Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
PROGRAM S1 AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AAS
2018/2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
BELANJA MODAL DAERAH & BELANJA HIBAH : Bantuan Operasional
Sekolah guna memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan Sektor Publik.
Kami menyadari bahwa didalam penyusunan makalahini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah
kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari kami semoga makalah ini dapat bermanfaat,
baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang yang membaca makalah ini sebagai
tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………...…………………………….. i
KATA PENGANTAR…………….………………………...................... ii
3
BAB 18
A. PENDAHULUAN
4
saat ini pemerintah tidak lagi mementingkan pemenuhan kebutuhan publik,
melainkan hanya melakukan solusi jangka pendek atas permasalahan
penyerapan tenaga kerja dengan cara menambah jumlah pegawai negeri atau
memperbaiki struktur penghasilannya.
B. BELANJA DAERAH
5
Dalam penggunaannya, belanjadaerah diprioritasken untuk
melaksanakakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi
atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang
ditetapkan berdasarkan ketentuan perundangan. Apabila berbicara mengenai
klasifikasi belanja daerah menurut kelompok belanja, maka Permendagri
Nomor 13 Tahun 2006 membaginya dalam kelompok berikut ini:
6
Belanja Modal Peralatan dan Mesin: seluruh pengeluaran untuk
pembelian alat-alat dan mesin yang nantinya digunakan untuk kegiatan.
7
perekonomian dapat berjalan dengan lancar dikarenakan distribusi barang dan
jasa dapat dilakukan dengan lebih efisien dan efelrtif. Namun pada
kenyataannya realisasi belanja modal pada akhir tahun sering kali tidak
mencapai target yang dianggarkan dalam APBD. Sedangkan realisasi belanja
pegawai sering kali melebihi target yang dianggarkan. Ini menunjukkan pada
akhir tahun anggaran pemerintah daerah lebih memprioritaskan untuk
memenuhi target belanja melalui peningkatan belanja pegawai daripada
memenuhi target belanja modal
8
Secara umum, proporsi untuk belanja modal daerah sebelum tahun 2015
di Indonesia memiliki kecenderungan yang makin turun dari total
belanjanya, sebaliknya untuk belanja pegawai yang tetap memiliki
kecenderungan yang makin naik. Hal-hal seperti inilah yang harus mu
dipikirkan oleh seorang manajer di daerah, mengingat belanja modal
sendiri tidak saja diasumsikan, namun telah didukung oleh banyak hasil
penelitian yang menunjukkan adanya kaitan langsung pada pertumbuhan
perekonomian di daerah. Solusi yang harus diambil oleh scorang
manajer di daerah dalam menyusun anggaran adalalh dengan melihat
aspirasi dan kebutuhan publik secara nyata, serta melakukan moratorium
penerimaan pegawai di pemerintah daerah untuk sementara waktu agar
belanja sebelumnya dialokasikan untuk belanja pegawai dapat
dialokasikan untuk belanja yang lebih memberikan efek jangka panjang
yaitu belanja modal.
9
c. Adanya intervensi dari pihak legislative
10
langsung walaupun kriteria, justifnkasi, dan aspek legal dari sebuah
penunjukan langsung tidak tepat dan berindikasi pada pelanggaran
hukum. Contoh kasusnya adalah pengadaan buku di Kabupaten Sleman
dengan penunjukan langsung walaupun kriteria penunjukan langsung
tidak dipenuhi. Solusi yang harus dimiliki oleh manajer di pemerintahan
daerah adalah:
11
Hal yang cukup penting dalam sebuah penganggaran belanja modal
adalah dilakukan oleh pemerintah daerah ternyata tidak dapat
dimanfaatkan mengenai studi kelayakannya. Banyak sekali realisasi
belanja modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah ternyata tidak
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan publik dan menimbulkan
kerugian negara. Solusi yang perlu diambil oleh seorang manajer di
pemerintahan daerah sebelum menyusun dan menetapkan sebuah
anggaran belanja modal adalah dengan meneliti secara detail dan secara
ahli mengenai studi kelayakan yang dihasilkan oleh pihak independen
dan profesional. Selain itu, Rapat Anggaran Eksekutif (gabungan
instansi teknis) tidak hanya bekerja secara formalitas.
Permasalahan dalam kegiatan belanja modal yang sering muncul pada tahap
pelaksanaan antara lain adalah sebagai berikut
12
bagian keuangan pemda untuk melakukan verinkasi kebenaran
substansional apabila dirasakan memang dipe:iukan sebeium
melakukan pembayaran. Di samping itu, Inspektorat Pemerintah
Daerah harus mulai difungsikan secara optimal dalam proses
pelaksanaan pengadaan belanja modal sebagai langkah preventif agar
kualitas keluaran dari proses belanja modal dapat sesuai dengan yang
direncanakan.
13
3) Mengoptimalkan peranan Inspektorat Pemerintah Daerah dalam
indikasi adanya tindak pidana korupsi di dalam kegiatan
pengadaan belanja modal
14
diserap sernua, maka kinerja seorang pimpinan instansi dinilai bagus.
Berdasarkan fenomena penyerapan anggaran itu, terdapat beberapa
kondisi yang menyebabkan anggaran tidak dapat diserap seluruhnya,
yaitu
15
dengan harapan agar makin banyak personel yang mampu dan
memiliki sertifikat keahlian untuk duduk di dalam kepanitiaan
pengadaan barang/jasa pemerintah.
Masalah terakhir yang sering muncul dalan realisasi suatu angga ran,
terrnasuk belanja modal, adalah pada penatausahaan atas transaksi yang
ditimbulkan atau secara spesifik menyangkut masalah perlakuan akuntansi
(accounting treatment) yang sering mendapatkan koreksi dari Badan
Pemeriksa Keuangan. Jenis kesalahan pada accounting treatment yang
biasanya terjadi adalah pada penetapan mata anggarannya, misalnya ada
belanja modal yang seharusnya didanai dengan menggunakan dana belanja
modal ternyata didanai dari belanja barang atau sebaliknya. Sedangkan
16
permasalahan lain yangjuga sering muncul adalah pada ketersediaan bukti
kepemilikan suatu aset, misalnya sertifikat tanah yang sering belum lengkap.
Hal ituiah yang menyebabkan pemda sulit memperoleh opini wajar tanpa
pengecualian (WTP) atas laporan keuangannya dari Badan Pemeriksa
Keuangan. Solusi yang perlu diambil oleh manajer di pemerintahan daerah
untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan cara sebagai berikut:
BAB 19
A. PENDAHULUAN
17
Dalam rangka pelaksanaan urusan yang menjadi kewenangan
pemerintah pusat maupun dacrah, pemerintah pusat dan daerah akan
melaksanakan fungsi program, dan kegiatan yang berwujud dalam
pengeluaran belaija. Belanja merupakan semua kewajiban pemerintah yang
diakui sebagai pengurang kekayaan bersih (ekuitas dana) dalam periode tahun
anggaran yang berjalan. Dalam belanja ini, pemerintah tidak akan
mendapatkarı pembayaran kembal baik pada tahun anggaran berjalan maupun
pada tahun anggaran berikutnya. Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri (Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, pengeluaran daerah diprioritaskan untuk belanja yang
bersifat mengikat dan belanja yarg bersifat wajib. Belanja yang bersifat
mengikat merupakan belanja yang dibutuhkan terus-menerus, misalnya
belanja pegawai. Sedangkan belanja wajib merupakan belanja untuk
menjamin kelangsungan pemenuhan pendanaan dasar masayarakat, misalnya
untuk bidang pendidikan dan kesehatan.
18
Hibah dapat diberikan dalam bentuk uang, barang, maupun jasa. Hibah
dalam bentuk uang dianggarkan olch Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(PPKD) dalam kelompok helanja tidak larngsung, yang penyalurannya
dilakukan melalui transfer dana kepada penerima hibah sesuai dengan
peraturan perundarg-undangan. Hibah dalam bentuk barang modal
dianggarkan dalam bentuk program dan kegiatan oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dalam keiompok belanja langsung, yang kemudian dicatat
dan dilaporkan sebagai aset pemerintah daerah pada tahun anggaran
berkenaan dan pada saatnya diserahkan kepada penerima hibah dengan
terlebih dahulu dilakukan penghapusan aset. Hibah dalam bentuk jasa
dianggarkan dalam bentukprogram dan kegiatan oleh SKPD dalam kelompok
belanja langsung, dilakukan melalui kegiatan SKPD bersangkutan, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Salah satu jenis belanja hibah yang
paling banyak diperbincangkan masyarakat adalah dana "Bantuan Operasional
Sekolah" (BOS). Selain BOS yang sumber dananya berasal dari APBN, ada
juga BOSDA yang sumber dananya berasal dari APBD provinsi maupun
APBD kabupaten/kota. Jenis belanja hibah inilah yang akan kita bahas dalam
uraian selanjutnya
19
BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk
penyediaan pendanaan biaya operasional nonpersonalia bagi satuan
pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar, yang secara umum
bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan
pendidikan dalam rangka wajib belajar sembilan tahun yang bermutu. Namun
ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang bisa dibiayai
dengan dana BOS. BOS dilatarbelakangi kewajiban negara untuk
menyediakan akses bagi masyarakat untuk memperoleh pendidikan seperti
yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yaitu "Setiap warga negara mempunyai hak yang sama
untuk memperoleh pendidikan yang bemutu dan pemerintah wajib
memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi." Pada
saat pemerintah pusat mengeluarkandana BOS, pemerintah pusat sebelumnya
mengeluarkan kebijakan mengenai kenaikan harga BBM yang menjadikan
daya beli masyarakat menurun. Daya beli masyarakat yang menurun dapat
memberikan dampak negatif terhadap akses masyarakat untuk mendapatkan
pendidikan sehingga pemerintah mengambil kebijakan realokasi sebagian
dana subsidi BBM untuk program BOS
20
a. membebaskan pungutar bagi seluruh siswa SD negeri dan SMP negeri
terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf
internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI)
21
3) Bantuan biaya pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan
kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu
membiayei pendidikannya
c. Biaya pribadi peserta didik adalah biaya personal yang meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan
a. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses dan mutu
pendidikan dasar sembilan tahun yang bermutu
b. Dengan adanya BOS, tidak boleh ada siswa miskin yang putus sekolah
karena tidak mampu membayer iuran/pungutan yang dilakukan oleh
sekolah.
d. Kepala sekolah mencari dan mengajak siswa SD/setara yang akan lulus
dan yang berpotensi tidak melanjutkan sekolah untuk ditampung di SMP/
22
setara. Demikian juga bila ditemukan ada anak putus sekolah yang masih
berminat melanjutkan pendidikan agar dapat diajak kembali ke bangku
sekolah.
f. BOS tidak menghalangi peserta didik, orang tua yang mampu, atau
walinya memberikan sumbangan sukarela yang tidak mengikat kepada
sekolah Sumbangan sukarela dari orang tua siswa harus bersifat ikhlas,
tidak terikat waktu, dan tidak ditetapkan jumlahnya, serta tidak ada
intimidasi bagi yang tidak menyurnbang
23
Peserta didik, orang tua, den/atau wali peserta didik bertanggung jawab atas:
a. biaya pribadi peserta didik, misalnya uang saku/uang jajan, buku dan alat-
alat tulis, dan lain sebagainya; dan
Penyaluran dana BoS tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, peran
Dinas Pendidikan provinsi sangat dominan. Dana BOS dialokasikan dalam
DIPA provinsi melalui dana dekonsentrasi. Mekanisme yang demikian
memiliki keuntungan darisegi kecepatan penyaluran dan adanya keseragam
antara sekolah negeri dengan sekolah swasta karena dana sama-sam a
ditransfer langsung ke sekolah sekolah penerima BOS dari pengelola dana
dekonsentrasi BOS di Dinas Pendidikan provinsi. Namun demikian,
mckanisme ini dianggap belum sejalan dengan amanat PP Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota yang antara lain
menyatakan bahwa pemerintah daerah kabupaten/ kota menyelenggarakan
urusan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang terkait
dengan pelayanan dasar (basic services) bagi masyarakat, termasuk di
dalamnya pendidikan dasar. Mekanisme ini juga menunjukkan kurangnya
sinkronisasi program Bos dengan program pemerintah kabupaten/kota karena
kurangnya keterlibatan pemerintah kabupaten/kota.
24
Dana dan kas umum negara ditransfer ke rekening kas umum daerah
kabupaten/kota (masuk dalam APBD kabupaten/kota). Sclanjutnya, untuk
pentransferan dana ke sekolah-sekolah penerima, dilakukan melalui transfer
langsung ke sekolah melalui PPKD untuk sekolah swasta, sedangkan untuk
sekolah negeri penyaluran dana BOS dilakukan melalui SKPD yang
mengelola dana BOS (Dinas Pendidikan kabupaten/kota). Perubahan
mekanisme di atas tenyata menimbulkan masalah baru berupa terlambatnya
penyaluran karena belum siapnya pemerintah kabupaten/kota menyesuaikan
dengan perubahan ini.
Selain dana BOS yang dananya berasal dari APBN, Melalui anggaran
Kementrian Pendidikan Nasional maupun melalui dana transfer, terdapat juga
dana BOS Daerah (BOSDA) yang dananya berasal dari APBD provinsi
maupun APBD kabupaten/kota. BOSDA yang akan lesih banyak dibahas
dalam tulisan ini adalah BOSDA provinsi. BOSDA adalah program bantuan
operasional sekolah yang diberikan oleh pemerintah provinsi kepada SD dan
SMP yang secara umum bertujuan untuk memenuhi kecurangan dan
melengkapi BOS yang dialokasikan olch pemerintah pusat melalui anggaran
pendapatan dan belanja negara dan ditujukan untuk menjamin
peryelenggaraan pendidikan dasar sembilan tahun. Pemerintah provinsi
memberikan dana BOSDA kepada pemerintah kabupaten/kota pada alokasi
belanja hibah yang akan masuk dalam APBD kabupaten/kota, yang
selanjutnya pemerintah kabupaten/kota akan menyalurkan dana BOSDA
tersebut kepada satuan pendidikan (sekolah) penerima BOSDA mengikuti
mekanisme peryaluran dana BOS.
Walaupun dana BOS ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2005, namun
dalam pelaksaraannya masih terdapat permasalahan-permasalahan yang harus
25
terus diperbaiki. Permasalahan imum yang terjadi misalnya dalam penyaluran
dana BOS adalah sebagai berikut :
26
dengan pengelolaan dana BOS dalam APBD dan kesiapan SKPD
pendidikan dan sekolah dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 81 ayat (2) PP Nomor 5 dan Pasal 162
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang dengan Permendagri 21 Tahun
2011.
27
Untuk itu, sebaiknya masing-masing Dinas Pendidikan kabupaten/kota
menetapkan standar biaya operasional sekolah misalnya berdasarkan regional
berdasarkan kemampuan pemenuhan standar pendidikan nasional, atau
berdasarkan kriteria-kriteria lain yang sesuai
28
e. Rencana Jangka Menengah dan RKAS harus disetujui dalam rapat dewan
pendidik setelah memperhatikan pcrtimbangan Komite Sekolah dan
disahkan oleh Dinas Pendidikan kabupaten/kota (untuk sekolah negeri)
atau yayasan (untuk sekolah swasta)
29
DAFTAR PUSTAKA
30