You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Maluku merupakan salah satu provinsi bahari di Indonesia karena sembilan puluh
persen dari luas daerahnya merupakan lautan. Sebagian besar masyarakat maluku hidup
sebagai nelayan. Sehingga maluku merupakan penghasil ikan terbesar di Indonesia.
Komoditi perikanan menjadi salah satu komoditi unggulan. Dengan kekayaan laut
itu maka muncul pasar ikan sebagai tempat jual beli ikan yang selalu ramai setiap
harinya. Persepsi masyarakat tentang pasar ikan adalah tempat kotor dan bau sehingga
pembeli tidak merasa nyaman untuk berbelanja. Tanpa disadari kekayaan laut merupakan
salah satu kelebihan yang dimiliki dan seharusnya dapat dikembangkan seoptimal
mungkin. Selain itu Maluku memiliki budaya leluhur yang masih dipegang teguh dalam
masyarakatnya.

1.2 Rumusan Masalah


1 Bagaimana sejarah Maluku?
2 Apa saja tempat wisata di Maluku?
3 Apa saja kesenian yang ada di Maluku ?

1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat bertujuan agar kita mengetahui lebih dalam tentang ragam
budaya Indonesia, dan jenis kebudayaan yang dimiliki setiap daerah khususnya budaya
masyarakat Maluku.

1.4 Manfaat
– Agar mahasiswa mengetahui berbagai macam tradisi dan kebudayaan Maluku
– Agar meningkatkan kepedulian mahasiswa terhadap budaya-budaya di Indonesia.
BAB II
ISI

2.1 Sejarah Maluku


Ibukota maluku adalah ambon, pada tahun 1999 provinsi maluku berkembang
menjadi 2 provinsi yaitu maluku selatan dan maluku utara yang beribukota di Sofifi. Pada
prinsipnya kalau orang membicarakan Ambon, tentu tidak terlepas juga orang
merepresentasi manusia Maluku dengan sebutan Ambon, bukan menunjuk hanya pada
batasan aspek ruang sosial, artinya yang di kenal Ambon adalah hanya orang Maluku
yang berdomisili di Pulau Ambon, tetapi sebutan ini sangat populer untuk menyatukan
semua orang Maluku.
Kepulauan Maluku merupakan kepulauan di Indonesia, dan bagian dari wilayah
yang lebih besar Maritim Asia Tenggara. Tektonik mereka berada di Lempeng
Halmahera dalam Zona Collision Laut Maluku. Secara geografis mereka berada timur
dari Sulawesi, sebelah barat New Guinea, dan utara Timor. Pulau-pulau juga historis
dikenal sebagai Kepulauan Rempah oleh Cina dan Eropa, tetapi istilah ini juga telah
diterapkan ke pulau-pulau lainnya. Di Ambon desa dinamakan dengan negeri yang
dikepalai oleh seorang Raja. Di dalam sebuah desa atau negeri terdapat
beberapa perkampungan yang di pimpin oleh Aman. Di dalam sebuah perkampungan
terdiri dari bagian kampung yang dipimpin oleh seorang Soa. Di dalam Soa terdapat
beberapa rumah yang dipimpin oleh mata rumah. Pada zaman modern ini bentuk desa
demikian telah mulai hilang. Karena sewaktu mereka pindah dari perdalaman ke dareah
pesisir pantai kesatuan-kesatuan yang mereka adakan telah berpencar dan tidak
menemukan satu sama lain. Rumah-rumah yang biasa mereka tempati ialah rumah
pangung. Rumah-rumah penduduk asli sangat berbeda dengan penduduk yang tidak
bertiang sejajar dengan tanah. Rumah kepala Soa biasanya selalu dibangun dengan
megah dan indah ala perumahan Eropa.

2.2 Tempat wisata


2.2.1 Anjungan Ambon Manise
Kota Ambon juga memiliki anjungan seperti di pinggir Pantai Losari yang ramai
dikunjungi oleh para wisatawan. Berlokasi di dekat kantor Balai Kota Ambon dan
Lapangan Merdeka, anjungan ini bertuliskan dua kata yaitu Ambon Manise. Di anjungan
ini, wisatawan dapat berfoto dengan latar belakang tulisan yang berwarna jingga. Jika
malam hari, wisatawan lokal, domestik, maupun mancanegara akan menyempatkan
berfoto dengan salah satu objek wisata Kota Ambon ini. Sementara untuk memasuki
kawasan ini, wisatawan tidak dipungut biaya.
2.2.2 Patung Pattimura
Diresmikan pada tahun 2008, Patung Pattimura ini menjadi bagian dari koleksi
patung yang ada di Pulau Ambon ini. Berada di Pattimura Park yang masih bersebelahan
dengan Lapangan Merdeka, sang kapiten berpose dengan menghunus pedang panjang
dan memegang perisai di tangan kanan. Perjuangan Pattimura merebut Benteng
Duurstede di Kota Saparua dapat dikenang melalui patung ini. Di sekitar Patung
Pattimura, wisatawan dapat duduk santai di bangku yang tersedia.
2.2.3 Gong Perdamaian Dunia
Salah satu simbol perdamaian pascakonflik antar penduduk Ambon yang berisu
SARA. Gong Perdamaian Masih teringat jelas sejarah kelam tentang pertikaian di
Ambon. Pertikaian bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Sampai
akhirnya kedua belah pihak sepakat untuk berdamai. Gong bertuliskan “Gong
Perdamaian Dunia” tergantung di puncak anak tangga menjadi sebuah simbol
perdamaian. Di badan gong, bertaburan bendera negara-negara di dunia. Gong ini sendiri
selain berada di Ambon, juga ada di Yogyakarta, Kupang, dan Ciamis.
2.2.4 Gereja Silo
Gereja Silo merupakan salah satu gereja tertua yang ada di Ambon. Gereja ini
terletak di sebuah perempatan jalan yang juga berdekatan dengan Tugu Trikora. Simbol
salib dan sebuah ayam hinggap di dua pucuk menara gereja. Jika difoto dengan sudut
yang rendah, tugu dan dua buah menara seperti bersaing untuk menjadi yang tertinggi.
Jika Anda datang ke Gereja Silo, sempatkan untuk masuk ke dalam gereja.
2.2.5 Jembatan Merah Putih
Jembatan Merah Putih berdiri megah sepanjang 1.140 meter, didaulat sebagai
jembatan terpanjang di kawasan Indonesia Timur. Jembatan ini menghubungkan sisi
utara dengan sisi selatan Kota Ambon, tepatnya Desa Rumah Tiga (Kecamatan Sirimau)
dan Desa Hative Kecil (Kecamatan Teluk Ambon). Sebelum ada Jembatan Merah Putih,
jarak dari Bandara Intenasional Pattimura ke Kota Ambon (sekitar 35 kilometer) harus
ditempuh selama 60 menit dengan memutari Teluk Ambon. Dari jembatan, Anda akan
disuguhkan panorama teluk yang istimewa. Birunya teluk dengan lalu-lalang kapal begitu
menyejukkan mata. Saat matahari terbenam, pemandangan dari sini berganti menjadi
kilauan lampu-lampu Kota Ambon.
2.2.6 Patung Christina Marta Tiahahu
Kisah heroik salah satu pahlawan wanita muda terbaik dari Maluku diabadikan dalam
sebuah patung di atas bukit. Tepatnya di daerah Karang Panjang, bersebelahan dengan
Kantor DPRD Maluku. Menuju Karang Panjang dari Kota Ambon, akan melewati jalan
menanjak dan beberapa tikungan tajam. Dari lokasi Patung Martha Christina Tiahahu,
kita bisa melihat pemandangan Kota Ambon. Lokasi ini biasa dijadikan tempat alternatif
untuk menikmati suasana santai, terutama para muda-mudi yang ingin menikmati
pemandangan Kota Ambon.
2.2.7 Patung Pattimura di Lapangan Merdeka
Satu lagi pahlawan Maluku yang amat berjasa dan tersohor karena meruntuhkan
salah satu benteng terbesar Belanda ialah Kapitan Pattimura. Perawakannya jelas
tercermin dalah patung besar yang berada di Lapangan Merdeka. Lapangan ini juga
berfungsi sebagai alun-alun. Banyak ragam kegiatan yang dilakukan masyarakat di sini,
seperti lari, voli, basket, hingga sepak bola, dan permainan anak-anak
2.2.8 Warung Rujak Natsepa
Sama dengan wilayah wisata lainnya, tentu saja Ambon memiliki kuliner khas
yang wajib untuk dicoba. Warung Rujak Natsepa ini menjadi tempat wisata unik Ambon
yang jangan sampai terlewat. Tentu saja rujak ini berbeda dengan rujak-rujak yang
lainnya. Rujak khas buatan usi-isi (sebutan tante bagi masyarakat Ambon) ini punya cita
rasa berbeda dan unik. Makanya rujak Natsepa ini dicari para wisatawan. Bukan hanya
rasanya saja, Warung Rujak Natsepa ini mempunyai lokasi yang sangat istimewa.
Warung ini langsung menghadap ke pantai dengan pemandangan laut lepas yang biru.
2.2.9 Pemandian Air Panas Tulehu
Tempat wisata pemandian air panas ini berlokasi di Desa Tulehu, Kecamatan
Salahutu. Pemandian air pans ini berlokasi dekat dengan pantai Tulehu. Pemandian air
panas yang mengandung belerang yang tinggi ini memiliki khasiat untuk menyembuhkan
penyakit. Khasiat ini dipercayai oleh warga lokal dan tetua adat disekitar pemandian air
panas Tulehu. Lokasi pemandiannya pun sangat unik, terletak dibawah bukit sehingga
terkesan seperti didalam hutan.
2.2.10 Pulau Liang
Ambon dikenal dengan keindahan pantainya. Banyak pantai indah yang bisa
dikunjungi selama berlibur ke kota Ambon. Salah satu yang paling terkenal adalah Pantai
Liang yang juga jadi pantai favorit warga Ambon. Pantai Liang sendiri berlokasi di
Kampung Liang yang jaraknya sekitar 30km dari kota Ambon. Lokasi pantai liang dekat
dengan akses pelabuhan sehingga banyak yang menjadikan lokasi untuk piknik.

2.3 Kesenian
2.3.1 Rumah Adat Maluku

Rumah adat Baileo adalah rumah adat di daerah Maluku sebagai representasi
kebudayaan masyarakat Maluku memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan
masyarakat Maluku. Salah satu fungsi rumah adat Baileo adalah tempat untuk berkumpul
seluruh warga. Perkumpulan warga di rumah adat Baileo merupakan aktivitas yang
dilakukan dalam rangka mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang sedang di
hadapi oleh masyarakat setempat. Selain itu, tempat ini memiliki fungsi lain yaitu tempat
untuk menyimpan benda-benda keramat, tempat upacara adat dan sekaligus tempat untuk
bermusyawarah. Baileo itu sebutan atau nama dari rumah adat orang Maluku, dengan
bentuk bangunan yang besar, material bangunan sebagian besar berbahan dasar kayu,
kokoh dengan cukup banyak ornamen, ukiran yang menghiasi seluruh bagian dari rumah
tersebut. Baileo merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat pertemuan warga
(balai bersama), selain sebagai tempat pertemuan / kegiatan Baileo juga berfungsi untuk
menyimpan benda-benda suci, senjata atau pusaka peninggalan dari nenek moyang warga
kampung tersebut.
2.3.2. Tari Bambu Gila

Atraksi Bambu Gila, sebuah permainan rakyat yang berasal dari Maluku. Sebuah
kekayaan budaya yang di miliki indonesia. Maluku punya banyak budaya dan beragam
Tarian, tidak heran Banyak penyanyi, pemusik dan penari yang berasal dari Maluku.
Budaya Maluku memang erat sekali dengan tradisi bermain musik serta tari-menari.
diantara begitu banyaknya Tarian Tradisional khas Maluku, ada 1 yang unik yaitu Salah
satu tarian tradisional adalah sebuah tarian yang bernama tari Bulu Gila atau Bambu Gila,
suatu tarian yang berasal dari permainan rakyat Maluku Tengah. Tarian ini begitu banyak
dicari wisatawan yang mengunjungi Maluku, begitu menariknya karena Tarian Bambu
Gila ini dibantu oleh kekuatan Supranatural.

2.3.2 Tari Cakalele

Cakalele merupakan tarian tradisional Maluku yang dimainkan oleh sekitar 30


laki-laki dan perempuan. Para penari cakalele pria biasanya menggunakan parang dan
salawaku sedangkan penari wanita menggunakan lenso (sapu tangan). Cakelele
merupakan tarian tradisional khas Maluku. Para penari laki-laki mengenakan pakaian
perang yang didominasi oleh warna merah dan kuning tua. Di kedua tangan penari
menggenggam senjata pedang (parang) di sisi kanan dan tameng (salawaku) di sisi kiri,
mengenakan topi terbuat dari alumunium yang diselipkan bulu ayam berwarna putih.
Sementara, penari perempuan mengenakan pakaian warna putih sembari menggenggam
sapu tangan (lenso) di kedua tangannya. Para penari Cakalele yang berpasangan ini,
menari dengan diiringi musik beduk (tifa), suling, dan kerang besar (bia) yang ditiup.
Salawaku-Tameng.
Keistimewaan tarian ini terletak pada tiga fungsi simbolnya. (1) Pakaian berwarna
merah pada kostum penari laki-laki, menyimbolkan rasa heroisme terhadap bumi
Maluku, serta keberanian dan patriotisme orang Maluku ketika menghadapi perang. (2)
Pedang pada tangan kanan menyimbolkan harga diri warga Maluku yang harus
dipertahankan hingga titik darah penghabisan. (3) Tameng (salawaku) dan teriakan
lantang menggelegar pada selingan tarian menyimbolkan gerakan protes terhadap sistem
pemerintahan yang dianggap tidak memihak kepada masyarakat.

2.3.4 Tari Saureka


Delapan orang penari mementaskan tarian Saureka-reka di Ambon, Maluku. Tari
Saureka-reka adalah tarian tradisional dari Maluku yang mempertunjukkan kelincahan
kaki menginjak bagian tengah dari empat bilah “gaba-gaba” (pelepah pohon Sagu) yang
dipukul sebagai alunan musik dalam tari ini, mulai dari tempo lambat hingga cepat
2.3.5 Tari katreji

Tarian katreji merupakan percampuran budaya Portugis dan Belanda dengan


budaya Maluku, karena menggunakan bahasa Portugis dan Belanda pada saat penarinya
memberikan aba-aba pada setiap gerak yang dilakukan. Sedangkan tarian polonaise
adalah tarian lambat berasal dari Polandia. Polonaise merupakan kata dalam bahasa
Perancis yang berarti “Orang Polandia”. Tari polonaise kemungkinan dibawa ke Maluku
oleh para pedagang Eropa. Para penarinya saling berpasangan sambil membentuk formasi
lingkaran dan biasanya ditampilkan pada saat pesta pernikahan.

2.3.6 Alat Musik


Asal usul alat musik tifa Asal usul alat musik tifa – Tifa adalah alat musik pukul.
Alat musik tifa berasal dari daerah maluku dan papua, Tifa mirip seperti gendang cara
dimainkan adalah dengan dipukul. Terbuat dari sebatang kayu yang dikosongi atau
dihilangi isinya dan pada salah satu sisi ujungnya ditutupi, dan biasanya penutupnya
digunakan kulit rusa yang telah dikeringkan untuk menghasilkan suara yang bagus dan
indah.

Alat musik tradisional warisan nenek moyang yang sering digunakan diberbagai
upacara dan kesenian tradisional adalah Tifa, Ukulele, dan Sawat. Diluar dari
beragamnya alat musik, orang Maluku terkenal handal dalam bernyanyi. Sejak dahulu
mereka sudah sering bernyanyi dalam mengiringi tari-tarian tradisional, maka terlahirlah
penyanyi terkenal seperti Broery Pesulima, Harvey Malaihollo, Daniel Sahuleka, Ruth
Sahanaya, Glen Fredly dan masih banyak lagi yang lainnya.
2.3.7 Kerajinan Tangan
Kriya anyaman yang tersebar di Nusantara terdiri atas bentuk-bentuk tradisional
yang masih bertahan pengembangan dari bentuk-bentuk tradisional, hingga bentuk-
bentuk desain baru. Tasikmalaya (Jawa Barat) adalah salah satu pusat kerajinan anyaman
dari berbagai bahan dan bentuk. Di Halmahera (Maluku) rotan di produksi menjadi tas
punggung. Di Papua Anyaman dapat ditemukan pada produksi gelang khas masyarakat
papua yang terbuat dari serat kayu dan batan anggrek hutan.

Selain terkenal dengan keindahan alamnya, Maluku juga menyimpan banyak


tradisi yang menjadi warisan kekayaan budaya Indonesia. Salah satu tradisi yang turun
temurun dilakukan oleh masyarakat Maluku, adalah kegiatan membuat tenunan. Kain
tenun Maluku memang memiliki makna filosofis tersendiri. Jangan heran, jika harga
selembar kain tenun ini cukup mahal, bukan saja karena lamanya proses pengerjaan,
namun pada awalnya kain tenun ini memang sebenarnya tidak ditujukan untuk dijual.
Kain tenun Maluku biasanya menjadi mas kawin yang diberikan keluarga lelaki kepada
pihak perempuan. Untuk selanjutnya kain tenun ini disimpan dan hanya dijual jika
memang benar-benar membutuhkan uang.
Proses produksi kain tenun ini juga tidak menggunakan alat modern.
Menggunakan pemintal tradisional dengan menggunakan benang dari kapas, serta
pewarnaannyapun tidak menggunakan pewarna buatan melainkan menggunakan pewarna
alami yang berasal dari akar kayu dan dedaunan.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kaya akan budaya sudah semestinya indonesia berbangga, maka sudah selayaknya
bagi bangsa dan masyarakat negeri ini untuk melestarikan dan menjaga beraneka ragam
budaya yang unik di berbagai daerah indonesia ini. Mari kita panjatkan puja dan puji
syukur kita kehadirat Tuhan Maha Esa yang telah memberi kesehatan dan keselamatan
pada kita sebagai masyarakat yang memiliki cipta rasa tinggi dan sebagai negara yang
berbudi luhur. Sebagai mana yang telah dikaruniakannya kepada masyarakat kita, yaitu
sebuah data kreatifitas tinggi yang di ciptakan mulai dari nenek moyang kita hingga
generasi muda sekarang, telah banyak berbagai adat istiadat serta yang menjadikan
bangsa ini memiliki kekayaan atribut serta kepribadian istimewa dimuka dunia. Berbicara
mengenai budaya bangsa indonesia pasti tidak akan ada habisnya, mengingat begitu
banyaknya budaya yang terdapat mulai dari Sabang sampai Merauke. Pulau-pulau di
Indonesia dengan berbagai macam suku bangsa yang semuanya memiliki keunikan
masing-masing. Tapi semua terangkum menjadi satu yaitu sebuah ikatan yang ber- “
BHINEKA TUNGGAL IKA” dengan menunjukkan adat ketimuran dan berazaskan
Pancasila. Jadi tidak mustahil jika banyak hasil cipta rasa dan karya dalam berbagai adat
dan budaya yang dimiliki bangsa Indonesia ini selalu dilirik bangsa lain.

3.2 SARAN
Keanekaragaman budaya yang ada di nusantara hendaknya jangan dijadikan sebagai
perbedaan, tetapi lebih baik jika dijadikan sebagai kekayaan bangsa indonesia. Kita
selaku masyarakat bangsa indonesia memiliki kewajiban untuk selalu melestarikan
kebudayaan yang beragam tersebut agar kita dapat menjadi bangsa yang besar dan mau
serta mampu menghargai kebudayaan tersebut.
Sikap saling menghormati budaya perlu dikembangkan dalam masyarakat agar
kebudayaan kita yang terkenal tinggi nilainya tetap lestari, tidak terkena dampak buruk
yang datang akibat perubahan peat yang terjadi di dunia. Melestarikan kebudayaan yang
ada di Indonesia harus didasari dengan rasa kesadaran yang tinggi tanpa adanya paksaan
dari pihak manapun. Hal ini dimaksudkan agar tercipta suatu kedamaian dan
keharmonisan, tidak ada perpecahan di antara kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Prodjo WA. Destinasi Wisata di Kota Ambon. Kompas. 2015. Diakses tanggal 27 Maret
2018
https://travel.kompas.com/read/2015/03/10/091306127/5.Destinasi.Wisata.di.Kota.Ambo
n.
Haryadi M. Destinasi Wisata Ambon: Jembatan Merah Putih, Benteng Victoria
hingga Pantai Natsepa. Tribunnews. 2016 diakses tanggal 27 Maret
2018 http://www.tribunnews.com/travel/2016/04/05/destinasi-wisata-ambon-
jembatan-merah-putih-benteng-victoria-hingga-pantai-natsepa?page=all.
Adiakurnia MI. Satu Hari Berkeliling Kota Ambon. Kompas. 2017. Diakses
tanggal 27 Maret 2018
https://travel.kompas.com/read/2017/11/14/201200427/itinerary-satu-hari-
berkeliling-kota-ambon.

You might also like