You are on page 1of 19

TINJAUAN KASUS

Pada tinjauan kasus ini, penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien Ny. W dengan Asma
Bronkhial yang dirawat di Ruang Perawatan Paru Rumah Sakit Umum daerah Cut Mutia
Kabupaten Aceh Utara. Dalam tinjauan kasus ini, penulis akan menguraikan tentang Asuhan
Keperawatan yang dilakukan terhadap klien Ny. W dengan asma bronkhial selama tiga hari
mulai dari tanggal 31 Mei sampai dengan 02 Juni 2012 melalui pendekatan proses keperawatan.

A. Pengkajian

1. Biodata

Nama Ny. W, umur : 43 tahun, suku Aceh, alamat jambo Mesjid, pekerjaan IRT, jenis kelamin
Permpuan, bahasa utama Aceh, sumber data klien jam pencatatan 09.30 wib, nomor reg 21 47
24.

Keluarga yang bertanggung jawab Tn. Z hubungan dengan klien suami.

2. Data Riwayat masuk

Tanggal masuk 29 Mei 2012, tiba di RS dibawa dengan mobil sewa, jam 13:30 wib, ruang
perawatan paru, tipe rujukan datang sendiri. BB: 53, TB: 147, tekanan darah 110/80mmHg, temp
37oC, pols 90x/m, RR 32x/m.

Keluhan masuk : Sesak nafas, batuk-batuk, kepala terasa pusing, badan lemah.

Riwayat Keluhan : klien mengatakan serangan awal batuk disertai sesak, kepala terasa pusing,
badan lemah. Lamanya sejak 6 bulan yang lalu klien hanya tau bahwa dia menderita sesak. Sejak
3 minggu yang lalu klien menyatakan sesak lebih sering timbul, klien belum pernah dirawat di
rumah sakit,sebelumnya, hanya berobat dipuskesmas.

3. Alergi dan reaksi

Klien mengatakan tidak alergi bila mengkonsumsi obat-obatan dan makanan tertentu. Tetapi
klien tidak tahan dengan debu, bunga dan udara dingin karena klien mengatakan dirinya akan
mengalami sesak.

4. Obat/Pengobatan

Klien mengatakan pernah berobat ke puskesmas pada bulan Maret 2012. Klien mengatakan tidak
ingat lagi nama obat-obatan yang pernah diminum dan cara mendapatkan obat tersebut melalui
resep.

5. Riwayat penyakit
Klien mengatakan sebelumnya pernah mengalami sesak 6 bulan yang lalu. Namun sejak 3 bulan
yang lalu sesak lebih sering muncul. Klien mengatakan tidak pernah mengalami
tindakan/prosedur pembedahan.

6. Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan tidak pernah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti klien.

7. Alat Perlengkapan/Bantuan yang Digunakan Special

Klien menggunakan cateter epidural.

8. Riwayat psikososial

Stres yang baru dialami klien mengatakan sedikit stres memikirkan penyakit yang dirasakan
sekarang. Klien menerima dengan sabar, mekanisme koping pasrah kepada Allah, support
system suami, dan anak-anaknya, menenangkan diri/rileks, cemas, tidak mengkonsumsi alkohol,
tidak menggunakan napza, agama islam.

9. Neurologis

Orientasi selama dirawat di rumah sakit masih mengenal orang-orang disekitarnya baik
keluarganya, perawat yang merawatnya dan orang-orang yang datang membesuknya dan pasien
mengetahui tempat ia sedang dirawat, penggantian siang dan malam, dan pasien kelihatan tenang
dan resah, kesadaran compos mentis, pupil isokor, ada reaksi, Berbicara jelas, sensori normal,
persepsi penglihatan masih dapat melihat dengan jelas mata kiri maupun mata kanan serta klien
dapat mendengar jelas telinga kiri maupun telingan kanan, extermitas sedikit terbatas karena
terpasang infus pada tangan kanan dan terpasang oksigen..

10. Respirasi

Pola pernapasan cepat dan pendek (dispnea) dengan frekuensi 32x/menit, dari suara pernafasan
didapatkan wheezing, taktil fremitus meningkat. Sesekali batuk produktif dengan sekresi
berwarna putih dan kental, oksigen terpasang 1-2liter/menit

11. Kardiovaskuler.

Polsus apical rate regular (teratur) dengan nadi kiri 90x/menit, auskultasi jantung tidak ada
oedema, perfusi kulit hangat, warna kebiruan pada bibir.

12. Gastrointestinal

Mukosa mulut normal, suara peristaltik usus normal (5-7 x/menit), kemampuan menelan baik
atau normal, klien sebelum dirawat di rumah sakit buang air besar 1xsehari dengan karaktersitik
lunak dan BAB lancar, tidak disertai dengan nyeri perut atau dengan hal-hal lain. BAB terakhir
tanggal 31 Mei 2012, jam 06.30 Wib, konstipasi tidak ada.
13. Genitourianrius

Pasien BAK 5x sehari dan tidak ada keluhan.

14. Self care

Selama pasien dirawat di rumah sakit semua kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan
keluarga.

15. Nutrisi

Penampilan umum sedang, berat badan 53 kg, TB : 147 cm, nafsu makan baik, diet MB, pola
makan 3xhari, makan sendiri.

16. Pengkajian kulit

Warna normal, penampilan secara umum : kelebabam kulit kering, temperature hangat, (suhu
370C) tektur kulit halus. Pengkajian bahaya tekanan “resiko dekubitus”. Status mental sadar
siaga (1), continence (BAB/BAK) kontrol sepenuhnya (1), mobilitas sedikit terbatas (2), aktivitas
berjalan dengan bantuan orang/alat (2), nutrisi sedang/cukup (2). Scor total 8 tidak ada resiko
dekubitus .

17. Musculoskeletal

Klien menunjukan ROM ekstremitas normal, tidak ada odema.

18. Pendidikan Rencana Pulang

Apa yang anda ketahui tentang penyakit anda sekarang. Klien mengatakan hanya mengalami
sesak. Informasi yang anda butuhkan atau perlu tentang pnyakit anda. Klien ingin lebih
mengetahui cara mengatasi sesak dan mencegah penyebab timbulnya serangan. Siapakah
anggota keluarga anda, yang disenangi terlibat dalam perawatan. Kelurga. Berapa lama anda
mengharapkan dirawat dirumah sakit. Sampai klien sembuh. Apakah klien memerlukan bantuan
setelah pulang, berkaitan dengan ADL/fungsi fisik. ada. Apakah klien mempunyai anggota
keluarga yang cakap/mampu dan mau bersedia. Ada, suami klien. Sebelumnya masuk rumah
sakit/enam bulan yang lalu. Tidak. Klien tinggal bersama suami dan anak-anaknya.

Catatan Cerita

Data subjektif : klien mengeluh sesak (sulit bernafas) batuk berdahak berwarna putih kental,
tidak bisa tidur sudah 2 malam karena kepala terasa pusing, klien mengatakan sulit tidur
terutama pada malam hari, klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit, selama 6
bulan terakhir ini, klien hanya berobat di puskesmas. Klien mengatakan sesak jika melakukan
aktivitas. Klien dan keluarga belum mengerti tentang penyakit yang sedang dialaminya, klien
mengatakan aktifitas dibantu seperti berjalan, memakai pakaian dan mandi.

Data Objektif : selama penulis melakukan pengkajian pada klien Ny. W dengan asma bronkhial
selama 3 hari berturut-turut mulai tanggal 31 Mei 2012 sampai dengan 02 juni 2011, maka data
objektif yang penulis dapatkan antara lain sebagai berikut : nadi 90x/menit Respirasi 32x/menit,
temperature 370C, sputum warna putih kental, auskultasi paru : Whezing, O2 terpasang 1-2 liter/
menit, infus terpasang RL 20tt/menit, klien tampak kebiru-biruan pada daerah bibir,taktil femitus
meningkat, keadaan umum lemah klien tampak cepat lelah dalam melakukan aktifitas, makanan
yang disajikan dihabiskan, kadang-kadang mual, berat badan 53 kg, tinggi badan 147 cm,
pernafasan cepat, tampak aktifitas dibantu, kongjungtiva pucat.

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum lemah, kulit normal, kepala simetris, hidung tidak ada pembengkakan, napas
cepat dan pendek, tenggorokan tidak ada kelainan, thorak bentuk simetris, pada auskulatasi paru
wheezing, pernapasan cepat (dispnea), jantung oedema tidak ada, payudara normal, abdomen
bentuk normal peristaltic usus 5-7 x/m, rektum tidak ada kelainan, genitalia tidak ada kelainan,
musculoskeletal terbatas karena terpasang infus.

Pengkajian/Pemeriksaan Diagnostik Khusus.

Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 31 Mei 2012

HB : 11,2. LED :41, Eritrosit : 4,2, lekosit : 8,4, hematrokit : 36,8 MCV : 87, MCH : 26,5,
MCHC : 30,4, RDW : 13,8, trombosit : 224, gol darah : B. Dari hasil radiologi foto thorak klien,
kesimpulan ahli radiologi : klien menderita Asma Bronkhiale.

Pola kebiasaan dan gaya hidup

Diet makanan dan minuman kesukaan bakso dan juice. Klien tidak merokok, teh. Waktu tidur
siang dari jam 14.00 wib sampai dengan 15.00 wib waktu tidur malam dari jam 21.30 sampai
dengan 05.30 wib. Kegiatan sebelum tidur istirahat dirumah.

Penatalaksanaan

Infus Ringer Laktat 20 tetes/menit, metronidazol 1 fls/12 jam, cefotaksim 1 grm/12 jam,
ranitidine 1 amp/8 jam. Asam mefenamat 3x1, metoclopamin 1 ampul/8 jam, deksamethason 1
amp/8 jam, infus ringer laktat + Drip Aminophilin 24 mg dengan kecepatan 20 tetes/menit.
Oksigen terpasang 1-2 liter/menit.

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian maka penulis mengumpulkan data-data sebagai berikut :


1. Analisa Data

a. Data Subjektif : Klien mengatakan sulit bernafas dan batuk. Data Objektif : secret berwarna
putih kental, klien batuk dan sesak, bunyi napas tidak normal (Whezing), frekuensi nafas
32x/menit, O2 terpasang (1-2liter/menit). Masalah : tak efektif bersihan jalan nafas. Penyebab :
Peningkatan produksi secret, sekresi kental dan tertahan.

b. Data Subjektif : Klien mengatakan sulit bernafas (sesak), kepala terasa pusing. Data Objektif
: Klien tampak kesulitan bernafas, nafas cepat dan pendek (dispnea), taktil femitus meningkat,
keadaan umum lemah. Klien menggunakan oksigen (1-2 liter), auskultasi paru : wheezing, klien
tampak kebiru-biruan pada bibir, RR 32x/menit, nadi 90x/menit. Temperature 370C, tekanan
darah 110/80 mmHg. Masalah : Kerusakan pertukaran gas. Penyebab : Gangguan suplai oksigen,
bronkus spasme.

c. Data Subjektif : Klien mengatakan sulit beraktivtas, klien mengatakan aktivitas dibantu
keluarga. Data Objektif : keadaan umum lemah, aktivitas dibantu, infus terpasang RL 20tt/menit,
oksigen terpasang 1-2 liter/menit Masalah : Intoleransi aktivitas. Penyebab : kelemahan fisik.

d. Data subjektif : klien mengatakan tidak bisa tidur sudah 2 malam karena kepalanya terasa
sakit/pusing, klien mengatakan sulit tidur terutama pada malam hari. Data Objektif : klien
tampak lemah, tampak gelisah kongjingtiva pucat, tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi
90x/menit Respirasi 32x/menit, temperature 370C. Masalah : Gangguan pola istirahat. Penyebab
: sakit kepala/pusing.

e. Data Subjektif : klien dan keluarga mengatakan belum mengerti tentang penyakit yang
dialaminya, klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit. Data Objektif : klien dan
keluarga bertanya tentang penyakitnya, klien baru pertama kali dirawat dirumah sakit. Masalah :
kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan. Penyebab : keterbatasan kognitif dan kurang
informasi.

2. Prioritas diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan pada klien dengan asma bronkiale pada kasus yang penulis rawat antara
lain :

a. Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret, sekresi kental dan
tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk.

b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, dan bronkospasme
yang ditandai dengan nyeri dada, napas pendek.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan klien sulit
beraktivitas, aktivitas dibantu.

d. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan nyeri kepala/pusing yang ditandai dengan klien
tidak bisa tidur sudah 2 malam, klien tampak gelisah.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

C. Perencanaan Asuhan Keperawatan

1. Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret, sekresi kental dan
tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk. Tujuan : Mempertahankan
jalan nafas pasien. Mengeluarkan secret tanpa bantuan. Kriteria hasil : mempertahankan jalan
nafas paten dengan bunyi napas. Mis : batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Intervensi/Rasional

Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis mengi, krekels, ronki. Rasional :
beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tak
dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, mis . penyebaran, krekels basah (bronkitis) :
bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (empisema) : atau adanya bunyi napas (asma berat).
Kaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi ekspirasi. Rasional : takipnea biasanya ada
pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya proses
infeksi akut. Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekpirasi memanjang dibanding inspirasi.
Catat adanya/derajat dispnea, mis. Keluhan ”lapar udara” gelisah, ansietas, distres pernapasan,
penggunaan otot bantu. Rasional : disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada
tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis infeksi,
reaksi alergi. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis. Peninggian kepala tempat tidur, duduk
pada sandaran tempat tidur. Rasional : peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi
pernapasan dengan menggunakan gravitasi. Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis :
debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu. Rasional : pencetus tipe
reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut. Dorong/bantu latihan nafas abdomen
atau bibir. Rasional : memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea
dan menurunkan jebakan udara. Obsevasi karakteristik batuk, mis : menetap, batuk pendek,
basah. Rasional : batuk dapat menetap tetapi efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut,
atau kelemahan. Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung.
Memberikan air hangat. Rasional : Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret,
mempermudah pengeluaran.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, dan bronkospasme
yang ditandai dengan nyeri dada, napas pendek. Tujuan : tanda-tanda vital normal. Kriteria hasil
: menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang
normal dan bebas dari geja distre pernapasan

Intervensi/Rasional

Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Rasional : berguna dalam evaluasi derajat distress
pernapasan dan kronisnya proses penyakit. tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk
memilih posisi yang mudah untuk bernapas, dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai
kebutuhanindividu. Rasional : pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi
dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas. Kaji/awasi
secara rutin kulit dan warna membrane mukosa. Rasional : sianosis mungkin perifer (terlihat
pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/atau daun telinga), keabu-abuan dan diagnosis
sentral mengindikasikan beratnya hipoksemia. Dorong mengeluarkan sputum : penghispan bila
diindikasikan. Rasional : kental. Tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas pada jalan napas kecil. Auskultasi bunyi napas, catat area penurunan aliran udara
dan/atau bunyi napas tambahan. Rasional : bunyi napas mungkin reduk karena penurunan aliran
udara atau konsolidasi. Palpasi fremitus. Rasional : penurunan getaran fibrasi diduga ada
opengumpulan cairan atau udara terjebak. Awasi tingkat kesadaran/status mental, selidiki adanya
perubahan. Rasional : gelisah dan ansietas adalah manifestasi klinis umum pada hipoksemia,
GDA memburuk disertai bingung. Evaluasi tingkat toleransi aktifitas, berikan lingkungan tenang
dan kalem, batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur dikursi selama fase akut. Rasional :
selama distress pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak mampu melakukan
aktivitas. Awasi tanda-tanda vital dan irama jantung. Rasional : takikardia, disritmia, dan
perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemia, disritmia dan perubahan TD dapat
menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan klien sulit
beraktivitas, aktivitas dibantu. Tujuan : aktivitas klien terpenuhi. Kriteria Hasil : klien sudah
dapat beraktifitas.

Intervensi/Rasional

Tingkatkan tirah baring/duduk. Rasional : agar klien lebih mudah dalam beraktifitas. Berikan
lingkungan yang tenang pad aklien. Rasional : klien lebih mudah dalam beristirahat. Gunakan
perlengkapan khusus sesuai kebutuhan. Rasional : untuk meningkatkan kemampuan dalam
beraktifitas dengan aman. Bantu klien dalam melakukan aktifitas sehar-hari. Rasional : untuk
memudahkan klien beraktifitas.

Kolaborasi

Dalam pemberian obat-obatan/terapi medis. Rasional : memperbaiki keadaan umum.

4. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan nyeri kepala/pusing yang ditandai dengan
klien tidak bisa tidur sudah 2 malam, klien tampak gelisah. Tujuan : pola tidur klien tidak
terganggu. Kriteria hasil : klien melaporkan dapat istirahat tidur dengan tenang.

Intervensi/Rasional

Lengkapi jadwal tidur secara teratur. Rasional : penguatan saatnya tidur. Anjurkan klien untuk
menurunkan aktifitas mental/fisik sesaat sebelum tidur. Rasional : mengakibatkan kelelahan.
Berikan makanan kecil pada sore hari, dan menganjurkan mandi, masase punggung sebelum
tidur. Rasional : dapat meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk. Batasi pengunjung
sesuai kebutuhan. Rasional : klien dapat beristirahat dengan tenang.

Kolaborasi
Pemberian obat analgesic. Rasional : mengurangi/menghilangkan rasa nyeri.

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.


Tujuan : mampu pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan. Kriteria Hasil : menyatakan
pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

Intervensi/Rasional

Jelaskan penjelasan proses penyakit individu, dorong orang terdekat untuk menyatakan
pertanyaan. Rasional : menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada
rencana pengobatan. Instruksikan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi
umum. Rasional : napas bibir dan napas abdominal/disfragmatik individu arti untuk mengontrol
dispnea, altihan kondisi umu meningkat toleransi akitivtas. Diskusikan obat pernapasan, efek
samping , dan reaksi yang tak diinginkan. Rasional : pasien ini sering mendapat obat pernapasan
banyak sekaligus yang mempunyai efek samping hamper sama dan potensial interaksi obat.
Tinjukkan tehnik penggunaan dosis inhaler seperti bagaimana memegang, interval semprotan 2-5
menit, bersihkan inhalel. Rasional : pemberin yang tepat obat meningkatkan penggunaan dan
keefektifan. Sistem alat untuk mencatat obat interminten/penggunaan dosis dari obat kalau perlu.
Anjurkan menghindari agen sedative antiansieta kecuali diresepkan diberikan oleh dokter
mengobati kondisi pernapasan. Rasional : meskipun pasien mungkin gugup dan merasa perlu
sedative ini. Tekankan pentingnya perawatan oral/kebersihan gigi. Rasional : menurunkan
pertumbuhan bakteri pada mulut. Diskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi
pernapasan aktif. Rasional : menurunkan pemajan dan insiden mendapatkan infeksi saluran
napas atas. Diskusikan factor individu yang meningkatkan kondisi mis. Udara terlalu kering,
angin, lingkungan dengan suhu ekstrem serbuk. Rasional : faktor lingkungan ini dapat
menimbulkan iritasi bronchial, produksi secret dan tambahan jalan napas. Kaji efek bahaya
meroko dan nesehatkan menghentikan merokok pada pasien dan atau orang terdekat. Rasional :
penghentian merokok dapat memperlambat kemajuan PPOM. Berikan informasi tentang
pembatasan aktivitas dan aktivitas pilihan dengan periode istirahat untuk mencegah kelemahan.
Rasional : mempunyai pengetahuan ini dapat memampukan pasien untuk membuat
pilihan/keputusan informasi untuk menurunkan dispnea. Diskusikan pentingnya mengikuti
perawatan medik, foto dada periodik. Rasional : pengawasan proses penyakit untuk membuat
program terapi untuk memenuhi perubahan kebutuhan dan dapat membantu mencegah
komplikasi. Kaji kebutuhan oksigen untuk pasien yang pulang dengan oksigen tambahan.
Rasional : menurnkan resiko kesalahan penggunaan dan komplikasi lanjut. Anjurkan pasien
terdekat dalam penggunaan oksigen aman. Rasional : pasien ini dan orang terdekatnya dapat
mengalami ansietas, depresi, dan reaksi lain sesuai dengan penerimaan dengan penyakit kronis
yang mempunyai dampak pada pola hidup mereka. Rujuk untuk evaluasi keperawatan dirumah
bila diindikasikan, berikan rencana pengkajian detail dasar fisik untuk perawatan dirumah sesuai
kebutuhan pulang dari perawatan akut. Rasional : memberikan kelanjutan perawatan, dapat
membantu menurnukan frekuensi perawatan dirumah sakit.

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

1. Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret, sekresi kental dan
tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk.
Implementasi Tanggal 31 Mei 2012 Jam 10.00 WIB

Mengauskultasi bunyi napas. Mencatat adanya bunyi napas, mis mengi, krekels, ronki,
Mengkaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi ekspirasi. Mencatat adanya/derajat
dispnea, mis. Keluhan ”lapar udara” gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu,
Peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur, Mempertahankan polusi
lingkungan minimum, mis : debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi
individu, Mendorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir mengobsevasi karakteristik batuk,
mis : menetap, batuk pendek, basah. Meningkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai
toleransi jantung. Memberikan air hangat.

Evaluasi

S : klien mengatakan sulit bernapas dan batuk berdahak. O : sputum warna putih dan kental,
klien batuk dan sesak, suara pernapasan whezing, RR 32x/menit. Temperature 370C. tekanan
darah 110/80 mmHg. A : Masalah belum teratasi. P : perencanaan tidakan dilanjutkan.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, dan bronkospasme
yang ditandai dengan nyeri dada, napas pendek.

Implementasi Tanggal 31 Mei 2012 Jam 11.00 WIB

Mengkaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu klien untuk
memilih posisi yng mudah untuk bernafas, mendorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir
sesuai kebutuhan individu. Mengkaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.
Mendorong mengeluarkan sputum : penghisapan bila diindikasikan. Mengauskultasi bunyi
napas, Mencatat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi napas tambahan. Palpasi fremitus.
Mengawasi tingkat kesadaran/status mental, Menyelidiki adanya perubahan. Mengevaluasi
tingkat toleransi aktifitas, berikan lingkungan tenang dan kalem, batasi aktivitas pasien atau
dorong untuk tidur dikursi selama fase akut. mengawasi tanda-tanda vital dan irama jantung.

Evaluasi
S : klien mengatakan sulit bernafas, kepala pusing. O : tampak sulit bernafas, tampak kebiruan
pada daerah bibir, napas cepat dan pendek (dispnea), taktil fremitus meningkat, RR 32x/menit,
tekanan darah 110/80 mmHg, keadaan umum lemah, oksigen terpasang 1-2 lliter/menit. A :
masalah belum teratasi. P : rencana tindakan keperawatan dilanjutkan.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan klien sulit
beraktivitas, aktivitas dibantu.

Implementasi Tanggal 31 Mei 2012 Jam 12.00 WIB

Meningkatkan tirah baring/duduk. Memberikan lingkungan yang tenang pada klien.


Menggunakan perlengkapan khusus sesuai kebutuhan. Membantu klien dalam melakukan
aktifitas sehari-hari. Dalam pemberian obat-obatan/terapi medis.
Evaluasi

S : Klien mengatakan sulit beraktifitas. O : aktifitas dibantu keluarga dan perawat, keadaan
umum lemah, oksigen terpasang 1-2 liter/menit, infus terpasang RL 20 tt/menit. A : masalah
belum teratasi. P : perencanaan dilanjutkan.

4. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan nyeri kepala/pusing yang ditandai dengan
klien tidak bisa tidur sudah 2 malam, klien tampak gelisah.

Implementasi Tanggal 31 Mei 2012 Jam 13.30 WIB

Melengkapi jadwal tidur secara teratur. Menganjurkan klien untuk menurunkan aktifitas
mental/fisik sesaat sebelum tidur. memberikan makanan kecil pada sore hari, dan menganjurkan
mandi, masase punggung sebelum tidur. Membatasi pengunjung sesuai kebutuhan.
Mengkolaborasi Pemberian obat analgesic.

Evaluasi

S : klien mengatakan tidak bisa tidur sudah 2 malam, terutama dimalam hari, klien mengatakan
kepala terasa pusing. O : klien tampak lemah, konjungtiva berwarna pucat, temperature 370C. A
: masaah belum teratasi. P : tindakan dilanjutkan.

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

Implementasi Tanggal 31 Mei 2012 Jam 14.30 WIB

Menjelaskan penjelasan proses penyakit individu, dorong orang terdekat untuk menyatakan
pertanyaan. Menginstruksikan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi
umum. Meniskusikan obat pernapasan, efek samping , dan reaksi yang tak diinginkan.
Menunjukkan tehnik penggunaan dosis inhaler seperti bagaimana memegang, interval semprotan
2-5 menit, bersihkan inhalel. Sistem alat untuk mencatat obat interminten/penggunaan dosis dari
obat kalau perlu. menganjurkan menghindari agen sedative antiansieta kecuali diresepkan
diberikan oleh dokter mengobati kondisi pernapasan. Menekankan pentingnya perawatan
oral/kebersihan gigi. Mendiskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi
pernapasan aktif. Mendiskusikan factor individu yang meningkatkan kondisi mis. Udara terlalu
kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrem serbuk. Mengkaji efek bahaya merokok dan
nesehatkan menghentikan merokok pada pasien dan atau orang terdekat. Mendiskusikan
pentingnya mengikuti perawatan medik, foto dada periodik. Mengkaji kebutuhan oksigen untuk
pasien yang pulang dengan oksigen tambahan. Menganjurkan pasien terdekat dalam penggunaan
oksigen aman. Merujuk untuk evaluasi keperawatan dirumah bila diindikasikan, berikan rencana
pengkajian detail dasar fisik untuk perawatan dirumah sesuai kebutuhan pulang dari perawatan
akut.
Evaluasi

S : klien dan keluarga mengatakan belum mengerti tentang penyakitnya. O : klien dan keluarga
tampak masih bertanya tentang penyakitnya. A : masalah belum teratasi. P : intervensi
dilanjutkan.

Implementasi Tanggal 01 Juli 2012 Jam 08.30 WIB

1. Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret, sekresi kental dan
tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk.

Mengauskultasi bunyi napas. mencatat adanya bunyi napas, mis mengi, krekels, ronki,
mengkaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi ekspirasi. mencatat adanya/derajat
dispnea, mis. Keluhan ”lapar udara” gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu,
meninggikan kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur, mempertahankan polusi
lingkungan minimum, mis : debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi
individu, mendorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir. mengobsevasi karakteristik batuk,
mis : menetap, batuk pendek, basah. meningkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai
toleransi jantung. Memberikan air hangat.

Evaluasi

S : klien mengatakan masih sulit bernapas dan batuk masih berdahak. O : dahak warna putih dan
kental, suara pernapasan wheezing, RR 28x/menit. Temperature 370C. tekanan darah 110/80
mmHg. A : Masalah belum teratasi. P : perencanaan tidakan dilanjutkan.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, dan bronkospasme
yang ditandai dengan nyeri dada, napas pendek.

Implementasi Tanggal 01 Juli 2012 Jam 09.30 WIB

Mengkaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu klien untuk
memilih posisi yng mudah untuk bernafas, mendorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir
sesuai kebutuhan individu. mengkaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane mukosa.
mendorong mengeluarkan sputum : penghisapan bila diindikasikan. mengauskultasi bunyi napas,
catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi napas tambahan. mengpalpasi fremitus.
mengawasi tingkat kesadaran/status mental, selidiki adanya perubahan. mengevaluasi tingkat
toleransi aktifitas, berikan lingkungan tenang dan kalem, batasi aktivitas pasien atau dorong
untuk tidur dikursi selama fase akut. mengawasi tanda-tanda vital dan irama jantung.

Evaluasi

S : klien mengatakan sulit bernafas, kepala pusing. O : tampak sulit bernafas, taktil femitus
meningkat, keadaan umum lemah, RR 28 x/menit oksigen terpasang 1-2 liter/menit.. A : masalah
belum teratasi. P : rencana tindakan keperawatan dilanjutkan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan klien sulit
beraktivitas, aktivitas dibantu.

Implementasi Tanggal 01 Juli 2012 Jam 10.30 WIB

meningkatkan tirah baring/duduk. memberikan lingkungan yang tenang pad aklien.


menggunakan perlengkapan khusus sesuai kebutuhan. membantu klien dalam melakukan
aktifitas sehar-hari. memberikan pemberian obat-obatan/terapi medis.

Evaluasi

S : Klien mengatakan masih sulit beraktifitas. O : aktifitas dibantu keluarga dan perawat,
keadaan umum lemah. A : masalah belum teratasi. P : perencanaan dilanjutkan.

4. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan nyeri kepala/pusing yang ditandai dengan
klien tidak bisa tidur sudah 2 malam, klien tampak gelisah.

Implementasi Tanggal 01 Juli 2012 Jam 11.30 WIB

Melengkapi jadwal tidur secara teratur. menganjurkan klien untuk menurunkan aktifitas
mental/fisik sesaat sebelum tidur. memberikan makanan kecil pada sore hari, dan menganjurkan
mandi, masase punggung sebelum tidur. membatasi pengunjung sesuai kebutuhan.
mengkolaborasi pemberian obat analgesic.

Evaluasi

S : klien mengatakan masih tidak bisa tidur sudah 2 malam, terutama dimalam hari, klien
mengatakan kepala masih terasa pusing. O : klien tampak lemah, konjungtiva berwarna pucat,
temperature 370C. A : masaah belum teratasi. P : tindakan dilanjutkan.

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

Implementasi Tanggal 01 Juli 2012 Jam 13.00 WIB

menjelaskan penjelasan proses penyakit individu, dorong orang terdekat untuk menyatakan
pertanyaan. menginstruksikan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi
umum. Mendiskusikan obat pernapasan, efek samping , dan reaksi yang tak diinginkan.
menunjukkan tehnik penggunaan dosis inhaler seperti bagaimana memegang, interval semprotan
2-5 menit, bersihkan inhalel. Sistem alat untuk mencatat obat interminten/penggunaan dosis dari
obat kalau perlu. menganjurkan menghindari agen sedative antiansieta kecuali diresepkan
diberikan oleh dokter mengobati kondisi pernapasan. menekankan pentingnya perawatan
oral/kebersihan gigi. mendiskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi
pernapasan aktif. mendiskusikan factor individu yang meningkatkan kondisi mis. Udara terlalu
kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrem serbuk. mengkaji efek bahaya meroko dan
nesehatkan menghentikan merokok pada pasien dan atau orang terdekat. mendiskusikan
pentingnya mengikuti perawatan medik, foto dada periodik. mengkaji kebutuhan oksigen untuk
pasien yang pulang dengan oksigen tambahan. menganjurkan pasien terdekat dalam penggunaan
oksigen aman. merujuk untuk evaluasi keperawatan dirumah bila diindikasikan, berikan rencana
pengkajian detail dasar fisik untuk perawatan dirumah sesuai kebutuhan pulang dari perawatan
akut.

Evaluasi

S : klien dan keluarga mengatakan sudah mengerti sedikit tentang penyakitnya. O : klien dan
keluarga tampak bertanya dan mendengarkan penjelasan tentang penyakitnya. A : masalah
teratasi sebagian. P : intervensi dilanjutkan.

Implementasi Tanggal 02 Juni 2012

1. Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret, sekresi kental dan
tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk.

Implementasi Tanggal 02 Juni 2012 Jam 08.30 WIB

mengauskultasi bunyi napas. mencatat adanya bunyi napas, mis mengi, krekels, ronki,
mengkaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi ekspirasi. mecatat adanya/derajat
dispnea, mis. Keluhan ”lapar udara” gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu,
meninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur, mepertahankan polusi
lingkungan minimum, mis : debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi
individu, mendorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir mengobsevasi karakteristik batuk,
mis : menetap, batuk pendek, basah. meningkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai
toleransi jantung. Memberikan air hangat.

Evaluasi

S : klien mengatakan sesak nya berkurang, batuk mulai berkurang namun masih berdahak. O :
dahak warna putih dan kental, RR 26x/menit. Temperature 370C. tekanan darah 110/80 mmHg.
A : Masalah teratasi sebagian. P : perencanaan tidakan dilanjutkan.

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, dan bronkospasme
yang ditandai dengan nyeri dada, napas pendek.

Implementasi Tanggal 02 Juni 2012 Jam 09.30 WIB

mengkaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Meninggikan kepala tempat tidur, bantu klien untuk
memilih posisi yng mudah untuk bernafas, mendorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir
sesuai kebutuhan individu. Mengkaji dan mengawasi secara rutin kulit dan warna membrane
mukosa. mendorong mengeluarkan sputum : penghispan bila diindikasikan. mengauskultasi
bunyi napas, catat area penurunan aliran udara dan/atau bunyi napas tambahan. Palpasi fremitus.
mengawasi tingkat kesadaran/status mental, menyelidiki adanya perubahan. mengevaluasi
tingkat toleransi aktifitas, memberikan lingkungan tenang dan kalem, batasi aktivitas pasien atau
dorong untuk tidur dikursi selama fase akut. mengawasi tanda-tanda vital dan irama jantung.

Evaluasi

S : klien mengatakan masih sulit bernafas, nyeri dada berkurang, kepala tidak pusing lagi. O :
tampak sulit bernafas, membrane mukosa lembab, warna kebiruan pada bibir keadaan umum
lemah, oksigen terpasang 1-2 liter/menit. A : masalah teratasi sebagian. P : rencana tindakan
keperawatan dilanjutkan.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan klien sulit
beraktivitas, aktivitas dibantu.

Implementasi Tanggal 02 Juni 2012 Jam 10.30 WIB

meningkatkan tirah baring/duduk. memberikan lingkungan yang tenang pad aklien.


menggunakan perlengkapan khusus sesuai kebutuhan. membantu klien dalam melakukan
aktifitas sehar-hari. Dalam pemberian obat-obatan/terapi medis.

Evaluasi

S : Klien mengatakan sudah mampu beraktifitas sedikit. O : aktifitas dibantu keluarga dan
perawat, keadaan umum lemah. A : masalah teratasi sebagian P : perencanaan dilanjutkan.

4. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan nyeri kepala/pusing yang ditandai dengan
klien tidak bisa tidur sudah 2 malam, klien tampak gelisah.

Implementasi Tanggal 02 Juni 2012 Jam 11.30 WIB

melengkapi jadwal tidur secara teratur. menganjurkan klien untuk menurunkan aktifitas
mental/fisik sesaat sebelum tidur. memberikan makanan kecil pada sore hari, dan menganjurkan
mandi, masase punggung sebelum tidur. membatasi pengunjung sesuai kebutuhan. Kolaborasi
Pemberian obat analgesic.

Evaluasi

S : klien mengatakan sudah bisa tidur walapun hanya 5 jam, klien mengatakan kepala tidak
pusing lagi. O : klien tampak lemah, konjungtiva berwarna merah muda, temperature 370C. A :
masalah teratasi sebagian. P : tindakan dilanjutkan.

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

Implementasi Tanggal 02 Juni 2012 Jam 13.00 WIB


Menjelaskan penjelasan proses penyakit individu, dorong orang terdekat untuk menyatakan
pertanyaan. menginstruksikan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi
umum. mendiskusikan obat pernapasan, efek samping , dan reaksi yang tak diinginkan.
menunjukkan tehnik penggunaan dosis inhaler seperti bagaimana memegang, interval semprotan
2-5 menit, bersihkan inhalel. Sistem alat untuk mencatat obat interminten/penggunaan dosis dari
obat kalau perlu. menganjurkan menghindari agen sedative antiansieta kecuali diresepkan
diberikan oleh dokter mengobati kondisi pernapasan. menekankan pentingnya perawatan
oral/kebersihan gigi. mendiskusikan pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi
pernapasan aktif. mendiskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi mis. Udara terlalu
kering, angin, lingkungan dengan suhu ekstrem serbuk. mengkaji efek bahaya meroko dan
nesehatkan menghentikan merokok pada pasien dan atau orang terdekat. mendiskusikan
pentingnya mengikuti perawatan medik, foto dada periodik. mengkaji kebutuhan oksigen untuk
pasien yang pulang dengan oksigen tambahan. menganjurkan pasien terdekat dalam penggunaan
oksigen aman. merujuk untuk evaluasi keperawatan dirumah bila diindikasikan, berikan rencana
pengkajian detail dasar fisik untuk perawatan dirumah sesuai kebutuhan pulang dari perawatan
akut.

Evaluasi

S : klien dan keluarga mengatakan sudah mengerti tentang penyakitnya. O : klien dan keluarga
tampak tidak bertanya-tanya lagi tentang penyakitnya. A : masalah teratasi. P : intervensi
dihentikan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas tentang kesenjangan-kesenjangan yang penulis dapat antara
tinjauan teoritis dengan tinjaun kasus melalui proses asuhan keperawatan yang diberikan kepada
Ny. W dengan asma bronkhiale selama 3 tiga hari yang penulis uraikan berdasarkan pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi

A. Pengkajian

Pengkajian pada tinjauan teoristis didapatkan data-data pada klien asma bronkhiale sebagai
berikut : keleithan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan massa otot, peningkatan TD.
Peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, disritmia. Distensi vena leher (penyakit berat).
Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung. Bunyi jantung reduk, Warna
kulit/membrane glukosa : normal atau abu-abu/sianosis : kuku tabuh dan sianosis perifer. Pucat
dapat menunjukkan anemia, ansietas, ketakutan, peka rangsang, mual/muntah. Nafsu makan
buruk/anoreksia, Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan, Penurunan berat
badan, turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, penurunan kemampuan/peningkatan
kebutuhan melakukan aktivitas sehari-hari, nafas pendek, rasa tertekan dada, ketidakmampuan
untuk bernafas, Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari, selama minimum 3 bulan
berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun, produksi sputum, Lebih memilih posisi tiga titik
(tripot) untuk bernapas (khususnya dengan eksaserbasi akut bronchitis kronis). Penggunaan otot
bantu pernapasan, Bunyi napas mengi, Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 atau 5
sekaligus, Warna : pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku, Riwayat reaksi alergi atau
sensitive terhadap zat/factor lingkungan, Penurunan libido, Keterbatasan mobilitas fisik,
kesulitan menghentikan merokok, penggunaan alkohol secara teratur.

Sedangkan pada tinjauan kasus berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Ny. W penulis
mendapakan beberapa data baik data subjektif maupun data objektif yaitu klien mengeluh sesak
(sulit bernafas) batuk berdahak berwarna putih kental, tidak bisa tidur sudah 2 malam karena
kepala terasa pusing, klien mengatakan sulit tidur terutama pada malam hari, klien mengatakan
belum pernah dirawat di rumah sakit, selama 6 bulan terakhir ini, Klien mengatakan sesak jika
melakukan aktivitas. Klien dan keluarga belum mengerti tentang penyakit yang sedang
dialaminya, klien mengatakan aktifitas dibantu seperti berjalan, memakai pakaian dan mandi,
TTV : nadi 90x/menit Respirasi 32x/menit, temperature 370C, sputum warna putih kental,
auskultasi paru : Whezing, O2 terpasang 1-2 liter/ menit, infus terpasang RL 20tt/menit, klien
tampak kebiru-biruan pada daerah bibir, taktil femitus meningkat, keadaan umum lemah klien
tampak cepat lelah dalam melakukan aktifitas, makanan yang disajikan dihabiskan, kadang-
kadang mual, berat badan 53 kg, tinggi badan 147 cm, pernafasan cepat, tampak aktifitas
dibantu, kongjungtiva pucat.

Perbedaan antara pengkajian tinjauan teoritis dan tinjuan kasus adalah tidak didapatkan data pada
Ny. W seperti cemas tetapi hanya didapatkan data yang menunjukkan bahwa klien kurang
pengetahuan yang ditandai dengan keluhan. Klien dan keluarga belum mengerti tentang penyakit
yang sedang dialaminya. Dan tidak ditemukan data Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4
atau 5 sekaligus pada tinjauan kasus karena penulis menilai klien dapa berbicara dengan
menggabungkan beberapa kalimat untuk menjawab beberapa pertanyaan mengenai gejala-gejala
klinis yang di alami oleh klien. peningkatan TD dan peningkatan frekuensi jantung tidak penulis
temukan pada tinjauan kasus Ny. W hal ini dibuktikan oleh pada pemeriksaan umum penulis
menemukan bahwa tekanan darah klien adalah 110/80mmHg dan pada pemeriksaan jantung
penulis menemukan Polsus apical rate regular (teratur) dengan nadi kiri 90x/menit, auskultasi
jantung tidak ada oedema, perfusi kulit hangat, hanya saja pada bibir klien terlihat warna
kebiruan. Distensi vena leher tidak didapatkan data pada klien Ny. W hal ini karena klien Ny. W
mengatakan bahwa ia baru 6 bulan terakhir ini menderita asma atau sejak tiga minggu yang lalu
klien mengatakan sesak dan batuknya lebih sering timbul. Dan kesulitan menghentikan merokok,
penggunaan alkohol secara teratur pada riwayat penyakit klien justru didapakan data bahwa klien
sama sekali tidak pernah merokok dan minum alkohol akan tetapi klien tinggal dilingkungan
yang mayoritas penduduknya adalah perokok dan hal ini mempunyai pengaruh yang sangat
buruk terhadap kesehatan klien seperti yang kita ketahui bahwa perokok pasif lebih rentan
terpengaruhi kondisi kesehatanya dari pada perokok aktif.
B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan teoritis adalah Takefektif bersihan jalan nafas
berhubungan dengan peningkatan produksi secret, bronkospasme, sekresi tertahan, tebal,
kelemahan. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi
jalan napas oleh sekresi, spasme kerusakan alveoli) ditandai dengan dispnea, bingung, gelisah,
ketidakmampuan membuang secret. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan efek samping obat, anoreksia, mual/muntah. Ditandai dengan penurunan berat badan.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidakadekuatnya pertahan utama, tidak adekuatnya
imunitas. Kurang pengetahuan, kondisitindakan berhubungan dengan kurang informasi/tidak
mengenal sumber informasi.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul atau penulis tegakkan pada tinjauan kasus klien
Ny. W adalah Tak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan sekret, sekresi
kental dan tertahan yang ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk. Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, dan bronkospasme yang ditandai
dengan nyeri dada, napas pendek. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
yang ditandai dengan klien sulit beraktivitas, aktivitas dibantu. Gangguan pola istirahat
berhubungan dengan nyeri kepala/pusing yang ditandai dengan klien tidak bisa tidur sudah 2
malam, klien tampak gelisah. Kurang pengetahuan mengenai kondisi tindakan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif.

Sedang kan perbedaan antara tinjaua teoritis dan tinjauan kasus yang tidak dikemukakan pada
tinjauan teoritis oleh Doengoes (2000) tentang muncul nya diagnosa keperawatan Gangguan pola
istirahat berhubungan dengan nyeri kepala/pusing, diagnosa tersebut penulis angkat berdasarkan
data data yang sangat mendukung yang didapatkan pada tahap pengkajian yaitu adanya keluhan
klien dengan mengatakan klien tidak bisa tidur sudah dua malam terakhir dan pada pemeriksaan
fisik penulis juga menemukan data klien terlihat lemah dan konjungtiva klien pucat. Dan penulis
tidak megakkan dianosa Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahan
utama, tidak adekuatnya imunitas yang dikemukan oleh Doengoes (2000) karena penulis tidak
menemukan adanya tanda tanda akan terjadinya infeksi dan juga kebersihan perorangan pasien
pun sangat diperhatikan oleh pasien dan keluarga pasien.

C. Perencanaan asuhan keperawatan

Secara umum perencanaan keperawatan pada tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus adalah
sama. Dimana perencanaan asuhan keperawatan bertujuan untuk mengembalikan bersihan nafas,
menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat dan bebas distres pernafasan,
aktivitas dapat dipenuhi, pola tidur klien tidak terganggu, menyatakan pemahaman
kondisi/proses penyakit dan tindakan. Perencanaan asuhan keperawatan tersebut telah
disesuaikan dengan prioritas masalah untuk memenuhi kebutuhan klien Ny. W selama dirawat di
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Mutia Kabupaten Aceh Utara yang dilakukan selama 3 hari
berturut-turut oleh penulis.
Adapun intervensi yang telah penulis rencanakan pada klien Ny. W untuk diagnosa Tak efektif
bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan secret, sekresi kental dan tertahan yang
ditandai dengan klien sulit bernafas dan sering batuk. Bertujuan untuk Mempertahankan jalan
nafas pasien. Mengeluarkan secret tanpa bantuan dan mengharapkan klien mampu
mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi napas. Mis : batuk efektif dan mengeluarkan
sekret. Untuk Diagnosa Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen, dan bronkospasme yang ditandai dengan nyeri dada, napas pendek bertujuan untuk
tanda-tanda vital dalam batas normal dengan Kriteria hasil klien menunjukkan perbaikan
ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas dari geja
distre pernapasan. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai
dengan klien sulit beraktivitas, aktivitas dibantu bertujuan untuk memenuhi aktivitas klien
Dengan kriteria setelah pelaksanaan klien sudah dapat beraktifitas seprti biasanya. Gangguan
pola istirahat berhubungan dengan nyeri kepala/pusing yang ditandai dengan klien tidak bisa
tidur sudah 2 malam, klien tampak gelisah dengan Tujuan pola tidur klien tidak terganggu dan
mengharapkan klien melaporkan dapat istirahat tidur dengan tenang. Kurang pengetahuan
mengenai kondisi tindakan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dengan tujuan klien
mampu memahami kondisi/proses penyakit dan tindakan yang diberikan dan mengharapkan
stelah pelaksanaan klien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan tindakan.

D. Pelaksanaan keperawatan

Pelaksanaan tindakan perawatan pada klien Asma bronkiale terutama ditujukan untuk mengatasi.
Diagnosa keperawatan 1 : takefektif bersihan jalan nafas. Menginstruksikan klien agar nafas
dalam dan perlahan sambil duduk setegak mungkin, pemberian obat oral (ambroksol dosis 3x1),
menginstruksikan agar klien agar tarik nafas dan tahan selama 3-5 setik dan hembuskan secara
perlahan melalui mulut, menganjurkan klien untuk menggunakan nafas diafragmatik,
mengajarkan klien untuk batuk efektif. Diagnosa keperawatan 2 : kerusakan pertukaran gas.
Meningkatkan kepala tempat tidur, membantu klien untuk memilih posisi yang mudah untuk
bernafas, mengkaji frekuensi, kedalaman pernafasan. Diagnosa keperawatan 3 : keterbatasan
aktifitas. Menciptakan suasana/lingkungan yang tenang, membantu klien dalam melakukan
aktifitas yaitu membantu klien berjalan kekamar mandi, memberikan obat oral (B Komplek dosis
3x1),menganjurkan klien untuk menggunakan perlengkapan khusus sesuai kebutuhan. Diagnosa
keperawatan 4 : gangguan pola istirahat. Membuat jadwal tidur klien secara teratur,
menganjurkan klien untuk menurunkan aktifitas mental/fisik sesaat belum waktu tidur,
membrikan obat oral (asam mefenamat dosis 3x1). Diagnosa keperawatan 5 : kurang
pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, menjelaskan proses penyakit individu,
mengintruksikan untuk latihan nafas dalam, mendiskusikan obat pernafasan, efek samping dan
reaksi yang tak di inginkan.

Dalam melaksanakan tindakan asma bronkiale dibutuhkan kerja sama yang baik antara perawat
dan klien atau keluarganya dan tim kesehatan lainnya sehingga hasil diharapkan dapat tercapai
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Akan tetapi ada tindakan-tindakan yang tidak penulis
lakukan sesuai dengan perencanaan seperti Diagnosa keperawatan 2 : auskultasi bunyi nafas,
evaluasi tingkat toleransi aktifitas, berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi.
Diagnosa keperawatan 3 : tingkatkan tirah baring, karena pada saat pengkajian klien sudah tirah
baring sehingga penulis tidak melakukan intervensi ini. Diagnosa keperawatan 4 : berikan
makanan pada sore hari dan menganjurkan mandi, masase punggung sebelum tidur, karena nafsu
makan klien tidak terganggu, tidak mengalami anoreksia. Diagnosa keperawatan 5 : diskusikan
pentingnya menghindari orang yang sedang infeksi pernafasan aktif, diskusikan faktor individu
yang meningkatkan pada klien. Karena efek bahaya merokok dan nasehatkan menghentikan
merokok penyakitnya yaitu. Karena klien sudah mengerti tentang penyakit dan cara pencegahan
penyakitnya yaitu dengan cara menghindari dari orang yang sedang terinfeksi pernafasan aktif.

http://www.akkesaskep.com/2016/04/contoh-kti-asuhan-keperawatan-pada-ny-w.html

You might also like