pembangunan tertentu, Pegawai ASN harus memiliki profesi dan Manajemen ASN
yang berdasarkan pada Sistem Merit. Tidak adanya pola karir yang jelas mengakibatkan
rendahnya kinerja birokrasi (PNS) mengakibatkan rendahnya kualitas pelayanan publik,
bahkan mengakibatkan pengguna jasa harus membayar biaya yang mahal (high cost
economy). Pengembangan karier melalui pola karir yang baik dapat mendorong
pegawai untuk bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kompetensi yang dimiliki
secara profesional. Dalam hal ini, pegawai akan termotivasi untuk berkinerja dengan
baik yang akan memberikan efek bagi peningkatan kinerja instansi. Selain hal tersebut
diatas, adanya pola karir yang jelas juga memberikan keamanan karir bagi para pejabat
struktural di lingkungan pemerintah baik pusat maupun daerah. Pola karir dijadikan
pedoman atau acuan dalam pengangkatan ke dalam jabatan mengacu pada standar
kompetensi yang dimiliki, sehingga proses pemindahan, promosi, mutasi maupun
demosi PNS dilakukan lebih tertata dengan baik. Sehingga, pola karir tidak lagi
bergantung pada pergantian pimpinan instansi. Pola karir yang jelas di daerah juga akan
menimbulkan dampak politik lebih positif, dimana para pejabat akan bersikap netral
pada saat terjadi pergantian kepala daerah. Maka perlu disusun kebijakan terkait pola

32
karir PNS sebagai pedoman dalam penatalaksaan pola karir PNS yang selektif, Adil dan
kompetitif.
Kata kunci: Pola Karir, PNS

PENDAHULUAN ditetapkan pada masing-masing


instansi. Namun pada implementasi
Latar Belakang Masalah kebijakan tersebut, masih ditemui
beberapa hal yang tidak konsisten
Dalam rangka mewujudkan sistem dengan rumusan kebijakan. Beberapa
pemerintahan yang bersih dan hal yang tidak konsisten dengan
berwibawa (good governance) serta rumusan kebijakan dan implementasi
mewujudkan pelayanan publik yang kebijakan pengembangan karier
baik, efisien, efektif dan berkualitas meliputi: (1) pejabat yang mendapatkan
perlu didukung adanya Sumber Daya promosi jabatan belum memenuhi
Manusia (SDM) aparatur khususnya persyaratan untuk memangku suatu
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang jabatan; (2) mutasi dilakukan sebelum
profesional, bertanggungjawab, adil, terpenuhinya ketentuan minimal masa
jujur dan kompeten dalam bidangnya. jabatan; (3) tidak terdapat calon yang
Untuk dapat menjalankan tugas cocok atau memenuhi syarat untuk
pelayanan publik, tugas pemerintahan, menduduki suatu jabatan (proses
dan tugas pembangunan tertentu, kaderisasi belum dilakukan dengan
Pegawai ASN harus memiliki profesi baik); (4) penempatan seseorang dalam
dan Manajemen ASN yang berdasarkan sebuah jabatan yang tidak sesuai dengan
pada Sistem Merit atau perbandingan kapasitasnya; serta (5) mekanisme
antara kualifikasi, kompetensi, dan penempatan dan promosi tanpa
kinerja yang dibutuhkan oleh jabatan rekomendasi atasan yang bersangkutan
dengan kualifikasi, kompetensi, dan atau tidak sesuai dengan prosedur yang
kinerja yang dimiliki oleh calon dalam ada.
rekrutmen, pengangkatan, penempatan,
dan promosi pada jabatan yang Rumusan Masalah
dilaksanakan secara terbuka dan
kompetitif, sejalan dengan tata kelola Kurangnya komitmen pihak-pihak
pemerintahan yang baik. Demikian juga terkait untuk segera menyusun pola
untuk memotivasi kinerja PNS perlu karier dalam lingkup organisasi publik
disusun pola karir dan pengembangan untuk mendukung terwujudnya
karir yang memungkinkan potensi PNS profesionalisme PNS mengakibatkan
dikembangkan secara optimal. rendahnya kinerja birokrasi (PNS) yang
Pengembangan karier PNS menyangkut berdampak pada rendahnya kualitas
peningkatan/kemajuan karier pegawai pelayanan publik, bahkan
dalam lingkup organisasinya. mengakibatkan pengguna jasa harus
Pengembangan karier sebagai promosi membayar biaya yang mahal (high cost
di dalam organisasi, serta pola karir economy). Berdasarkan permasalahan
yang jelas tersebut, maka dalam artikel ini akan
Rumusan kebijakan menjawab pertanyaan Bagaimana
pengembangan karier pegawai telah Model Kebijakan Pengembangan Karier
ditetapkan melalui peraturan Pegawai Negeri Sipil setelah
perundang-undangan kepegawaian yang

33
diberlakukannya Undang-Undang mencapai karir yang baik. Karir sebagai
Aparatur Sipil Negara? sarana untuk membentuk seseorang
menemukan secara jelas keahlian, nilai,
PEMBAHASAN tujuan karir dan kebutuhan untuk
pengembangan, merencanakan tujuan
Pengertian Pola Karir PNS karir, secara kontinyu mengevaluasi,
merevisi dan meningkatkan
Banyak pendapat ahli tentang rancangannya. Sehingga dapat
karir, salah satunya yang diungkapkan disimpulkan bahwa karir merupakan
oleh Gibson dkk. (1995) karir adalah suatu rangkaian perubahan nilai, sikap
rangkaian sikap dan perilaku yang dan perilaku serta motivasi yang terjadi
berkaitan dengan pengalaman dan pada setiap individu selama rentang
aktivitas kerja selama rentang waktu waktu kehidupannya untuk menemukan
kehidupan seseorang dan rangkaian secara jelas keahlian, tujuan karir dan
aktivitas kerja yang terus berkelanjutan. kebutuhan untuk pengembangan,
Sementara Irianto (2001) merencanakan tujuan karir, dan secara
mengemukakan bahwa meliputi kontinyu mengevaluasi, merevisi dan
elemen-elemen obyektif dan subyektif. meningkatkan rancangannya. Karir juga
Elemen obyektif berkenaan dengan merupakan suatu proses kemitraan
kebijakan-kebijakan pekerjaan atau interaksi dalam tahapan dan kerja sama
posisi jabatan yang ditentukan antara organisasi/perusahaan atau
organisasi, sedangkan elemen subyektif manajemen, atasan langsung dan
menunjuk pada kemampuan seseorang individu itu sendiri.
dalam mengelola karir dengan Praktek pola karir lebih
mengubah lingkungan obyektif merupakan suatu pelaksanaan
(misalnya dengan mengubah perencanaan karir seperti yang
pekerjaan/jabatan) atau memodifikasi diungkapkan oleh Handoko dan
persepsi subyektif tentang suatu situasi Reksohadiprojo (2001), bahwa pola
(misalnya dengan mengubah harapan). karir adalah peningkatan-peningkatan
Pendapat senada dikemukakan pribadi yang dilakukan seseorang untuk
oleh Simamora (2001) bahwa kata karir mencapai suatu rencana karier.
dapat dipandang dari beberapa Sedangkan sistem karir menurut
perspektif yang berbeda, antara lain dari Handoko (2000), dilaksanakan sendiri
perspektif yang obyektif dan subyektif. oleh organisasi itu sendiri, sehingga
Dipandang dari perspektif yang harus dimulai dari konsep dasar
subyektif, karir merupakan urut-urutan mengenai karir itu sendiri. Jadi, sistem
posisi yang diduduki oleh seseorang karir tersebut merupakan pola
selama hidupnya, sedangkan dari pembinaan pegawai dimana
perspektif yang obyektif, karir pengangkatan pegawai didasarkan pada
merupakan perubahan-perubahan nilai, kecakapan, masa kerja, loyalitas dan
sikap, dan motivasi yang terjadi karena syarat-syarat lainnya seperti prestasi
seseorang menjadi semakin tua. Lain kerja, tanggungjawab, loyalitas,
halnya dengan Soetjipto, dkk (2002 : prakarsa, kerjasama dan juga
276) karir merupakan bagian dari kepemimpinan sehingga dapat tercapai
perjalanan hidup seseorang, bahkan produktivitas pegawai yang tinggi. Hal
bagi sebagian orang merupakan suatu tersebut sesuai dengan yang
tujuan hidup. Setiap orang mempunyai diungkapkan kembali oleh Handoko
hak dan kewajiban untuk sukses (2000) bahwa ada empat komponen

34
dalam pelaksanaan sistem karir, antara Indonesia yang memenuhi syarat
lain perencanaan karir, jalur-jalur karir, tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN
sasaran-sasaran karir, dan secara tetap oleh pejabat pembina
pengembangan karir. Begitu juga kepegawaian untuk menduduki jabatan
dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS) pemerintahan yang berperan sebagai
mesti memiliki pola karir yang jelas perencana, pelaksana, dan pengawas
yang dibangun dalam sistem karir yang penyelenggaraan tugas umum
baik. Sehingga pola karir di setiap pemerintahan dan pembangunan
instansi merupakan kewajiban setiap nasional melalui pelaksanaan kebijakan
pimpinan di instansi yang bersangkutan dan pelayanan publik yang profesional,
untuk menyusun dan menetapkan pola bebas dari intervensi politik, serta
karir PNS yang ada di lingkungannya. bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
Sehingga PNS adalah warga negara nepotisme akan dapat terwujud.
hingga yang tertinggi. Oleh karena itu
Tabel 1. untuk menetapkan pola karir PNS perlu
Profil PNS di Indonesia mengacu pada UU No.5/2014 tentang
berdasarkan jabatan menurut BKN:1 Aparatur Sipil Negara (ASN), dengan
memperhatikan jenis-jenis dan
Jabata Pria Pers Wani Pers Juml Pers tingkatan posisi jabatan pegawai yang
n PNS en ta en ah en
Fungsi 1.092. 24.0 692.5 15.2 1.784. 39.3 ada sesuai ketentuan yang diatur
onal 317 7% 23 6% 840 3% didalam UU ASN ini, serta persyaratan
Umum
Fungsi 918.2 20.2 1.391. 30.6 2.310. 50.9 apa yang harus dipenuhi dan tahapan
onal 51 3% 782 7% 033 0% apa saja yang harus dilalui agar bisa
Terten
tu mencapai posisi-posisi jabatan yang ada
Strukt 308.7 6.8 134.5 2.96 443.2 9.77 tersebut.
ural 68 % 13 % 81 %
Jumla 2.319. 24.0 2.218. 15.2 4.538. 100 Pengembangan karir PNS
h 334 7% 820 6% 154 % mengacu pada UU No.5/2014 dengan
Sumber : BKN, 2017 “sistem merit” yaitu berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja
Berdasarkan data tersebut terlihat secara adil dan wajar dengan tanpa
porsi PNS yang menduduki jabatan membedakan latar belakang politik,
fungsional umum masih cukup besar, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis
dimana pada jabatan fungsional umum kelamin, status pernikahan, umur,
ini tidak terdapat jenjang karir. ataupun kondisi kecacatan. Karena
Kecenderungan yang terjadi di instansi rekrutmen yang berhasil adalah
pemerintah pada saat ini pengembangan rekrutmen yang dilakukan melalui
karir PNS justru lebih berada pada sistem merit (Khotimah dkk, 2013).
pihak pimpinan atau organisasi. Prinsip Dalam kebijakan dan manajemen ASN,
pengembangan karir pegawai adalah sistem merit ini mempunyai ciri:
perlu adanya kemauan dan komitmen 1) Seleksi dan promosi secara adil dan
dari pegawai maupun pimpinan kompetitif,
organisasi. Padahal karir PNS 2) Menerapkan prinsip fairness,
merupakan tahapan perkembangan 3) Penggajian, reward and
pencapaian posisi jabatan yang terendah punishment berbasis kinerja,
4) Standar integritas dan perilaku
1
Diunduh dari website resmi Badan untuk kepentingan publik,
Kepegawaian Negara (BKN) : 5) Manajemen SDM secara efektif dan
http://www.bkn.go.id/statistik-pns tanggal 23 efisien,
Februari 2017

35
6) Melindungi pegawai dari intervensi fungsional keahlian terdapat
politik & tindakan semena-mena. empat tingkatan, yaitu (1) jabatan
fungsional ahli tertinggi disebut jabatan
Dalam ASN terdapat jenis dan fungsional ahli utama, (2) Jabatan
tingkatan jabatan ASN, Jabatan fungsional ahli madya, (3) jabatan
Aparatur Sipil Negara (ASN) sesuai UU fungsional ahli muda dan (4) Jabatan
No.5/2014 tentang ASN terdiri tiga fungsional ahli terendah disebut jabatan
jenis jabatan, yaitu: fungsional ahli pertama. Sedangkan
a) Jabatan Administrasi jabatan fungsional keterampilan, juga
Jabatan Administrasi adalah terdiri dari empat tingkatan, yaitu (1)
sekelompok jabatan yang berisi fungsi jabatan fungsional ketrampilan tertinggi
dan tugas berkaitan dengan pelayanan disebut jabatan fungsional penyelia, (2)
publik serta administrasi pemerintahan Jabatan fungsional mahir, (3) jabatan
dan pembangunan. Jabatan fungsional trampil dan (4) Jabatan
Administrasi ada tiga macam fungsional ketrampilan terendah disebut
tingkatan, yaitu (1) untuk tingkat jabatan fungsional pemula.
jabatan tertinggi disebut jabatan c) Jabatan Pimpinan Tinggi
administrator, (2) untuk tingkat jabatan Jabatan Pimpinan Tinggi adalah
menengah disebut jabatan sekelompok jabatan tinggi pada instansi
pengawas dan (3) untuk jabatan tingkat pemerintah. Jabatan Pimpinan Tinggi,
terbawah disebut jabatan pelaksana. terdiri dari tiga jenjang tingkatan yaitu
Pejabat dalam jabatan administrator, (1) Jabatan tinggi tingkat tertinggi
bertanggung jawab memimpin disebut jabatan pimpinan tinggi utama,
pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan (2) Jabatan tinggi tingkat menengah
publik serta administrasi pemerintahan disebut jabatan pimpinan tinggi madya,
dan pembangunan. Pejabat dalam dan (3) Jabatan tinggi tingkat terendah
jabatan pengawas bertanggung jawab disebut jabatan pimpinan tinggi
mengendalikan pelaksanaan kegiatan pratama. Jabatan Pimpinan Tinggi ini,
yang dilakukan oleh pejabat pelaksana. berfungsi memimpin dan memotivasi
Sedangkan pejabat dalam jabatan setiap Pegawai ASN pada Instansi
pelaksana bertanggung jawab Pemerintah melalui (1). kepeloporan
melaksanakan kegiatan pelayanan dalam bidang keahlian professional,
publik serta administrasi pemerintahan analisis dan rekomendasi kebijakan,
dan pembangunan. Setiap jabatan serta kepemimpinan manajemen, (2).
tersebut, ditetapkan sesuai dengan pengembangan kerja sama dengan
kompetensi yang dibutuhkan untuk instansi lain, dan (3). keteladanan dalam
mampu menangani beban kerja yang mengamalkan nilai dasar ASN dan
menjadi tanggungjawab instansi atau melaksanakan kode etik dan kode
satuan kerja perangkat pemerintah. perilaku ASN. Selanjutnya untuk setiap
b) Jabatan Fungsional Jabatan Pimpinan Tinggi ditetapkan
Jabatan Fungsional adalah sekelompok syarat kompetensi, kualifikasi,
jabatan yang berisi fungsi dan tugas kepangkatan, pendidikan dan pelatihan,
berkaitan dengan pelayanan fungsional rekam jejak jabatan dan integritas, serta
yang berdasarkan pada keahlian dan persyaratan lain yang dibutuhkan, serta
keterampilan tertentu. Jabatan tata cara dan tahapan seleksinya yang
Fungsional dalam ASN terdiri atas diatur dan ditentukan dengan Peraturan
jabatan fungsional keahlian dan jabatan Pemerintah.
fungsional keterampilan. Jabatan

36
Jabatan ASN secara umum diisi dari kepemimpinan, kerja sama, kreativitas,
PNS ASN. Namun demikian juga dan pertimbangan dari tim penilai
dimungkinkan Jabatan ASN tertentu kinerja PNS pada Instansi Pemerintah,
dapat diisi dari prajurit Tentara tanpa membedakan jender, suku,
Nasional Indonesia dan/atau anggota agama, ras, dan golongan. Setiap PNS
Kepolisian Negara Republik Indonesia. yang memenuhi syarat mempunyai hak
Khusus pengisian Jabatan ASN tertentu yang sama untuk dipromosikan ke
yang berasal dari prajurit Tentara jenjang jabatan yang lebih tinggi.
Nasional Indonesia dan anggota Promosi Pejabat Administrasi dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia Pejabat Fungsional PNS dilakukan oleh
dilaksanakan pada Instansi Pusat Pejabat Pembina Kepegawaian setelah
sebagaimana ketentuan yang diatur mendapat pertimbangan tim penilai
dalam Undang-Undang tentang Tentara kinerja PNS pada Instansi Pemerintah.
Nasional Indonesia dan Undang- Tim penilai kinerja PNS tersebut
Undang tentang Kepolisian Negara ditentukan dibentuk oleh Pejabat yang
Republik Indonesia, dan tata cara Berwenang. Pengisian jabatan
pengisiannya akan diatur dengan pimpinan tinggi utama dan madya pada
Peraturan Pemerintah. kementerian, kesekretariatan lembaga
negara, lembaga nonstruktural, dan
PNS dapat berpindah antar dan antara Instansi Daerah dilakukan secara
Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan terbuka dan kompetitif di kalangan PNS
Administrasi, dan Jabatan Fungsional di dengan memperhatikan syarat
Instansi Pusat dan Instansi Daerah kompetensi, kualifikasi, kepangkatan,
berdasarkan kualifikasi, kompetensi, pendidikan dan latihan, rekam jejak
dan penilaian kinerja. PNS dapat jabatan, dan integritas serta persyaratan
diangkat dalam jabatan tertentu pada lain yang dibutuhkan sesuai dengan
lingkungan instansi Tentara Nasional ketentuan peraturan
Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara perundangundangan. Pengisian jabatan
Republik Indonesia (Polri). PNS yang pimpinan tinggi utama dan madya
diangkat dalam jabatan tertentu dilakukan pada tingkat
dilingkungan TNI dan Polri tersebut, nasional. Pengisian jabatan pimpinan
maka pangkat atau jabatan disesuaikan tinggi pratama dilakukan secara
dengan pangkat dan jabatan di terbuka dan kompetitif di kalangan PNS
lingkungan instansi Tentara Nasional dengan memperhatikan syarat
Indonesia dan Kepolisian Negara kompetensi, kualifikasi, kepangkatan,
Republik Indonesia. Ketentuan lebih pendidikan dan pelatihan, rekam jejak
lanjut mengenai pangkat, tata cara jabatan, dan integritas serta persyaratan
pengangkatan PNS dalam jabatan, jabatan lain sesuai dengan ketentuan
kompetensi jabatan, klasifikasi jabatan, peraturan perundang-undangan,
dan tata cara perpindahan antar Jabatan pelaksanaannya dapat tingkat nasional
Administrasi dan Jabatan atau antarkabupaten/kota dalam 1 (satu)
Fungsional diatur dengan Peraturan provinsi.
Pemerintah. Jabatan pimpinan tinggi utama dan
Promosi PNS ditentukan dilakukan madya tertentu dapat berasal dari
berdasarkan perbandingan objektif kalangan non-PNS dengan persetujuan
antara kompetensi, kualifikasi, dan Presiden yang pengisiannya dilakukan
persyaratan yang dibutuhkan oleh secara terbuka dan kompetitif serta
jabatan, penilaian atas prestasi kerja, ditetapkan dalam Keputusan Presiden.

37
Jabatan Pimpinan Tinggi dapat diisi dalam pembinaan Pegawai ASN dengan
oleh prajurit Tentara Nasional Indonesia persetujuan KASN. Instansi Pemerintah
dan anggota Kepolisian Negara yang telah menerapkan Sistem Merit
Republik Indonesia setelah dalam pembinaan Pegawai ASN yang
mengundurkan diri dari dinas aktif masuk pengecualian tersebut, wajib
apabila dibutuhkan dan sesuai dengan melaporkan secara berkala kepada
kompetensi yang ditetapkan melalui KASN untuk mendapatkan persetujuan
proses secara terbuka dan kompetitif. baru.
Jabatan Pimpinan Tinggi di lingkungan
Instansi Pemerintah tertentu dapat diisi Perspektif UU ASN No. 5 Tahun
oleh prajurit Tentara Nasional Indonesia 2014 Dalam Pola Karir PNS
dan anggota Kepolisian Negara
Republik Indonesia sesuai dengan Pengembangan pegawai meliputi dua
kompetensi berdasarkan ketentuan hal yaitu pengembangan kualitas
peraturan perundangundangan. pegawai dan pengembangan karier
Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi pegawai. Pengembangan kualitas SDM
dilakukan oleh Pejabat Pembina aparatur (PNS) berbasis kompetensi,
Kepegawaian dengan terlebih dahulu sangat diperlukan guna mewujudkan
membentuk panitia seleksi Instansi pemerintahan yang profesional.
Pemerintah. Dalam membentuk panitia Kompentensi menyangkut kewenangan
seleksi Pejabat Pembina Kepegawaian setiap individu untuk melakukan tugas
berkoordinasi dengan KASN. Panitia atau mengambil keputusan sesuai
seleksi Instansi Pemerintah dengan perannnya dalam organisasi
sebagaimana dimaksud pada terdiri dari yang relevan dengan keahlian,
unsur internal maupun eksternal pengetahuan dan kemampuan yang
Instansi Pemerintah yang bersangkutan. dimiliki. Disinilah kompetensi menjadi
Panitia seleksi dipilih dan diangkat oleh satu karakteristik yang mendasari
Pejabat Pembina Kepegawaian individu atau seseorang mencapai
berdasarkan pengetahuan, pengalaman, kinerja tinggi
kompetensi, rekam jejak, integritas dalam pekerjaannya. Karakteristik itu
moral, dan netralitas melalui proses muncul dalam bentuk
yang terbuka. Panitia pengetahuan (knowledge),
seleksi, melakukan seleksi dengan keterampilan (skill), dan perilaku
memperhatikan syarat kompetensi, (attitude) untuk menciptakan aparatur
kualifikasi, kepangkatan, pendidikan yang memiliki semangat pengabdian
dan latihan, rekam jejak jabatan, yang tinggi dalam melayani masyarakat
integritas, dan penilaian uji kompetensi yang selalu bertindak hemat, efisien,
melalui pusat penilaian (assesment rasional, transparan, dan akuntabel.
center) atau metode penilaian lainnya. Kompetensi yang dimiliki PNS secara
Panitia seleksi menjalankan tugasnya individual harus mampu mendukung
untuk semua proses seleksi pengisian pelaksanaan strategi organisasi dan
jabatan terbuka untuk masa tugas yang mampu mendukung setiap perubahan
ditetapkan oleh Pejabat Pembina yang dilakukan manajemen.
Kepegawaian. Ketentuan mengenai Manajemen kepegawaian belum
pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi berjalan secara sistematis, konsisten dan
dengan tahapan diatas dapat terarah. Inkonsistensi manajemen
dikecualikan pada Instansi Pemerintah kepegawaian diantaranya adalah:
yang telah menerapkan Sistem Merit

38
1) Pengadaan dan penempatan 7) Organisasi tidak mempersiapkan
CPNS/PNS belum mengacu pada pemimpin masa depan (no
kebutuhan dasar/pokok organisasi grooming system for future leader)
2) kenaikan pangkat belum Seiring dengan diberlakukannya
didasarkan pada struktur UU No.5/2014 Pengembangan karir
pangkat/golongan, kompetensi PNS meliputi pengembangan
dan prestasi kerja, kompetensi yg mencakup kompetensi
3) Pengangkatan dalam jabatan teknis, manajerial, sosial kultural,
struktural belum berbasis pada integritas dan moralitas. Dimana
kompetensi dan prestasi kerja, sebagai output dari pengembangan karir
4) Pengembangan pns masih sangat tersebut akan timbul keselarasan antara
terbatas, serta potensi PNS dengan kebutuhan
5) Disiplin kerja, penilaian kerja, penyelenggaraan tugas pemerintahan
peningkatan kesejahteraan serta dan pembangunan yang disusun dalam
program pensiun belum menjadi sebuah Pola Karier yang jelas. Dalam
fokus kajian dan pertimbangan kaitannya dengan hal ini, maka
pimpinan. pengembangan karir PNS diharapkan
Akibatnya iklim kerja kurang dikelola secar profesional. Setiap
kondusif karena pedoman dan Instansi Pemerintah menyusun pola
implementasi pola karier pns belum karier PNS secara khusus sesuai dengan
sepenuhnya bersinergi antara kebutuhan berdasarkan pola karier
kebutuhan/tujuan pns dengan institusi. nasional. Pola karier PNS meliputi :
kecenderungan pengembangan karier 1) Perencanaan
PNS pada saat ini justru lebih berada 2) Rekrutmen
pada pihak pimpinan atau organisasi. 3) Seleksi
Permasalahan umum pada pola karir 4) Penempatan
PNS saat ini adalah: 5) Promosi dan mutasi
1) Memiliki punya pekerjaan, tapi 6) Disiplin
tidak punya karir (have a job, not 7) Penilaian kinerja
have a career) 8) Diklat
2) Mengalami rotasi dan mutasi, tapi 9) Pensiun
tidak memiliki kejelasan jalur karir Pola karir PNS sesuai pola lama
(rotation and mutation without merujuk pada Peraturan Pemerintah
career path) Nomor 13 Tahun 2002 yang
3) Mengalami kenaikan pangkat dan sebelumnya merupakan keterkaitan
jabatan, tapi tidak berada dalam antara jabatan, pangkat, pendidikan dan
jenjang karir tertentu (promotion, pelatihan jabatan, dan kompetebsi serta
with no career ladder) masa jabatan disempurnakan menjadi
4) Tidak memiliki perencanaan karir Pengembangan karir PNS mengacu
(no career plan) pada UU No.5/2014 dengan “sistem
5) Organisasi tidak punya perencanaan merit” yaitu berdasarkan pada
suksesi (no succession plan) kualifikasi, kompetensi, dan kinerja
6) Organisasi mengelola rotasi, mutasi, secara adil dan wajar dengan tanpa
promosi secara reaktif, bukan membedakan latar belakang politik,
proaktif (no talent management ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis
system) kelamin, status pernikahan, umur,
ataupun kondisi kecacatan. Dalam

39
kebijakan dan manajemen ASN, sistem 4) Standar integritas dan perilaku
merit ini mempunyai ciri: untuk kepentingan publik,
1) Seleksi dan promosi secara adil 5) Melindungi pegawai dari
dan kompetitif, intervensi politik & tindakan
2) Menerapkan prinsip fairness, semena-mena.
3) Penggajian, reward and
punishment berbasis kinerja,

Gambar 1.
Perbandingan Pola karir PNS berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 2002 dengan UU ASN No.5/2014 adalah sebagai berikut:

Pola karir PNS berdasarkan Peraturan Pemerintah Pola karir PNS berdasarkan UU ASN No.5/2014
Nomor 13 Tahun 2002

Prinsip pola karir PNS adalah: 2) profesionalisme, yaitu pola karier


1) kepastian, yaitu pola karier harus harus dapat mendorong peningkatan
menggambarkan kepastian tentang kompetensi dan prestasi kerja PNS
arah alur karier yang dapat 3) transparan, yaitu pola karier harus
ditempuh oleh setiap PNS yang diketahui oleh setiap PNS dan
telah memenuhi syarat yang memberi kesempatan yang sama
ditentukan dalam peraturan kepada PNS yang telah memenuhi
perundang-undangan.

40
syarat yang ditentukan dalam proses pemindahan, promosi, mutasi
peraturan perundang- undangan. maupun demosi PNS dilakukan lebih
4) keadilan, yaitu bahwa ketentuan tertata dengan baik. Pola karir tidak lagi
dalam pola karier berlaku sama pada bergantung pada pergantian pimpinan
setiap PNS dan tidak bersifat instansi. Pola karir yang jelas di daerah
diskriminatif. juga akan menimbulkan dampak politik
lebih positif, dimana para pejabat akan
Bentuk Pola Karir PNS adalah: bersikap netral pada saat terjadi
1) Horizontal, yaitu perpindahan posisi pergantian kepala daerah.
PNS dari posisi yang satu ke posisi
lainyang sejajar dalam kelas dan PENUTUP
rumpun jabatan yang sama baik di Untuk memenuhi kebutuhan
dalam kelompok jabatan masyarakat akan pelayanan publik yang
administrasi, ataupun di dalam berkualitas yang kian hari kian
kelompok jabatan fungsional. kompleks serta menghadapi pada
2) Vertikal, yaitu perpindahan posisi persaingan global, maka dibutuhkan
PNS dari posisi yang satu ke posisi SDM aparatur (PNS) yang profesional.
lainyang lebih tinggi di dalam Sejalan dengan hal tersebut
kelompok jabatan administrasi pengembangan karir diharapkan akan
ataupun didalam kelompok jabatan memberikan memberikan kontribusi
fungsional. kinerja terhadap organisasi.
3) Diagonal, yaitu perpindahan posisi Pengembangan karir adalah program
PNS dari posisi di jabatan yang berkesinambungan maka dalam
administrasi ke posisi di jabatan pelaksanaannya diperlukan proses
fungsional ataupun sebaliknya. pembelajaran yang berkelanjutan
Tidak adanya pola karir yang jelas agar dapat mendukung keberhasilan
mengakibatkan rendahnya kinerja peningkatan kinerja organisasi.
birokrasi (PNS) mengakibatkan Sekalipun strategi pengembangan
rendahnya kualitas pelayanan publik, SDM aparatur (PNS) telah ada, dan
bahkan mengakibatkan pengguna jasa beberapa kebijakan pemerintah
harus membayar biaya yang mahal untuk pembinaan dan pengembangan
(high cost economy). Pengembangan karis PNS sudah dibuat, sebagai acuan
karier melalui pola karir yang baik dan dasar penerapan pengembangan
dapat mendorong pegawai untuk karir PNS, namun pada pada
bertumbuh dan berkembang sesuai kenyataannya aplikasi pada instansi
dengan kompetensi yang dimiliki secara belum sepenuhnya di diterapkan,
profesional. Dalam hal ini, pegawai dimana organisasi menjamin kepastian
akan termotivasi untuk berkinerja arah pengembangan karir pns mulai dari
dengan baik yang akan memberikan karir terendah sampai karir tertinggi
efek bagi peningkatan kinerja instansi. sesuai dengan kompetensi dan prestasi
Selain hal tersebut diatas, adanya kerja yang dimilikinya. Sebagai
pola karir yang jelas juga memberikan rekomendasi penulis membuat beberapa
keamanan karir bagi para pejabat rekomendasi kebijakan diantaranya
struktural di lingkungan pusat maupun adalah:
daerah. Pola karir dijadikan pedoman 1) Percepatan pengesahan Rancangan
atau acuan dalam pengangkatan ke Peraturan Pemerintah Manajemen
dalam jabatan mengacu pada standar PNS
kompetensi yang dimiliki, sehingga

41
2) Setiap Organisasi/Instasi menyusun Proses. Jakarta: Binarupa
pola karir yang jelas dan terukur Aksara.
dengan memperhatikan aspek-aspek Handoko. 2000. Manajemen Personalia
berikut: dan Sumber Daya Manusia.
a) Analisis & Pemetaan Jabatan Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
b) Kebijakan Minus Growth Hani T., Handoko dan
(Penerimaan < Jumlah) Reksohadiprodjo. 2001.
c) PNS Pensiun setiap tahun Manajemen Sumber Daya
d) Kebijakan Pembatasan dan/atau Manusia dan Perusahaan.
Pengurangan Belanja Pegawai Yogyakarta: BPFE.
e) Monitoring dan Evaluasi serta Irianto, Jusuf. 2001. Manajemen
Redistribusi/ Realokasi PNS Sumber Daya Manusia. Jakarta:
3) Penyusunan Kebijakan Promosi Insan Cendekia.
PNS dengan assessment center, Khotimah, Khusnul, Purwoko, dan
diklat penjenjangan dan/atau Setiyono, Budi. 2013. Evaluasi
fungsional. Pola Rekrutmen Pegawai Negeri
4) Penyusunan Kebijakan Pengisian Kabupaten Kudus 2010. Jurnal
Lowongan Secara terbuka antar Ilmu Pemerintahan Fisip Undip
instansi No. 2 Vol. 3. Hal. 376-385.
5) Penetapan Standar Kompetensi Rancangan Peraturan Pemerintah
6) Peningkatan Kemampuan PNS tentang Manajemen Pegawai
Berbasis Kompetensi Negeri Sipil,
7) Penyusunan Kebijakan Pengukuran http://peraturan.go.id/rpp-
Kinerja Individu tentang-manajemen-pegawai-
8) Penguatan Jabatan Fungsional negeri-sipil.html.
(Penambahan jumlah, pola karir, Simamora, Henry . 2001. Manajemen
peningkatan kemampuan, Sumber Daya Manusia.
penambahan tunjangan) Yogyakarta: STIE YKPN.
Soetjipto, Budi W., dkk., 2002.
Paradigma Baru Manajemen
DAFTAR PUSTAKA Sumber Daya Manusia
Yogyakarta: Amara Books.
Gibson, Ivansevich, dan Donelly. 1995. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
Organisasi: Perilaku, Struktur, tentang Aparatur Sipil Negara.

42
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN
PADA RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KOTA BANDUNG

Heni Rohaeni, Irna Rahayu


Akademi Sekretari dan Manajemen BSI Bandung
Jln Sekolah Internasional No 1-6 Bandung
Heni.hri@bsi.ac.id; Irnarahayu02@gmail.com

Abstrak : Rumah sakit sebagai penyedia jasa kesehatan sudah harus mengetahui bagaimana
kualitas pelayanan yang mereka berikan dapat memberikan kepuasan kepada pasien. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien pada
Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kota Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien RSKGM Kota Bandung dengan jumlah sampel sebanyak 99 orang. Pengumpulan data
dilakukan dengan penyebaran kuesioner dengan teknik non-probability sampling. Teknik
analisis data yang digunakan adalah uji koefisien korelasi, uji koefisien determinasi dan uji
regresi linier untuk mengetahui hubungan dan pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan
pasien pada Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kota Bandung. Hasil analisis uji koefisien
korelasi menunjukkan bahwa variabel kualitas pelayanan mempunyai nilai r sebesar 0,785
berada di range 0,60-0,79 atau dalam kategori tingkat hubungan yang kuat terhadap kepuasan
pasien. Selanjutnya hasil dari uji koefisien determinasi atau besarnya Adjusted R Square adalah
0,616. Hal ini berarti bahwa 61,62% kepuasan konsumen dapat dijelaskan oleh variabel kualitas
pelayanan sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian
ini.
Kata Kunci: Kualitas Pelayanan, Kepuasan Pasien

Abstract : The hospitals as a health service provider should already know how the quality of
they service can be provide satisfaction to the patient. This study is aims to analyze the effect of
service quality on patient satisfaction at Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kota Bandung.
Population in this study is patient of RSKGM Kota Bandung with total sample 99 respondent.
Data collection was done by distributing questionnaires with non-probability sampling
technique. Data analysis technique is used coefficient correlation test, coefficient determination
test and linear regression test to know how far the relationship and effect of service quality to
patient satisfaction at RSKGM Kota Bandung. The result of analysis correlation test indicate
that service quality variable have value r equal to 0,785 is in range 0,60-0,79 or in category
strong relation. The result of determination test or Adjusted R Square is 0,616. This means that
61,62% of consumer satisfaction can be explained by service quality variables, while the rest is
explained by other variables which not examined in this study.

Keywords: Service quality, patient satisfaction

43
PENDAHULUAN

Dewasa ini, masyarakat semakin diberikan kepada pasien, maka akan


menyadari akan pentingnya kesehatan. mendorong pasien untuk menjalin
Seperti yang tercantum dalam Undang- kerjasama dalam jangka waktu panjang.
Undang Republik Indonesia nomor 39 Peningkatan kualitas pelayanan
Tahun 2009 tentang kesehatan yang sudah di jalankan oleh Rumah Sakit
menjelaskan bahwa kesehatan Khusus Gigi dan Mulut Kota Bandung
merupakan hak asasi manusia dan salah dalam menjalankan usaha penyedia jasa
satu unsur kesejahteraan yang harus kesehatan khusus gigi dan mulut.
diwujudkan sesuai dengan cita-cita Rumah sakit khusus berdasarkan
bangsa Indonesia. Disamping itu, Peraturan Menteri Kesehatan Republik
masyarakat membutuhkan pelayanan Indonesia nomor
kesehatan yang berorientasi pada 340/MenKes/Per/III/2010 adalah rumah
kepuasan masyarakat. Artinya pelayanan sakit yang memberikan pelayanan utama
yang senantiasa selalu berupaya untuk pada satu bidang atau satu jenis penyakit
memberikan pelayanan dengan kualitas tertentu, berdasarkan disiplin ilmu,
yang terbaik kepada masyarakat. golongan umur, organ atau jenis
Kualitas merupakan suatu kondisi penyakit.
dinamis yang berpengaruh dengan Dalam Peraturan Menteri Kesehatan
produk, jasa, manusia, proses dan Republik Indonesia nomor
lingkungan yang memenuhi atau 340/MenKes/Per/III/2010 disebutkan
melebihi harapan (Tjiptono, 2012). jenis-jenis rumah sakit khusus, termasuk
Sehingga, kualitas pelayanan dapat diantaranya Rumah Sakit gigi dan
diartikan sebagai upaya pemenuhan Mulut. Rumah Sakit Khusus Gigi dan
kebutuhan dan keinginan pasien. Hal ini Mulut Kota Bandung selalu berusaha
menuntut penyedia jasa pelayanan memberikan pelayanan terbaik seperti
kesehatan seperti rumah sakit untuk yang tercantum dalam visi nya yaitu
meningkatkan kualitas pelayanannya. “Menjadi rumah sakit unggulan di
Rumah sakit sudah harus mengetahui bidang pelayanan kesehatan gigi dan
bagaimana kualitas pelayanan yang mulut yang bermutu, terjangkau,
mereka berikan dapat diterima dan informatif dan memuaskan masyarakat”.
memberikan kepuasan kepada pasien. Rumah Sakit Khusus Gigi dan
Kepuasan pelanggan akan tercapai Mulut merupakan satu-satunya rumah
bila kualitas pelayanan yang dirasakan sakit khusus yang berada dibawah
oleh pelanggan sama dengan jasa yang naungan Pemerintah Kota Bandung
diharapkan, dalam arti kesenjangan yang yang dalam tiga tahun terakhir
terjadi adalah kecil atau masih dalam mengalami peningkatan yang cukup
batas toleransi (Daryanto, 2014). Dalam baik. Hal ini dapat dilihat dari
hal tersebut, jika konsumen sudah meningkatnya jumlah pasien yang
merasa puas dengan suatu produk atau datang, baik pasien yang menggunakan
jasa, Konsumen tersebut akan memilih fasilitas JKN (Jaminan Kesehatan
produk atau jasa yang telah memberinya Nasional) maupun pasien umum.
kepuasan, sehingga akan terjadi Adapun data jumlah pasien RSKGM
pembelian yang berulang-ulang terhadap pada tahun 2014, tahun 2015 dan tahun
produk tersebut (Widjaja, 2016:1). 2016 dapat dilihat dalam tabel berikut.
Maka, semakin baik kualitas yang
Tabel 1.
Data Jumlah Pasien RSKGM Kota Bandung

Tahun Pasien JKN Pasien UMUM Total Pasien


2014 13.066 35.689 48.755
2015 24.851 37.604 62.455
2016 21.541 48.634 70.175
Sumber: RSKGM Kota Bandung

Dari data jumlah pasien Rumah Sakit tersebut menunjukan perubahan


Khusus Gigi dan Mulut tersebut terlihat peningkatan jumlah pasien
jumlah pasien yang meningkat. Hal
, baik pasien yang menggunakan fisik (tangibles). Kelima dimensi
fasilitas JKN maupun pasien umum di kualitas pelayanan menurut Pasurahman
Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut dalam Tjiptono (2012:273).
Kota Bandung.
Berdasarkan latar belakang yang Unsur Unsur Pelayanan
telah diuraikan, maka dapat dirumuskan Adapun bentuk pelayanan yang akan
masalah sebagai berikut : diberikan kepada masyarakat atau
1. Bagaimana kualitas pelayanan pada pelanggan tentunya sudah ada ketetapan
Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut tata laksana serta prosedurnya sehingga
Kota Bandung? pelayanan tersebut dapat diterima oleh
2. Bagaimana kepuasan pasien pada penerima pelayanan.
Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Menurut Daryanto dan Setyobudi
Kota Bandung? (2014) unsur-unsur kualitas pelayanan
3. Seberapa besar pengaruh kualitas antara lain sebagai berikut: Penampilan,
pelayanan terhadap kepuasan pasien tepat waktu dan janji, kesediaan
pada Rumah Sakit Khusus Gigi dan melayani, pengetahuan dan keahlian,
Mulut Kota Bandung? kesopanan dan ramah tamah, kejujuran
dan kepercayaan, kepastian hukum,
keterbukaan, efisien, biaya, tidak rasial,
KAJIAN LITERATUR dan kesederhanaan.
Pelayanan yang terbaik bukan hanya
Kualitas Pelayanan dihasilkan oleh produk atau jasa yang
Menurut Tjiptono (2012:4) berkualitas saja, karyawan atau pegawai
pelayanan (service) bisa dipandang yang bertugas untuk memberikan
sebagai sebuah sistem yang terdiri atas pelayanan juga merupakan salah satu
dua komponen utama, yakni service faktor penting dalam menciptakan
operations yang kerap kali tidak tampak kepuasan pelanggan. Kinerja suatu
atau tidak diketahui keberadaannya oleh organisasi sangat ditentukan oleh kulitas
pelanggan (back office atau backstage) sumber daya manusia atau pegawai yang
dan service delivery yang biasanya berada di dalammya. Apabila sumber
tampak (visible) atau diketahui daya manusianya memiliki motivasi
pelanggan (sering disebut pula front tinngi, kreativitas dan mampu
office atau frontstage). Selanjutnya mengembangkan inovasi, maka
menurut Supranto dalam Sasmita et al kinerjanya akan semakin baik (Rohaeni,
(2015:B-1) menyatakan bahwa kualitas 2016:42).
adalah sebuah kata yang bagi penyedia
jasa merupakan sesuatu yang harus Kepuasan Pelanggan
dilakukan dengan baik.
Kualitas pelayanan terdiri dari Menurut Tse dan Wilton dalam
dimensi Reliabilitas (reliability), Daya Tjiprono (2012:157) kepuasan
tanggap (responsiveness), Jaminan pelanggan adalah respon pelanggan
(assurance), Empati (empathy), Bukti terhadap evaluasi persepsi atas
perbedaan antara harapan awal sebelum keistimewaan suatu barang atau jasa,
pembelian (atau standar kinerja lainnya) memberikan kenyamanan yang terkait
dan kinerja aktual produk sebagaimana dengan pemenuhan suatu kebutuhan,
setelah memakai atau mengkonsumsi termasuk pemenuhan kebutuhan
produk bersangkutan. dibawah harapan atau pemenuhan
Menurut Barnes dalam Priyanto kebutuhan melebihi harapan pelanggan.
(2016:31) memaparkan bahwa kepuasan Menurut Tjiptono dan Chandra
adalah tanggapan pelanggan atas (2012:57) secara garis besar, kepuasan
terpenuhinya kebutuhan. Hal itu berarti pelanggan memberikan dua manfaat
penilaian bahwa suatu bentuk dari utama bagi
Perusahaan, yaitu berupa loyalitas Menurut Sudjana dalam Taniredja
pelanggan dan penyebaran (advertising) (2012:43) mengemukakan bahwa
dari mulut ke mulut atau yang biasa reliabilitas alat penilaian adalah
disebut dengan istilah gethok tular ketepatan atau keajekan alat tersebut
positif. dalam menilai apa yang dinilainya.
Artinya kapanpun alat penilaian tersebut
METODE PENELITIAN akan digunakan akan memberikan hasil
yang relatif sama.
Dalam penelitian ini metode yang Untuk mengetahui apakah suatu
digunakan adalah metode deskriptif variabel reliabel atau tidak digunakan uji
kuantitatif yang mana hasil data tersebut Alpha Cronbach. Semakin nilai
diperoleh dari angket yang disebarkan alphanya mendekati nilai satu, maka
oleh penulis kepada responden dengan nilai reliabilitas datanya semakin
teknik observasi dan penyebaran terpercaya. Nilai Cronbach alpha pada
kuesioner. Populasi dalam penelitian ini penelitian ini akan digunakan nilai 0,6
adalah pasien pada Rumah Sakit Khusus dengan asumsi bahwa daftar pertanyaan
Gigi dan Mulut Kota Bandung pada uang diuji akan dikatakan reliabel bila
bulan Mei 2017 yaitu sebanyak 6.884 nilai Cronbach Alpha > 0,6. Syarat suatu
pasien. alat ukur menunjukan kehandalan yang
Untuk menentukan jumlah sampel semakin tinggi apabila koefisien
yang diambil, peneliti menggunakan reliabilitas (α) yang mendekati angka
rumus slovin dengan menggunakan satu. Apabila koefisien aplha (α) lebih
teknik pengambilan sampel non- besar dari 0,6 maka alat ukur dianggap
probability sampling.Setelah melakukan handal.Selanjutnya, sesuai dengan
pengumpulan data, instrumen harus diuji metode penelitian yang digunakan maka
terlebih dahulu dengan menggunakan uji analisa dalam penelitian ini
validitas dan uji reliabilitas. menggunakan uji koefisien korelasi, uji
Menurut Arikunto dalam Taniredja koefisien determinasi dan uji persamaan
(2012:42) uji validitas adalah suatu uji regresi.
yang digunakan untuk mengukur sah
atau valid tidaknya suatu kuesioner. Uji PEMBAHASAN
validitas mengukur apakah pertanyaan
dalam kuesioner yang sudah dibuat Analisis Kualitas Pelayanan
betul-betul dapat mengukur apa yang
hendak diukur. Masing-masing dapat Dalam penelitian ini, penulis ingin
dikatakan valid apabila r hitung > r mengetahui tanggapan responden
tabel. Kriteria uji validitas adalah: menganai Kualitas Pelayanan pada
a. Apabila r hitung > r tabel (pada taraf RSKGM Kota Bandung. Pada variable
signifikan 5%), maka dapat dikatakan kualitas pelayanan, penilaian dilakukan
item kuesioner tersebut adalah valid. dengan 5 indikator, diantaranya adalah
b. Apabila r hitung < r tabel (pada taraf bukti fisik (tangible), empati (empathy),
signifikan 5%), maka dapat dikatakan keandalan (reliability), daya tanggap
item kuesioner tersebut tidak valid. (responsiveness), dan jaminan
(assurance). Berikut adalah deskripsi mengenai variable kualitas pelayanan.

Tabel 2
Persentase Penilaian Variabel Kualitas
Skor Penilaian
No SS S KS TS STS Jumlah Persentase
(5) (4) (3) (2) (1)
1 220 220 - - - 440 88,88%
2 185 248 - - - 433 87,47%
3 160 264 3 - - 427 76,25%
4 - 212 105 20 1 338 60,35%
5 15 312 48 4 - 379 67,67%
6 10 120 144 36 1 311 55,53%
7 180 248 3 - - 431 73,75%
8 5 188 108 28 1 330 58,92%
9 124 280 12 - - 417 74,46%
10 20 320 45 - - 385 68,75%
11 15 312 48 4 - 379 67,67%
12 130 272 15 - - 417 74,46%
13 5 132 138 36 1 312 55,72%
14 85 220 54 18 - 377 67,32%
5376

Persentase Tanggapan Kualitas Pelayaan


5376
X 100% = 77,57%
99 x 5 x 14

Sumber : data diolah peneliti, 2017

Berdasarkan tabel diatas, jumlah Analisis Kepuasan Pasien


skor penilaian kualitas pelayanan adalah Dalam penelitian ini, penulis ingin
sebesar 5376. Hasil tersebut diperoleh mengetahui tanggapan responden
dari rekapitulasi setiap jawaban yang menganai kepuasan pasien pada
dikalikandengan bobot nilai skala likert. RSKGM Kota Bandung. Kepuasan
Sehingga dapat diketahui bahwa merupakan perasaan senang atau kecewa
persentasi kualitas pelayanan sebesar seseorang yang muncul setelah
77,57% yang artinya kualitas pelayanan membandingkan jasa yang diterima
pada RSKGM Kota Bandung dengan pelayanan yang di harapkan.
dikategorikan baik karena hasil Pada variable kepuasan pasien, penilaian
presentase mendekati angka 100%. Hasil dilakukan dengan 4 indikator,
tersebut diperoleh dari jumlah skor diantaranya adalah tanggapan mengenai
penilaian dibagi dengan jumlah kualitas pelayanan, tanggapan mengenai
responden (99), nilai bobot tertinggi sikap, tanggapan mengenai mutu kerja,
pada skala likert yaitu (5), jumlah item dan tanggapan mengenai ketepatan
pertanyaan pada variabel kualitas waktu. Adapun deskripsi tanggapan
pelayanan (14) dikalikan dengan 100%. responden mengenai kepuasan dapat
dilihat sebagai berikut.
Tabel 3
Persentase Penilaian Variabel Kepuasan Pasien
Skor Penilaian
No SS S KS TS STS Jumlah Persentase
(5) (4) (3) (2) (1)
1 165 264 - - - 429 86,66%
2 160 264 3 - - 427 86,26%
3 180 252 - - - 432 87,27%
4 40 316 36 - - 392 79,19%
5 35 308 45 - - 388 78,38%
6 55 316 27 - - 398 80,40%
7 180 525 - - - 432 87,27%
8 - 140 171 14 - 325 65,65%
3223

Persentase Tanggapan Kepuasan Pelanggan


3223
X 100% = 81,38%
99 x 5 x 8

Sumber : data diolah Peneliti, 2017

Berdasarkan tabel diatas, jumlah Uji Validitas


skor penilaian kualitas pelayanan adalah Uji validitas digunakan untuk
sebesar 3223. Hasil tersebut diperoleh mengukur ketepatan suatu item dalam
dari rekapitulasi setiap jawaban yang kuesioner, untuk mengetahui apakah
dikalikan dengan bobot nilai skala likert. kuesioner tersebut sudah tepat dalam
Sehingga dapat diketahui bahwa mengukur apa yang ingin diukur.
persentasi kepuasan pasien sebesar Berdasarkan penelitian ini, diketahui n
81,38% yang artinya sebanyak 81,38% adalah 99 sampel dan k adalah 1
pasien merasa puas dengan pelayanan (kualitas pelayanan dan kepuasan
yang diberikan pada RSKGM Kota pasien) sehingga besarnya df adalah 99-
Bandung. Hal tersebut dikategorikan 1-1 = 97 dengan alpha 0,05 (α = 5%)
baik karena hasil presentase mendekati didapat nilai r tabel 0,1975. Apabila r
angka 100%. Hasil tersebut hitung dan nilai r positif, maka butir
diperolehdari jumlah skor penilaian pertanyaan tersebut dikatakan valid, dan
dibagi dengan jumlah responden (99), sebaliknya apabila r hitung lebih kecil
nilai bobot tertinggi pada skala likert dari r tabel maka, butir pertanyaan itu
yaitu (5), jumlah item pertanyaan pada tidak valid. Hasil analisis validitas dapat
variabel kepuasan pelanggan (8) dilihat pada tabel berikut ini.
dikalikan dengan 100%.
Tabel 4
Hasil Uji Validitas Instrumen
Corrected
Item
Butir
Variabel Total r tabel Keterangan
pertanyaan
Correlation
(r hitung)
1 0,538 0,197 Valid
2 0,533 0,197 Valid
3 0,547 0,197 Valid
4 0,650 0,197 Valid
5 0,631 0,197 Valid
6 0,514 0,197 Valid
Kualitas
7 0,492 0,197 Valid
Pelayanan
8 0,615 0,197 Valid
(X)
9 0,647 0,197 Valid
10 0,592 0,197 Valid
11 0,675 0,197 Valid
12 0,631 0,197 Valid
13 0,526 0,197 Valid
14 0,534 0,197 Valid
1 0,597 0,197 Valid
2 0,705 0,197 Valid
3 0,696 0,197 Valid
Kepuasan
4 0,516 0,197 Valid
Pasien
5 0,444 0,197 Valid
(Y)
6 0,375 0,197 Valid
7 0,623 0,197 Valid
8 0,432 0,197 Valid
Sumber : data diolah peneliti, 2017

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa Uji Reliabilitas


nilai r hitung pada kolom corrected item Mengukur reliabilitas dengan
total corellation masing-masing item menggunakan uji statistik adalah dengan
memiliki nilai r hitung yang lebih besar mencari cronbach alfa (α). Sesuatu
dan positif dibandingkan dengan r tabel. dikatakan reliabel apabila memiliki
Maka dapat disimpulkan bahwa semua cronbach alfa lebih dari 0,06 (>0,06).
indikator dari kedua variabel, kualitas Hasil analisis reliabilitas dapat dilihat
pelayanan dan kepuasan pasien adalah pada tabel berikut.
valid.

Tabel 5
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Reliability
Variabel Alpha Keterangan
Coefficients
X 14 item 0,886 Reliabel
Y 8 item 0,823 Reliabel
Sumber : data diolah peneliti, 2017

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui Uji Koefisien Korelasi


bahwa masing-masing variabel dalam Untuk mengetahui koefisien
penelitian ini memiliki cronbach alfa korelasi (r) atau yang menunjukan
lebih dari 0,60 (α > 0,60). Sehingga adanya hubungan antara variabel X
dapat disimpulkan bahwa variabel X dan (kualitas pelayanan) terhadap variabel Y
Y adalah reliabel. (kepuasan pasien), maka dapat
dilakukan perhitungan dari data hasil
kuesioner menggunakan rumus sebagai
berikut:
n∑ XY – (∑ X)( ∑ Y)
=
√n∑X2 – (∑X)2 x(n∑Y2 – (∑Y)2

99.176098 – 5376.3223
r= √(99.294772 – (5376)2)x
(99.105593 – (3223)2)

17433702 – 17326848
r= √(29182428 – 28901376) x
(10453707 – 10387729)

106854
r=
√281052 x 65978

106854
r=
√18543248856

106854
r=
136173,6

= 0,785

Nilai r yang diperoleh dari hasil Uji Koefisien Determinasi


perhitungan koefisien korelasi adalah
sebesar 0,785. Berdasarkan tingkat Untuk menentukan nilai korfisien
korelasi dan kekuatan hubungan, nilai r determinasi (r) yang berfungsi untuk
sebesar 0,785 berada di range 0,60-0,79 mengetahui kontribusi yang diberikan
atau dalam kategori tingkat hubungan oleh variabel kualitas pelayanan pada
yang kuat. Hal ini menunjukan bahwa variabel kepuasan pasien, maka
kualitas pelayanan memiliki hubungan perhitungan sebagai berikut.
yang kuat dengan kepuasan pasien pada
RSKGM Kota Bandung.
KD = r2 x 100%
KD = (0,785)2 x 100%
KD = 61,62%
Berdasarkan hasil perhitungan koefisien 3223 – 2042,88
a=
determinasi, maka diperoleh nilai r2 sebesar 99
61,62%. Apabila nilai r2 semakin
memdekati 100% berarti semua variabel 1180,12
a=
independen memberikan hampir semua 99
informasi yang diperlukan untuk
memprediksi variabel dependennya, dengan a = 11,910
demikian bahwa kualitas pelayanan pada Berdasarkan perhitungan untuk mencari
RSKGM Kota Bandung memberikan konstanta a dan b tersebut, diperoleh nilai
kontribusi terhadap kepuasan pasien konstanta a sebesar 11,910 dan nilai
sebesar 61,62% sedangkan sisanya sebesar konstanta b sebesar 0,380. Sehingga didapat
38,39% kepuasan pasien dipengaruhi oleh persamaan regresi sebagai berikut.
faktor lain yang tidak diteliti dalam Y = a+b.X
penelitian ini. Y = 11,910 + 0,380.X

Uji Persamaan Regresi Berdasarkan hasil perhitungan tersebut


Untuk mengetahui besaran nilai dapat diketahui bahwa nilai konstanta a
variabel kepuasan pasien yang dipengaruhi adalah 11,910 bernilai poositif yang artinya
oleh kualitas pelayanan dapat dihitung apabila variabel kualitas pelayanan sama
dengan persamaan regresi menggunakan dengan nol, maka kepuasan pasien pada
rumus sebagai berikut. RSKGM Kota Bandung (Y) sebesar
11,910. Jika nilai kualitas pelayanan
meningkat, maka nilai kepuasan pasien
akan semakin tinggi. Sebaliknya jika nilai
n.∑XY - ∑X.∑Y kualitas pelayanan rendah, maka kepuasan
b=
n.∑x2 – (∑X)2 pasien juga akan menurun. Hal ini
menunjukan bahwa persamaan regresi yang
99.176098 – 5376.3223 didapat adalah searah atau bersifat
b=
99.294772 – (5376)2 berbanding lurus.

17433702 – 17326848 PENUTUP


b=
29182428 – 28901376
Berdasarkan hasil penelitian yang
106854 dilakukan oleh penulis pada Rumah Sakit
b= Khusus Gigi dan Mulut Kota Bandung pada
281052
periode bulan Maret 2017 mengenai
b = 0,380 pengaruh kualitas pelayanan terhadap
kepuasan pasien pada Rumah Sakit Khusus
Dari hasil perhitungan tersebut dapat Gigi dan Mulut Kota Bandung, maka dapat
diketahui bahwa nilai konstanta b adalah disimpulkan sebagai berikut.
0,380. Setelah mengetahui nilai konstanta 1. Hasil persentase penilaian variabel
b, maka selanjutnya dapat dicari nilai kualitas pelayanan pada RSKGM Kota
konstanta a menggunakan rumus sebagai Bandung adalah sebesar 77,57%. Hasil
berikut. tersebut didapat dari kuesioner yang
∑Y – b.∑X mayoritas responden memilih jawaban
a= setuju dalam setiap item pernyataan.
N
Dengan demikian kualitas pelayanan
3223 – 0,380.5376 pada RSKGM Kota Bandung berada
a= dalam kategori baik.
99

51
2. Hasil presentasi penilaian variabel akan terlalu lama menunggu untuk
kepuasan pasien pada RSKGM Kota mendapat perawatan dari dokter.
Bandung adalah sebesar 81,38%. Hasil
tersebut didapat dari kuesioner yang
mayoritas responden memilih jawaban DAFTAR PUSTAKA
setuju dalam setiap item pernyataan.
Dengan demikian kepuasan pasien pada Daryanto dan Ismanto Setyobudi. 2014.
RSKGM Kota Bandung berada dalam Konsumen dan Pelayanan Prima.
kategori baik. Yogyakarta: Gava Media.
3. Kualitas pelayanan secara signifikan Taniredja, Tukiran dan Hidayati
berpengaruh terhadap keluasan pasien Mustafidah. 2012. Penelitian
RSKGM Kota Bandung. Hal ini Kuantitatif. Bandung: CV. Alfabeta.
ditunjukan dengan nilai koefisien Tjiptono, Fandy. 2012. Service
determinasi (r2) sebesar 61,62% yang Management (mewujudkan
berarti kualitas pelayanan memberi pelayanan prima). Yogyakarta: CV
kontribusi pada kepuasan pasien sebesar Andi.
61,62%, sedangkan sisanya sebesar Tjiptono, Fandy. 2014. Pemasaran Jasa-
38,39% kepuasan pasien dipengaruhi Prinsip, Penerapan dan Penelitian.
oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam Yogyakarta: CV. Andi.
penelitian ini. Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra.
Berdasarkan pembahasan yang 2016. Service quality & satisfaction.
telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat Yogyakarta: CV Andi.
dikemukakan beberapa saran yang
berhubungan dengan kualitas pelayanan Priyanto, Rahmat. 2016. Pengaruh Kualitas
pada RSKGM Kota Bandung dan Pelayanan Terhadap Kepuasan dan
pengaruhnya terhadap kepuasan pasien Loyalitas Pengunjung Saung
dengan harapan saran ini dapat bermanfaat Angklung Udjo. Bandung: Jurnal
bagi RSKGM Kota Bandung. Pariwisata. Vol. III No. 1. Hal. 29-
40.
1. Kualitas pelayanan pada RSKGM Kota
Bandung sudah berjalan dengan baik. Rohaeni, Heni. 2016. Pengaruh
Namun, dalam indikator kehandalan Pemberdayaan Sumber Daya
masih harus ada yang diperbaiki, hal Manusia dan Kompensasi Terhadap
tersebut terkait dengan keakuratan, Kinerja Pegawai Bagian Humas
ketepatan dan kecepatan dalam melayani Kanwil Kementrian Agama Provinsi
pasien. DKI Jakarta. Bandung: Jurnal
2. Kepuasan pasien pada RSKGM Kota Ekonomi dan Bisnis Islam. Vol. I
Bandung sudah berjalan sesuai dengan No. I. Hal. 40-52.
harapan pasien. Namun, dalam
tanggapan mengenai ketepatan waktu Sasmita, Annisa Wirda., Teni Agustina dan
masih ada pasien yang merasa kurang Idah Yuniasih. 2015. Pengaruh
puas. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor Kualitas Pelayanan Terhadap
lama nya antrian pendaftaran, lamanya Kepuasan Pelanggan PT Rotaryana
antrian masuk ke ruangan dan lain-lain. Engineering. Jakarta: Jurnal
3. Peningkatan kualitas pelayanan yang SIMNASIPTEK. Hal. B-1 s.d. B-5.
bisa memberikan kepuasan pasien pada
RSKGM Kota Bandung adalah dengan Undang-undang Republik Indonesia nomor
membuka loket pendaftaran dan klinik 39 tahun 2009 tentang kesehatan.
lebih pagi, dengan begitu pasien tidak Sekretariat Negara. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Rumah Sakit. Sekretariat Negara.
Indonesia nomor 56 Tahun 2014 Jakarta.
tentang Klasifikasi dan Perizinan

You might also like