You are on page 1of 13

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Terapi Konservatif pada Trauma Tumpul Laring


dengan Fraktur Kartilago Tiroid
Novialdi, Al Hafiz
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas - RSUP Dr. M. Djamil Padang

ABSTRAK
Trauma tumpul laring merupakan kasus yang jarang ditemukan dan
paling banyak disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Berat ringannya gejala
yang ditimbulkan sesuai dengan derajat kerusakan daerah laring itu sendiri.
Penatalaksanaan trauma tumpul laring secara cepat dan tepat adalah
untuk mempertahankan jiwa dan mencegah terjadinya komplikasi.
Dilaporkan satu kasus trauma tumpul laring dengan fraktur kartilago tiroid
pada seorang pria usia 40 tahun yang ditatalaksana dengan terapi
konservatif.

Kata kunci: trauma tumpul laring, fraktur kartilago tiroid, terapi konservatif

ABSTRACT
Blunt laryngeal injuries is a rare case and most commonly due to road
traffic accidents. Clinical manifestation according to severed classification of
laryngeal injuries.
Blunt laryngeal injuries should be treated immediately and adequately
to save the life and prevent complication. A case of blunt laryngeal injuries with
fracture of thyroid cartilage, in a 40 years old male is presented. It was
managed by conservative management.

Key words: blunt laryngeal injuries, fracture of thyroid cartilage, conservative


management

PENDAHULUAN Diagnosis ditegakkan


Trauma laring merupakan berdasarkan anamnesis,
penyebab kematian kedua pemeriksaan fisik serta
terbanyak pada trauma kepala dan pemeriksaan penunjang
leher setelah trauma intrakranial. (pemeriksaan radiologis).
Tiga perempat dari total kasus Pemeriksaan laringoskopi
berupa trauma tumpul dan dilakukan untuk menemukan
seperempat sisanya trauma tembus adanya keadaan patologi di dalam
laring.1 lumen laring.3
Trauma tumpul laring Prinsip penatalaksanaan dari
memerlukan penanganan yang trauma tumpul laring adalah
cepat dan tepat, yang bertujuan menjaga supaya jalan nafas (airway)
untuk menyelamatkan jiwa, serta tetap lancar dan memperbaiki atau
untuk mencegah timbulnya mengembalikan fungsi organ laring
komplikasi pasca trauma.2 itu sendiri.4,5

1
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Kekerapan hioid berbentuk huruf U,


Trauma laring eksterna permukaan atasnya dihubungkan
termasuk jenis trauma yang jarang dengan lidah, mandibula dan
terjadi. Insidensi kejadian sekitar tengkorak oleh tendo dan otot.
1 dalam 5.000 kunjungan di unit Sedangkan tulang-tulang rawan
gawat darurat atau kurang dari yang menyusun laring adalah
1% dari total trauma tumpul.6 kartilago epiglotis, kartilago krikoid,
Trauma tumpul laring paling kartilago aritenoid, kartilago
banyak disebabkan oleh kecelakaan kornikulata, kartilago kuneiformis
kendaraan bermotor (motor dan dan kartilago tritisea.3,7,8
mobil), trauma akibat olahraga,
trauma saat rekreasi dan bunuh diri
(gantung diri).3,6
Dikutip dari Pancholi,
kejadian trauma tumpul laring yang
diikuti dengan fraktur laring sekitar
1 dalam 137.000 pasien rawat inap
akibat trauma leher. 50% dari
seluruh trauma tumpul laring
disertai dengan trauma krikoid.6
Angka kejadian trauma
laring pada wanita lebih rendah
dibandingkan pria. Trauma yang
sering menyertai trauma laring
adalah trauma intrakranial (13%),
trauma leher terbuka (9%), fraktur
tulang servikal (8%) dan trauma
esofagus (3%).6
Gambar 1. Kartilago dan Ligamen
Anatomi Dan Fisiologi Laring dan Tulang Hioid (tampak
Laring merupakan sfingter anterior)
atau pintu masuk ke saluran nafas
bawah. Pada pria letaknya setinggi Gerakan laring dilaksanakan
vertebra cervikal III-VI, sedangkan oleh otot ekstrinsik dan instrinsik.
pada wanita dan anak-anak Otot ekstrinsik laring ada yang di
biasanya lebih tinggi. Batas atas atas tulang hioid (suprahioid) dan
laring adalah epiglotis dengan plika ada yang di bawah tulang hioid
ariepiglotika dan batas bawah (infrahioid). Otot ekstrinsik
adalah cincin trakea pertama. suprahioid adalah muskulus
Panjang dari atas ke bawah pada digastrikus, muskulus geniohioid,
orang dewasa kira-kira 4,1-4,4 cm, muskulus stilohioid dan muskulus
lebar 3,3-4,3 cm dan panjang milohioid. Otot ekstrinsik infrahioid
diameter anteroposterior 2,5-3,3 adalah muskulus sternohioid,
cm.3,7,8 muskulus omohioid dan muskulus
Bangunan kerangka laring tirohioid.3,7,8
tersusun dari satu tulang dan
beberapa tulang rawan. Tulang

2
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Gambar 2. Potongan koronal dari laring.


Yang memperlihatkan ruang di dalam laring dan bagian-bagiannya.

Otot-otot ekstrinsik laring mempersarafi muskulus krikotiroid


suprahioid berfungsi menarik laring dan memberi sensasi mukosa laring
ke atas, sedangkan otot infrahioid di bawah plika vokalis.3,7,8,9
menarik laring ke bawah.3,9 Nervus laringeus inferior
Otot intrinsik laring yang merupakan lanjutan dari nervus
terletak di sebelah lateral adalah rekurens yang merupakan cabang
muskulus tiroepiglotik, muskulus nervus vagus.3,6,7,8,9,10
vokalis, muskulus tiroaritenoid, Nervus rekurens kanan akan
muskulus ariepiglotik dan menyilang arteri subklavia kanan di
muskulus krikoaritenoid bawahnya, sedangkan nervus
posterior.3,8,9 rekurens kiri akan menyilang arkus
Plika vokalis dan plika aorta. Kemudian serabut saraf ini
ventrikularis membagi rongga akan kembali ke arah kranial
laring dalam 3 bagian yaitu menuju laring. Oleh sebab itu
vestibulum laring (supraglotik), disebut dengan nama nervus
daerah glotik dan daerah subglotik laringeus rekurens yang dalam
(infraglotik). Vestibulum laring perjalanannya melekat pada trakea
adalah rongga laring yang terdapat dan laring serta berjalan di
di atas plika ventrikularis. Daerah belakang kelenjar tiroid.3,5,8,9,10,11
subglotik adalah rongga laring yang Nervus laringeus superior
terletak di bawah plika vokalis.3,9 cabang eksterna akan
mempersarafi muskulus krikotiroid
Persarafan dan persarafan sensorik pada
Laring dipersarafi oleh mukosa di bawah laring. Cabang
cabang-cabang nervus vagus, yaitu interna memberikan persarafan
nervus laringeus superior dan sensorik pada mukosa faring
inferior. Kedua saraf merupakan sampai pita suara. Nervus laringeus
campuran motorik dan sensorik. inferior mempersarafi otot-otot
Nervus laringeus superior intrinsik laring.8,9,12,13

3
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Pendarahan Fisiologi dan Fungsi Laring


Pendarahan untuk laring Struktur anatomi yang
terdiri dari 2 pasang, yaitu arteri menyebabkan laring rawan
laringeus superior dan inferior. mengalami trauma yaitu letaknya
Arteri laringeus superior yang berada di perlintasan jalur
merupakan cabang arteri tiroid makanan dan jalur perbafasan,
superior, kemudian bersama struktur yang kaku dan tipis
cabang nervus laringeus superior dibawah kulit (subkutaneus), dan
menembus membran tirohioid keberadaan columna verebralis di
untuk berjalan di bawah mukosa belakangnya. Struktur lain seperti
dinding lateral dan lantai sinus adanya mandibula, sternum, otot-
piriformis dan memperdarahi otot- otot dan kolumna vertebralis
otot laring. Arteri laringeus inferior memperkecil terjadinya trauma
cabang arteri tiroid inferior, yang lebih berat pada laring.2,3,5
bersama-sama nervus laringeus Dikutip dari Jurkovich, yang
inferior ke belakang sendi memodifikasi pembagian zona
krikotiroid dan memasuki laring daerah leher yang rawan terkena
melalui daerah pinggir bawah trauma menjadi tiga zona, yaitu
muskulus konstriktor inferior.3,5,9 Zona 1, meliputi sternum sampai
Vena laringeus superior dan klavikula, Zona 2 meliputi kartilago
inferior letaknya sejajar dengan krikoid sampai angulus mandibula.
pembuluh nadinya untuk Dan Zona 3 meliputi daerah di atas
selanjutnya bergabung dengan vena angulus mandibula. Zona 2
tiroid superior dan inferior.3,5,9 merupakan zona yang paling rawan
mengalami trauma laring eksterna.3
Pembuluh Limfe Fungsi primitif dari laring adalah
Pembuluh limfe laring cukup mencegah masuknya benda lain
banyak. Di plika vokalis, pembuluh selain udara ke dalam paru- paru.
limfe dibagi dalam golongan Dari Stell, dikutip dari Scott’s-
superior dan inferior.2,3,5 Brown’s, ada beberapa fungsi laring
Pembuluh eferen dari diantaranya untuk respirasi, batuk,
golongan superior berjalan lewat manuver valsava dan menelan,
lantai sinus piriformis dan arteri sirkulasi, emosi, bicara atau
laringis superior, kemudian ke atas, fonasi.3,11
dan bergabung dengan kelenjar dari
bagian superior rantai servikal
dalam.2,3,5
Sedangkan pembuluh eferen
golongan inferior berjalan ke bawah
dengan arteri laringis inferior dan
bergabung dengan kelenjar servikal
dalam. Beberapa diantaranya
menjalar sampai sejauh kelenjar
supraklavikular.2,3,5 Gambar 3. Pembagian zona
horizontal leher (modifikasi
Jurkovich GJ)4

4
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Etiologi 4. Seperti kelompok 3, dengan


Menurut Ballenger, adanya fraktur lebih dari 2 atau
penyebab trauma laring dapat trauma masif pada mukosa
dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu14: laring.
1. Trauma mekanik Dikutip dari Harris,
a. Eksterna Ainsworth dan Le May, yang
Kecelakaan mobil (terbentur membagi trauma akut laring dan
stir), trauma tumpul leher, trakea menurut lokasinya3:
komplikasi trakeostomi, 1. Supraglotik: kerusakan yang
krikotirotomi. terjadi mengenai os hioid,
b. Interna membran hioitiroidea dan
Tindakan endoskopi, bagian di atas pita suara.
intubasi endotrakea, 2. Transglotik: mengenai kartilago
pemasangan pipa tiroidea dan melalui atau
nasogaster. meluas ke pita suara.
2. Luka bakar 3. Subglotik: mengenai laring di
a. Luka bakar termis misalnya bawah pita suara sampai cincin
oleh menelan atau makan trakea pertama.
cairan atau makanan pedas, 4. Trakeal: mengenai cincin
inhalasi udara atau gas pertama terus ke bawah.
panas. Berdasarkan beratnya
b. Luka bakar kimiawi (zat kerusakan yang ada, Boyles
korosif) dapat disebabkan membagi trauma laring menjadi 3
oleh cairan alkali, amoniak golongan2,3,5:
dan lain-lain. 1. Trauma dengan kelainan
3. Trauma penyinaran mukosa saja, edema,
4. Trauma autogen hematoma, emfisema subkutis,
laserasi dan luka tusuk atau
Klasifikasi Trauma Laring sayat tanpa adanya kelainan pd
Menurut Schaefer, trauma tulang rawan.
laring dibagi menjadi 4 kelompok, 2. Trauma dengan remuk atau
berdasarkan kerusakan yang hancurnya tulang rawan (crush
terjadi, yaitu :
3,8 injuries).
1. Laserasi ringan, hematom 3. Trauma dengan hilangnya
ringan dan tidak ada tanda sebagian jaringan.
fraktur. Menurut Cohn dan Larson,
2. Edema, hematom, kerusakan membagi trauma laring menurut
mukosa ringan tanpa disertai cara kerja trauma yaitu:
kartilago yang terpapar dan 1. Trauma tumpul
fraktur tanpa adanya 2. Trauma tembus
perubahan posisi.
3. Edema yang masif, robekan
mukosa, kartilago terpapar,
fraktur dengan perubahan
posisi dan immobilitas pita
suara.

5
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

beberapa jam. Oleh sebab itu pasien


trauma laring harus diobservasi di
rumah sakit selama 24 jam,
walaupun ringan.2,3
Batuk iritatif dapat
merupakan gejala awal dari
kelainan di bagian dalam laring.
Hemoptisis dan perdarahan dari
saluran nafas bagian atas dapat
menyebabkan gangguan jalan
nafas.1 Gejala-gejala tadi dapat
Gambar 4. Mekanisme Trauma disertai adanya deformitas leher,
Tumpul Laring. baik perubahan bentuk atau
pembengkakan, emfisema, nyeri
Diagnosis sentuh dan krepitasi tulang. Adanya
Diagnosis trauma laring fraktur dibuktikan dengan
ditegakkan berdasarkan anamnesis melakukan palpasi. 13
adanya riwayat trauma pada laring. Gejala yang timbul dapat
Banyak kasus trauma laring yang berupa disfonia, dispnoe, disfagia,
pada awalnya tidak menimbulkan batuk atau aspirasi. Pada
gejala. Hal ini menyebabkan adanya pemeriksaan leher ditemukan
anggapan tidak terdapat kerusakan bengkak di leher, emfisema,
pada struktur laring.2,3 ekimosis dan nyeri.1,2,3,14
Pada trauma tumpul laring, Edema daerah leher,
kerusakan internal laring dapat merupakan tanda terjadinya
lebih besar dari bagian eksternal. perdarahan. Hilangnya prominence
Kerusakan yang terjadi dapat dari laring, curigai telah terjadi
berupa trauma jaringan lunak, fraktur. Salah satu prinsip adalah
hematoma, dislokasi, fraktur, dan jangan pernah mengangkat leher
esophageal tear. Pada awal kasus, sampai kemungkinan fraktur
dapat berupa asymptomatic case.2,14 daerah cervikal telah tersingkirkan.
Gejala yang mungkin timbul adalah Fraktur kartilago tiroid yang
perubahan suara, seperti serak menyertai trauma tumpul laring,
dapat timbul tergantung dari tipe bisa dipalpasi untuk mengetahui
dan derajat kerusakan dari pita posisi dan mobilitas fraktur
suara. Hematom menyebabkan tersebut.
suara akan menjadi serak, Pada pemeriksaan
sedangkan avulsi pita suara laringoskopi indirek didapatkan
menyebabkan suara menjadi gambaran adanya hemorrhage
lemah.3 Nyeri terjadi terutama pada (perdarahan), laserasi, dislokasi
kerusakan yang berat, terutama bila aritenoid dan immobilitas.3
terjadi fraktur tulang hioid.2,4 Pemeriksaan penunjang
Sesak nafas, stridor tidak berupa pemeriksaan radiologi,
terdapat pada tahap dini. Edema, seperti ronsen thoraks, pada CT
hematom dan emfisema yang tidak scan dapat terlihat adanya fraktur
terlalu berat tidak cukup untuk daerah laring. Dapat juga dilakukan
menyebabkan obstruksi jalan nafas.
Tidak jarang stridor timbul setelah

6
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

pemeriksaan dengan menggunakan Tujuan penatalaksanaan


zat kontras (Barium).15,16 trauma tumpul laring, secara umum
sama dengan trauma laring. Prinsip
Pemeriksaan Laring adalah menjaga kestabilan jalan
a. Laringoskopi nafas, mencegah infeksi dan
Pemeriksaan laringoskopi mencegah komplikasi berupa
dilakukan secara tidak langsung stenosis laring. 2,3,5,6,12

maupun langsung dengan analgesia Penanganan atau terapi pada


lokal maupun anastesia umum. kasus trauma laring dibagi menjadi
Pemeriksaan laringoskopi lainnya terapi konservatif dan terapi
adalah telelaringoskopi fleksibel operatif. Dikutip dari Bailey,
dengan menggunakan teleskop. terdapat protokol penatalaksanaan
Pemeriksaan ini bermanfaat trauma laring akut. (Lampiran 1
terutama untuk menilai kelainan dan lampiran 2)
berupa edema, kista, nodul, massa Pada pasien trauma tumpul
dan paralisis pita suara.10 laring yang pada pemeriksaan
laringoskopi langsung atau
b. Stroboskopi esofagoskopi didapatkan hematom
Pemeriksan stroboskopi dapat serta laserasi minimal, tetapi bagian
menilai vibrasi pita suara sewaktu endolaring tidak edema, diberikan
fonasi. Cara ini dapat menilai terapi konservatif.3
derajat penutupan pita suara, Terapi konservatif yang
pergerakan pita suara saat abduksi diberikan adalah istirahat suara,
dan adduksi, aktifitas gelombang kortikosteroid sistemik, elevasi
mukosa dan amplitudo gelombang kepala, humidifikasi udara,
mukosa.10 antibiotika, antirefluks.3 Pasien
diobservasi minimal 24 jam untuk
Pemeriksaan Penunjang melihat apakah terdapat
Pemeriksaan radiologik perburukan jalan nafas, misalnya
jaringan lunak leher antero- karena edema yang ditimbulkan.3,5
posterior dan lateral dilakukan Pada tindakan operatif
untuk melihat adanya fraktur tiroid waktu yang tepat masih
atau hioid, pembengkakan atau kontroversi. Beberapa ahli
emfisema. Foto toraks untuk berpendapat tindakan dapat
melihat adanya emfisema.15,16 dilakukan beberapa hari setelah
CT scan saat ini merupakan trauma, sehingga edema sudah
pilihan utama untuk mengevaluasi berkurang dan laserasi mukosa
trauma laring. Terutama pada kasus dapat dievaluasi dengan jelas. Ahli
antara yang ringan dan berat, untuk lain menyatakan eksplorasi segera
menentukan tindakan lebih merupakan tindakan yang
lanjut.15,16 digunakan untuk mendiagnosis
seberapa besar kerusakan yang
Penatalaksanaan terjadi dan memperbaiki kerusakan
Penatalaksanaan trauma segera, sehingga dapat
tumpul laring dapat berupa terapi mempercepat proses
konservatif, endoskopik dan penyembuhan.15,16
operasi terbuka. 2,3,5,6,12

7
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Indikasi eksplorasi pada Luka di endotrakea yang


trauma laring adalah untuk terjadi karena tindakan intubasi,
memepertahankan jalan nafas tetap dapat secara akut atau terjadi lebih
lancar. Indikasi eksplorasi trauma lanjut akibat adanya penekanan
laring adalah3,17,18: oleh pipa endotrakea. Komplikasi
1. sumbatan jalan nafas yang trauma yang terjadi bisa berupa
memerlukan trakeostomi. komplikasi yang segera terjadi
2. emfisema yang progresif. (immediate injuries) dan komplikasi
3. laserasi mukosa yang luas. yang terlambat (delayed
4. tulang rawan krikoid yang injuries).11,19,20
terbuka.
5. paralisis bilateral pita suara. Komplikasi
Eksplorasi pada trauma Trauma tumpul laring bisa
laring paling baik dilakukan dengan berupa timbulnya jaringan
insisi horizontal, menurut garis granulasi, stenosis laring dan
kulit, setinggi lubang trakeostomi immobilitas pita suara.3,4,6
untuk mengurangi jaringan parut di Komplikasi setelah
leher bagian depan. Disamping itu memperbaiki (repair) trauma laring
tujuan insisi horizontal ini adalah, eksterna adalah dapat berupa
untuk melakukan reposisi pada terganggunya proses suara (fonasi),
tulang rawan atau sendi yang respirasi dan tumbuhnya jaringan
mengalami fraktur atau dislokasi, granulasi di bekas jahitan, terutama
menjahit mukosa yang robek dan setelah stent diangkat, stenosis, dan
menutup tulang rawan yang paralisis pita suara.8,12
terbuka dengan jabir (flap) atau Pada fraktur vertikal dari
tandur alih (graft) kulit. kartilago tiroid, yang
Fraktur kartilago diperbaiki mengakibatkan laserasi mukosa di
dengan menggunakan wire, benang komisura anterior pita suara dapat
yang tidak diserap, miniplate yang mengakibatkan terjadinya selaput
diserap dan miniplate permanen.3 (web) di komisura anterior. Graft
Untuk menyangga lumen digunakan untuk menutup kartilago
laring dapat digunakan bidai yang yang terekspose.14
terbuat dari silastik, porteks
atau silikon. Penyangga tersebut LAPORAN KASUS
biasanya berbentuk seperti huruf T Seorang laki-laki umur
sehingga disebut T-tube. Pipa T 40 tahun tanggal 18 Juni 2009
dipasang melalui lubang datang ke Poli THT (MR 647843)
trakeostomi. Penderita diberikan dengan keluhan suara serak sejak
antibiotika profilakis selama 5-7 2 hari yang lalu. Sebelumnya pasien
hari. Tidak ada batasan yang mutlak mengendarai becak, ditabrak oleh
mengenai lamanya pemasangan sepeda motor dengan kecepatan
pipa T ini. Menurut Yudharto, tinggi dari arah belakang. Pasien
pemasangan pipa T dapat dilakukan terjatuh ke arah depan, dengan
selama lebih kurang 1 tahun dengan posisi leher terbentur ke stang
syarat dilakukan pembersihan pipa becak yang berbentuk kemudi
T setiap 3 atau 6 bulan sekali.8,11,19 mobil.

8
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Suara berubah jadi serak dengan pemberian medikamentosa


sejak kejadian. Batuk berdahak ada. yaitu antibiotika Ciprofloxacin
Keluar dahak bercampur darah 2x500 mg per oral, neurotropik 1x1
tidak ada. Sesak nafas yang makin tablet, kortikosteroid (prednison
lama semakin hebat tidak ada. Sulit tablet 5 mg) 4x2 tablet,
menelan atau nyeri saat menelan tappering off tiap 3 hari.
sejak kejadian tidak ada. Keluar Esomeprazole juga diberikan 1x40
darah dari hidung, telinga tidak ada. mg dan dianjurkan untuk istirahat
Pasien sadar setelah kejadian. suara. Pasien dianjurkan untuk
Pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan CT Scan leher. Pasien
ditemukan keadaan umum baik, diminta untuk kontrol 2
kesadaran komposmentis, minggu lagi.
kooperatif, tidak demam. Tekanan Pada tanggal 11 Juli 2009,
darah 130/90 mmHg, nadi pasien datang untuk kontrol yang
8x/menit, pernafasan 20x/menit, pertama, dengan suara sudah tidak
tidak didapatkan stridor ataupun serak. Nafas tidak sesak dan tidak
retraksi. Pemeriksaan telinga dan ada keluhan nyeri menelan. Pada
hidung tidak ditemukan kelainan. pemeriksaan dengan
Tenggorok dan orofaring telelaringoskopi fleksibel
ditemukan arkus faring simetris, didapatkan plika ventrikularis tak
uvula ditengah, tonsil T1-T1, tidak tampak hematom atau edema,
hiperemis, dinding posterior faring pergerakan simetris kanan dan kiri,
tenang. plika vokalis tampak seperti nodul
Status lokalis regio colli di plika vokalis kiri 1/3 anterior.
anterior: tampak luka lecet ukuran Gerakan tertinggal. Rima glotis
0,5x0,5 cm, tidak ditemukan edema terbuka.
atau hematom, tidak terdapat nyeri Hasil CT Scan leher tanggal
tekan atau krepitasi. 6 Juli 2009, didapatkan tampak
Pada pemeriksaan diskontinuitas pada kartilago tiroid
laringoskopi indirek ditemukan anterior sisi kiri. Tak tampak
epiglotis tidak hiperemis, tidak ada adanya soft tissue swelling di daerah
edema, plika ventrikularis edema sekitar lesi. Tak tampak adanya
dan hiperemis, gerakan sisi sebelah penyempitan pada daerah laring –
kiri tertinggal, plika vokalis tidak trakea. Vertebrae servikalis yang
ada hematom, gerakan pita suara tervisualisasi, tak tampak kelainan.
kiri tertinggal, sinus piriformis Kesan fraktur pada kartilago tiroid
hematom, rima glotis terbuka. anterior kiri.
Pemeriksaan dengan Pada ronsen toraks posisi
laringoskopi direk ditemukan plika posteroanterior didapatkan pulmo:
ventrikularis tampak adanya tampak gambaran fibroinfiltrat di
hematom di sisi sebelah kanan, kedua lapangan paru disertai
hematom juga terlihat di komisura multikavitas di paru kiri dan
anterior. Kesan trauma tumpul disertai dengan hiperserasi. Jantung
laring. dalam batas normal. Sinus
Pasien saat itu didiagnosis diafragma kedua paru tumpul.
dengan trauma tumpul laring. Kesan tuberkulosis (TB) paru
Terapi konservatif dilakukan dupleks.

9
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Hasil laboratorium tanggal penyebab terbanyak dari trauma


6 Juli 2009, didapatkan hasil tumpul laring adalah kecelakaan
hemoglobin 15,2 gr/dL, leukosit lalu lintas seperti benturan dengan
13.600 µL, hematokrit 45, stir, set belt. Pada pasien ini yang
trombosit 196.000, SGOT 29, SGPT lehernya terbentur pada stang
31, elektrolit natrium 130, kalium 4, becaknya yang berbentuk stir
klorida 100, PT 12,3 APTT 38,2. mobil.
Kesan adanya peningkatan sel Keluhan utama pasien ini
darah putih (leukositosis). adalah suara serak. Sesuai dengan
Saat itu diberikan terapi yang dikutip dari Gluckman dan
neurotropik dan prednison. Pasien Mangal, bahwa keluhan terbanyak
dikonsulkan dengan bagian ilmu dari trauma tumpul laring adalah
kesehatan paru untuk evaluasi perubahan suara. Disusul kemudian
kelainan di bidang paru. Dari hasil gejala lain seperti nyeri, dispnu,
konsultasi didapatkan kesan TB disfagia, dan hemoptisis.3
paru dengan anjuran pemeriksaan Pada pemeriksaan fisik,
sputum BTA sebanyak 3 kali. Terapi ditemukan adanya luka lecet kecil
kortikosteroid diganti dengan di daerah leher. Sesuai dengan yang
Tinoridina HCl (Nonflamin®) diungkapkan Kohli dkk, bahwa
3x50 mg. Pasien diminta untuk tanda – tanda awal yang ditemukan
kontrol 2 minggu lagi. tidak selalu menggambarkan
Tanggal 5 Agustus 2009, kerusakan dari trauma laring.
pasien datang untuk kontrol yang Kerusakan laring yang berat bahkan
kedua. Keluhan suara serak tidak hanya dipresentasikan dengan
ada, sesak nafas tidak ada. Nyeri kerusakan jaringan yang ringan di
saat menelan tidak ada. daerah leher bagian anterior.18
Pemeriksaan telelaringoskopi Diagnosis trauma tumpul
fleksibel didapatkan pada plika laring pada pasien ini ditegakkan
vokalis tampak gerakan pita suara dari anamnesis, pemeriksaan fisik
kiri bagian posterior tertinggal dan pemeriksaan telelaringoskopi
dibanding bagian anterior. Tak fleksibel serta radiologi. Dari
tampak hematom dan edema. anamnesis didapatkan riwayat
Anjuran terapi pemberian trauma daerah leher dan adanya
neurotropik dilanjutkan. suara serak. Dari pemeriksaan fisik
hanya ditemukan luka lecet di
DISKUSI daerah leher. Telelaringoskopi
Telah dilaporkan suatu fleksibel terlihat hematom di plika
kasus trauma tumpul laring pada ventrikularis kanan, di komisura
seorang pria umur 40 tahun, kasus anterior. Sesuai dengan yang
ini sesuai dengan laporan bahwa diungkapkan Bailey dan Kohli,
kasus trauma laring tertinggi pada bahwa diagnosis trauma tumpul
pria dibandingkan wanita (77% laring ditegakkan dari anamnesis,
berbanding 33%) terutama pada pemeriksaan fisik, radiologi dan
usia dekade ketiga sampai endoskopi.3,18
keempat.5
Sesuai yang dikutip dari
Hesham1, yang menyebutkan

10
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

dikutip dari Bailey, Ballenger dan


Kohli bahwa, pasien trauma laring
dengan kerusakan jaringan yang
minimal serta tidak ditemukan
tanda – tanda sumbatan jalan nafas,
trakeostomi tidak diperlukan dan
sebaiknya pasien di observasi di
rumah sakit selama 24 jam pertama
setelah trauma.3,14,18 Pasien ini
bernafas dengan baik dan tidak
ditemukan tanda – tanda sumbatan
atau obstruksi jalan nafas.
Pasien ini dari pemeriksaan CT Scan Pasien diberikan antibiotika,
ditemukan adanya fraktur kartilago kortikosteroid dosis tinggi,
tiroid. Dalam hal ini penggunaan CT neurotropika dan penghambat
Scan masih merupakan suatu hal pompa proton. Hal ini sesuai
yang kontroversi. Sebagian ahli dengan yang disampaikan Woo
melakukan pemeriksaan CT Scan ini dalam Ballenger, bahwa
pada semua kasus, sedangkan yang kortikosteroid perlu diberikan
lain hanya merekomendasikannya mengurangi proses inflamasi serta
bila nanti hasilnya akan edema akibat trauma. Bahkan
menentukan penatalaksanaan menurut Pancholli, kortikosteroid
selanjutnya. Para ahli ini tidak sangat membantu terutama
melakukan pemeriksaan CT Scan diberikan pada hari-hari pertama
pada kasus berat yang memerlukan setelah trauma. Antibiotika
eksplorasi dan trakeostomi serta terutama diberikan pada multipel
kasus ringan, dimana tak ditemukan fraktur serta untuk mencegah
kelainan secara klinis.15,17 Pada terjadinya perikondritis. Pemberian
pasien tindakan pemeriksaan CT antasida juga diperlukan untuk
Scan sudah tepat karena ditemukan mengurangi iritasi mukosa akibat
kelainan klinis yaitu adanya suara refluks dari gastro intestinal. Dalam
serak. hal ini diberikan penghambat
Pemeriksaan laboratorium pompa proton. Menurut Pancholli,
yang dilakukan memperlihatkan penghambat pompa proton ini juga
adanya leukositosis. Hal ini sesuai berperan penting dalam
yang disampaikan oleh Kasper dkk, mengurangi kemungkinan
bahwa reaksi leukositosis salah terbentuknya jaringan garnulasi
satunya dapat disebabkan oleh serta terjadinya stenosis trakea.12
adanya suatu proses inflamasi oleh Pemasangan nasogastric tube (NGT)
trauma tertentu.21 tidak dianjurkan karena
Pasien diberikan terapi dikhawatirkan akan memperberat
konservatif dan medikamentosa. ulserasi mukosa terutama di daerah
Hal ini dilakukan karena pasien post krikoid. Satu – satunya
telah melewati masa kritis pada anjuran terapi menurut Woo yang
pasien trauma tumpul laring tidak diberikan adalah pemberian
dengan gejala klinis yang minimal, obat – obat inhalasi untuk
yaitu 24 jam setelah trauma. Dalam melembabkan daerah mukosa
beberapa kepustakaan seperti

11
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

laring yang mengalami sudah tidak ditemukan lagi adanya


trauma.2,3,5,14,18 hematom atau laserasi minimal.
Tindakan operatif pada Pasien dianjurkan kontrol tiap
pasien ini tidak dilakukan karena 2 minggu. Sesuai yang didapatkan
pertimbangan dari hasil dari pemeriksaan radiologi, tampak
pemeriksaan telelaringoskopi adanya gambran TB paru duplex,
fleksibel yang memperlihatkan dianjurkan ke bagian Paru untuk
adanya kerusakan mukosa laring pemeriksaan lanjutan dari kelainan
yang minimal. Tidak terlihat adanya di bidang paru.
robekan mukosa laring yang akan
bisa menyebabkan gangguan jalan DAFTAR KEPUSTAKAAN
nafas. Sesuai yang dikutip dari 1. Ruckenstein MJ. Laryngeal Trauma. In:
Comprehensive Review of
Jordan, bahwa tindakan operatif
Otolaryngology. Pennylvania:
perlu dilakukan apabila ditemukan Saundres, 2004. p. 238-40.
adanya laserasi yang luas dari 2. Hesham M. Laryngeal Trauma.
mukosa laring, fraktur aritenoid Department ORL-HNS, Alexandria
yang disertai hilangnya jaringan. Faculty of Medicine. April 2009. 1-18.
3. Jordan JR, Stringer SP. Laryngeal
Juga perlu dipertimbangkan untuk
Trauma. In: Bailey BJ, Johnson JT et al
pemasangan stent.3 editors. Otolaryngology Head and
Mengenai adanya fraktur Neck Surgery, 4th Ed Vol 1.
kartilago tiroid pada pasien ini, dari Philadelphia : Lippincott Williams &
beberapa kepustakaan didapatkan Wilkins, 2006. p. 694-702.
sebagian besar menganjurkan 4. Woodson GE. Upper Airway Anatomy
and Function. In: Bailey BJ, Johnson JT
untuk dilakukan terapi operatif. et al editors. Otolaryngology Head and
Tindakan operatif untuk repair Neck Surgery, 4th Ed Vol 1.
biasanya menggunakan wire, Philadelphia : Lippincott Williams &
benang yang tidak dapat diserap, Wilkins, 2006. p. 694-702.
miniplate yang diserap atau 5. Gluckman JL, Mangal AK. Laryngeal
Trauma. In: Paparella MM, Shumrick
miniplate permanen. Untuk DA et al editors. Otolaryngology Head
mencegah terjadinya laryngeal web, and Neck Surgery. 6th ed. Philadelphia:
saat operasi juga dipasangkan keel, WB Saunders, 1991. p. 2231-44.
yang diletakkan di daerah komisura 6. Pancholi SS, Robbins WK. Laryngeal
anterior.3 Fractures. Available from URL:
http://emedicine.medscape.com/artic
Metode terbaru yang le/857365-overview, Article last
diperkenalkan adalah pemakaian update Jan 9, 2009. August 2009.
miniplate yang lebih aman, efektif 7. Stell PM, Bickford BJ. Anatomy of the
dan kosmetik yang lebih baik Larynx and Tracheobronchial Tree. In:
dibandingkan dengan pemakaian Ballantyne J, Grove J editors. Scott’s-
Brown’s Disease of the Ear, Nose and
miniplate yang konvensional dari Throat, 4th Ed Vol 4. London:
bahan logam. Dikutip dari de Mello- Butterworths, 1984. p. 385-431.
Fillo di Brazil, mendapatkan 19 dari 8. Schaefer SD. Laryngeal and
20 pasien yang memakai plate Esophageal Trauma. In: Cummings
adaptasi ini, tidak terjadi Otolaryngology Head & Neck Surgery,
4th Ed Vol 4. Philadelphia : Elsevier
komplikasi apapun serta ada Mosby, 2005. p. 2090-102.
perbaikan suara.6 9. Stell PM, Evans CC. Physiology of the
Dari pemeriksaan Larynx and Tracheobronchial Tree. In:
telelaringoskopi fleksibel terlihat Ballantyne J, Grove J editors. Scott’s-
Brown’s Disease of the Ear, Nose and

12
Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Throat, 4th Ed Vol 4. London: 21. Kasper DI, Braunwald E et all.


Butterworths, 1984. p. 433-75. Leukocytosis and Leukopenia. In: Harrison’s
10. Koufman JA, Halum SL, Postma GN. Manual of Medicine, 16 Ed. New York,
Controversies in Laryngology. In:
2005. 272-5.
Bailey BJ, Johnson JT et al editors.
Otolaryngology Head and Neck
Surgery, 4th Ed Vol 1. Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins, 2006.
p. 908-15.
11. Bryce DP. Laryngeal Trauma and
Stenosis. In: Ballantyne J, Grove J
editors. Scott’s-Brown’s Disease of the
Ear, Nose and Throat, 4th Ed Vol 4.
London: Butterworths, 1984. p. 329-
43.
12. Pasha R. Laryngeal Trauma. In:
Otolaryngology Head and Neck
Surgery: Clinical Reference Guide.
Singular-Thomson Learning, 2000. p.
472-5.
13. Grillo HC. Tracheal and Bronchial
Trauma. In: Grillo HC, editors. Surgery
of the Trachea and Bronchi. BC
Decker, 2004. p. 271-90.
14. Woo P, Passalaqua P. Trauma to the
Larynx. In: In: Ballenger JJ, Snow JB,
editors. Otorhinolaryngology Head
and Neck Surgery, 16th Ed. Baltimore:
Williams & Wilkins, 2003. p. 429-42.
15. Scaglione M, Pinto F, Romano F, et al.
Computed Tomographic Diagnosis of
Traumatic Laryngeus Injuries. In:
Emergency Radiology, volume 4.
Heidelberg: Springer Berlin, 1997. p.
129-31.
16. Shepard JA, Weber AL. Imaging the
Larynx and Trachea. In: Grillo HC,
editors. Surgery of the Trachea and
Bronchi. BC Decker, 2004. p. 103-60.
17. Stierman K, Quinn FB. Laryngeal
Trauma. In: Quinn FB, editor. Grand
rounds presentation, UTMB, Dept. of
Otolaryngology, 1999: p. 1-7.
18. Kohli A, Bhadoria P, et al. An Unusual
Laryngeal Injury. In: Indian Journals of
Anaesthesia, 2007; 51 (1), 57-9.
19. Yudharto MA, Hermani B. Pemakaian
Pipa T Pada Trauma Laring.
Kumpulan Naskah Ilmiah Pertemuan
Ilmiah Tahunan Perhimpunan Dokter
Spesialis Telinga Hidung Tenggorok
Indonesia (PERHATI-KL). Batu
Malang, 27-29 Oktober 1996. 563-9.
20. Cheong KF, Yau GHM. Acute Laryngeal
Trauma. In: Journal of Anesthesia,
1995, volume 9. 360-2.

13

You might also like