You are on page 1of 8

p-ISSN 2086-6380 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):200-207

e-ISSN 2548-7949 DOI: https://doi.org/10.26553/jikm.2017.8.3.200-207


Available online at http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm

ANALISIS PARTISIPASI KADER JUMANTIK DALAM UPAYA


PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS INDRALAYA

Yusvita Rahayu1, Iwan Stia Budi2, Yeni2


1
Puskesmas Cempaka Kabupaten Lampung Utara
2
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

ANALYZE THE PARTICIPATION OF JUMANTIC CADRES IN DENGUE


HEMORRHAGIC FEVER (DHF) IN THE WORKING AREA OF INDRALAYA’S CENTER
OF PUBLIC HEALTH

ABSTRACT
Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease that is common in the tropics area and often
causes extraordinary events. Indonesia is a tropical area, so Indonesia is prone to occur outbreaks of DHF.
The government needs community participation in the effort of controlling DBD (mosquito larvae) through
periodic and continuous larva examination and mobilize the community in eradicating mosquito breeding. To
increase the participation of community, cadres of jumantik is needed. This study aims to determine the
factors that influence the participation of jumantic cadres in the prevention of DHF.
Methods: This research used cross sectional design. The sample of this research is jumantik cadre in the
working area of Indralaya’s center of public health which amounts to 86 people selected using simple
random sampling technique. Data analysis using univariate analysis, bivariate analysis using chi square test,
and multivariate analysis using multiple logistic regression test prediction model.
Result: The result of uni chi square analysis showed that there was a relation between work (p=0,005),
motivation (p=0.0001), communication (p=0.0001), reward (p=0,0001), and cooperative (P=<0.0001) with
the participation of jumantik cadres, but no relation between age (p=0,088) and education (p=0,522) with
participation of jumantik cadres.
Conclusion: The most dominant factor toward the participation of jumantik cadres in the working area of
Indralaya’s center of public health is reward. Researcher’s suggestions for the center of public health is
given to incentives jumantik cadres in order to increase the participation of jumantik cadres.
Keywords: Participation, DHF, cooperation.
ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak dijumpai di
daerah tropis dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pemerintah membutuhkan partisipasi
masyarakat dalam upaya pengendalian DBD (jentik nyamuk) melalui pemeriksaan jentik secara berkala dan
berkesinambungan serta menggerakan masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk. Untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat diperlukan adanya kader jumantik. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi kader jumantik dalam
penanggulangan DBD.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah kader jumantik di
wilayah kerja Puskesmas Indralaya berjumlah 86 orang yang dipilih dengan menggunakan teknik simple
random sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji
chi square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda model prediksi.
Hasil Penelitian: Hasil analisis uni chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan
(p=0,005), motivasi (p=<0,0001), komunikasi (p=<0,0001), penghargaan (p=0,0001), dan kerjasama
(p=<0,0001) dengan partisipasi kader jumantik, namun tidak ada hubungan antara usia (p=0,088) dan
pendidikan (p=0,522) dengan partisipasi kader jumantik. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa
variabel yang memiliki hubungan kemaknaan paling kuat dengan partisipasi kader jumantik di wilayah kerja
Puskesmas Indralaya adalah penghargaan (PR=9,093;95%CI=1,493-55,396).
Kesimpulan: Faktor yang paling dominan terhadap partisipasi kader jumantik diwilayah kerja Puskesmas
Indralaya adalah penghargaan. Saran peneliti bagi pihak puskesmas adalah memberikan insentif kepada para
kader jumantik agar keaktifan partisipasi kader dapat meningkat.
Kata Kunci: Partisipasi, DBD, kerjasama.

Alamat Koresponding: Yusvita Rahayu, Jl. Raya Cempaka Km 8, Kec. Sungkai Jaya, email : yusvita.rahayu@yahoo.com

200 November 2017


Rahayu et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):200-207

PENDAHULUAN masyarakat.3 Partisipasi masyarakat dalam


pemberantasan sarang nyamuk perlu
Penyakit demam berdarah dengue
ditingkatkan antara lain melalui pemeriksaan
(DBD) merupakan penyakit menular yang
jentik secara berkala dan berkesinambungan
disebabkan oleh virus dengue dan disebarkan
serta menggerakkan masyarakat dalam
oleh nyamuk terutama spesies nyamuk Aedes
pemberantasan sarang nyamuk.4 Dalam
aegypti. Nyamuk penular dengue tersebut
meningkatkan partisipasi masyarakat
hampir ditemukan di seluruh pelosok
dibutuhkan kader jumantik yang merupakan
Indonesia, kecuali di tempat yang
kelompok kerja kegiatan pemberantasan
ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas
penyakit DBD di tingkat desa. Tujuan
permukaan laut.1
penyiapan kader jumantik yaitu untuk
World Health Organization (WHO)
menggerakan masyarakat dalam usaha
mencatat sejak tahun 1968 hingga tahun 2009
pemberantasan penyakit DBD terutama dalam
negara Indonesia termasuk negara dengan
pemberantasan jentik nyamuk penular
kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.2
sehingga penularan penyakit DBD ditingkat
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia,
desa dapat ditekan. Jumlah kasus DBD dapat
terjadi peningkatan kasus dari tahun 2014 ke
menurun apabila kader jumantik aktif dalam
2015 yaitu sebanyak 100.347 pada tahun 2014
melaksanakan program tersebut.5
menjadi 129.650 pada tahun 2015. Target
Tujuan penelitian yaitu menganalisis
Renstra Kementerian Kesehatan untuk angka
faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
kejadian DBD tahun 2015 sebesar <49 per
kader jumantik dalam penanggulangan DBD.
100.000 penduduk, dengan demikian
Indonesia belum mencapai target Renstra
2015. Menurut Profil Kesehatan Provinsi
METODE
Sumatera Selatan, jumlah kasus DBD di Penelitian ini merupakan penelitian
Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2014 kuantitatif yang menggunakan desain studi
juga mengalami peningkatan dibandingkan cross sectional. Analisis data menggunakan
dengan tahun 2013 yaitu sebanyak 1.450 analisis univariat, analisis bivariat
kasus pada tahun 2013 menjadi 1.506 kasus menggunakan uji chi square, dan analisis
pada tahun 2014. Data distribusi pelaporan multivariat menggunakan uji regresi logistik
tahunan kasus DBD berdasarkan Profil Dinas ganda model prediksi. Populasi penelitian
Kesehatan Kabupaten Ogan Ilir diketahui adalah seluruh kader jumantik di wilayah
bahwa selama 3 tahun berturut-turut kasus kerja Puskesmas Indralaya. Adapun sampel
DBD tertinggi berada di Kecamatan Indralaya penelitian berjumlah 86 orang yang dipilih
khususnya pada Puskesmas Indralaya dengan dengan menggunakan teknik simple random
jumlah kasus sebagai berikut (IR DBD tahun sampling. Cara pengumpulan data
2013=0,076, tahun 2014=0,071, tahun menggunakan data primer menyebarkan
2015=0,163). Pada tahun 2013 dan tahun instrument penelitian berupa kuesioner dan
2014 tidak ditemukan kasus meninggal yang melakukan wawancara terhadap kader sebagai
disebabkan oleh penyakit DBD, namun pada responden meliputi usia, pendidikan,
tahun 2015 ditemukan 1 kasus meninggal pekerjaan, motivasi, komunikasi,
yang disebabkan karena penyakit DBD. penghargaan, dan kerjasama yang dapat
Upaya pengendalian DBD (jentik mempengaruhi partisipasi kader.
nyamuk) pemerintah membutuhkan partisipasi

November 2017 201


Rahayu et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):200-207

HASIL PENELITIAN
Tabel 1.
Distribusi Kader Jumantik di Wilayah Kerja Puskesmas Indralaya

Variabel Partisipasi Kader Jumantik Total p-value PR


(95% CI)
Ya Tidak
n % N % n %
Usia
>35 tahun 36 53,7 31 46,3 67 100 0,148 1,701 (0,846-
≤35 tahun 6 31,6 13 68,4 19 100 3,420)
Pendidikan
Tinggi 1 33,3 2 66,7 3 100 0,522 2,400
Menengah 35 48,6 37 51,4 72 100 0,714 1,929
Rendah 6 54,5 5 45,5 11 100 - Reff
Pekerjaan
Bekerja 15 34,1 29 65,9 44 100 0,010* 0,530
Tidak bekerja 27 64,3 15 35,7 42 100 (0,332-0,847)
Motivasi
Tinggi 36 67,9 17 32,1 53 100 < 0,0001* 3,736
Rendah 6 18,2 27 81,8 33 100 (1,770-7,885)
Komunikasi
Baik 39 84,8 7 15,2 46 100 < 0,0001* 11,304
Kurang baik 3 7,5 37 92,5 40 100 (3,781-33,797)
Penghargaan
Pernah 36 85,7 6 14,3 42 100 <0,0001* 6,286
Tidak pernah 6 13,6 38 86,4 44 100 (2,958-13,357)
Kerjasama
Ada 27 81,8 6 18,2 33 100 <0,0001* 2,891
Tidak ada 15 28,3 38 71,7 53 100 (1,829-4,569)
Keterangan: * signifikan pada alpha 5%

Hasil analisis bivariat menunjukkan (p-value=0,0001). Sedangkan variabel yang


bahwa variabel yang berhubungan signifikan tidak berhubungan adalah usia dan
dengan partisipasi kader jumantik di wilayah pendidikan. Setelah melakukan analisis
kerja Puskesmas Indralaya antara lain bivariat, langkah selanjutnya adalah analisis
pekerjaan (p-value=0,010), motivasi (p- multivariat. Hasil analisis multivariat yang
value=0,0001), komunikasi (p-value=0,0001), didapatkan sebagai berikut:
penghargaan (p-value=0,0001), dan kerjasama

Tabel 2.
Pemodelan Akhir Analisis Multivariat

Variabel Β P-value PR 95% CI PR


Lower Upper
Usia 1,254 0,210 3,504 0,493 24,914
Pekerjaan -0,826 0,288 0,438 0,095 2,013
Motivasi 1,137 0,197 3,117 0,554 17,546
Komunikasi 1,957 0,045 7,077 1,044 47,994
Penghargaan 2,270 0,014 9,683 1,590 58,982
Kerjasama 1,071 0,197 2,919 0,574 14,841
Constant -9.607 0,001 0,000

Hasil analisis akhir diketahui bahwa Variabel independen yang paling dominan
variabel independen yang signifikan terhadap terhadap partisipasi kader jumantik di wilayah
partisipasi kader jumantik di wilayah kerja kerja Puskesmas Indralaya yaitu faktor
Puskesmas Indralaya adalah variabel penghargaan dengan hasil analisis yang
komunikasi dan penghargaan. Sedangkan didapatkan yaitu PR sebesar 9,093 yang
variabel usia, pekerjaan, pendidikan, motivasi, artinya kader jumantik yang bekerja di
dan kerjasama sebagai variabel confounding. wilayah kerja Puskesmas Indralaya yang
202 November 2017
Rahayu et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):200-207

pernah mendapatkan penghargaan cenderung menghadapi gagasan baru dibandingkan


berpartisipasi aktif 9,093 kali lebih tinggi mereka dengan pendidikan rendah.
dibandingkan dengan kader yang tidak pernah Ada hubungan antara pendidikan
mendapatkan penghargaan setelah dikontrol dengan partisipasi kader jumantik di wilayah
dengan variabel usia, pekerjaan, pendidikan, kerja Puskesmas Indralaya setelah dikontrol
motivasi, komunikasi, dan kerjasama. oleh variabel usia, pekerjaan, motivasi,
komunikasi, penghargaan dan kerjasama
PEMBAHASAN ternyata variabel pendidikan tidak
Golongan usia yang lebih tua berhubungan dengan partisipasi kader
cenderung lebih banyak berpartisipasi jumantik. Kemungkinan kader-kader tersebut
dibandingkan dengan golongan usia yang telah memahami tugasnya sebagai kader dan
lebih muda. Hal tersebut dikarenakan waktu mau bekerja dengan sukarela untuk
luang yang dimiliki oleh golongan usia tua kepentingan masyarakat. Hal ini juga dapat
akan jauh lebih banyak daripada waktu luang dikarenakan kader-kader tersebut sama-sama
yang dimiliki oleh golongan usia muda.6 Hasil telah mendapatkan pelatihan mengenai
statistik menunjukkan bahwa tidak ada kegiatan jumantik sehingga pengetahuan
hubungan antara usia dengan partisipasi kader mereka mengenai kegiatan jumantik adalah
jumantik di wilayah kerja Puskesmas sama walaupun tingkat pendidikan mereka
Indralaya setelah dikontrol oleh variabel berbeda.
pendidikan, pekerjaan, motivasi, komunikasi, Pekerjaan seseorang berdasarkan
penghargaan dan kerjasama. Hasil penelitian penelitian ini memiliki hubungan dengan
ini tidak sejalan dengan teori, kemungkinan partisipasi kader jumantik di wilayah kerja
dikarenakan cut of point atau batasan usia Puskesmas Indralaya. Hasil penelitian ini
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu usia sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
> 35 tahun dan usia ≤ 35 tahun yang sama- menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat
sama masih merupakan usia produktif untuk antara pekerjaan dengan partisipasi kader.8,9
bekerja, sehingga waktu luang yang dimiliki Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa
mereka sama. Berdasarkan hasil analisis juga dari 42 orang responden yang tidak bekerja
diketahui bahwa usia kader tertua yaitu 67 ternyata sebanyak 27 responden (64,3%) aktif
orang dan usia kader yang > 50 tahun atau dalam kegiatan jumantik, sedangkan dari 44
memasuki usia pensiun hanya sebanyak 18 responden yang bekerja hanya terdapat 15
orang. Meskipun kader jumantik sulit direkrut responden (34,1%) yang aktif dalam kegiatan
dari kelompok usia yang cenderung muda jumantik. Hal tersebut membuktikan bahwa
ternyata kader jumantik dengan kelompok adanya hubungan antara pekerjaan dengan
usia cenderung tua justru memberikan partisipasi kader jumantik di wilayah kerja
keuntungan tersendiri karena memiliki Puskesmas Indralaya. Seseorang yang bekerja
partisipasi yang lebih aktif. berpeluang 0,387 kali lebih rendah untuk
Semakin tinggi jenjang pendidikan berpartisipasi aktif dibandingkan dengan yang
seseorang maka diharapkan semakin banyak tidak bekerja ketika dikontrol oleh variabel
pengetahuan mengenai berbagai macam ilmu.7 usia, pendidikan, motivasi, komunikasi,
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi penghargaan dan kerjasama.
partisipasi karena latar belakang pendidikan Motivasi berdasarkan penelitian ini
yang diperoleh seseorang akan memudahkan memiliki hubungan dengan partisipasi kader
orang untuk berkomunikasi dengan orang jumantik di wilayah kerja Puskesmas
luar.6 Tingkat pendidikan seseorang akan Indralaya. Hal tersebut didukung oleh
berpengaruh terhadap wawasan dan cara penelitian sebelumnya yang menunjukkan
pandangnya dalam menghadapi suatu bahwa motivasi berhubungan dengan
10,11
masalah. Seseorang dengan pendidikan tinggi partisipasi kader. Motivasi merupakan
cenderung mengedepankan rasional saat rangsangan, dorongan dan ataupun

November 2017 203


Rahayu et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):200-207

pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang mendapatkan penghargaan diketahui bahwa


sehingga orang tersebut memperlihatkan 35 responden (66,0%) memiliki motivasi
perilaku tertentu.12 Kader melakukan tugas tinggi, sedangkan dari 44 responden yang
secara sukarela.13 Motivasi kader merupakan tidak mendapatkan penghargaan hanya
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terdapat 18 (34,0%) responden yang memiliki
keaktifan kader, namun tidak jarang motivasi tinggi.
ditemukan motivasi kader rendah karena Berdasarkan hasil penelitian ini
disibukkan dengan pekerjaan sehari-hari.14 komunikasi memiliki hubungan dengan
Sebagian besar motivasi kader yang rendah partisipasi kader jumantik di wilayah kerja
karena merasa terganggu aktivitas kerjanya Puskesmas Indralaya. Hasil penelitian ini
oleh kegiatan posyandu, sedangkan kader menunjukkan bahwa sebagian besar (53,5%)
aktif termotivasi melaksanakan kegiatan kader jumantik di wilayah kerja Puskesmas
karena merasa mendapatkan manfaat serta Indralaya memiliki komunikasi baik. Hasil
insentif dari kegiatan posyandu.15 Motivasi penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
kader sangat berpengaruh pada keaktifan sebelumnya yang menunjukkan bahwa
kader dalam menjalankan kegiatan. Bila komunikasi berhubungan dengan partisipasi
motivasi kader rendah maka kehadiran kader kader, dalam penelitian tersebut komunikasi
dalam kegiatan akan berkurang sehingga yang baik dapat meningkatkan partisipasi
dapat berdampak pada menurunnya keaktifan kader sehingga kegiatan posbindu dapat
kader. Pengaruh motivasi terhadap peran serta berjalan dengan baik.17 Komunikasi
kader dan masyarakat menentukan merupakan penyampaian informasi tatap
keberhasilan kegiatan.16 muka yang berisi ide dan perasaan.18
Berdasarkan hasil analisis diketahui Komunikasi yang baik komunikasi yang dapat
bahwa dari 53 orang responden yang menyampaikan pesan yang baik kepada
memiliki motivasi tinggi terdapat sebanyak 36 masyarakat.19
responden (67,9%) aktif dalam kegiatan Berdasarkan hasil analisis diketahui
jumantik, sedangkan dari 33 responden yang bahwa dari 46 orang responden yang
memiliki motivasi rendah terdapat 6 memiliki komunikasi baik, terdapat 39
responden (18,2%) yang aktif dalam kegiatan responden (84,8%) aktif dalam kegiatan
jumantik. Hal tersebut membuktikan bahwa jumantik, sedangkan dari 40 responden yang
adanya hubungan antara motivasi dengan memiliki komunikasi rendah terdapat 3
partisipasi kader jumantik di wilayah kerja responden yang aktif dalam kegiatan
Puskesmas Indralaya. Selanjutnya, setelah jumantik. Hal tersebut membuktikan bahwa
dikontrol oleh variabel usia, pendidikan, adanya hubungan antara komunikasi dengan
pekerjaan, komunikasi, penghargaan dan partisipasi kader jumantik di wilayah kerja
kerjasama ternyata motivasi tidak Puskesmas Indralaya. Hal tersebut sejalan
berpengaruh terhadap partisipasi kader. dengan penelitian sebelumnya yang
Motivasi tidak berpengaruh karena mayoritas menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
kader menganggap bahwa motivasi mereka signifikan antara komunikasi dengan
20
akan naik jika ada penghargaan, hal tersebut partisipasi kader jumantik. Semakin baik
dapat dilihat dari hasil uji statistik yaitu dari komunikasi maka semakin tinggi keaktifan
86 responden terdapat 40 responden (46,5%) kader untuk berpartisipasi dalam kegiatan
yang menyatakan sangat setuju bahwa jumantik. Selanjutnya, setelah dikontrol oleh
penghargaan dapat memotivasi partisipasi variabel usia, pendidikan, pekerjaan, motivasi,
kader. Oleh karena itu, untuk dapat penghargaan, dan kerjasama ternyata
meningkatkan motivasi maka perlu adanya komunikasi berpengaruh terhadap partisipasi
penghargaan yang diberikan untuk para kader, kader jumantik di wilayah kerja Puskesmas
hal tersebut juga dibuktikan dengan hasil Indralaya.
analisis yaitu dari 42 responden yang

204 November 2017


Rahayu et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):200-207

Berdasarkan hasil analisis juga lebih baik bukan sekedar upah atas pekerjaan
diketahui bahwa dari 86 responden terdapat yang dilakukan.24 Imbalan yang baik adalah
48,1% kader yang memiliki komunikasi baik sistem yang mampu menjamin kepuasan
dengan petugas puskesmas, 66,3% kader yang anggota-anggotanya, memelihara dan
memiliki komunikasi baik dengan bidan desa, mempekerjakan orang dengan berbagai sikap
dan 32,6% kader yang memiliki komunikasi perilaku positif dan produktif bagi
baik dengan kepala desa. Hal tersebut kepentingan organisasi misalnya pergerakan,
menunjukkan bahwa dari 3 komunikasi yang kemampuan, pengetahuan, keterampilan, dan
dijalin oleh kader ternyata komunikasi yang waktu tenaga para pekerja.25
kurang baik adalah komunikasi yang dijalin Hasil penelitian ini diketahui bahwa 33
antara kader dengan kepala desa. Sehingga orang responden yang menyatakan ada
dalam hal ini peran kepala desa dituntut untuk kerjasama terdapat sebanyak 27 responden
bisa melakukan komunikasi dengan baik (81,8%) aktif dalam kegiatan pemeriksaan
kepada para kader khususnya komunikasi jentik, sedangkan dari 53 responden yang
mengenai kegiatan jumantik agar para kader menyatakan tidak ada kerjasama atau
bisa lebih aktif untuk berpartisipasi dalam kerjasama hanya terdapat 27 responden yang
kegiatan jumantik. aktif. Namun, setelah dikontrol dengan
Berdasarkan hasil penelitian ini variabel usia, pekerjaan, pendidikan, motivasi,
penghargaan memiliki hubungan dengan komunikasi, dan penghargaan ternyata adanya
partisipasi kader jumantik di wilayah kerja kerjasama dapat membuat kader berpeluang
Puskesmas Indralaya setelah dikontrol oleh 3,065 kali lebih aktif dibandingkan dengan
variabel usia, pekerjaan, pendidikan, motivasi, tidak adanya kerjasama. Hal tersebut sesuai
komunikasi, dan kerjasama. Hasil penelitian dengan teori yang menyatakan bahwa
ini menunjukkan bahwa sebagian besar kerjasama dengan instansi-instansi di luar
(51,2%) kader jumantik di wilayah kerja kesehatan masyarakat dan instansi kesehatan
Puskesmas Indralaya tidak pernah adalah mutlak diperlukan.19
mendapatkan penghargaan. Hal tersebut Berdasarkan analisis juga diketahui
sejalan dengan penelitian sebelumnya yang bahwa kerjasama yang kurang terjalin adalah
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kerjasama antara bidan desa dengan kapala
penghargaan dengan partisipasi kader.21,22,23 desa, yaitu dari 86 responden terdapat 58
Penghargaan kader merupakan upah responden (67,4%) yang menyatakan tidak
atau gaji yang diberikan kepada kader. adanya kerjasama antara bidan desa dengan
Insentif berupa uang dapat memberikan kepala desa, sedangkan dari 86 responden
motivasi tersendiri yang kemudian dapat terdapat 57 responden (66,3%) yang
meningkatkan partisipasi kader, hal tersebut menyatakan bahwa tidak adanya kerjasama
dapat dilihat bahwa dari 42 orang responden antara pihak puskesmas dengan kepala desa.
yang pernah mendapat penghargaan terdapat Jika kita lihat perbedaannya tidak terlalu
sebanyak 36 responden (85,7%) aktif dalam signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa
kegiatan jumantik, sedangkan dari 44 dalam menangani masalah jentik nyamuk
responden yang memiliki komunikasi rendah dibutuhkan adanya kerjasama lintas sektoral
terdapat 6 responden yang aktif dalam antara dua sektor yaitu antara bidan desa
kegiatan jumantik, dan dari 43 responden dengan kepala desa maupun antara pihak
yang pernah mendapat penghargaan ternyata puskesmas dengan kepala desa, tidak bisa jika
93% mendapatkan penghargaan berupa uang. hanya dilakukan oleh satu sektor saja karena
Insentif merupakan daya tarik seseorang kegiatan ini langsung berhubungan dengan
datang dan tinggal dalam suatu organisasi masyarakat. Dalam hal ini masyarakat (kepala
yang artinya sistem pengkajian dan desa) merupakan sektor lain yang harus
pelaksanaan perlu dikembangkan sedemikian terlibat di dalam upaya penanggulangan DBD
rupa agar sistem perangsang adil dan berbuat melalui pemeriksaan jentik nyamuk.

November 2017 205


Rahayu et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):200-207

di wilayah kerja Puskesmas Indralaya. Selain


itu sebaiknya kepala desa meningkatkan
KESIMPULAN DAN SARAN
komunikasi terhadap masyarakat khususnya
Terdapat hubungan yang bermakna kader jumantik di wilayah kerja Puskesmas
pada variabel pekerjaan, motivasi, Indralaya dengan cara memberi himbauan
komunikasi, penghargaan, dan kerjasama agar mereka termotivasi dan mau
terhadap partisipasi kader jumantik di wilayah melaksanakan kegiatan jumantik dan
kerja Puskesmas Indralaya. melakukan kerjasama dengan bidan desa dan
Sebaiknya petugas puskesmas pihak puskesmas, seperti pertemuan rutin
membentuk kader jumantik yang berasal dari untuk membahas program kerja yang
kelompok masyarakat yang tidak memiliki berkaitan dengan permasalahan yang ada di
pekerjaan sama sekali dan memberikan masyarakat desa dalam hal ini yaitu kegiatan
insentif kepada kader jumantik yang bekerja jumantik.

DAFTAR PUSTAKA 10. Nafisah, L., Sistiarani, C., & Masfiah, S.


Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
1. Kementerian Kesehatan RI. Waspada Partisipasi Kader dalam Kelas Ibu Hamil
Demam Berdarah. Jakarta: Pusat Data di Kecamatan Sokaraja Kabupaten
Kesehatan. 2015. Banyumas. Jurnal Kesmas. 2016. Vol 8.
2. Depkes RI. Buku 3: Pemberantasan No 2.
Nyamuk Penular Demam Berdarah 11. Tirayoh, N. Faktor-Faktor Yang
Dengue. Jakarta: Depkes RI. 2010. Berhubungan Dengan Keaktifan Kader
3. Supriyanto, H. Hubungan Pengetahuan, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Di
Sikap Prtaktek Keluarga tentang Wilayah Kerja Puskesmas Kema
Pemberantasan Srang Nyamuk (PSN) Kecamatan Kema Kabupaten Minahasa
dengan kejadian Demam Berdarah di Utara. [Thesis]. Kesehatan Masyarakat.
Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Manado. 2016.
Wetan Kota Semarang. Semarang: 12. Azwar, A. Pengantar Administrasi
Undip. 2011. Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.
4. Tanjung, M.O. Perilaku Kader Jumantik 1996.
dalam Melaksanakan PSN DBD 3M Plus 13. Prang, R. Faktor-Faktor Yang
di Kelurahan Jomblang Kecamatan Berhubungan Dengan Keaktifan Kader
Candisari. Jurnal Kesmas. 2012. Vol 1. Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas
No 2. Tareran Kecamatan Tareran Kabupaten
5. Pratamawati, D.A. Peran Juru Pemantau Minahasa Selatan. [Skripsi]. Manado.
Jenti dalam System Kewaspadaan Dini 2013.
Demam Berdarah Dengue di Indonesia. 14. Djuahaeni, H., S, Gondodiputro., & R,
Jurnal Kesmas. 2012. Vol 6. No 6. Suparman. Motivasi Kader
6. Slamet, Y. Pembangunan Masyarakat Meningkatkan Keberhasilan Kegiatan
Berwawasan Partisipasi. [Skripsi]. Posyandu di Kabupaten Kuningan Jawa
Kesehatan Masyarakat. Surakarta. 2003. Barat. Jurnal Kesmas. 2010. Vol 42. No.
7. Widayatun, T.R. Ilmu Perilaku. Jakarta: 4. Hal 140-148.
Sagung Seto. 2009. 15. Sutjipto. Konsep Pendidikan Formal
8. Hapsari, D.T. Faktor-Faktor yang dengan Muatan Budaya Multikultural.
Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Jurnal Pendidikan Penabur. 2005. Vol 5.
Pada Kebun Bibit Rakyat (Studi Kasus No 4. Hal 53-58.
Pengadaan Bibit Karet Untuk Petani Di
Kota Banjarbaru). [Skripsi]. Kesehatan 16. Azizah, G., & R, Faizah Betty. Analisis
Masyarakat. Banjarbaru. 2012. Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah
9. Tulit, F.I. Faktor-Faktor yang Dengue di Desa Mojosongo Kabupaten
Berhubungan Dengan Peran Kader Boyolali. Jurnal Kesmas. 2010. Vol 5.
Jumantik dalam Upaya Pencegahan No 2.
Demam Berdarah Dengue di Wilayah 17. Maulida, H. Keaktifan kader Komunikasi
Kerja Puskesmas Ambarawa. [Skripsi]. Dan Koordinasi Kader Dengan
Kesehatan Masyarakat. Semarang. 2016. Pelaksanaan Posbindu Lansiaakan
206 November 2017
Rahayu et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):200-207

meningkatkan. [Skripsi]. Kesehatan


Masyarakat. Banda Aceh. 2015.
18. Nasir, M., Sajidin & Mubarak.
Komunikasi dalam Keperawatan: Teori
dan Aplikas. Jakarta: Salemba Medika.
2009.
19. Notoatmodjo, S. Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2012.
20. Nuryani, S. Analisis Implementasi
Kebijakan Pengendalian Demam
Berdarah Dengue di Puskesmas
Kedungmundu Kecamatan Tembalang
Kota Semarang. Jurnal Kesmas. 2012.
Vol 1. No 2.
21. Harisman. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keaktivan Kader
Posyandu di Desa Mulang Maya
Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten
Lampung Utara Tahun 2012. [Skripsi].
Kesehatan Masyarakat. Lampung. 2012.
22. Ocbrianto, H. Partisipasi Masyarakat
terhadap Posyandu dalam Upaya
Pelayanan Kesehatan Balita (Studi Kasus
pada Posyandu Nusa Indah II RW 11
Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo,
Depok). [Thesis]. Kesehatan Masyarakat.
Depok. 2012.
23. Pambudi. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Partisipasi Kader
Jumantik dalam Pemberantasan DBD di
Desa Ketitang Kecamatan Nogosari
Kabupaten Boyolali. [Skripsi]. Kesehatan
Masyarakat. Surakarta. 2009.
24. Sondang, P.S. Manajemen Sumber Daya
Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. 2008.
25. Ngusmanto. Pemikiran dan Praktik
Administrasi Pembangunan. Jakarta: PT
Mitra Wacana Media. 2015.

November 2017 207

You might also like