You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan filsafat adalah materi (subject matter) yang dibahas dalam
filsafat, satu demi satu dan seluruhnya. Inilah yang disebut dengan problematika
filsafat karena dibahas menurut susunan tertentu (sistematika fisafat) dan dibahas
dalam filsafat sistematis. Seperti telah diutarakan sebelumnya, bahwa sistematika
filsafat adalah suatu uraian yang memuat seluruh bagian permasalahan filsafat,
termasuk hubungan antarbagian, menurut sistem atau susunan tertentu. Beberapa
ahli menyatakan, bahwa sistematika filsafat memuat permasalahan sehingga
disebut problematika filsafat. Meskipun tampak sederhana, banyak pandangan
berbeda mengenai apa yang dibahas dalam filsafat, bagaimana masalah-masalah
itu saling berhubungan, bersifat hierarki atau tidak, serta mana yang pantas
mendapat penekanan dan mana yang dinilai tidak penting.
Beberapa ahli menyatakan bahwa sistematika filsafat itu memuat apa yang
disebut permasalahan, sehingga problematika filsafat seperti telah dikemukakan.
Namun, meskipun tampak sederhana, sebenarnya banyak pandangan berbeda
mengenai apa yang dibahas filsafat, bagaimana masalah-masalah itu (saling)
berhubungan, termasuk apakah hubungan itu bersifat hierarkis atau sejajar, serta
mana yang pantas mendapat penekanan dan mana yang tidak penting ditonjolkan.

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistematika Filsafat
Sistematika Filsafat adalah hasil berpikir tentang segala sesuatu yang ada
dan mungkin ada yang telah tersusun secara sistematis. Sistematika filsafat bisa
disebut juga dengan struktur filsafat. Sistematika lebih mudah disebut pembagian
atau klasifikasi filsafat, atau kandungan masalah-masalah filsafat. Menurut
Langeveld (1959), secara garis besarnya filsafat terdiri atas tiga hal utama, yaitu :
a. Masalah tahu, mengetahui, dan pengetahuan (cognitio);
b. Metafisika, baik metafisika umum (ontologi) maupun metafisika khusus, dan
c. Nilai serta penilaian (aksiologi).
2.1.1 Masalah tahu, mengetahui, dan pengetahuan (cognitio)
Filsafat berbicara tentang hakikat tahu, mengetahui, dan pengetahuan
beserta seluruh kaitannya. Pembahasan hakikat tahu meliputi hal yang
dimaksudkan “tahu” atau mengetahui suatu hal.
Tahu juga menyangkut masalah kebenaran, karena mengetahui sesuatu
dengan benar, sedangkan jika mengalami sesuatu secara tidak benar, dapat
diebut sebagai tidak mengetahui. Tetapi secara hakiki, benar dan tahu
merupakan dua hal berbeda. Karena itu, dalam hakikat tahu, dibicarakan
pula apa yang dimaksud dengan pengetahuan yang benar dan apa yang
tidak benar, termasuk mempertanyakan arti atau maksud kebenaran itu
sendiri. Pengetahuan itu datangnya dari mana, dasarnya apa, dan adakah
batas kebenaran pengetahuan itu? Adakah kebenaran yang mutlak,
ataukah kebenaran itu relati semata-mata?
Oleh karena itu, dalam masalah tahu mengetahui, dan pengetahuan
terdapat pula logika yang mengatur kelurusan berpikir, serta epistemologi
yang mengatur hal kebenarannya. Logika mendahului epistemologi, untuk
membiacarakan epistemologi diperlukan dasar logika, untuk mencapai
kebenaran diperlukan cara berpikir, cara mengetahui yang tepat.
a. Logika
Logika adalah bagian filsafat yang memperbincangkan hakikat
ketepatan, cara menyusun pikiran yang dapat menggambarkan
ketepatan berpengetahuan. Tepat dalam susuanan berpikir itu belum
tentu benar dalam isinya, sedangkan benar selalu mempunyai dasar,
ialah tepat. Logika tidak mempersoalkan kebenaran sesuatu yang
dipikirkan, tetapi membatasai diri pada ketetapan susunan berpikir
menyangkut pengetahuan. Jadi, logika memprasyaratkan kebenaran,
bukan wacana kebenaran itu
Secara etimologis, logika berasal dari bahasa Yunani, logos yang
berarti “kata” atau “pikiran”. Namun, pengertian dasarnya sering
disebut sebagai ilmu berkata-kata atau ilmu berpikir benar, bukan tepat
melainkan benar. Perubahan arti itu merupakan hal yang biasa dalam
gejala Bahasa, seperti “acuh tak acuh” menjadi “acuh”. Dengan
demikian, dapatlah dikatakan bahwa logika adalah suatu pertimbangan
akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam
bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut logike episteme atau dalam
bahasa latin disebut logica scientia yang berarti ilmu logika, namun
sekarang lazim disebut dengan logika saja.
Selanjutnya logika dibagi atas dua hal yang lebih rinci, ialah logika
formal dan logika material.
1) Logika formal adalah wacana atau argumentasi yang
membicarakan hakikat hukum-hukum ketepatan susunan berpikir.
Hal terpenting dalam logika formal adalah masalah pengaturan
atau aturannya, rumusan, atau hukum-hukum bagi ketepatan
susunan pikiran. Isu tidak dipermasalahkan, demikian juga
masalah penggunaannya. Sebagai contoh, dalam matematika
terdapat rumus (a + b)2 = a2 + 2ab + b2. Rumusan ini
menggambarkan logika, tetapi tidak kita pedulikan isinya, apakah
a dan b itu.
2) Logika material adalah wacana atau argumentasi mengenai hakikat
penggunaan ketepatan susunan berpikir terhadap bidang-bidang
kegiatan tertentu. Hal ini dinilai perlu karena suatu bidang
pengetahuan atau masalah menuntut susunan berpikir yang
berbeda dengan bidang masalah lainnya. Logika material ini
disebut teori metodologi. Dengan demikian, teori metodologi
adalah wacana mengenai cara-cara menyusun pikiran yang tepat
untuk bidang masalah tertentu.
Jenis logika ada tiga, yaitu logika induktif, logika deduktif, dan
logika dialektis. Logika deduktif merupakan hasil penelitian atau
sistem mengenai prinsip-prinsip kesimpulan yang mengarah pada
penggunaan suatu prinsip. Adapun logika induktif merupakan hasil
penelitian atau teori mengenai prinsip-prinsip kesimpulan dari
berbagai kenyataan.
Pengertian logika deduktif dan induktif merupakan wilayah
kesimpulan yang sangat penting dalam penggunaan logika. Pengertian
induktif adalah mencari prinsip umum berdasarkan kenyataan-
kenyataan yang berkembang, atau menyatakan kemungkinan terbesar,
sedangkan deduktif adalah penurunan hal umum untuk hal yang
khusus, atau pernyataan yang bersifat niscaya, nesesitas, atau pasti.
b. Epitemologi
Epistemologi mempersoalkan kebenaran pengetahuan. Pernyataan
tentang kebenaran diperlukan susunan yang tepat. Kebenaran
pengetahuan disebut memenuhi syarat-syarat epistemologi karena juga
tepat sususnannya, atau disebut logis. Meskipun logika dan
epistemologi merupakan dua hal berbeda, keduanya memiliki kata
yang sangat kuat, ialah bahwa logika menjadi prasyarat yang
mendasari epistemologi.
Dalam epistemologi, secara lebih rinci terdapat perbincangan
mengenai dasar, batas, dan objek, pengetahuan. Oleh sebagian orang,
epistemologi disebut filsafat ilmu. Secara umum dan mendasar,
terdapat perbedaan antara epistemologi dan filsafat ilmu. Secara
umum, epistemologi mempersoalkan kebenaran pengetahuan sebagai
bagian filsafat, sedangkan filsafat ilmu (philosophy of science),
masalah yang dipersoalkan adalah khusus mengenai ilmu
pengetahuan. Perbedaan dasar antara epistemology dan filsafat ilmu,
adalah bahwa kebenaran epistemologis didasarkan pada pemikiran,
sedangkan pada kebenaran ilmiah, selain menyangkut kebenaran
teoristis juga melibatkan validasi eksperimentasi atau bukti lapangan.
Epistemology, istilah yang ditemukan pada filsafat Yunani Kuno,
sementara ilmu pengetahuan atau scientiae atau sciens dimulai pada
abad XVI dan XVII.
DAFTAR RUJUKAN

Burhanuddin, Afid. 2013. Epistimologi, Ontologi, Aksiologi, Pengetahuan Filsafat.


(Online) (https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/05/21/epistimologi-
ontologi-aksiologi-pengetahuan-filsafat-2/) diakses pada 29 januari 2019.

Wiramihardja, Sutardjo. 2009. Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama.

You might also like