Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Kelompok 10
FAKULTAS PERTANIAN
SURAKARTA
2018
ACARA III
UJI MUTU AIR SUSU
A. Tujuan
Tujuan praktikum Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Acara III
“Uji Mutu Air Susu" adalah :
a. Mahasiswa dapat mengetahui total zat padat yang terdapat pada beberapa
jenis air susu.
b. Mahasiswa dapat mengetahui kualitas air susu melalui uji alkohol.
c. Mahasiswa dapat mengetahui kehigienisan air susu melalui uji reduktase.
B. Tinjauan Pustaka
Susu adalah cairan dari ambing sapi, kerbau, kuda, kambing, domba,
dan hewan ternak penghasil susu lainnya baik segar maupun yang dipanaskan
melalui proses pasteurisasi, Ultra High Temperature (UHT) atau sterilisasi.
Sedangkan susu segar adalah cairan dari ambing sapi, kerbau, kambing, domba
dan hewan ternak penghasil susu lainnya yang sehat yang diperoleh dengan cara
pemerahan yang benar dan bebas kolostrum, yang kandungan alaminya tidak
dikurangi atau ditambah sesuatu apapun, belum dapat perlakuan apapun kecuali
pendinginan (BPOM, 2006).
Menurut Maitimu dkk (2012), Susu merupakan bahan pangan yang
tersusun atas berbagai nilai gizi dengan proporsi seimbang. Tingginya
kandungan gizi pada susu justru merupakan media yang baik bagi pertumbuhan
mikrobia, sehingga susu merupakan salah satu bahan pangan yang mudah rusak
atau perishable. Faktor penyebab kerusakan susu dapat meliputi faktor kimia,
fisik, dan mikrobiologi. Namun, kerusakan susu akibat pengaruh faktor
mikrobiologi menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan susu. Hal ini
diakibatkan karena susu sangat mudah tercemar oleh mikroba, baik pada waktu
proses pemerahan maupun pengolahan, sehingga menjadikan masa simpan susu
relatif singkat, yaitu hanya sekitar 5 (lima) jam apabila disimpan dalam suhu
ruang.
Terdapat banyak jenis susu, misalnya berdasarkan kandungan lemaknya
susu dibagi menjadi susu bubuk full cream, susu bubuk half cream, susu skim,
dan whey (Wardana, 2012). Menurut fortifikasinya, susu dapat digolongkan
menjadi susu dengan penambahan kalsium, susu bebas laktosa, susu dengan
penambahan DHA, omega-3, susu probiotik (Dairygoodness, 2014).
Susu yang baik menurut SNI dapat dilihat pada Tabel 3.1 yang
membahas syarat mutu susu segar.
Tabel 3.1 Syarat Mutu Susu Segar
Karakteristik Syarat
a. Berat Jenis (pada suhu 27,5°C minimum 1,0280
b. Kadar lemak minimum 3,0%
c. Kadar bahan kering tanpa lemak 8,0%
minimum
d. Kadar protein minimum 2,7%
e. Warna, bau, rasa dan kekentalan Tidak ada perubahan
f. Derajat asam 6-7°SH
g. Uji alkohol (70%) Negatif
h. Uji katalase maksimum 3 cc
i. Angka refraksi 36-38
j. Angka reduktase 2-5 jam
k. Cemaran mikroba maksimum
1. Total kuman 1.106 CFU/ml
2. Salmonella negatif
3. E. Coli (patogen) negatif
4. Coliform 20/ml
5. Streptococcus Group B Negatif
6. Staphylococus aureus 1.102/ml
l. Jumlah sel radang maksimum 4.105/ml
m. Cemaran logam berbahaya, maksimum:
1. Timbal (Pb) 0,3 ppm
2. Seng (Zn) 0,5 ppm
3. Merkuri (Hg) 0,5 ppm
4. Arsen (As) 0,5 ppm
n. Residu: Sesuai dengan peraturan
- Antibiotika Keputusan Bersama Menteri
- pestisida/ insektisida Kesehatan dan Menteri Pertanian
yang berlaku
o. Kotoran dan benda asing negatif
p. Uji pemalsuan negatif
q. Titik beku -0,520°C s/d -560°C
r. Uji peroxidase positif
Sumber: SNI 01-3141-1998
3 mL
Pengocokan
alkohol 70%
3 tetes
Penghitungan waktu sampai terbentuk warna putih
Methylene Blue
Berdasarkan Tabel 3.3 hasil pengamatan uji mutu susu dengan uji
alkohol menunjukkan bahwa sampel susu segar (kelompok 7 dan 8), dan susu
segar suhu dingin 1 hari (kelompok 11-12) sudah mengalami sedikit kerusakan
yang ditandai dengan kurang mengalami penggumpalan dan kurang mengalami
pengendapan. Sampel susu yang tingkat kerusakannya lebih tinggi dari dua
sampel sebelumnya adalah sampel susu segar yang disimpan pada suhu ruang
(kelompok 10-11) ditandai dengan cukup menggumpal dan cukup mengendap.
Menurut Nababan (2014), uji alkohol pada susu segar pada penyimpanan
selama 4 jam hasil uji alkoholnya negatif, sedangkan pada penyimpanan lebih
dari 4 jam susu menunjukkan hasil uji alkohol yang positif. Hasil praktikum
sudah sesuai dengan teori Nababan (2014) dimana susu segar baru uji
alkoholnya bernilai negatif/kurang menggumpal kecuali sampel susu segar
kelompok 1 dimana susu mengalami gumpalan yang cukup. Sedangkan susu
segar yang sudah disimpan selama 1 hari hasil uji alkoholnya positif. Dengan
kata lain, kualitas susu segar yang telah disimpan selama satu hari pada suhu
ruang lebih buruk dibandingkan dengan susu segar, dan susu segar yang
disimpan selama satu hari dalam pendingin.
Uji alkohol bernilai negatif menandakan susu masih dalam kondisi yang
baik dikarenakan kemasan susu yang digunakan masih dalam keadaan rapat
sehingga mencegah kontaminasi kembali selama penyimpanan. Uji alkohol
adalah suatu uji untuk menentukan sifat-sifat pemecahan protein susu. Semakin
tinggi derajat keasaman susu, semakin berkurang jumlah alkohol dengan
kepekatan yang sama dibutuhkan untuk memecahkan susu yang sama
banyaknya. Sehingga semakin baik kualitas susu, jumlah alkohol yang
diperlukan untuk memecahkan protein susu. Hasil uji alkohol menjadi positif
bila susu mulai asam atau sudah asam, susu bercampur dengan kolostrum, pada
permulaan mastitis dan susu tidak stabil disebabkan oleh perubahan fisiologi.
Uji alkohol negatif ditandai dengan tidak adanya gumpalan susu tabung reaksi,
hal ini dikarenakan susu masih dalam keadaan homogen
(Dwitania dan Ida, 2013).
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kerusakan Protein adalah bila
susunan ruang atau rantai polipeptida suatu molekul protein berubah maka
dikatakan protein ini terdenaturasi, sebagaian besar protein globular mudah
mengalami denaturasi. Jika ikatan-ikatan yang membentuk konfigurasi molekul
tersebut rusak, molekul akan mengembang. Kadang-kadang perubahan ini
memang dikehendaki dalam pengolahan makanan, tetapi sering pula dianggap
merugikan sehingga perlu dicegah (Winano, 2002). Menurut Demodaran dan
Paraf (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan protein adalah:
1. Panas
Panas merupakan agen fisik umum yang dapat mendenaturasikan protein.
2. pH(derajat keasaman)
Dalam larutan encer, denaturasi yang dipengaruhi oleh pH dan suhu
sangat dekat hubungannya dengan proses denaturasi yang jarang halnya yang
dapat digunakan dengan panas saja.
3. Ion Logam
Kedua pH dan kekuatan ion suatu larutan menentukan beban
sepenuhnya molekul protein dan kerentana mereka terhadap denaturasi panas
4. Gula dan Polyols
Gula dan polyols dapat menunjukkan pengaruh stabilitas panas pada
protein makanan.
5. Sifat Protein
Penambahan bahan kimia seperti Urea, Guadinin, Klorida dan detergen tidak
bermuatan ion dapat mengubah struktur dan mempengaruhi jalannya panas.
Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain
dapat untuk memperkirakan daya simpan suatu makanan, juga dapat digunakan
sebagai indikator sanitasi makanan atau indikator keamanan makanan.
Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi uji kualitatif untuk menentukan
mutu dan daya tahan suatu makanan, uji kuantitatif bakteri patogen untuk
menentukan tingkat keamanannya, dan uji bakteri indikator untuk mengetahui
tingkat sanitasi makanan tersebut (Fardiaz 1993).
Metode reduksi methylene blue adalah metode yang dilakukan terhadap
bakteri-bakteri yang menghasilkan enzim dehidrogenase yang dapat melakukan
oksidasi dan menghasilkan hydrogen di dalam susu. Metode ini dapat
memberikan gambaran perkiraan jumlah bakteri patogen tiap satu ml susu
berdasarkan waktu reduksi, sehingga dapat ditentukan kualitas dari susu
tersebut (Huda dan Holidy, 2016). Waktu reduktase menunjukkan waktu dari
kinerja ensim reduktase terhadap keadaan air susu yang berguna untuk
menentukan adanya bakteri patogen pada air susu. Enzim reduktase di dalam
air susu dibentuk oleh bakteri patogen yang dapat mereduksi zat warna biru
metilen menjadi tidak berwarna, semakin cepat biru metilen hilang,
menunjukkan air susu tersebut semakin banyak mengandung bakteri patogen
(Sari dkk., 2013).
Dalam uji ini ditambahkan sejumlah zat warna methylene blue ke dalam
susu, kemudian diamati waktu yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan
aktivitas yang dapat menyebabkan perubahan warna methylene blue tersebut
(Huda dan Holidy, 2016). Prinsip dari uji reduktase adalah dalam susu terdapat
enzim reduktase yang dibentuk oleh bakteri patogen, maka enzim ini akan
mereduksi zat biru metilen menjadi larutan tidak berwarna (dekolorisasi).
Semakin tinggi jumlah bakteri patogen di dalam susu, semakin cepat terjadi
perubahan warna, maka dilakukannya uji reduksi biru metilen ini dapat
memberikan gambaran perkiraan jumlah bakteri patogen yang terdapat di dalam
susu, kemudian diamati waktu yang dibutuhkan oleh bakteri patogen untuk
melakukan aktifitas yang dapat menyebabkan perubahan warna dari zat warna
biru metilen. Alasan inilah yang menjelaskan pentingnya uji reduktase
methylene blue dalam mengetahui kualitas mikrobiologis pada air susu
(Saragih dkk., 2013).
Tabel 3.4 Hasil Analisis Uji Reduktase
Kelompok Sampel Waktu
30’ 60’ 90’ 120’ 150’
7-8 Susu segar +++++ +++++ +++++ +++++ +++++
9-10 Susu simpan 1 hari di +++++ +++++ +++++ ++++ ++++
suhu ruang
11-12 Susu simpan 1 hari di +++++ +++++ +++++ +++++ +++++
suhu dingin (kulkas)
Sumber : Laporan Sementara
Keterangan :
+ : Sama seperti susu segar/blanko
++ : Semburat biru
+++ : Kebiruan
++++ : Biru
+++++ : Biru tua
E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Acara I “Uji Mutu Air Susu" dapat diambil
kesimpulan bahwa :
a. Jumlah total padatan sampel susu segar sebesar 16,70%; susu fullcream
sebesar 9,40%; susu skim sebesar 15%; dan susu formula sebesar 18,3%.
b. Pengamatan dengan uji alkohol menunjukkan bahwa sampel susu segar dan
susu segar suhu dingin 1 hari telah mengalami penggumpalan dan kurang
mengalami pengendapan, sedangkan sampel susu segar yang disimpan pada
suhu ruang mengalami penggumpalan dan cukup mengendap.
c. Pengamatan dengan uji reduktase menunjukkan pada sampel susu segar dan
susu suhu dingin 1 hari tidak mengalami perubahan warna selama 150
menit yaitu warna tetap biru tua, sedangkan sampel susu simpan 1 hari di
suhu ruang mengalami perubahan warna biru pada menit ke- 120 hingga ke-
150.
DAFTAR PUSTAKA
Abid, H., Ali, J., Waqas, M., Anwar, Y., and Ullah, J. (2009) Microbial quality
assessment study of branded and unbranded milk sold in Peshawar City,
Pakistan. Pakis. J. Nutrit., 8: 704-709.
Abubakar, Triyantini, R. Sunarlim, H. Setyanto, dan Nurjanah. 2000. Pengaruh
Suhu dan Waktu Pasteurisasi terhadap Mutu Susu Selama Penyimpanan.
Balai Penelitian Ternak. Bogor.
Ace, I. S., Wahyuningsih. 2010. Hubungan variasi pakan terhadap mutu susu segar
di desa pasirbuncir kecamatan caringin kabupaten bogor. Jurnal. Jurnal
Penyuluhan Pertanian volume 5 nomor 1 halaman 67-77.
Bayu, Mohammad Kresna., Heni Rizqiati., dan Nurwantoro. 2017. Analisis Total
Padatan Terlarut, Keasaman, Kadar Lemak, dan Tingkat Viskositas pada
Kefir Optima dengan Lama Fermentasi yang Berbeda. Jurnal Teknologi
Pangan Vol. 1 No. 2 Hal 33-38.
BPOM. 2006. Kategori Pangan. Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.52.4040.
Buckle, K.A., Edwards, G.H. Fleet, dan H. Wooton. (1985). Ilmu Pangan.
Universitas Indonesia. : Jakarta
Cempirkova, R. (2006) Factors Negatively influencing microbial contamination of
milk. J. Agric. Trop. Et Subtrop. 39: 220-221.
Chairunnisa, Hartati. 2009. Penambahan Susu Bubuk Full Cream pada Pembuatan
Produk Minuman Fermentasi dari Bahan Baku Esktrak Jagung Manis.
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. XX No. 2.
Chapman and Hall. 1999. Milk Quality. Ashen Publishers, Inc, Maryland ISBN 0-
8342-1345-1.
Dairygoodness. 2014. Other Types of Milk. www.dairygoodness.ca
Damodaran, S. and Paraf, A. 1997. Food Proteins and Their Applications. Marcel
Dekker Inc. New York .
Day dan Underwood. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta:
Erlangga.
Djaafar, T.F., dan Rahayu, S. 2006. Cemaran Mikroba Pada Produk Pertanian,
Penyakit yang Ditimbulkan dan Pencegahannya. Jurnal Litbang Pertanian,
26(2):67-75.
Dwi Cahyono, Masdiana Ch. Padaga dan Manik Eirry Sawitri.2013. Kajian
Kualitas Mikrobiologis (Total Plate Count (TPC), Enterobacteriaceae Dan
Staphylococcus Aureus) Susu Sapi Segar Di Kecamatan Krucil Kabupaten
Probolinggo .Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. Vol. 8(1):1-5.
Dwitania, D. C., Swacita, I. B. 2013. Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu
Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar. Indonesia
Medicus Veterinus 2013 2(4) : 437 – 444 ISSN : 2301-7848
Dwitania, Deski C., dan Ida Bagus Ngurah Swacita. 2013. Uji Didih, Alkohol dan
Derajat Asam Susu Sapi kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota
Denpasar. Jurnal Indonesia Meicus Veterinus. Vol. 2. No. 4. Hal. 437-444.
Eckless, G. H., W. B. Combs, dan H. Macy. 1951. Milk and Milk Products. New
York: McGraw Hill Book C. O.
Fardiaz S. 1993. Mikrobiologi Pangan 1. Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Foster EM and Nelson Fe, Speck ML,Doesch RN, and Olson JC.1961. Dairy
Microbiology.Prentice-Hall, Inc. New Jersey.
Gleeson, D., O'Brien, B., Flynn, J., O'Callaghan, E., and Galli, F. (2009) Effect of
pre-milking teat preparation procedures on the microbial count on teats prior
to cluster application, J. Vet. Irish 62: 461- 467.
Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-Hasil Olahan Susu, Ikan, Daging Dan Telur.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hassan, Amjad and Mahmood. 2009. Microbiological and Physicochemical
Analysis of Different UHT Milks Available in Market. African Journal of
Food Science Vol. 3(4).
Hempen, M., Unger, F., Munstermann, S., Seck, M.T. and Niamy, V. (2004) The
hygienic status of raw and sour milk from smallholder dairy farms and local
markets and potential risk for public health in the Gambia, Senegal and
Guinea, Animal Health Res.3: 4-54.
Huda, Misbahul., Holidy Ilyas. 2016. Pengaruh Waktu Dan Suhu Penyimpanan Air
Susu Ibu Terhadap Kualitas Bakterioogis. Jurnal Keperawatan. Vol 7 (1) :
97-105.
Kaewmanee, T., S. Benjakul, W., dan Visessanguan. 2011. Effect Of Salting
Processes And Time On The Chemical Composition Textural Properties,
And Microstructure Of Cooked Duck Egg. Journal Of Food Science 76 (2):
S139- S147.
Kelly, P.T., O'Sullivan, K., Berry, D.p., More, S.J., Meaney, W.J., O'Callaghan,
E.J. and O'Brien, B. (2009) Farm management factors associated with bulk
tank total bacterial count in Irish dairy herds during 2006/07. J. Vet. Irish
62 : 36-42.
Lingathurai, S. and Vellathurai, P. (2010) Bacteriological quality and safety of raw
cow milk in Madurai, South India. Web. Med. Central. Microb.1: 2-4.
Lues, J.F.R., De Beer, H., Jacoby, A., Jansen, K.E. and Shale, K. (2010) Microbial
quality of milk, produced by small scale farmers in a Peri-urban area in
South Africa. Afric. J. Microb. Res. 4: 1823-1830.
Maitimu, Centhya Victorin., Anang M. Legowo., dan Ahmad N. Al-‐Baarri. 2012.
Parameter Keasaman Susu Pasteurisasi Dengan Penambahan Ekstrak
Daun Aileru (Wrightia Caligria). Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol. 1
No. 1.
Man, Y. C., Suhardiyono, dan Ali A. Azudin MN.1992. Acetic Acid Treatment Of
Coconut Cream In Coconut Oil Extraxtion. ASEAN Food Journal 7(1): 38-
42.
Muchtadi, Tien, dkk. 2011. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Penerbit Alfabeta.
Bandung.
Muliro, Patrick S, Peter L. Shalo, dan Philip M. Kutima. 2013. Quality Assessment
of Raw Camel Milk Using Dye Reduction Tests. African Journal of
Microbiology Research, Vol. 04, No. 05.
Murti, Tridjoko Wisnu.2014. Pangan, Gizi, dan Teknologi susu. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Nababan, Lely A., I Ketut Suada, dan Ida Bagus Ngurah Swacita. 2014. Ketahanan
Susu Segar pada Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Uji Tingkat
Keasaman, Didih, dan Waktu Reduktase. Jurnal Indonesia Medicus
Veterinus. Vol. 3. No. 4. Hal. 274-282.
Nababan, Maulina, I Ketut Suada, Ida Bagus Ngurah Swacita.2015.Kualitas Susu
Segar pada Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Uji Alkohol, Derajat
Keasaman dan Angka Katalase.Jurnal Indonesia Medicus Veterinius. Vol
4(4) : 374-38.
Nandy, Subir Kumar., K.V. Venkatesh. 2010. Application Of Methylene Blue Dye
Reduction Test (Mbrt) To Determine Growth And Death Rates Of
Microorganisms. African Journal of Microbiology Research Vol. 4 (1) :
061-070.
Ng-Kwai-Hang KF. 2003. Milk proteins-heterogeneity, fractionation and isolation.
In: Roginski H, Fuquay JW, Fox PF, editors, Encyclopedia of Dairy
Sciences. London: Academic Press. pp. 18811894
Nilamsari, G.A., S.M Sayuthi dan Sudjatmogo Tampilan Total Bakteri Dan Ph Pada
Susu Sapi Friesien Holstein (Fh) Akibat Perbedaan Konsentrasi Iodosfor.
Total Animal Agriculture Journal.Vol.4(1): 177-181.
Novia, D., S. Melia, dan N. Z. Ayuza. 2011. Kajian Suhu Pengovenan Terhadap
Kadar Protein Dan Nilai Organoleptik Telur Asin. Jurnal Peternakan 8 (2):
70 – 76.
Nurwantoro. 1997. Mikrobiologi Pangan Hewani-Nabati. Kanisius, Yogyakarta.
Padaga, Masdiana C., Dan Aulanni’am. 2017. Susu Sebagai Nutrasetika Untuk
Penyakit Gangguan Metabolik. Malang: UB Press.
Saragih, C.I., Suada, I.K., dan Sampurna, I.P. (2013). Ketahanan Susu Kuda
Sumbawa Ditinjau dari Waktu reduktase, Angka Katalase, Berat Jenis, dan
Uji Kekentalan. Indonesia Medicus Veterinus,2 (5), 553-561.
Sari, M., I.B.N. Swacita dan K.K. Agustina. 2013. Kualitas Susu Kambing
Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka
Katalase. Jurnal Indonesia Medicus Veterinus. 2 (2): 202 – 207.
Septiani,Monica, Yatri Drastini.2014. Jumlah Total Bakteri Susu dari Koperasi
Susu di Yogyakarta dan Jawa Timur.Jurnal Sain Veteriner.Vol 32 (1): 68-
74.
Sintasari, Rinelda Ayu., Joni Kusnadi., dan Dian Widya Ningtyas. 2014. Pengaruh
Penambahan Konsentrasi Susu Skim dan Sukrosa terhadap Karakteristik
Minuman Probiotik Sari Beras Merah. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.
2 No. 3 Hal 65-75.
Smith, C. S., dan Gnodi M. T. 1959. Analytical Chemistry 2.0. Cambridge: MIT
Press.
SNI 01-3141-1998 Tentang Susu Segar. Badan Statistik Nasional. Indonesia
Sommer and Binney. 1922. A Study of The Factors That Influence the Coagulation
of Milk in the Alcohol Test. Department of Dairy Husbandry, College of
Agriculture, University of Wisconsin Madison, Wisconsin.
Standar Nasional Indonesia. 01-3141-1998. Susu Segar.
Standar Nasional Indonesia. 1998. 01-3141-1998 : Susu Segar. Badan Standardisasi
Indonesia
Suardana IW dan Swacita IBN. 2009. Higiene Makanan Kajian Teori Dan Prinsip
Dasar. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana. Denpasar.
Sudarwanto M. 2005. Bahan Kuliah Hygine Makanan Bagian Penyakit Hewan dan
Kesehatan Masyarakat. Veteriner FKH IPB.Bogor.
Sunarlim, Roswita. 2009. Potensi Lactobacillus, sp. Asal dari Dadih Sebagai Starter
pada Pembuatan Susu Fermentasi Khas Indonesia. Buletin Teknologi
Pascapanen Pertanian Vol. 5.
Talib, Muhammad Fachrial. 2007. Aplikasi Statistical Process Control (SPC)
dalam Pengendalian Bobot Bersih Susu UHT Real Good Sereal Strawberry
di PT. Greenfields Indonesia, Kabupaten Malang. Skripsi Ilmu dan
Teknologi Pangan IPB Bogor.
Tarigan, M. S., dan Edward. 2003. Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi (Total
Suspended Solid) Di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. Makara Sains 7
(3).
Umar, Razali, dan Andi Novita.2014.Derajat Keasaman Dan Angka Reduktase
Susu Sapi Pasteurisasi Dengan Lama Penyimpanan Yang Berbeda. Jurnal
Medika Veterinaria. Vol. 8(1):43-46.
Volk, W.A. dan M.F. Wheeler. 1990. Mikrobiologi Dasar. Edisi ke-5. Erlangga.
Jakarta.
Wardana, Agung Setya. 2012. Teknologi Pengolahan Susu. Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Slamet Riyadi Surakarta
Widayanti, Galih., Didik Setiyo Widodo, Dan Abdul Haris. 2012.
Elektrodekolorisasi Perairan Tercemar Limbah Cair Industri Batik Dan
Tekstil Di Daerah Batang Dan Pekalongan. Jurnal Kimia Sains Dan
Aplikasi 15 (2): 62 – 69.
Widodo. 2018. Bakteri Asam Laktat Strain Lokal. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Umum.
Yogyakarta.
Yuliani. 2006. Kandungan Mineral Protein Krim Kelapa (Blondo) Yang Diperoleh
Dari Pengendapan Menggunakan Kalsium Sulfat. Jurnal Teknologi
Pertanian 2(1): 7-12.
LAMPIRAN DOKUMENTASI
18,588−17,741
A. %𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑠𝑢 𝑠𝑒𝑔𝑎𝑟 = 𝑋 100%
22,803−17,741
= 16,7%
18,505−17,726
B. %𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑠𝑢 𝑠𝑘𝑖𝑚 = 𝑋 100%
22,915−17,726
= 15%
18,020−17,553
C. %𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑠𝑢 𝑓𝑢𝑙𝑙 𝑐𝑟𝑒𝑎𝑚 = 22,600−17,553 𝑋 100%
= 9,4%
18,744−17,756
D. %𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑠𝑢 𝑓𝑜𝑟𝑚𝑢𝑙𝑎 = 𝑋 100%
23,017−17,756
= 18,8%