Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease that is common in the tropics area and often
causes extraordinary events. Indonesia is a tropical area, so Indonesia is prone to occur outbreaks of DHF.
The government needs community participation in the effort of controlling DBD (mosquito larvae) through
periodic and continuous larva examination and mobilize the community in eradicating mosquito breeding. To
increase the participation of community, cadres of jumantik is needed. This study aims to determine the
factors that influence the participation of jumantic cadres in the prevention of DHF.
Methods: This research used cross sectional design. The sample of this research is jumantik cadre in the
working area of Indralaya’s center of public health which amounts to 86 people selected using simple
random sampling technique. Data analysis using univariate analysis, bivariate analysis using chi square test,
and multivariate analysis using multiple logistic regression test prediction model.
Result: The result of uni chi square analysis showed that there was a relation between work (p=0,005),
motivation (p=0.0001), communication (p=0.0001), reward (p=0,0001), and cooperative (P=<0.0001) with
the participation of jumantik cadres, but no relation between age (p=0,088) and education (p=0,522) with
participation of jumantik cadres.
Conclusion: The most dominant factor toward the participation of jumantik cadres in the working area of
Indralaya’s center of public health is reward. Researcher’s suggestions for the center of public health is
given to incentives jumantik cadres in order to increase the participation of jumantik cadres.
Keywords: Participation, DHF, cooperation.
ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak dijumpai di
daerah tropis dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Pemerintah membutuhkan partisipasi
masyarakat dalam upaya pengendalian DBD (jentik nyamuk) melalui pemeriksaan jentik secara berkala dan
berkesinambungan serta menggerakan masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk. Untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat diperlukan adanya kader jumantik. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi kader jumantik dalam
penanggulangan DBD.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian adalah kader jumantik di
wilayah kerja Puskesmas Indralaya berjumlah 86 orang yang dipilih dengan menggunakan teknik simple
random sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji
chi square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda model prediksi.
Hasil Penelitian: Hasil analisis uni chi square menunjukkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan
(p=0,005), motivasi (p=<0,0001), komunikasi (p=<0,0001), penghargaan (p=0,0001), dan kerjasama
(p=<0,0001) dengan partisipasi kader jumantik, namun tidak ada hubungan antara usia (p=0,088) dan
pendidikan (p=0,522) dengan partisipasi kader jumantik. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa
variabel yang memiliki hubungan kemaknaan paling kuat dengan partisipasi kader jumantik di wilayah kerja
Puskesmas Indralaya adalah penghargaan (PR=9,093;95%CI=1,493-55,396).
Kesimpulan: Faktor yang paling dominan terhadap partisipasi kader jumantik diwilayah kerja Puskesmas
Indralaya adalah penghargaan. Saran peneliti bagi pihak puskesmas adalah memberikan insentif kepada para
kader jumantik agar keaktifan partisipasi kader dapat meningkat.
Kata Kunci: Partisipasi, DBD, kerjasama.
Alamat Koresponding: Yusvita Rahayu, Jl. Raya Cempaka Km 8, Kec. Sungkai Jaya, email : yusvita.rahayu@yahoo.com
HASIL PENELITIAN
Tabel 1.
Distribusi Kader Jumantik di Wilayah Kerja Puskesmas Indralaya
Tabel 2.
Pemodelan Akhir Analisis Multivariat
Hasil analisis akhir diketahui bahwa Variabel independen yang paling dominan
variabel independen yang signifikan terhadap terhadap partisipasi kader jumantik di wilayah
partisipasi kader jumantik di wilayah kerja kerja Puskesmas Indralaya yaitu faktor
Puskesmas Indralaya adalah variabel penghargaan dengan hasil analisis yang
komunikasi dan penghargaan. Sedangkan didapatkan yaitu PR sebesar 9,093 yang
variabel usia, pekerjaan, pendidikan, motivasi, artinya kader jumantik yang bekerja di
dan kerjasama sebagai variabel confounding. wilayah kerja Puskesmas Indralaya yang
202 November 2017
Rahayu et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):200-207
Berdasarkan hasil analisis juga lebih baik bukan sekedar upah atas pekerjaan
diketahui bahwa dari 86 responden terdapat yang dilakukan.24 Imbalan yang baik adalah
48,1% kader yang memiliki komunikasi baik sistem yang mampu menjamin kepuasan
dengan petugas puskesmas, 66,3% kader yang anggota-anggotanya, memelihara dan
memiliki komunikasi baik dengan bidan desa, mempekerjakan orang dengan berbagai sikap
dan 32,6% kader yang memiliki komunikasi perilaku positif dan produktif bagi
baik dengan kepala desa. Hal tersebut kepentingan organisasi misalnya pergerakan,
menunjukkan bahwa dari 3 komunikasi yang kemampuan, pengetahuan, keterampilan, dan
dijalin oleh kader ternyata komunikasi yang waktu tenaga para pekerja.25
kurang baik adalah komunikasi yang dijalin Hasil penelitian ini diketahui bahwa 33
antara kader dengan kepala desa. Sehingga orang responden yang menyatakan ada
dalam hal ini peran kepala desa dituntut untuk kerjasama terdapat sebanyak 27 responden
bisa melakukan komunikasi dengan baik (81,8%) aktif dalam kegiatan pemeriksaan
kepada para kader khususnya komunikasi jentik, sedangkan dari 53 responden yang
mengenai kegiatan jumantik agar para kader menyatakan tidak ada kerjasama atau
bisa lebih aktif untuk berpartisipasi dalam kerjasama hanya terdapat 27 responden yang
kegiatan jumantik. aktif. Namun, setelah dikontrol dengan
Berdasarkan hasil penelitian ini variabel usia, pekerjaan, pendidikan, motivasi,
penghargaan memiliki hubungan dengan komunikasi, dan penghargaan ternyata adanya
partisipasi kader jumantik di wilayah kerja kerjasama dapat membuat kader berpeluang
Puskesmas Indralaya setelah dikontrol oleh 3,065 kali lebih aktif dibandingkan dengan
variabel usia, pekerjaan, pendidikan, motivasi, tidak adanya kerjasama. Hal tersebut sesuai
komunikasi, dan kerjasama. Hasil penelitian dengan teori yang menyatakan bahwa
ini menunjukkan bahwa sebagian besar kerjasama dengan instansi-instansi di luar
(51,2%) kader jumantik di wilayah kerja kesehatan masyarakat dan instansi kesehatan
Puskesmas Indralaya tidak pernah adalah mutlak diperlukan.19
mendapatkan penghargaan. Hal tersebut Berdasarkan analisis juga diketahui
sejalan dengan penelitian sebelumnya yang bahwa kerjasama yang kurang terjalin adalah
menunjukkan bahwa ada hubungan antara kerjasama antara bidan desa dengan kapala
penghargaan dengan partisipasi kader.21,22,23 desa, yaitu dari 86 responden terdapat 58
Penghargaan kader merupakan upah responden (67,4%) yang menyatakan tidak
atau gaji yang diberikan kepada kader. adanya kerjasama antara bidan desa dengan
Insentif berupa uang dapat memberikan kepala desa, sedangkan dari 86 responden
motivasi tersendiri yang kemudian dapat terdapat 57 responden (66,3%) yang
meningkatkan partisipasi kader, hal tersebut menyatakan bahwa tidak adanya kerjasama
dapat dilihat bahwa dari 42 orang responden antara pihak puskesmas dengan kepala desa.
yang pernah mendapat penghargaan terdapat Jika kita lihat perbedaannya tidak terlalu
sebanyak 36 responden (85,7%) aktif dalam signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa
kegiatan jumantik, sedangkan dari 44 dalam menangani masalah jentik nyamuk
responden yang memiliki komunikasi rendah dibutuhkan adanya kerjasama lintas sektoral
terdapat 6 responden yang aktif dalam antara dua sektor yaitu antara bidan desa
kegiatan jumantik, dan dari 43 responden dengan kepala desa maupun antara pihak
yang pernah mendapat penghargaan ternyata puskesmas dengan kepala desa, tidak bisa jika
93% mendapatkan penghargaan berupa uang. hanya dilakukan oleh satu sektor saja karena
Insentif merupakan daya tarik seseorang kegiatan ini langsung berhubungan dengan
datang dan tinggal dalam suatu organisasi masyarakat. Dalam hal ini masyarakat (kepala
yang artinya sistem pengkajian dan desa) merupakan sektor lain yang harus
pelaksanaan perlu dikembangkan sedemikian terlibat di dalam upaya penanggulangan DBD
rupa agar sistem perangsang adil dan berbuat melalui pemeriksaan jentik nyamuk.