Professional Documents
Culture Documents
PENDUGAAN HERITABILITAS
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Nilai heritabilitas merupakan pernyataan kuantitatif peran faktor genetic dibanding faktor
lingkungan dalam memberikan keragaan akhir atau fenotipe suatu karakter (Allard, 1960).
Seleksi terhadap populasi yang memiliki heritabilitas tinggi akan lebih efektif dibandingkan
dengan populasi dengan heritabilitas rendah. Hal ini disebabkan pengaruh genetiknya lebih besar
daripada pengaruh lingkungan yang berperan dalam ekspresi karakter tersebut. Ada dua macam
heritabilitas, yaitu heritabilitas arti luas dan heritabilitas arti sempit. Heritabilitas arti luas
mempertimbangkan keragaman total genetik dalam kaitannya dengan keragaman fenotipiknya,
sedangkan heritabilitas arti sempit melihat lebih spesifik pada pengaruh ragam aditif terhadap
keragaman fenotipiknya (Nasir, 1999).
Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar antara 0 sampai 1. Nilai 0 adalah nilai seluruh
variasi yang terjadi disebabkan oleh factor lingkungan. Nilai 1 adalah bila seluruh variasi
disebabkan oleh factor genetic. Heritabilitas terletak pada kedua nilai ekstrim
tersebut. Heritabilitas dinyatakan dengan persentase dan merupakan pengaruh genetic dari
penampakan fenotip yang dapat diwariskan dari tetua kepada turunannya. Heritabilitas tinggi
menunjukan variasi genetic besar dan variasi lingkungan kecil.
B. Tujuan
Mengetahui cara menentukan tingkat heritabilitas beberapa sifat pada tanaman dan
pengaruhnya terhadap kemajuan seleksi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Heriabilitas merupakan suatu tolok ukur yang digunakan dalam suatu seleksi, yaitu untuk
mengetahui kemampuan tetua dalam menurunkan kesamaan sifat kepada keturunannya. Menurut
Warwick, dkk (1983) heritabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan bagian dari
keragaman otal (yang diukur dengan raga) dari suatu sifat yang diakibatkan oleh pengaruh
genetic. Secara statisitik merupakan reaksi observed fenotifik variance, yang disebabkan
perbadaan hariditas diantara gen dan kombinasi gen genotype individu-individu sebagai suatu
unit.
Poehlman dan Sleeper (1995) menyatakan bahwa heritabilitas adalah parameter genetik yang
digunakan untuk mengukur kemampuan suatu genotipe pada populasi tanaman dalam
mewariskan karakter yang dimilikinya atau merupakan suatu pendugaan yang mengukur sejauh
mana keragaman penampilan suatu genotipe dalam populasi terutama yang disebabkan oleh
peranan faktor genetik. Bahar dan Zen (1993) berpendapat bahwa heritabilitas tinggi dan ragam
genetik tinggi pada umumnya akan mempunyai koefisien keragaman genetik (KKG) tinggi.
Untuk keberhasilan program pemuliaan sangat ditentukan oleh tersedianya ragam genetik.
Semakin tinggi keragaman genetik yang dimiliki akan semakin besar peluang keberhasilan bagi
program pemuliaan. Disamping itu, keragaman yang tinggi juga dapat meningkatkan respons
seleksi karena respons seleksi berbanding lurus dengan keragaman genetik (Fehr, 1987; Hallauer
dan Miranda, 1988; Simmonds, 1986).
Nilai harapan kemajuan genetik perlu diketahui guna menduga berapa besar pertambahan
nilai sifat tertentu akibat seleksi dari nilai rata-rata populasi. Nilai harapan kemajuan genetik
disebabkan nilai variabilitas genetik meningkat dan nilai duga heritabilitas dalam arti sempit
termasuk kategori sedang, dengan demikian seleksi akan efektif (Amalia et al.,1994).
Seleksi efektif apabila kemajuan genetik tinggi ditunjang dengan salah satu nilai variabilitas
genetik dan atau heritabilitas yang tinggi (Johnson et al., 1993) dalam (Moedjiono dan Made,
1994).
III. METODOLOGI
Praktikum Metode Pemuliaan Tanaman acara Pendugaan Heritabilitas dilaksanakan pada
hari Rabu, 6 November 2013 di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Jurusan
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat dan bahan
yang digunakan adalah berbagai data persilangan dan perangkat lunak pengolah data.
Pendugaan heritabilitas dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu metode regresi,
metode analisi varian, dan menggunakan analisis varian hasil persilangan saudara tiri.Metode
regresi dilakukan dengan meregresikan rerata keturunan terhadap rerata tetua.Pendugaan
heritabilitas dengan analisis varian dilakukan untuk menentukan pendugaan heritabilitas dalam
arti luas dan dalam arti sempit.Pendugaan heritabilitas dalam arti luas dapat dilakukan dengan
mengetahui varian dari genetik dan lingkungan.Sedangkan heritabilitas dalam arti sempit
dilakukan dengan menggunakan hasil persilangan saudara tiri dengan melibatkan adanya varian
aditif dan varian fenotip.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Heritabilitas adalah perbandingan atau proporsi varian genetik terhadap varian totalnya
(varian fenotipe) yang biasanya dinyatakan dalam persen (%). Besarnya nilai heritabilitas dapat
dikategorika kedalam kategori berikut:
o Heritablitas rendah = H < 0,20
o Heritabilitas sedang = 0,20 < H < 0,50
o Heritabilitas tinggi = H > 0,50
Heritabilitas dalam arti luas merupakan perbandingan antara ragam genetik total dengan
ragam fenotipe, dengan rumus sebagai berikut.
σ2G σ2G
H atau h2 = -------- = ---------------
σ2P σ2EG + σ2E
Heritabilitas dalam arti sempit merupakan perbandingan antara ragam aditif dengan
ragam fenotipe, dengan rumus sebagai berikut.
σ2A σ2A
H atau h2 = ------ = ---------------------------
σ2P σ2A + σ2D + σ2I + σ2E
2.00
1.50
Series1
1.00
Linear (Series1)
0.50
0.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00
Rerata Tetua
30.00
25.00
20.00
Series1
15.00
10.00 Linear (Series1)
5.00
0.00
29.00 30.00 31.00 32.00 33.00 34.00
Rerata Tetua
14.00
12.00
10.00
8.00 Series1
6.00
Linear (Series1)
4.00
2.00
0.00
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00
Rerata Tetua
Gambar 4.Grafik Korelasi Tetua Keturunan Sifat Berat per Buah
Dari persamaan grafik diatas, dapat diperoleh nilai heritabilitas dari sifat berat per
buah pada strawberry adalah sebesar 32%. Berdasarkan pengkategorian nilai heritabilitas,
nilai tersebut termasuk dalam heritabilitas sedang.Walau sama-sama masuk dalam kategori
sedang, tapi nilai heritabilitas sifat ini lebih rendah dari sifat Frimness. ;Jadi pengaruh faktor
genetiknya pun lebih kecil, bahkan hampir mendekati kecil.Jika dilakukan seleksi terhadap
sifat tersebut, maka kemajuan seleksi terlihat kurang signifikan, atau bahkan tidak terlihat
karena pengaruh faktor genetik yang kecil. Faktor lingkungan yang berpengaruh pada sifat
itu cukup besar, sehingga fenotip yang tampak kemungkinan besar karena pengaruh
lingkungan yang berbeda, jadi jika dilakukan seleksi, kemungkinan kesalahan pemilihan
lebih besar bila dibanding sifat Frimness yang sama-sama memiliki heritabilitas sedang.
10.00
8.00
6.00 Series1
4.00 Linear (Series1)
2.00
0.00
0.00 5.00 10.00 15.00
Rerata Tetua
Diameter Buah
2 2 )
𝜎𝐴2 = 2𝜎𝐹2
2
− (𝜎𝐵𝐶1 + 𝜎𝐵𝐶2 = 2(2.68) − (1.53 + 2.27) = 1.56
𝜎𝐴2 𝜎𝐴2 1.56
ℎ2 = 2 = 2 = 2.68 = 0.58 = 58 %
𝜎𝑃 𝜎𝐹2
Heritabilitas arti sempit adalah perbandingan antara varian aditif dengan varian fenotipnya.
Heritabilitas arti sempit seringkali lebih diperhatikan karena dengan mengetahui nilai
heritabilitas arti sempit, dapat diketahui pewarisan alel pada keturunan dan kontribusi
penampilannya tidak tergantung pada interaksi antara alel.
Berdasarkan tabel di atas, nilai heritabilitas ketiga sifat buah tomat tersebut termasuk dalam
heritabilitas tinggi, yaitu 58% untuk diameter, 59% untuk ketebalan dinding buah, dan 69%
untuk hunter value. Dari situ terlihat bahwa penampilan (fenotip) ketiga sifat tersebut lebih
dominan pengaruhnya oleh faktor genetik dari pada faktor lingkungannya. Jika dilakukan
seleksi, maka sifat baik fenotip yang nampak saat seleksi bisa digunakan untuk menduga sifat
baik genotipnya. Sehingga kemajuan seleksinya akan tinggi (signifikan).
3. Data Parameter analisis heritabilitas arti sempit (h2) pada jagung (Zea mays)
Variabel Var E Var M Var F/M h2 (%)
Panjang Tongkol 5.43676 2.36595 -2.33999 0.23429 38,84
Diameter Tongkol 0.49362 0.22038 -0.20685 0.02464 39,06
Tinggi Tongkol 216.46485 62.56028 -92.21903 1.56727 34,90
Panjang Tongkol
2
Jika 𝜎𝑓/𝑚 dianggap 0, maka:
2
𝜎𝐷2 = 4(𝜎𝑚
2
− 𝜎𝑓/𝑚 ) = 4(2.36595 − (0)) = 4(2.36595) = 9.4638
𝜎𝐷2 = 𝜎𝐴2
2
𝜎𝑓𝑒𝑛𝑜𝑡𝑖𝑝𝑒 = 𝜎𝑃2 = 𝜎𝐸2 + 𝜎𝐴2 + 𝜎𝐷2 = 5.43676 + 9.4638 + 9.4638 = 24.36436
2
𝜎𝐴2 9.4638
ℎ = 2= = 0.388428
𝜎𝑃 24.36436
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai heritabilitas ketiga sifat tongkol jagung tersebut
termasuk dalam heritabilitas sedang, yaitu 38% untuk panjang tongkol, 39% untuk diameter
tongkol, dan 34% untuk tinggi tongkol. Di sini terlihat bahwa penampilan (fenotip) ketiga sifat
tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Kontribusi faktor lingkungan dalam mempengaruhi penampilan fenotip menjadi sangat
besar.. Perbedaan faktor lingkungan bisa menyebabkan perbedaan penampilan dari sifat-sifat di
atas. Bisa jadi tongkol jagung besar yang kita pilih saat seleksi hanya merupakan akibat dari
kesuburan tanahnya. Hal ini akan mempengaruhi hasil seleksi. Jika hasil seleksi ditanam pada
lahan yang kurang subur, maka akan memberikan penampilan yang tidak seperti yang
diinginkan. sehingga kemajuan seleksinya akan menjadi rendah.
KESIMPULAN
Poehlman, J.M., and D.A. Sleeper. 1995. Breeding Field Crops. Iowa State University Press.
USA.
Bahar , H., dan Zen, S. 1993. Parameter genetik pertumbuhan tanaman, hasil dan komponen
hasil jagung. Zuriat 4 (1): 4-7.
Fehr, W.R. 1987. Principles of cultivar development. Macmillan Publishing Co. New York.
Amalia, L., R. Setiamihardja, M.H. Karmana, dan A.H. Permadi. 1994. Pewarisan Heritabilitas
dan Kemajuan Genetik Ketahanan Tanaman Cabai Merah Terhadap Penyakit
Antraknosa. Zuriat 5 (1) : 68-74
Moedjiono, dan M. J. Mejaya. 1994. Variabilitas Genetik Beberapa Karakter Plasma Nutfah
Jagung Koleksi Balittan Malang. Zuriat 5(2) : 27-32