You are on page 1of 5

OUTLINE PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :
RIANTO SITANGGANG
4151131035
Mahasiswa Jurusan Kimia

A. Judul Penelitian :
Pengembangan Modul Kimia Inovatif Berbasis Proyek Untuk Kelas
XI SMA Pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam Sesuai Kurikulum 2013.

B. Latar Belakang Masalah


Kurikulum yang saat ini digunakan ialah kurikulum 2013 (K13) meskipun
tidak semua sekolah menerapkannya. Kurikulum 2013 merupakan
penyederhanaan kurikulum yang disiapkan untuk membuat peserta didik memiliki
kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan yang jauh lebih baik, lebih
kreatif, inovatif dan produktif (Rezeki,2013). Kurikulum 2013 berfokus pada
berfokus pada pendekatan ilmiah, menekankan pengalaman pribadi melalui
proses mengamati, bertanya, menalar, mencoba (pembelajaran berbasis observasi)
dan berkomunikasi (Sumatri, 2015). Pendidikan kimia memiliki peranan penting
dalam peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam menghasilakan sumber
daya manusia yang kritis, inovatif dan produktif ( Na’imah, 2015).
Karakteristik dari konsep-konsep ilmu kimia yang abstrak menyebabkan
kimia sulit untuk dipelajari dan membutuhkan kemampuan berpikir tinggi untuk
memahaminya (Kean dan Middlecamp, 1985: 5). Berdasarkan kurikulum 2013,
materi hidrolisis garam merupakan materi dalam pembelajaran kelas XI MIA di
semester II. Gabel (2006) menyatakan bahwa mayoritas siswa dapat mengerjakan
soal dan terlatih dalam perhitungan matematika saja, tetapi kurang memahami
konsep kimia yang mendasari soal tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran
hidrolisis garam sebaiknya lebih menekankan pada proses perolehan konsep,
sehingga siswa tidak hanya dapat menghitung pH tetapi juga dapat mengetahi
konsep yang mendasari soal tersebut.
Oleh karena itu, untuk membantu keaktifan berpikir dan bekerja dari para
siswa diperlukan suatu metode pembelajaran ilmiah. Metode pembelajaran ilmiah
memiliki beberapa model yang disesuaikan dengan tingkat kesulitan dan
karakteristik materi serta kondisi siswa (Wasonowati, 2014). Salah satu bahan ajar
yang dapat meningkatkan keaktifan dan pemahaman peserta didik terhadap materi
pelajaran adalah modul. Modul merupakan bahan ajar yang disajikan secara
sistematis dan lengkap sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa
guru, dengan modul peserta didik dapat belajar secara mandiri di sekolah maupun
di rumah sesuai kecepatan belajarnya masing-masing (Prastowo, 2011).
Pengembangan modul kimia yang diintegrasikan dengan model pembelajaran
inovatif telah banyak dilakukan ditingkat satuan pendidikan(Kurniawati dan
Dhamas, 2013; Kusuma dan Kuroso, 2010). Pengembangan modul yang
diintegrasikan dengan model pembelajaran inovatif bertujuan agar pembelajaran
menjadi menyenangkan, dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta
didik dan dapat menjadikan peserta didik untuk belajar aktif agar pembelajaran
berpusat pada siswa (Student Centered). Pengembangan modul juga harus
berdasarkan prasyarat dari bahan berwenang yaitu Badan Standar Nasional
Pendidikan (BNSP) dan kurikulum yang berlaku(Mardapi,2007).
Salah satu cara untuk mengemas masalah yaitu melalui kerja proyek. Sesuai
dengan teori belajar Bruner dan Ausubel, kegiatan projek ini merupakan salah
satu langkah dalam menemukan konsep-konsep materi sehingga membuat belajar
lebih bermakna, karena akhirnya siswa mengetahui kesesuaian antara teori dengan
praktik yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Metode ini
cukup menantang dan dianggap sebagai suatu alat yang efektif untuk
membelajarkan siswa secara aktif karena mereka didorong untuk tidak tergantung
sepenuhnya pada guru, tetapi diarahkan untuk dapat belajar lebih mandiri.
Metode pembelajaran berbasis proyek merupakan metode pembelajaran yang
mengacu pada filosofis konstruktivisme, yaitu pengetahuan merupakan hasil
konstruksi kognitif melalui suatu aktivitas siswa yang meliputi keterampilan
maupun sikap ilmiah siswa sehingga siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri dan bermakna melalui pengalaman yang nyata (Siwa, 2013). Proses yang
diharapkan terjadi dalam pembelajaran kimia akan muncul pada tiap langkah
pembelajaran proyek. Pertanyaan esensial yang diberikan guru akan mendorong
siswa pada suatu gagasan atau ide yang kemudian dikembangkan bersama
kelompok menjadi sebuah rancangan kegiatan proyek. Pada tahap perencanaan,
siswa diberi keleluasaan dalam hal memilih topik, tugas, peran tiap anggota,
konteks dimana proyek dikerjakan, kolaborator yang bekerjasama dengan siswa,
produk yang dihasilkan, dan unjuk kerja atau kriteria bagaimana produk dinilai
(Blumenfeld, et all, 1991).
Pembelajaran dengan menggunakan modul telah diterapkan oleh beberapa
peneliti terdahulu dan terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, antara lain:
Duwiri, dkk (2016) menunjukkan bahwa nilai N-gain secara keseluruhan pada
kelas eksperimen yaitu 0,72 lebih tinggi dibanding kelas kontrol yaitu 0,68. Hasil
penelitian Khotim, dkk (2015) menyatakan bahwa modul kimia yang
dikembangkan efektif meningkatkan pemahaman konsep siswa. Hal ini
ditunjukkan pada peningkatan pemahaman konsep siswa dengan skor rata-rata
yaitu 0,41 dengan kriteria peningkatan sedang, presentase ketuntasan klasikal
sebesar 92,86%. Sudarmin, dkk (2016) menyatakan bahwa modul pembelajaran
hasil pengembangan berpengaruh positif pada hasil belajar dan aktivitas belajar
peserta didik. Hal ini disebabkan modul hasil pengembangan memiliki
kelengkapan isi yang sesuai kebutuhan peserta didik sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan belajar mandiri peserta didik (Dhamija dan Khancha., 2014). Hasil
penelitian Marsri, dkk (2015) ketuntasan hasil belajar siswa pada materi
perhitungan kimia mencapai 79,84% dengan rata-rata nilai 78,46. Suryani, dkk
(2014) menunjukkan bahwa dengan menggunakan bahan ajar berbentuk modul,
siswa lebih mudah mengikuti pembelajaran kimia sehingga proses pembelajaran
dapat berlangsung efektif dan terbukti dari hasil belajar siswa dengan 94,8%
siswa mendapat nilai ≥ 70.
Beberapa hasil penelitian yang relevan terbukti dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, antara lain: Rose dan Prasetya (2014) juga menyatakan bahwa
dengan model PjBL berbantuan modul hasil belajar siswa pada pokok materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan telah mencapai nilai 80 dari seluruh proses
pembelajaran, ditinjau dari hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomorik. Baş
(2011) membuktikan bahwa project based learning dapat meningkatkan motivasi,
sikap, dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Penelitian lain
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa lebih tinggi jika dibandingkan dengan
siswa yang diajar tanpa menggunakan pembelajaran berbasis proyek (Lukman
dkk., 2015) serta model pembelajaran berbasis proyek berpengaruh secara
signifikan terhadap keterampilan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa (Wahida
dkk., 2015).
Dalam hal ini Rose(2014) juga melakukan penelitian bahwa strategi
pembelajaran PjBl dengan batuan modul cukup efektif diterapkan dalam
pembelajaran kimia pada materi pokok kelarutan dan hasil kali kelarutan ditinjau
dari hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dengan ketuntasan
belajar sekitar 67,50%.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengembangan Modul Kimia Inovatif Berbasis
Proyek untuk Kelas XI SMA Pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam Sesuai
Kurikulum 2013”.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penetian ini adalah:
A. Apakah modul Hidrolisis Garam telah memenuhi kriteria kelayakan isi,
kelayakan bahasa, kelayakan penyajian,kelayakan kegrafikan standar
Badan Standar Nasional Pendidikan?
B. Apakah hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran berbasis
proyek terintegrasi modul lebih tinggi dari harga Kriteria Ketuntasan
Minimum?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk
mengembangkan modul yang sudah ada sebelumnya melalui
pengembangan pembelajaran dan integrasi pendidikan yang
digunakan untuk menciptakan modul yang juh lebih menarik,
efektif dan jauh lebih mudah untuk dipahami oleh sisiwa.
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk memperoleh modul berbasis proyek pada materi Hidrolisis
garam yang telah memenuhi kriteria kelayakan isi, kelayakan
penyajian,kelayakan bahasa, dan kelayakan kegrafiakan standar Badan
Standar Nasional Pendidikan.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek terintegrasi modul lebih tinggi dari
harga Kriteria Ketuntasan Minimum.

Medan, Januari 2019


Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Juruan Kimia Dosen Pembimbing Skripsi Mahasiswa Peneliti

Drs. Ayi Darmana,M.Si Drs. Bajoka Nainggolan, MS Rianto Sitanggang


NIP. 19660807 199010 1 001 NIP. 19600815 198503 1 006 NIM. 4151131035

You might also like