You are on page 1of 21

ACARA II

REAKSI-REAKSI KIMIA

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum : a. Untuk mengenal berbagai reaksi kimia.
b. Untuk menentukan stoikiometri reaksi.
2. Waktu Praktikum : Jumat, 17 Oktober 2014
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI
Reaksi kimia adalah proses yang mengonversi sekelompok zat, yang disebut reaktan,
menjadi sekelompok zat baru, yang dinamakan produk. Dengan kata lain, reksi kimia adalah
proses yang menghasilkan perubahan kimia. Memang dalam banyak kasus, tidak ada yang
terjadi ketika sejumlah zat dicampur, masing-masing mempertahankan komposisi dan sifat
aslinya. Kita memerlukan bukti sebelum kita dapat mengatakan bahwa suatu reaksi kimia
telah terjadi. Beberapa jenis bukti fisis yang perlu ditunjukkan dengan perubahan warna,
pembuatan padatan atau endapan, evolusi gas, dan penyerapan kalor. Bukti kuat masih
memerlukan analisis kimia terperinci dari campuran reaksi untuk mengidentifikasi semua zat
yang ada. Lebih lagi, analisis kimia dapat mengungkapkan bahwa reaksi kimia telah terjadi
meskipun tidak ada gejala fisis (Petrucci, 2008 : 108).
Beberapa jenis reaksi kimia yang umumnya dapat terjadi berdasarkan apa yang terjadi
saat reaktan berubah menjadi produk. Reaksi-reaksi yang lebih umum dapat terjadi adalah
penggabungan, penguraian, penggantian tunggal, penggantian rangkap, pembakaran dan
redoks (Moore, 2004 : 126).
Stoikiometri adalah ilmu kimia yang mempelajari dan menghitung hubungan
kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Kata stoikiometri berasal dari bahasa
Yunani Stoikeion yang berarti elemen dan material yang berarti ukuran. Stoikiometri reaksi
adalah penentuan perbandingan massa unsure-unsur dalam senyawa dalam pembentukan
senyawanya. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum
dasar ilmu kimia. Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konsrvasi massa,
yang menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia
biasa. Hukum perbandingan teteap dari Joseph Proust menyatakan bahwa zat kimia murni
tersusun dari unsure-unsur dengan formula tertentu (Barsasella, 2012 : 89).
Air murni tidak mempunyai rasa, bau dan warna. Bila mengandung zat tertentu, air
dapat terasa asam, pahit, asin dan sebagainya. Air yang mengandung zat lain dapat pula
menjadi berwarna. Cairan yang berasa asam disebut larutn asam, sedangkan cairan yang
terasa licin dan pahit disebut larutan basa. Cara yang baik untuk mengetahui asam dan basa
adalah dengan mencelupkan kertas lakmus, karena lakmus dalam larutan asam berwarna
merah dan dalam larutan basa berwarna biru. ( Syukri, 1999 : 387 ) .
Dalam reaksi oksidasi reduksi atau redoks, elektron berpindah diantara spesies-
spesias yang bereaksi sewaktu mereka berkombinasi membentuk produk. Pertukaran ini
sebagai perubahan bilangan oksidasi reaktan. Semula, istilah oksidasi hanya merujuk kepada
reaksi dengan oksigen. Sekarang istilah ini digunakan untuk menjelaskan setiap proses yang
bilangan iksidasi spesiesnya meningkat, meskipun oksigen tidak terlibat. (Oxtoby, 2001 :
163).
Pada reaksi redoks, hilangnya elektron dari suatu zat tersebut disebut oksidasi,
sedangkan penambahan elektron suatu zat lain disebut reduksi. Karena transfer elektron
memerlukan penyumbang dan penerima elektron, oksidasi dan reduksi selalu terjadi secara
bersama-sama (Campbell, 2008 : 176).
Suatu reaksi dalam larutan tidak selalu dilihat dengan terbentuk endapan. Dalam
beberapa reaksi terbentuk gas, kadang-kadang yang terjadi hanya perubahan warna dan
bahkan ada yang kelihatannya tidak terjadi perubahan sama sekali. Hal ini karena semua
reaktan dan hasil reaksi dalam air tidak berwarna (Brady, 1994 : 118).

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat-alat Praktikum
a. Gelas kimia 100 mL
b. Gelas kimia 250 Ml
c. Gelas ukur 25 mL
d. Gelas ukur 50 mL
e. Kain lap
f. Kertas label
g. Pipet tetes
h. Rak tabung reaksi
i. Spatula
j. Tabung reaksi
k. Termometer 100oC
l. Tisu

2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O (l))
b. Larutan Alumunium Sulfat (Al2 (SO4)3) 0,1 M
c. Larutan Amonium Hidroksida (NH4OH) 1 M
d. Larutan Asam Asetat (CH3COOH) 0,05 M
e. Larutan Asam Klorida (HCl) 0,05 M
f. Larutan Asam Klorida (HCl) 1 M
g. Larutan Indikator Fenolftalein (PP)
h. Larutan Kalium Dikromat (K2Cr2O7) 0,1 M
i. Larutan Kalium Kromat (K2CrO4) 0,1 M
j. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,05 M
k. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 1 M
l. Larutan Natrium Hidroksida(NaOH) 2 M
m. Larutan Tembaga (II) Sulfat (CuSO4) 1 M
D. PROSEDUR PENELITIAN
1. Reaksi Kimia
a. Ke dalam dua tabung reaksi, dimasukkan masing-masing 10 tetes larutan HCL 0,05
M dan dengan tepat CH3COOH 0,05 M. Ditambahkan masing-masing 3 tetes larutan
indikator. Diamati warna larutan tersebut.
b. Ke dalam dua tabung reaksi dimasukkan larutan NaOH 0,05 M masing-masing 10
tetes. Ditambahkan pada keduanya 3 tetes larutan indikator.
c. Dicampurkan kedua asam (tabung a) dengan basa (tabung b) Diamati perubahan
warna yang terjadi.
d. Dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi masing-masing 10 tetes larutan kalium
kromat K2CrO4 0,1 M. Ke dalam tabung pertama ditambahkan larutan HCl 1
M,dikocok dan diamati. Ke dalam tabung lainnya ditambahkan larutan NaOH 1M,
disimpan larutan dan dibandingkan dengan percobaan e.
e. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing 10 tetes larutan K2Cr2O7 0,1 M.
Diperlakukan ssperi percobaan di atas. dibandingkan larutan d dan e.
f. Dimasukkan 10 tetes larutan Al2(SO4)3 0,1 M ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan
tetes demi tetes larutan NaOH 1 M, diperhatikan apa yang terjadi.
g. Dimasukkan 10 tetes larutan Al2(SO4)3 0,1 M ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 5
tetes NH4OH 1 M. ditambahkan lagi tetes demi tetes NH4OH 1 M dan diamati.
Dibandingkan dengan percobaan f.

2. Variasi Kontinu
a. Stoikiometri Sistem CuSO4 – NaOH
1. Digunakan larutan CuSO4 1 M dan NaOH 2 M.
2. Dimasukkan 15 mL NaOH ke dalam gelas kimia dan dicatat suhunya.
3. Sementara diaduk, ditambahkan 5 mL larutan CuSO4 yang diketahui suhu
awalnya, dukur tempertur campurannya (diusahakan suhu awal CuSO4 sama
dengan NaOH di dalam gelas kimia).
4. Diulangi percobaan dengan menggunakan 10 mL NaOH dan 10 mL CuSO4, 5 mL
NaOH dan 15 mL CuSO4.
5. Sebaiknya data hasil percobaan disusun dalam bentuk tabel.

b. Stoikiometri Asam – Basa


1. Ke dalam 5 tabung reaksi dimasukkan berturut-turut 1, 2, 3, 4, 5 mL larutan NaOH
1 M dan ke 5 tabung reaksi yang lain dimasukkan berturut-turut 1, 2, 3, 4, 5 mL
larutan HCl 1 M.
2 Diukur suhu awal dari masing-masing larutan dan diambil rata-ratanya.
3 Dicampurkan 1 mL NaOH dengan 5 mL HCl, 2 mL NaOH dengan 4 mL HCl, 3
mL NaOH dengan 3 mL HCl, 4 mL NaOH dengan 2 mL HCl, dan 5 mL NaOH
dengan 1 mL.
4 Dialurkan harga ∆t (sumbu y) terhadap volume asam basa (sumbu x) dan
ditentukan stoikiometri dari larutan tersebut.

E. HASIL PENGAMATAN
No. Prosedur percobaan Hasil pengamatan
1. a.Ke dalam dua tabung reaksi, dimasukkan Menghasilkan warna putih keruh
masing-masing 10 tetes larutan HCL 0,05 M
dan dengan tepat CH3COOH 0,05 M. Menghasilkan warna putih keruh
Ditambahkan masing-masing 3 tetes larutan
indikator. Diamati warna larutan tersebut.
b.Ke dalam dua tabung reaksi dimasukkan Warna setelah ditetesi PP merah tua
larutan NaOH 0,05 M masing-masing 10
tetes. Ditambahkan pada keduanya 3 tetes
larutan indikator.
c.Dicampurkan kedua asam (tabung a) HCl + NaOH berwarna merah tua
dengan basa (tabung b) Diamati perubahan CH3COOH + NaOH berwarna merah tua.
warna yang terjadi.
d.Dimasukkan ke dalam dua tabung reaksi
masing-masing 10 tetes larutan kalium K2CrO4 + HCl berwarna jingga
kromat K2CrO4 0,1 M. Ke dalam tabung
pertama ditambahkan larutan HCl 1 K2CrO4 + NaOH berwana coklat
M,dikocok dan diamati. Ke dalam tabung
lainnya ditambahkan larutan NaOH 1M,
disimpan larutan dan dibandingkan dengan
percobaan e.
e.Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
masing-masing 10 tetes larutan K2Cr2O7 0,1 K2Cr2O7 + HCl berwarna kuning
M. Diperlakukan ssperi percobaan di atas. K2Cr2O7 + NaOH berwarna bening
dibandingkan larutan d dan e. kekuningan
f.Dimasukkan 10 tetes larutan Al2(SO4)3 0,1
M ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan tetes Al2(SO4)3 + NaOH 4 tetes berwarna
demi tetes larutan NaOH 1 M, diperhatikan putuh keruh
apa yang terjadi.
g.Dimasukkan 10 tetes larutan Al2(SO4)3 0,1
M ke dalam tabung reaksi. Ditambahkan 5 Al2(SO4)3 + NH4OH 8 tetes berwarna
tetes NH4OH 1 M. ditambahkan lagi tetes putih keruh
demi tetes NH4OH 1 M dan diamati.
Dibandingkan dengan percobaan f.
2. A.Stoikiometri Sistem CuSO4 – NaOH
1.Digunakan larutan CuSO4 1 M dan NaOH
2 M.
2.Dimasukkan 15 mL NaOH ke dalam gelas
kimia dan dicatat suhunya. Setelah dicampur andapan yang
3.Sementara diaduk, ditambahkan 5 mL dihasilkan tidak terlalu banyak, larutan
larutan CuSO4 yang diketahui suhu awalnya, berwarna biru.
dukur tempertur campurannya (diusahakan 10 ml + 10 ml menghasilkan cukup
suhu awal CuSO4 sama dengan NaOH di banyak endapan dan berwarna biru pekat.
dalam gelas kimia).
4.Diulangi percobaan dengan menggunakan 5 ml + 15 ml menghasilkan sedikit
10 mL NaOH dan 10 mL CuSO4, 5 mL endapan dan berwarna biru kehijauan.
NaOH dan 15 mL CuSO4.
5.Sebaiknya data hasil percobaan disusun
dalam bentuk tabel.
3 A. Stoikiometri asam-basa
1.Ke dalam 5 tabung reaksi dimasukkan Warna campuran larutan adalah bening
berturut-turut 1, 2, 3, 4, 5 mL larutan NaOH 1
M dan ke 5 tabung reaksi yang lain
dimasukkan berturut-turut 1, 2, 3, 4, 5 mL
larutan HCl 1 M.
2.Diukur suhu awal dari masing-masing
larutan dan diambil rata-ratanya.
3.Dicampurkan 1 mL NaOH dengan 5 mL
HCl, 2 mL NaOH dengan 4 mL HCl, 3 mL
NaOH dengan 3 mL HCl, 4 mL NaOH
dengan 2 mL HCl, dan 5 mL NaOH dengan 1
mL.
4.Dialurkan harga ∆t (sumbu y) terhadap
volume asam basa (sumbu x) dan ditentukan
stoikiometri dari larutan tersebut.

F. ANALISIS DATA
1. Reaksi Kimia
a. HCl (aq) + NaOH (aq)  NaCl (aq) + H2O (l)
b. CH3COOH + NaOH (aq)  CH3COONa (aq) + H2O (l)
c. K2CrO4 (aq) + 2 HCl (aq)  2 KCl (aq) + H2CrO4 (aq)
d. K2CrO4 (aq) + 2 NaOH (aq)  Na2CrO4 (aq) + 2 KOH (aq)
e. K2Cr2O7 (aq) + 2 HCl (aq)  2 KCl (aq) + H2Cr2O7 (aq)
f. K2Cr2O7 (aq) + 2 NaOH (aq)  2 KOH (aq) + Na2Cr2O7 (aq)
g. Al2(SO4)3 (aq) + 6 NaOH (aq)  2 Al(OH)3 (s) + 3 Na2SO4 (aq)
h. Al2(SO4)3 (aq) + 6 NH4OH (aq)  3 (NH4)2SO4 (aq) + 2 Al(OH)3 (s)

2. Variasi Kontinu
a. Stoikiometri Sistem CuSO4 – NaOH
 Perhitungan mol larutan CuSO4 1 M
o Untuk 0 mL CuSO4 1 M
Mol CuSO4 =m.v
=1.0
= 0 mmol
o Untuk 5 mL CuSO4 1 M
Mol CuSO4 =m.v
=1.5
= 5 mmol
o Untuk mL 10 CuSO4 1 mL
Mol CuSO4 =m.v
= 1 . 10
= 10 mmol
o Untuk mL 15 CuSO4 1 mL
Mol CuSO4 =m.v
=1.1
= 15 mmol
o Untuk 20 mL CuSO4 1 mL
Mol CuSO4 =m.v
= 1 . 20
= 20 mmol
 Perhitungan mol larutan NaOH 2 M
o Untuk 20 mL larutan NaOH 2 M
Mol NaOH =m.v
= 2 . 20
= 40 mmol
o Untuk 15 larutan NaOH 2 M
Mol NaOH =m.v
= 2 . 15
= 30 mmol
o Untuk 10 mL larutan NaOH 2 M
Mol NaOH =m.v
= 2 . 10
= 20 mmol
o Untuk 5 mL larutan NaOH 2 M
Mol NaOH =m.v
=2.5
= 10 mmol
o Untuk 0 mL larutan NaOH 2 M
Mol NaOH =m.v
=2.0
= 0 mmol

 Mencari suhu mula-mula (Tm)


o Percobaan 1 (20 mL NaOH 2 M dan 0 mL CuSO4 1 M)
Tm1 = Tm campuran antara 20 mL NaOH 2 M dan 0 mL CuSO4 1 M
= 33oC
o Percobaan 2 (15 mL NaOH 2 M dan 5 mL CuSO4 1 M)
T NaOH+T CuSO4
Tm2 = 2
33+32
= 2
65
=
2

= 32,5 oC
o Percobaan 3 (10 mL NaOH 2 M dan 10 mL CuSO4 1 M)
31+32
Tm3 = 2
63
=
2

= 31,5 oC

o Percobaan 4 (5 mL NaOH 2 M dan 15 mL CuSO4 1 M)


31+32
Tm4 = 2
63
=
2

= 31,5 oC
o Percobaan 5 (0 mL NaOH 2 M dan 20 mL CuSO4 1 M)
Tm5 = Tm campuran antara 0 mL NaOH 2 M dan 20 mL CuSO4 1 M
= 33oC
 Mencari ∆T
ΔT = TA (suhu akhir) – TM (suhu awal)

o ΔT 1 = TA1 – TM 1
= 33 – 33
= 0OC
o ΔT 2 = TA2 – TM 2
= 34 – 32,5
= 1,5OC
o ΔT 3 = TA3 – TM 3
= 34 – 31,5
= 2,5OC
o ΔT 4 = TA4 – TM 4
= 33 – 31,5
= 1,5OC
o ΔT 5 = TA5 – TM 5
= 32 – 32
= 0OC

 Tabel Stoikiometri Sistem CuSO4 dan NaOH

T
V V T
NaOH TM TA ΔT mmol mmol
NaOH CuSO4 CuSO4
(OC) (O
(OC) (OC) (OC) NaOH CuSO4
(mL) (mL) C)

20 0 33 - 33 33 0 40 0
15 5 33 32 32,5 34 1,5 30 5
10 10 31 32 31,5 34 2,5 20 10
5 15 31 32 31,5 33 1,5 10 15
0 20 - 32 32 32 0 0 20
 Grafik hubungan antara mmol CuSO4 dan NaOH dengan ΔT

Grafik hubungan antara mmol CuSo4 dan


∆T NaOH dengan ∆T
3

2.5 2.5

1.5 1.5 1.5

0.5

0 0 0
0 5 10 15 20
mmol CuSo4

40 30 20 10 mmol NaOH
0

o Reaksi CuSO4 dan NaOH dapat ditulis:


CuSO4 (aq) + NaOH (aq)  Na2SO4 (aq) + Cu(OH)2 (s)
o Perbandingan titik puncak antara CuSO4 dan NaOH
= 10 : 20
=1:2

b. Stoikiometri Asam – Basa


 Perhitungan mol larutan HCl 1 M
o Untuk 6 mL HCl 1 M
Mol HCl =m.v
=1.6
= 6 mmol
o Untuk 5 mL HCl 1 M
Mol HCl =m.v
=1.5
= 5 mmol
o Untuk 4 mL HCl 1 M
Mol HCl =m.v
=1.4
= 4 mmol
o Untuk 3 mL HCl 1 M
Mol HCl =m.v
=1.3
= 3 mmol
o Untuk 2 mL HCl 1 M
Mol HCl =m.v
=1.2
= 2 mmol
o Untuk 1 mL HCl 1 M
Mol HCl =m.v
=1.1
= 1 mmol
o Untuk 0 mL HCl 1 M
Mol HCl =m.v
=1.0
= 0 mmol

 Perhitungan mol larutan NaOH 1 M


o Untuk 0 mL NaOH 1 M
Mol HCl =m.v
=1.0
= 0 mmol
o Untuk 1 mL NaOH 1 M
Mol HCl =m.v
=1.1
= 1 mmol
o Untuk 2 mL NaOH 1 M
Mol HCl =m.v
=1.2
= 2 mmol
o Untuk 3 mL NaOH 1 M
Mol HCl =m.v
=1.3
= 3 mmol
o Untuk 4 mL NaOH 1 M
Mol HCl =m.v
=1.4
= 4 mmol
o Untuk 5 mL NaOH 1 M
Mol HCl =m.v
=1.5
= 5 mmol
o Untuk 6 mL NaOH 1 M
Mol HCl =m.v
=1.6
= 6 mmol
 Mencari Suhu Mula-mula (TM)
o 0 mL NaOH 1 M dan 6 mL HCl 1 M
= Tm campuran antara 0 mL NaOH 1 M dan 6 mL HCl 1 M
= 30,5 oC
o 1 mL NaOH 1 M dan 5 mL HCl 1 M
T NaOH+T HCl
=
2
29,5+30,5
=
2
60
=
2

= 300C
o 2 mL NaOH 1 M dan 4 mL HCl 1 M
29,5+32
=
2
61,5
=
2

= 30,750C
o 3 mL NaOH 1 M dan 3 mL HCl 1 M
31,5+31,5
=
2
63
=
2

= 31,50C
o 4 mL NaOH 1 M dan 2 mL HCl 1 M
31+32
=
2
63
=
2
= 31,50C
o 5 mL NaOH 1 M dan 1 mL HCl 1 M
32 + 31
=
2
63
=
2
= 31,50C
o 6 mL NaOH 1 M dan 0 mL HCl 1 M
Tm7 = Tm campuran antara 6 mL NaOH 1 M dan 0 mL HCl 1 M
= 300C

 Mencari ΔT
o ΔT1 = TA1 – TM1
= 30,5 – 30,5
= 00 C
o ΔT2 = TA2 – TM2
= 30,5_30
= 0,50C
o ΔT3 = TA3 – TM3
= 31 – 30,75
= 0,250C
o ΔT4 = TA4 – TM4
= 34,5 – 31,5
= 30 C
o ΔT5 = TA5 – TM5
= 34 – 31,5
= 2,50C
o ΔT6 = TA6 – TM6
= 35 – 31,5
= 3,50C
o ΔT7 = TA – TM
= 32 – 32
= 00 C

 Tabel Stoikiometri Sistem NaOH dan HCl


V V T
T HCl TM TA ΔT mmol mmol
NaOH HCl NaOH
0
(0C) (0C) (0C) (0C) NaOH HCl
(mL) (mL) ( C)
0 6 - 30,5 30,5 30,5 0 0 6
1 5 29,5 30,5 30 30,5 0,5 1 5
2 4 29,5 32 30,75 31 0,25 2 4
3 3 31,5 31,5 31,5 34,5 3 3 3
4 2 31 32 31,5 34 2,5 4 2
5 1 32 31 31,5 35 3,5 5 1
-
6 0 32 32 32 0 6 0

- Grafik hubungan ΔT dengan jumlah mol reaksi

Grafik Hubungan Antara mmol NaOH dan HCl


dengan ∆T
∆T
4
3.5 3.5
3 3
2.5 2.5
2
1.5
1
0.75
0.5 0.5
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 1 2 3 4 5 6 mmol NaOH

6 5 4 3 2 1 0 mmol HCl

o Reaksi HCl dan NaOH dapat ditulis:


NaOH (aq) + HCl (aq)  NaCl (aq) + H2O (l)
o Perbandingan itik puncak antara NaOH dan HCl
= 5:1

G. PEMBAHASAN
Tujuan praktikum reaksi-reaksi kimia adalah untuk mengenal berbagai reaksi kimia
dan untuk menentukan stoikiometri reaksi. Reaksi kimia adalah proses perubahan kimia
antara zat-zat preaksi atau reaktan yang berubah menjadi zat-zat hasil reaksi atau produk.
Pada dasarnya reaksi kimia yang terjadi itu bermacam-macam jenisnya, reaksi kimia dapat di
kelompokkan berdasarkan bagaimana cara atom tersusun kembali pada hasil reaksi kimia.
Beberapa jenis reaksi kimia adalah reaksi pembakaran merupakan reaksi antara suatu zat
dengan oksigen menghasilkan zat yang jenisnya baru dan panas, reaksi pembakaran juga
dapat menimbulkan api, ledakan atau hanya menimbulkan pendar. Reaksi kombinasi atau
reaksi redoks yang merupakan unsur bebas, reaksi redoks merupakan reaksi kimia yang
disertai perubahan bilangan oksidasi atau reaksi yang didalamnya terdapat serah terima
elektron. Reaksi penguraian merupakan reaksi kimia yang apabila senyawa tunggal bereaksi
membentuk dua atau lebih zat. Reaksi penggatian tunggal merupakan reaksi yang terjadi
apabila seluruh unsur menggantikan kedudukan unsur lain. Reaksi penggantian ganda
merupakan reaksi yang terjadi apabila dua unsur saling berganti ion. Terakhir adalah reaksi
metatesis yang terdiri dari reaksi pengendapan yang merupakan proses reaksi yang
membentuk endapan, reaksi netralisasi merupakan reaksi antara asam dan basa, dan reaksi
pembentukan gas yang merupakan reaksi kimia yang reaksinya dihasilkan gas. Untuk
mengetahui terjadinya reaksi kimia dari suatu proses kimia dapat dilihat dari beberapa tanda,
seperti pembentukan endapan, pembentukan gas, perubahan warna dan perubahan suhu.
Variasi kontinu adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan stoikiometri reaksi
dengan mengamati sederetan reaksi yang kuantitas molar preaksinya di ubah-ubah dan
bervariasi, akan tetapi kuantitas molar totalnya sama.
Percobaan pertama, HCL 0,05M dan CH3COOH 0,05 M. Warna awal kedua
larutan tersebut adalah bening, namun setelah di tetesi indikator PP pada masing masing
larutan warnanya berubah menjadi putih keruh. Dimana trayek pH indikator PP adalah 8,3-
10. indikator PP berfungsi untuk menunjukan suatu zat bersifat asam atau basa. Pada
percobaan pertama indikator PP tidak merubah warna karena HCL dan CH3COOH
merupakan larutan asam, pada lingkungan asam larutan fenolftalein.
Percobaan kedua, larutan NaOH 0,05 M di tetesi dengan indikator PP. Warna awal
larutan NaOH adalah bening dan setelah di tetesi indikator PP warnannya berubah menjadi
merah tua. Ini menunjukan bahwa NaOH bersifat basa karena pada lingkungan basa,
indikator PP akan berubah menjadi warna merah. Perubahan warna ini disebabkan oleh
resonasi isomer elektron. Setiap indikator asam basa merupakan ion yang memiliki tetepan
ionisasi yang berbeda-beda. Ion ini memiliki sistem yang terkonjugasi yang dapat menyerap
warna tertentu dan meneruskan gelombang warna lainnya. Gelombang yang diserap adalah
bagian dari spektrum warna, sehingga ion tersebut akan terlihat berwarna.
Percobaan ketiga, mencampurkan HCL dengan NaOH dan CH3COOH dengan
NaOH. Pada percobaan yang telah dilakukan, setelah HCL di campurkan dengan NaOH
warna larutannnya tetap merah tua. Namun seharusnya campuran tersebut berubah menjadi
bening, karna HCL bersifat asam kuat dan NaOH bersifat basa kuat. Ketika asam kuat
bertemu dengan basa kuat maka larutan yang terbentuk bersifat netral dan tidak berwarna.
Kesalahan hasil pada percobaan ini dimungkinkan karena penetesan yang tidak seimbang
antara HCL dan NaOH yang disebabkan penetesan dilakukan oleh praktikan yang berbeda
sehingga bisa menyebabkan volume tetesan larutan yang keluar berbeda dan volume total
HCL dan NaOH pun akan berbeda, yang mengakibatkan larutan tidak bereaksi sebagaimana
seharusnya. Pada larutan kedua CH3COOH di campurkan dengan NaOH warna larutan tetep
merah tua karena CH3COOH bersifat asam lemah dan NaOH bersifat basa kuat. Ketika asam
lemah bertemu dengan basa kuat maka hasil campuran larutan tersebut bersifat basa.
Hubungan reaksi kimia asam basa dengan reaksi hidrolisis adalah reaksi penguraian garam
oleh air. Ada dua jenis reaksi hidrolisis yaitu, hidrolisis sempurna dan hidrolisis parsial.
Hidrolisis sempurna terjadi jika garamnya berasal dari asam lemah dan basa lemah.
Hidrolisis parsial terjadi jika garamnya berasal dari asam lemah dan basa kuat atau
sebaliknya dan pada hidrolisis parsial hanya salah satu ion yang mengalami hidrolisis. Yang
lainnya tidak. Seperti pada percobaan yang telah diakukan dengan reaksi sebagai berikut
CH3COOH(aq)+ NaOH(aq) CH3COONa(aq)+ H2O(s)
Natrium asetat (CH3COONa(aq)) terdiri dari kation Na+ dan anion CH3COO –. Ion Na+ berasal
dari basa kuat (NaOH), sehingga tidak bereaksi dengan air. Ion CH3COO – merupakan basa
kanjugasi dari asam lemah CH3COOH, sehingga bereaksi dengan air atau mengalami
hidrolisis. Jadi CH3COONa terhidrolisis sebagian (parsial). Garam yang terbentuk dari asam
kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis. Dengan demikian, larutannya bersifat netral.
Percobaan keempat dan kelima, warna awal larutan K2CrO4 adlah jingga sama
dengan warna K2CrO7. Pada percobaan keempat warna larutan K2CrO4 setelah ditambahkan
HCl adalah jingga dan K2CrO4 setelah ditetesi NaOH warnanya berubah menjadi coklat.
Namun hasil percobaan tidak sesuai dengan yang seharusnya. K2CrO4 setelah ditetesi NaOH
seharusnya berwarna kuning atau lebih muda dari sebelumnya. Kesalahan pada percobaan ini
dimungkinkan karena kesalahan jumlah tetesan NaOH yang diberikan atau volume tetesan
yang berbeda. Pada percobaan kelima larutan K2CrO7 setelah ditambahkan dengan HCl
warnanya menjadi kuning keemasan dan warna K2CrO7 setelah ditambahkan NaOH adalah
bening kekuningan. Hubungannya dengan reaksi redoks, karena reaksi redoks merupakan
reaksi yang melibatkan oksidasi dan reduksi. Konsep reaksi oksidasi adalah reaksi
peningkatan oksigen, reaksi pelepasan elektron dan reaksi peningkatan bilangan oksidasi.
Reaksi reduksi merupakan kebalikannya, yaitu pelepasan oksigen, penangkapan elektron dan
reaksi penurunan bilangan oksidasi. Reaksi kesetimbangan adalah reaksi bolak balik yang
menunjukkan reaktan bereaksi membentuk produk dan produk dapat bereaksi balik
membentuk reaktan.
Percobaan keenam dan ketujuh, warna awal larutan Al2(SO4)3 adalah bening. Pada
percobaan enam larutan Al2(SO4)3 ditambahkan dengan NaOH, setelah penambahan dengan
4 tetes NaOH warna larutan berubah menjadi putih keruh. Pada percobaan ketujuh Al2(SO4)3
ditambahkan 5 tetes NH4OH warnanya menjadibening keruh. Warna Al2(SO4)3 pada
percobaan ketujuh akan sama dengan percobaan 6 setelah ditambahkan 3 tetes NH4OH lagi
sehingga totalnya menjadi 8 tetes NH4OH. Jumlah NH4OH yang dibutuhkan lebih banyak
dari pada NaOH, itu karena NaOH bersifat basa kuat sehingga cepat bereaksi sedangkan
NH4OH bersifat basa lemah sehingga dibutuhkan lebih banyak untuk bereaksi. Reaksi
pengendapan adalah reaksi pembentukan padatan dalam cairan. Pengendapan dapat terjadi
jika konsentrasi senyawa melebihi kelarutan. Pada percobaan ini warna menjadi putih keruh,
keruh pada larutan berupa padatan yang apabila didiamkan akan mengendap pada dinding
tabung reaksi. Larutan penyangga adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan PH
tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi tersebut berlangsung walaupun ditambah
sedikit asam atau basa. Pada percobaan ini Al2(SO4)3 akan mempertahankan pHnya, jika
ditambahkan terlalu banyak NaOH dan NH4OH maka akan terbantuk endapan.
Variasi kontinu adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan stoikiometri
reaksi. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif
dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Pada percobaan ini mencampurkan larutan
NaOH dengan CuSO4. Dari percobaan dapat dilihat bahwa 15 ml NaOH dengan 5 ml
CuSO4 menghasilkan tidak terlalu banyak endapan dan campuran larutan berwarna biru. 10
ml NaOH detambahkan dengan 15 ml CuSO4 menghasilkan endapan yang sedikit dan
campuran berwarna biru kehijauan. Pada grafik dapat dilihat hubungan mol dengan ∆T.
0
Perubahan suhu yang paling banyak adalah 2,5 C setelah itu menurun kembali.
Perbandingan titik puncak antara NaOH da CuSO4 adalah 20 mmol NaOH dan 10 mmol
CuSO4, perbandingannya adalah 2:1. Titik puncaknya sesuai dengan titik
stoikiometrinya,yaitu sesuai dengan perbandingan pereaksi dan senyawa.
Aplikasi stoikiometri larutan adalah asam basa. Warna awal HCl dan NaOH adalah
bening. Setelah dicampur warnanya tetap bening karena HCl dan NaOH merupakan asam
kuat dan basa kuat. ∆T yang dihasilkan dari pencampuran 1 ml NaOH dan 5 ml HCl adalah
0,50C, 2 ml NaOH dan 4 ml HCl adalah 0,75 0C, 3 ml NaOH dan 3 ml HCl adalah 3 0C, 4 ml
NaOH dan 2 ml HCl adalah 2,50C, dan 5 ml NaOH dan 1 ml HCl adalah 3,50C. Dari
perconbaan diperoleh perbandingan titik puncak NaOH dan HCl adalah 5 : 1. Ini tidak sesuai
dengan teori yang seharusnya perbandingannya 1:1. Kesalahan bisa disebabkan karena
kesalahan pengukuran suhu.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Reaksi kimia adalah proses perubahan kimia antara zat-zat pereaksi yang berubah
menjadi zat-zat hasil reaksi. Jenis reaksi kimia yaitu reaksi pembakaran merupakan reaksi
antara suatu zat dengan oksigen yang menghasilkan zat baru dan panas, reaksi redoks
merupakan reaksi yang disertai dengan perubahan bilangan oksidasi, reaksi netralisasi
merupakan reaksi antara asam dan basa kuat. Reaksi kimia biasa ditandai dengan adanya
perubahan warna, terdapat endapan dan pearubahan suhu.
2. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari
reaktan dan produk dalam reaksi kimia. Dari hasil percobaan diperoleh stoikiometri
CuSO4 dan NaOH dengan perbandingan titik puncak 5 : 1 , ini tidak sesuai dengan teori.
Seharusnya perbandingan titik puncaknya 1 : 1, kesalahan terjadi karena kurangnya
ketelitian pada pengukuran suhu.
DAFTAR PUSTAKA

Barsasella, Diana. 2012. Kimia Dasar. Jakarta : TIM.


Brady, James E. 1994. Kimia Universitas. Jakarta : Erlangga.
Campbell, Neil A. 2008. Biologi. Jakarta : Erlangga.
Moore, John T. 2004. Kimia For Dummies. Bandung : Pakar Raya.
Oxtoby, D.W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta : Erlangga.
Petrucci, R.H. 2008. Kimia Dasar Prinsip-prinsip dan Aplikasi Modern. Jakarta : Erlangga.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung : Penerbit ITB.

You might also like