Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
I. 4 Tujuan Penelitian
a. Mengetahui pengaruh variasi kecepatan pengadukan dalam proses eterifikasi
terhadap kelarutan karboksimetil kitosan ?
b. Mengetahui pengaruh variasi waktu eterifikasi terhadap kelarutan karboksimetil
kitosan ?
c. Mengetahui pengaruh variasi suhu eterifikasi terhadap kekarutan karboksimetil
kitosan ?
I. 5 Manfaat Penelitian
a. Meningkatkan kelarutan kitosan dengan modifikasi kitosan menjadi
karboksimetil kitosan.
I. 6 Hipotesa
a. Semakin besar kecepatan pengadukan dalam proses eterifikasi maka semakin
besar kelarutan karboksimetil kitosan.
b. Semakin lama waktu eterifikasi maka semakin besar kelarutan karboksimetil
kitosan.
c. Semakin besar suhu eterifikasi maka semakin besar kelarutan karboksimetil
kitosan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1.1. Kitosan
Kitosan dengan rumus molekul (C6H11NO4)n dapat diperoleh dari deasetilasi kitin.
Kitosan juga dijumpai secara alamíah di beberapa organísme(Valentina 2013).
Kitosan berbentuk serbuk warna putih, tidak berbau, tidak beracun, tidak larut
dalam air, tidak larut dalam basa kuat dan asam sulfat, sedikit larut dalam asam
hidroksida dan asam fosfat(Kimia et al. 2013)
Proses deasetilasi kitosan dapat dilakukan dengan cara kimiawi maupun enzimatik.
Proses kimiawi menggunakan basa, misalnya NaOH, dan dapat menghasilkan kitosan
dengan derajat deasetilasi yang tinggi, yaitu mencapai 85-93% . Namun, proses kimiawi
menghasilkan kitosan dengan bobot molekul yang beragam dan deasetilasinya juga
sangat acak, sehingga sifat fisik dan kimia kitosan tidak seragam. Selain itu, proses
kimiawi juga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, sutit dikendalikan, dan
1. Nadia Rochmah K.P. 121160163
2. Navyta Ariardini 121160176
Page 4
Proposal Penelitian
Sintesis Karboksimetil Kitosan (KMK)
Dari Kitosan Berat Molekul Rendah
melibatkan banyak reaksi samping yang dapat menurunkan rendemen. Proses enzimatik
dapat menutupi kekurangan proses kimiawi. Pada dasarnya deasetilasi secara enzímatik
bersifat selektif dan tidak merusak struktur rantai kitosan, sehingga menghasilkan
kitosan dengan karakteristik yang lebih seragam agar dapat memperluas bidang
aplikasinya(Valentina 2013).
a. Berat Molekul
Salah satu parameter paling mendasar yang mencirikan makromolekul adalah berat
molekulnya. Pengetahuan tentang berat molekul polisakarida sangat penting bagi
pemahaman tentang aplikasinya dan peran mereka dalam sistem kehidupan. Berat
molekul chitosan sangat bergantung pada kondisi deasetilasi dan dapat ditentukan
dengan metode seperti kromatografi (Bough et al. 1978), hamburan cahaya (Muzzarelli
1977), dan viscometry (Maghami dan Roberts 1988). Viscometry adalah metode paling
sederhana dan paling populer untuk menentukan berat molekul kitosan. Namun metode
ini memiliki kelemahan karena tidak mutlak, bergantung pada korelasi antara nilai
viskositas intrinsik dengan berat molekulnya. Chitosan tersedia secara komersial dengan
berat molekul mulai dari 10.000 hingga1.000.000 Da (satuan massa atom).
b. Viskositas
dalam molekul saling bertabrakan. Viskositas larutan chitosan juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti konsentrasi dan suhu. Ketika konsentrasi chitosan meningkat dan
suhu menurun, viskositas meningkat. Viskositas chitosan menurun dengan peningkatan
waktu demineralisasi karena depolimerisasi (Moorjani et al. 1975). Demikian pula, No
et al. (1999) menunjukkan bahwa viskositas chitosan sangat dipengaruhi oleh fisik
(grinding, pemanasan, autoclaving, ultrasonication) dan perawatan kimia (ozon).
Viskositas larutan chitosan yang disimpan pada 40C relatif stabil.
c. Kelarutan
buruk pada pHnetral dan viskositas larutannya yang tinggi, membatasi penggunaannya
dalam makanan, kosmetik, pertanian, kesehatan, dan industri (Xia et al. 2011).
d. Tingkat Deasetilasi
Tingkat deasetilasi (DD) telah sering dikutip sebagai parameter penting yang
menentukan banyak sifat fiskokimia dan biologis chitosan seperti kristalinitas,
hidrofilisitas, degradasi, dan respon sel. Tingkat deasetilasi chitosan umumnya
dikendalikan oleh pengolahan polimer asli dengan alkali dan dengan peningkatan waktu
dan suhu untuk mendapatkan deasetilasi dengan tingat tertinggi (> 90) material. Selama
reaksi deasetilasi, kelompok acetyl dari kitin bereaksi dengan NaOH dan menghasilkan
gugus amina. Reaksi ini reversibel, dan ketika konsentrasi NaOH ditingkatkan, reaksi
bergeser kearah produk, sehingga kitosan yang dihasilkan lebih banyak,sehingga
deasetilasi akan meningkat. Dalam proses deasetilasi, kelompok asetil dihilangkan dari
polimer secara acak, menghasilkan polimer akhir yang memiliki distribusi acak unit
acetyl glucosamine dan glucosamine. Biopolimer dicirikan sebagai kitin atau kitosan
sesuai deasetilasi yang ditentukan oleh proporsi D-glukosamin dan N-asetil D
glukosamin.Berbagai metode telah dilakukan untuk menentukan derajat deasetilasi
kitosan seperti (1) spektroskopi (inframerah, ultraviolet, atau 1H, 13C, 15N resonansi
magnetik nuklir), (2) metode konvensional (berbagai jenis titrasi, konduktometri,
potensiometri, uji ninhidrin, adsorpsi kitosan bebas kelompok amino oleh asam pikrat),
dan (3) metode destruktif (analisis unsur atau asam atau hidrolisis enzimatik kitin atau
chitosan) diikuti dengan metode kolorimetri atau kromatografi cair kinerja tinggi,
kromatografi gas pirolisis , dan analisis termal menggunakan kalorimetri pemindaian
diferensial. Dari jumlah ini, 1H NMR telah ditemukan sederhana, cepat, dan lebih tepat
daripada banyak metode lainnya (Rinaudo 2006).
Kitosan dapat larut pada kisaran pH asam, tetapi tidak dapat larut pada air dan
alkali. Kelarutan kitosan dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan berat molekulnya.
Kitosan dengan berat molekul rendah (5-20 KDa) dapat larut pada kisaran pH yang
netral. Ada beberapa cara untuk menurunkan berat molekul kitosan yaitu dengan
menghidrolisis secara fisika menggunakan asam, ataupun secara enzimatik.
Hidrolisis secara fisika dapat dilakukan dengan sonikasi dan iradiasi. Kencana
(2009) yang menghidrolisis kitosan dengan sonikasi selama 60 menit mampu
mendegradasi kitosan dari 859 kDa menjadi 400 kDa.
Hidrolisis kitosan dapat dilakukan secara kimiawi menggunakan NaNO2, HCl, dan
H2O2. Mao et al. (2004) yang mencoba menghidrolisis kitosan menggunakan NaNO2
menyimpulkan bahwa penggunaan kitosan dengan berat molekul sedang (sekitar 400
kDa) lebih sensitive untuk terhidrolisis. Larutan kitosan 1% dengan berat molekul 400
kDa yang dihidrolisis dengan rasio molar kitosan/NaNO2 0,009 selama tiga jam pada
suhu ruang terdegradasi menjadi kitosan dengan berat molekul 30 kDa. Du et al. (2009)
berusaha memperoleh kitosan larut air dengan menggunakan H2O2. Berdasarkan
optimasi model matematika, kitosan larut air dapat diperoleh dengan cara hidrolisis
kitosan menggunakan konsentrasi H2O2 selama 3 jam pada suhu 43°C.
Kitosan yang dihidrolisis dengan enzim spesifik belum dapat digunakan dalam
skala besar dan relative lebih mahal. Sedangkan penggunaan enzim non-spesifik seperti
lisozim, selulase, lipase, amilase, papain, dan pektinase lebih ekonomis karena enzim
tersebut dapat diperoleh secara komersial dan telah digunakan di berbagai industri.
(Nazaruddin 2010).
Chitosan (Gambar 2) adalah polisakarida yang berasal dari chitin, rantai linier
kelompok acetylglucosamine, umumnya diekstraksi dari cangkang kepiting atau cumi-
cumi .Chitosan telah digunakan di banyak industri termasuk pengolahan air limbah,
obat-obatan, makanan, dan kosmetik . Chitosan banyak digunakan di berbagai bidang
karena memiliki sifat hidrofobik, biokompatibilitas, dan biodegradabilitas . Kitosan
dengan rumus umum (C6H9NO3)n merupakan salah satu protein yang memiliki gugus
amino yang merupakan basa lemah yang terprotonasi dengan pH< pKasekitar 6,5.
Pelarutan kitosan hanya dapat terjadi dalam larutan asam encer, antara lain dalam
pelarut asam asetat, asam laktat, dan asam klorida encer. Kelarutan kitosandipengaruhi
oleh berat molekul, derajat deasetilasi, dan rotasi spesifiknya yang beragamtergantung
pada sumber dan metode isolasi dan transformasinya.Namun, kelarutan kitosan yang
kecil ketika pH> 6.5 memberikan kerugian yang serius di banyak aplikasinya. Oleh
karena itu, pembuatan derivat kitosan telah dipertimbangkan untuk mengatasi
keterbatasannya larut dalam media berair .
Carboxymethyl chitosan, turunan chitosan yang larut dalam air, telah menarik
banyak perhatian untuk memperluas bidang aplikasinya. Disamping kelarutannya yang
baik dalam air, carboxymethyl chitosan memiliki keunikan dalam sifat kimia, fisik dan
biologis seperti viskositas tinggi, volume hidrodinamik yang besar, toksisitas rendah,
biokompatibilitas dan kemampuan yang baik untuk membentuk film, serat dan hidrogel.
Carboxymethyl chitosan (Gambar 3) disiapkanmelalui eterifikasi beberapa
hidroksil dari gugus -CH2OH sebagai -OCH2COOH. Dengan eterifikasi,ligan reaktif
seperti kelompok COOH dan NH2 masih bisa menerima modifikasi bahan kimia untuk
meningkatkan sifat fisiknya untuk logam chelation dan pengikat warna .
Sifat dan aplikasi karboksimetilchitosan sangat bergantung pada struktur
karakteristiknya. Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan carboxymethyl
chitosan adalah kualitas kitosan, jumlah alkali chitosan yang diperoleh
(alkalizingproses), konsentrasi asam monokloroasetat, dan suhu eterifikasi.
menggunakan bahan baku kitosan dengan berat molekul rendah yang diperoleh dari
kondisi optimum hasil hidrolisis pada penelitian sebelumnya. Untuk tujuan
meningkatkan kelarutan karboksimetil kitosan dalam air, maka dilakukan optimasi pada
berbagai variasi kondisi proses untuk memperoleh kelarutan maksimal. Variabel kondisi
proses meliputi konsentrasi larutan NaOH, rasio massa antara monokloroasetat dengan
kitosan dan waktu eterifikasi. Beberapa karakterisasi yang dilakukan pada hasil sintesis
KMK antara lain uji berat molekul derajat subtitusi, uji kelarutan, dan analisa gugus
fungsi.
1. Tahap Alkalisasi
Ch-OH + NaOH → Ch-O-Na + H2O
Kitosan Natrium Hidroksida Kitosan Alkali Air
2. Tahap Eterifikasi
Ch-O-Na + Cl-CH2COOH → Ch-O-CH2COOH+ NaCl
Kitosan Alkali Monokloro Asetat Karboksimetil kitosan
3. Reaksi samping yang mungkin terjadi:
Cl-CH2COOH + 2NaOH → HO-CH2COONa + NaCl H2O
Monokloroasetat Natrium Glikolat
(Suseno, Padmawijaya, and Nico 2018)
Pembuatan karboksimetil kitosan dapat dilakukan melalui 2 tahap reaksi, yaitu reaksi
alkalisasi dan reaksi eterifikasi. Pada tahap alkalisasi terjadi reaksi antara kitosan
dengan larutan soda (basa) menjadi alkali kitosan, sedangkan pada tahap
karboksimetilasi terjadi reaksi antara alkali kitosan dengan senyawa asam
monokloroasetat menjadi karboksimetil kitosan (KMK).Gugus karboksimetil dari asam
monokloroasetat mensubtitusi gugus hidroksil dan gugus amin. Secara prinsip reaksi
pembentukan karboksimetilkitosan adalah reaksi asam basa.Jika monokloro asetat
berlebih dapat bereaksi dengan natrium hidroksida membentuk hasil samping garam
natrium glikonal dan natrium klorida.(Suseno et al. 2017)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1.2. Alat
a. Water Bath
b. Oven
c. Labu leher tiga
d. Pemanas
e. Pendingin balik (reflux)
f. Pengaduk
g. Termometer
h. Gelas ukur
i. Corong
j. Kertas Saring
k. Buret
l. Gelas beker
m. Magnetic stirrer
III.1.3. RangkaianAlat
Gambar.1 Rangkaianalathidrolisis
1. Gelas Beker
2. Corong
3. Erlenmeyer
Kitosan yang dibeli didapatkan dari CV. Chemix. Analisa awal dilakukan pada
kitosan yaitu dengan mengukur derajat deasetilasi kitosan .Analisis gugus fungsi dilakukan
dengan menggunakan spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR).
III.2.2 Pembuatan Karbosimetil Kitosan
a. Hidrolisis Kitosan
Melarutkankitosandenganrasio 1gr/20 ml larutan HCl 0.15N, memanaskan pada suhu
100oC denganpengadukanselama 10 jam menggunakanpengaduk motor.
Kemudianmenetralisirresidudengan NaOH 1N, menyaringendapan dan menempatkannya
pada tray lalumengeringkandalam oven 55oC selama 4 jam. (jurnalutama)
b. SintesisKarboksimetilKitosan
Sintesis karboksimetil kitosan dilakukan dengan proses alkalisasi, dimana 5 gram
kitosan dicampur dengan 100 ml larutan NaOH 50 %b/v dan dilakukan pengadukan selama
15 menit. Selanjutnya ditambahkan asam monokloroasetat denganperbandingan1:2b/b dan
diaduk selama (1,2,3 jam) pada suhu (60,70,90 oC) dengankecepatanpengadukan (50,70,90
rpm). Campuran hasil reaksi tersebut, kemudian dinetralkan dengan asam asetat 10% dan
diendapkan dengan menambahkan larutan etanol 70%. Selanjutnya dilakukan penyaringan
untuk memisahkan endapan dan filtrat. Endapan yang merupakan karboksimetil kitosan
dikeringkan dalam oven selama 8 jam pada suhu 60°C.(Suseno et al. 2017)
III..3.1 HidrolisisKitosan
Penyaringan
Penyaringan
III.3.2. SintesisKarboksimetilKitosan
Pengadukan 15 menit
Monokloroasetat
(1:2b/b)
Pencampuran
AsamAsetat 10%
Penetralan
Etanol 70%
Pengendapan
Penyaringan
III.4.1 DerajatDeasetilasi
dengan
P = absorbans
Po = % transmitans pada garisdasar, dan
P = % transmitans pada puncak minimum
𝐴1655 1
% DD = 1 – (𝐴3450 + 1.33) 𝑥 100%
dengan
A1655= absorbans pada bilangangelombang 1655 cm-1(serapan pita amida),
A3450= absorbans pada bilangangelombang 3450 cm -1 (serapangugushidroksil), dan
1.33 = A1655untukkitin yang terdeasetilasisempurna (100%).
η =KMα
dengan
K = 3.5 x 10-4 mL/g
α = 0.76
T = waktualirzat
t0 = waktualirpelarut
η = viskositaszat
η0 =viskositaspelarut
M = bobotmolekulzat
Seluruhpencirian di atasdilakukandenganmengambilsampelsecaraacakada 3
titikdengan 3 kali ulangan.
A = VNaOH x CNaOH
dimana:
VNaOH dan CNaOH adalah volume dan moralitas NaOH, m KMK adalah massa dari
karboksimetil kitosan (g), sedangkan 161 adalah berat molekul glukosamin ; 58 adalah
berat molekul karboksi metil.
Berat Kitosan =
Volume aquadest =
Konsentrasi HCl =
Konsentrasi NaOH =
50
1 70
90
50
2 70
90
50
3 70
90
1 50
70
90
50
2 70
90
50
3 70
90
50
1 70
90
50
2 70
90
50
3
70
90
Berat kitosan =
Volume HCl =
Konsentrasi HCl =
Suhupengadukan =
Lama pengadukan =
Waktu Pengeringan =
DerajatSubstitusikarboksimetilkitosan pada suhu60°C
Massa
Massa Massa
Waktu Kecepatanpengadukan yang %
awalsampel terlarut
(jam) (rpm) tidaklarut Kelarutan
(gr) (gr)
(gr)
50
1 70
90
50
2 70
90
50
3
70
90
Massa
Massa Massa
Waktu Kecepatanpengadukan yang %
awalsampel terlarut
(jam) (rpm) tidaklarut Kelarutan
(gr) (gr)
(gr)
50
1 70
90
50
2 70
90
50
3 70
90
Massa
Massa Massa
Waktu Kecepatanpengadukan yang %
awalsampel terlarut
(jam) (rpm) tidaklarut Kelarutan
(gr) (gr)
(gr)
50
1 70
90
50
2
70
90
50
3 70
90
DAFTAR PUSTAKA