You are on page 1of 13

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

ACARA I
PENGENALAN FORMAT PENYIMPANAN CITRA DIGITAL

Pengampu:
Sigit Heru Murti BS, S.Si, M. Si

Asisten :
Aditya Saifuddin
Erlina Candra Timurani
Iqbal Agung Hidayat
Mauliza Fatwa Yusdian
Tri Wahyudi

Disusun oleh :
Grevaldo Laksmana P / E100160284
Kamis Jam 14.10 -15.40

LABORATORIUM SIG DAN PCD


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2019
ACARA 1
PENGENALAN FORMAT PENYIMPANAN
CITRA DIGITAL PENGINDERAAN JAUH

I. TUJUAN
Meletakkan dasar pemahaman tentang format penyimpanan citra digital

II. ALAT DAN BAHAN


1. Format isian penyimpanan citra digital
2. Pensil

III. DASAR TEORI


Citra digital merupakan citra yang diperoleh, disimpan, dianalisis, dan
disajikan dalam notasi biner. Notasi biner adalah notasi yang mendasarkan pada 2
kemungkinan atau variasi informasi, yaitu 0 dan1. Notasi ini sangat sesuai untuk
sistem komputer, yang menggunakan arus listrik (mati-hidup) dan orientasi kutub
magnetik (selatan-utara) dalam mengolah dan menyimpan informasi. Satuan
informasi terkecil ialah bit (binary digit), dimana 1 bit informasi hanya memuat 2
kemungkinan (2¹): 0 (mati, tak ada arus) atau 1 (hidup, ada arus). Gambar yang
disimpan melalui sistem perekaman 1 bit hanya akan menyajikan titik-titik penyusun
gambar yang hitam-putih, tanpa abu-abu.
Apabila sistem perekam gambar menggunakan pengkodean 2 bit, maka
setiap titik penyusun gambar (yang selanjutnya disebut piksel) mempunyai 2²
kemungkinan atau 4 tingkat : hitam (00), abu-abu gelap (01), abu-abu cerah (10), dan
putih (11). Sistem bilangan biner semacam ini dapat dikonversi ke sistem bilangan
desimal, dimana 00 pada sistem bilangan biner = 0 pada sistem bilangan desimal, dan
selanjutnya 01 = 1, 10 = 2, dan 11 = 3. Rentang atau julat nilai 0 – 3 (yang berarti 4
tingkat) mewakili 4 tingkat kecerahan pada piksel-piksel citra. Saat ini, bit coding
sensor satelit telah mampu menyimpan hingga 16 bit, atau 2¹6 tingkat kecerahan,
meskipun citra yang banyak digunakan –yaitu citra Landsat Thematic Mapper dan
SPOT HRV/HRVIR masih menggunakan 8 bit atau 256 tingkat kecerahan. Informasi
8 bit setara dengan 1 byte. Cara penyimpanan citra ke dalam himpunan piksel dengan
susunan baris-kolom disebut dengan struktur atau format raster. Pada citra raster 8
bit, 1 piksel biasanya setara dengan 1 byte.
Citra satelit penginderaan jauh banyak yang diperoleh melalui sensor
multispektral. Hasil dari citra multispektral ini adalah liputan gambar wilayah yang
sama pada saluran spektral (band atau kanal) yang berbeda-beda. Apabila suatu
wilayah direkam oleh satelit dengan sensor yang mengoperasikan 3 saluran (k, l, dan
m) dengan koding 8 bit, maka pada posisi yang sama pada citra raster, suatu posisi
piksel (missal baris i kolom j) mempunyai 3 macam nilai spektral, yang masing-
masing terdapat dalam julat 0-255, yaitu NPijk, NPijl, dan NPijm.
Berbagai perangkat lunak menyimpan keempat saluran citra ini dengan
cara yang berbeda-beda. Cara pertama adalah penyimpanan tanpa kompresi
(pemampatan), dimana setiap piksel menempati ‘ruang’ dalam komputer sebesar 1
byte. Apabila terdapat 4 saluran citra yang masing-masing tersusun atas m kolom dan
n baris, maka tempat (space) yang dihabiskan dalam komputer adalah 4 x m x n byte.
Cara ini disebut dengan full-raster structure. Cara kedua adalah melalui kompresi,
dimana deretan piksel dengan nilai yang sama pada suatu saluran dapat diringkas
penyimpanannya. Semakin homogen nilai piksel pada suatu liputan citra, semakin
efektif kompresinya. Cara ini disebut compressed raster structure.
Pada citra pertama (full-raster structure), komputer pun masih dapat
menyimpan dan mengolah informasi pada citra dengan format yang berbeda-beda.
Ada sistem pengolah citra yang lebih menyukai penyimpan tiap saluran secara
terpisah dalam 1 berkas file, ada pula yang memilih penyimpanan seluruh saluran
dalam 1 file. Format penyimpanan tiap saluran ke dalam file terpisah disebut format
band sequential (BSQ). Format yang menyukai seluruh saluran disimpan dalam satu
file ialah (a) band interleaved by line (BIL), dimana urutan penyimpanan ialah baris
baris 1 saluran 1, baris 1 saluran 2, baris 1 saluran 3, … baris 1 saluran n; kemudian
dilanjutkan baris 2 saluran 1, baris 2 saluran 2, baris 2 saluran 3, …, baris 2 saluran n;
begitu seterusnya sampai seluruh baris citra pada n saluran habis terbagi; (b) band
interleaved by pixel (BIP) dimana selang-seling penyimpanan tidak dilakukan pada
tiap baris saluran, melainkan tiap piksel pada tiap saluran.
Pada pelarikan (scanning) dengan skaner meja, pilihan untuk menyimpan
gambar digital pada 256 warna tanpa kompresi selalu dapat diartikan bahwa gambar
tersebut disimpan dengan format generic BSQ, meskipun nama formatnya
disesuaikan dengan merek dagang perusahaan pembuat perangkat lunaknya, misalnya
*.GIF, *.TIF, *.BMP. penyimpanan gambar 16,7 juta warna (2 (8)³, atau 256³) ke
dalam format *.BMP atau *.TIF 24 bit menunjukkan bahwa gambar tersebut
disimpan dalam format BIL atau BIP. Kompresi gambar hasil pelarikan raster juga
dijumpai pada format yang sudah banyak dikenal, misalnya *.JPG dan TIF with LZW
compression. Dengan demikian, format BSQ, BIL, dan BIP merupakan format
generic pada citra penginderaan jauh, sedangkan BMP, TIF, GIF, dan JPG merupakan
format non-generik yang berlaku untuk berbagai jenis citra, termasuk citra/ gambar
non-penginderaan jauh. Format non-generik lain juga dapat dijumpai pada berbagi
pengolah citra penginderaan jauh, meskipun mereka masih bisa dikategorikan ke
dalam BSQ, BIL, atau BIP. Format-format ini antara lain *.LAN (untuk ERDAS
sampai dengan versi 7.5), *.IMG (untuk ERDAS Imagine; ekstensi yang sama namun
dengan format berbeda digunakan oleh IDRISI), *.MPD (ILWIS for DOS), *.MPR
(ILWIS for Windows), dan *.ERS (ER-Mapper).
Citra digital disimpan oleh perangkat lunak pengolah citra dengan
beberapa macam cara, ditinjau dari jumlah file yang digunakan. Cara pertama adalah
menyatukan informasi citra dengan headernya. Header adalah suatu ‘penjelasan’
tentang citra yang disimpan, misalnya format (ASCIL, biner), ukuran (jumlah baris
dan kolom), julat nilai dan ukuran byte-nya (misalnya 1 byte/piksel), palette warna,
dan sebagainya. Header dibaca lebih dulu oleh program, sebelum data tiap piksel
diakses dan ditampilkan pada layar monitor atau diproses. Pada cara pertama ini,
header diletakkan pada bagian awal file, sehingga ukuran citra biasanya menjadi
jumlah byte citra + jumlah byte header. Misalnya citra 3 saluran berukuran 1000
kolom x 600 baris, dengan julat 0-255, dimana tiap piksel disimpan dalam 1 byte
informasi, dan headernya berukuran 128 byte, maka ukuran file citra itu menjadi 128
+ 3*(1000 * 600) = 1.800.128 byte. Cara kedua ialah dengan memisahkan header dan
citra menjadi 2 file, dengan ekstrensi yang berbeda, namun dengan nama file yang
sama.
Format *.LAN yang digunakan oleh ERDAS merupakan contoh dimana
header dan citranya disatukan dalam 1 file, dengan ukuran header sebesar 512 byte
(untuk versi 7.5). Format *.MPD pada ILWIS for DOS merupakan contoh untuk file
citra yang dipisahkan dari headernya (yang menggunakan ekstensi *.MPI, sebesar 40
byte berformat biner). Format *.ERS sebenarnya merupakan header dari file citra
tanpa ekstensi pada perangkat lunak ER-Mapper, dimana ukuran byte *.ERS ini terus
berubah seiring dengan semakin banyaknya jenis operasi yang diterapkan pada citra.
File *.ERS ini merupakan salah satu contoh dimana genealogi (lineage) citra telah
dimasukkan sebagai bagian dari metadata (=’data tentang data’) citra.

IV. LANGKAH KERJA


Praktikan diberi gambar, yang menunjukkan 3 saluran dari suatu citra
multispektral hipotetik, tanpa header. Potongan citra itu berukuran 10 x 10 piksel
dengan julat nilai 0-15, dimana nilai 0 menunjukkan obyek yang memberikan
pantulan spektral paling lemah dan 15 menunjukkan obyek yang memberikan
pantulan spektral paling kuat. Berdasarkan informasi tersebut,
1. Menyalin gambar itu tanpa angka-angka (nilai piksel) di dalamnya, lalu memberi
warna dengan pensil (bukan pena/ ballpen), dengan tingkat kegelapan sesuai
dengan nilai pikselnya
2. Mengkonversikan data citra pada Gambar 1 ke format BSQ, BIL, dan BIP,
mengacu ke tempat yang sudah disediakan
3. Menjawab pertanyaan, dan disertakan dalam laporan
V. HASIL PRAKTIKUM

1. Membuat degradasi warna dengan menggunakan pensil, dengan tingkat kegelapan


sesuai dengan nilai pikselnya

TABEL WARNA

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Rona Nilai Rona Nilai Rona Nilai Rona Nilai


piksel Piksel Piksel Piksel
0 4 8 12
1 5 9 13
2 6 10 14
3 7 11 15

CITRA SALURAN 1
CITRA SALURAN 2

CITRA SALURAN 3

2. Mengkonversikan data citra pada gambar 1 ke format BSQ, BIL, dan BIP,
mengacu ke tempat yang sudah disediakan :
3. Jawablah pertanyaan berikut ini, dan sertakan dalam laporan:
a) Bagaimana distribusi tingkat kecerahan pada ketiga saluran itu? Berikan
deskripsi anda!

Tidak ada perbedaan antara tingkat kecerahan pada penggunaan format data
.bip, .bil, dan .bsq karena apabila dibandingkan ketiga display format data
tersebut baik format data .bil, .bip, maupun .bsq tidak terlihat perbedaannya.
Hal ini dapat terjadi karena pada prinsipnya format data merupakan format
yang diatur untuk penyimpanan dan pembacaan data sehingga tidak terlihat
perbedaan ketika ketika ketiga format data tersebut ditampilkan.

b) Apa kelebihan dan kekurangan masing-masing format penyimpanan citra


digital?
 Format BSQ
Kelebihan :
- Format data ini memudahkan pengambilan data untuk 1 band
Kekurangan :
- Membutuhkan space memory yang besar karena setiap saluran
disimpan sebagai file terpisah
- Sedikit kesulitan jika dilakukan analisis multi band

 Format BIL
Kelebihan :
- Membutuhkan space memory yang kecil karena disimpan dalam 1
file
Kekurangan
- Sedikit kesulitan jika dilakukan analisis 1 band ataupun multiband

 Format BIP
Kelebihan
- Membutuhkan space memory yang kecil karena disimpan dalam 1
file
- Mudah dalam analisis multi band
Kekurangan
- Sedikit kesulitan jika dilakukan analisis 1 band
c) Sebutkan contoh-contoh format citra digital berdasarkan perangkat lunak
pengolah citra yang anda kenal, baik pengolah citra umum maupun pengolah
citra penginderaan jauh?
1. Bitmap (.bmp)
2. Tagged Image Format (.tif, .tiff)
3. Portable Network Graphics (.png)
4. JPEG (.jpg)
5. Graphics Interchange Format (.gif)
6. RGB (.rgb)
7. RAS (.ras)
8. Postscript (.ps, .eps, epfs)
9. Portable Image File Format
10. PPM
11. PGM
12. PBM
VI. ANALISIS

Citra digital merupakan citra yang diperoleh, disimpan, dianalisi dan


disajikan dalam biner. Citra tersebut tersusun atas titik-titik yang berisi informasi
atau disebut piksel. Piksel-piksel tersebut memiliki julat antara 0 sampai 15, dimana
nilai 0 menunjukkan objek yang memberikan pantulan spectral yang kuat.
Citra digital dapat disimpan dalam berbagai format penyimpanan. Format
file merupakan rangkaian data yang teratur digunakan untuk mengkodekan
informasi dalam penyimpanan ataupun pertukaran data. Format penyimpanan pada
citra digital yaitu BSQ (band sequential), BIL (band interleaved by line) dan BIP
(band interleaved by pixel). Setiap format penyimpanan memiliki kelebihan dan
kekurangan masing masing.
Setiap format penyimpanan ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing untuk menyimpan citra tersebut. Contoh pada format BSQ mempunyai
ukuran memori yang tinggi. Sehingga secar kapasitas, ukuran BSQ lebih banyak
artinya semua pixel disimpan dan juga disimpan sesuai dengan salurannya. Dalam
satu saluran merupakan satu file data. Setiap dat tersebut disimpan berdasarkan
dengan saluran yang digunakan. Setiap saluran memiliki headernya. Namun disisi
lain data yang dapat digunakan terbaca dengan baik dan tidak rusak. Untuk format
BIL dan BIP pada umummnya memiliki file yang ringan disimpan dalam satu file
nya saja. Jika tersimpan kesalahan yaitu salah satu nilai piksel citra tersbut akan
rusak atau tidak terbaca. Maka akan rusak karena pixel yang rusak ini kemudian
akan dimasukkan ke dalam piksel selanjutnya sehingga informasi yang diperoleh
akan bergeser semua. Dan hasil akhir pada citra tersebut informasi yang
ditampilkan tidak sesuai dengan informasi sebelumnya.
Format penyimpanan yang berbeda-beda juga menghasilkan ukuran file yang
berbeda-beda. Ukuran file pada dasarnya merupakan jumlah dari jumlah piksel
dijumlahkan dengan header. Pada format BSQ header nya ada 3 hal ini disebabkan
saluran nya juga ada 3, artinya setiap saluran memiliki satu header. Berbeda dengan
format penyimpanan BIL dengan BIP. Sehingga ukuran file format BSQ lebih
tinggi dibandinglan BIL dan BIP, yang membedakannya yaitu pada format BSQ,
jumlah file didasarkan pada jumlah saluran. Dan jumlah file ini juga berpengaruh
pada jumlah header.
Pengaruh konversi pada citra yaitu distribusi tingkat kecerahannya. Citra
dengan tingkat kecerahan tinggi dapat disebabkan karena pada saat perekaman
dilakukan waktu siang hari, tidak ada awan yang menghalangi serta pengaruh sinar
matahari. Tingkat kecerahan sedang disebabkan karena perekaman pada pagi hari
maupun sore hari saat sinar matahari tidak terlalu terik. Dan tingkat kecerahan
rendah yaitu pada saat terdapat banyak awan yang menutupi sehingga kurangnya
pencahayaan oleh sinar matahari. Tampilan citra yang telah dikonversikan ke dalam
BPL diperoleh tingkat kecerahan tinggi, karena selang-seling tiap barisnya
sedangkan tampilan citra BIP tingkat kecerahan juga tinggi karena selang seling
tiap piksel pada saluran.

Perbedaan citra digital sebelum dan sesudah dikonversi yaitu ketika belum
dikonversi sulit untuk membedakan julat rona pada tiap saluran citra tetapi ketika
sudah dikonversi memudahkan mata membedakan rona pada saluran citra sehingga
penyimpanan menggunakan format BSQ,BIL, dan BIP menjadi semakin efektif dan
efisien.
VII. KESIMPULAN

1. Format penyimpanan pada citra digital yaitu BSQ (band sequential), BIL (band
interleaved by line) dan BIP (band interleaved by pixel).
2. Format penyimpanan BSQ adalah, cara penyimpanan yang memisahkan citra pada
setiap band/salurannya. Kelebihan struktur data bagus, dan tidak mudah rusak.
Kelemahan memerlukan memry yang lebih tinggi dibandingkan format
penyimpanan yang lainnya.
3. Format penyimpanan BIL adalah cara penyimpanan dengan mendasarkan pada
urutan baris namun tidak memisahkan pada tiap band/saluran tetapi digabungkan
menjadi satu dan memiliki hanya satu header citra. Kelebihan terletak pada ukuran
file yang digunakan rendah. Sehingga data yang digunakan mudah rusak. Dan jika
rusak 1 piksel maka pembacaannya akan bergesar 1 piksel.
4. Format penyimpanan BIP mendasarkan pada penyimpanan sesuai dengan urutan
pikselnya. Jadi piksel pertama pada saluran pertama dilanjutkan piksel pertama
pada saluran kedua dan selanjutnya
5. Perentangan kontras bertujuan untuk memperhalus rona citra karena ada
penambahan atau perubahan bit citra menjadi lebih besar
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Danoedoro, Projo. 2002. Pedoman Praktikum Pemrosesan Citra Digital.
Yogyakarta : Fakultas Geografi. Universitas Gadjah Mada.

Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh. Jilid 1. Yogyakarta : Gadjah Mada University


Press.

You might also like