You are on page 1of 7

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat modern yang
kehadirannya tak mungkin terelakkan. Eksistensi birokrasi ini sebagai konsekuensi
logis dari tugas utama negara (pemerintahan) untuk menyelenggarakan
kesejahteraan masyarakat (social welfare). Negara dituntut terlibat dalam
memproduksi barang dan jasa yang diperlukan oleh rakyatnya (public goods and
services) baik secara langsung maupun tidak. Bahkan dalam keadaan tertentu
negara yang memutuskan apa yang terbaik bagi rakyatnya. Untuk itu negara
mernbangun sistem administrasi yang bertujuan untuk melayani kepentingan
rakyatnya yang disebut dengan istilah birokrasi. Birokrasi bagi sebagian orang
dimaknai sebagai prosedur yang berbelitbelit, menyulitkan dan menjengkelkan.
Namun bagi sebagian yang lain birokrasi dipahami dari perspektif yang positif
yakni sebagai upaya untuk mengatur dan mengendalikan perilaku masyarakat agar
lebih tertib. Ketertiban yang dimaksud adalah ketertiban dalam hal mengelola
berbagai sumber daya yang mendistribusikan sumber daya tersebut kepada setiap
anggota masyarakat secara berkeadilan. Pendapat yang berbeda di atas dapat
dipahami dari perspektifnya masing-masing. Bagi yang berpandangan posisif
terhadap birokrasi maka baginya birokrasi adalah sebuah keniscayaan. Akan tetapi
bagi mereka yang berpandangan negatif maka birokrasi justru menjadi salah satu
penghalang tercapainya tujuan sehingga keberadaan birokrasi harus dihilangkan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu birokrasi pemerintahan?
2. Bagaimana gambaran umum birokrasi pemerintah di Indonesia?
3. Kelemahan birokrasi pemerintah di Indonesia!
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Birokrasi


Sejauh ini, birokrasi menunjuk pada empat pengertian, yaitu: Pertama,
menunjuk pada kelompok pranata atau lembaga tertentu. Pengertian ini
menyamakan birokrasi dengan biro. Kedua, menunjuk pada metode khusus untuk
pengalokasian sumberdaya dalam suatu organisasi besar. Pengertian ini berpadanan
dengan istilah pengambilan keputusan birokratis. Ketiga, menunjuk pada
“kebiroan” atau mutu yang membedakan antara biro-biro dengan jenis-jenis
organisasi lain. Pengertian ini lebih menunjuk pada sifat-sifat statis organisasi
(Downs, 1967 dalam Thoha, 2003). Keempat, sebagai kelompok orang, yakni
orang-orang yang digaji yang berfungsi dalam pemerintahan (Castle, Suyatno, dan
Nurhadiantomo, 1983).

2.2 Gambaran Umum Birokrasi Pemerintah di Indonesia


Dalam makalah ini kami mencoba untuk memaparkan secara jelas kondisi
birokrasi di Indonesia. Di Negara-negara berkembang, tipe birokrasi yang
diidealkan oleh Max Weber Nampak belum dapat berkembang dan berjalan dengan
baik. Sebagai salah satu Negara yang berkembang Indonesia tidak terlepas dari
realita di atas. Meski sudah mengenal birokrasi yang modern, namun jauh sebelum
itu, masyarakat Indonesia sudah mengenal dan menerapkan sejenis birokrasi
kerajaan, sehingga dalam upaya penerapan birokrasi yang modern, yang terjadi
hanya bentuk luarnya saja, belum tata nilainya. Sebagaimana yang telah ditetapkan
di Indonesia lebih mendekati pengertian Weber mengenai dominasi patrimonial,
dimana jabatan dan perilaku di dalam hirarki lebih didasarkan pada hubungan
pribadi. Dalam model Weber , tentang dominasi birokrasi patrimonial individu-
individu dan golongan yang berkuasa dan mengontrol kekuasaaan dan otoritas
jabatan untuk kepentingan ekonomi politik mereka.
3

Cirri-ciri dominasi birokrasi patrimonial menurut Weber yang hampir


secara keseluruhan terjadi di Indonesia antara lain:
1. Pejabat-pejabat disaring atas kineerja pribadi
2. Jabatan dipandang sebagai sumber kekuasaan atau kekayaaan
3. Pejabat-pejabat mengontrol, baik fungsi politik atau pun administrative
4. Setiap tindakan diarahkan oleh hubungan pribadi dan politik

2.3 Keuntungan dan Kelemahan Birokrasi

A. Keuntungan Birokrasi

Teori birokrasi ini mempunyai kekuatannya yang tersendiri, walaupun


teori ini sering dikaitkan dengan pelbagai streotaip negatif, namun teori birokrasi
ini juga banyak memberikan sumbangan kepada teori dalam pengurusan sumber
manusia. Menurut Kettner (2002), terdapat tiga pertimbangan yang diambil kira
dalam teori birokrasi iaitu pertama ialah kebertanggungjawapan (accountability),
kedua ialah hierarki dan definisi tanggungjawab, manakala yang ketiga pula ialah
penyediaan untuk kerja. Kesemua instrumen tersebut adalah kekuatan kepada teori
ini dan inilah yang membezakannnya dengan teori organisasi yang lain.
Hierarki dan definisi tanggungjawab adalah merupakan ciri penting
birokrasi dalam membantu pengurusan tempat kerja yang tersusun. Lakaran
prinsipal terhadap semua tugas haruslah jelas dan harus disusun dalam bentuk
hierarki. Dengan adanya hierarki dan spesifikasi tugas ini, ianya dapat memberi
kekuatan terhadap organisasi birokrasi kerana ia dapat memantapkan lingkungan
kuasa yang ada pada jabatan, program, unit kecil dan bagi setiap pekerja itu
sendiri.Salah satu lagi kelebihannya disini ialah setiap pekerja amat jelas serta tahu
kerja dan tugas harian yang patut dilakukan oleh mereka, tanpa perlu bergantung
kepada arahan untuk melakukan sesuatu tugas daripada pihak lain.
Ada Aturan, Norma, dan Prosedur untuk Mengatur Organisasi
Dalam model teori birokrasi Max Weber, ditekankan mengenai pentingnya
peraturan. Weber percaya bahwa peraturan seharusnya diterapkan secara rasional
4

dan harusnya ada peraturan untuk segala hal dalam organisasi. Tentunya, peraturan-
peraturan itu tertulis. Dengan demikian, organisasi akan mempunyai pedoman
dalam menjalankan tugas-tugasnya.

B. Kelemahan dan Problema dalam Birokrasi


Kelemahan-kelemahan birokrasi terletak dalam hal:
a. penetapan standar efisiensi yang dapat dilaksanakan secara fungsional
b. terlalu menekankan aspek-aspek rasionalitas, impersonalitas dan hirarki
c. kecenderungan birokrat untuk menyelewengkan tujuan-tujuan organisasi
d. berlakunya pita merah dalam kehidupan organisasi
Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam birokrasi sebenarnya tidak
berarti bahwa birokrasi adalah satu bentuk organisasi yang negatif, tetapi seperti
dikemukakan oleh K. Merton lebih merupakan “bureaucratic dysfunction” dengan
ciri utamanya “trained incapacity”.
Usaha-untuk memperbaiki penampilan birokrasi diajukan dalam bentuk
teori birokrasi sistem perwakilan. Asumsi yang dipergunaksn adalah bahwa
birokrat di pengaruhi oleh pandangan nilai-nilai kelompok sosial dari mana ia
berasal. Pada gilirannya aktivitas administrasi diorientasikan pada kepen-tingan
kelompok sosialnya. Sementara itu, kontrol internal tidak dapat dijalankan.
Sehingga dengan birokrasi sistem perwakilan diharapkan dapat diterapkan
mekanisme kantrol internal. Teori birokrasi sistem perwakilan secara konseptual
amat merangsang, tetapi tidak mungkin untuk diterapkan. Karena teori ini tidak
realistik, tidak jelas kriteria keperwakilan, emosional dan mengabaikan peranan
pendidikan.
Keengganan untuk mengakui adanya konflik di antara otoritaS yang disusun
secara hirarkis dan sulit menghubungkan proses birokratisasi dengan modernisasi
yang berlangsung di negara-negara sedang berkembang.
Salah satu kelemahan yang sering dikaitkan dengan birokrasi ialah “red
tape” . Istilah ini merujuk kepada satu peraturan birokrasi yang sangat berlebihan
sehingga menyebabkan kelewatan kepada sesuatu urusan ataupun proses. Menurut
struktur birokrasi Weber yang diberikan oleh Etzioni dalam bukunya, sistem
5

pencatatan perlu dilakukan untuk merekod segala tindakan, keputusan dan


peraturan dalam pentadbiran. Peraturan inilah yang sebenarnya menyebabkan “red
tape” kerana ia menyebabkan proses perjalanan urusan dokumentasi menjadi
lambat.
6

BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Birokrasi adalah kekuasaan yang didasarkan pada peraturan perundang-


undangan dan prinsip ideal bekerjanya suatu organinisasi. Pada umumnya birokrasi
ini bersifat rigid dan kaku. Namun, birokrasi memiliki fungsi dan peran yang amat
penting didalam masyarakat salah satunya adalah melaksanakan pelayanan public.
Pelaksanaan birokrasi dalam hal pelayanan public disetiap Negara tentunya
berbeda, begitu juga diantara Negara berkembang dengan Negara maju. Di Negara
berkembang yaitu Indonesia, pelayanan public yang diberikan pemerintah kepada
masyarakat sepertinya belum bisa dikatakan baik atau maksimal karena tidak sesui
lapisan masyarakat yang belum menikmati pelayanan yang ada birokrasinya sangat
berbelit-belit.
Dilihat dari pelayanan transportasi public, Indonesia bias dikatakan kurang
memadain, seperti yang kita ketahui dalam penyediaan transportasi umum masih
banyak angkutan umum seperti bus atau angkutan perkotaan yang sebenarnya
sudah tidak layak untuk digunakan namau tetap digunakan karena alas an
kekurangan biaya, maka yang terjadi adalah banyak angkutan umum yang
memaksakan muatan untuk mengangkut penumpang sementara keselamatan
keselamatan mereka cenderung diabaikan. Contoh lain dari buruknya pelayanan
transportasi adalah pelayanan kereta api, meskipun sekarang sudah tidak
seluruhnya milik pemerintah tetap saja pelayanan kereta api kelas ekonomi masih
kurang memadai karena banyak masyarakat yang naik keatap kereta api agar tetap
bisa menggunakan kereta api sebagai transportasi umum. Padahal sudah jelas, hal
itu sangat membahayakan keselamatan para penumpang. Mereka nekat melakukan
ini karena harga karcis ekonomi sangat murah dibandingkan dengan kereta jenis
lain dan angkutan umum lain seperti bus.
7

Daftar Pustaka

http://staff.unila.ac.id/ekobudisulistio/files/2013/09/01-Konsep-Birokrasi.pdf
https://student.uigm.ac.id/assets/file/Materi/BIROKRASI_INDONESIA.pdf
http://andhykamuttaqin.lecture.ub.ac.id/files/2012/10/Pertemuan-1-2.pdf
http://www.marxists.org/indonesia/archive/trotsky/1923-
Birokratismedanfaksi.htm

You might also like