You are on page 1of 14

JIKKHC Vol. 01/No.

01/November-Desember-2016

PERTUMBUHAN JARINGAN RE-EPITELISASI PERAWATAN LUKA MENGGUNAKAN


BALUTAN LUKA HIDROCOLLOID DAN NACL + GAUZE PADA PENDERITA ULKUS
DIABETIK DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR

Julianus Ake, Sugianto


Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Graha Edukasi Makassar
E-mail: dr.julianusake@icloud.com Sugianto_123@yahoo.co.id

ABSTRAK
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan membandingkan pertumbuhan jaringan
re-epitelisasi pada ulkus kaki diabetik yang dirawat menggunakan teknik modern dressing
hydrocolloid dan teknik konvensional NaCl + Gauze. Metode: desain penelitian yang digunakan
adalah desain Quasy Eksperimen Jenispre test and post test non equivalent control group. Populasi
dalam penelitian ini adalah penderita ulkus kaki diabetik, dengan teknik Aksidensial Sampling
membagi 8 orang responden menjadi 2 kelompok, 4 responden menggunakan balutan hidrokoloid
dan 4 responden menggunakan balutan NaCl + Gauze. Hasil: hasil penelitian yang diperoleh dari 8
responden setelah dilakukan perawatan selama 15 hari, diperoleh nilai rerata untuk kelompok
Hidrocolloid n1 = 1.87 cm, n2 = 1.24 cm, n3 = 0.52 cm, n4 = 2.64 cm, sedangkan pada kelompok
control (NaCl + Gauze) diperoleh nilai rerata yaitu n5 = 0.34 cm, n6 = 0.6 cm, n7 = 0.31 cm, n8 = 0.37
cm. Hasil analisa data dengan menggunakan uji statistic independent t-test, maka diperoleh hasil
yang signifikan, dimana Nilai P < 0.05 atau P = 0.030. Diskusi: Responden yang menggunakan
teknik balutan hidrokoloid memperlihatkan gambaran perkembangan penyembuhan ulkus kaki
diabetik lebih cepat dari responden yang menggunakan teknik balutan kasa konvensional. Simpulan:
Ha diterima yaitu Ulkus diabetik yang dirawat menggunakan balutan luka Hidrocolloid menunjukkan
ketebalan re-epitelisasi yang lebih baik dibandingkan ulkus diabetik yang dirawat menggunakan NaCl
+ Gauze. Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada pihak institusi agar dapat menggunakan tehnik
modern dressing Hidrocolloid sebagai SOP perawatan luka

Kata kunci: Teknik Modern Dressing Hidrocolloid, Teknik Konvensional Ulkus Kaki Diabetik.

ABSTRACT
Objective: This study aimed to look at and compare the growth of tissue re-epithelialization diabetic
ulcers foot treated using modern techniques and conventional techniques hydrocolloid dressings NaCl
+ Gauze. Methods: The study design used is quasy Experiment design Jenispre test and post-test
non-equivalent control group. The population in this study are patients with diabetic foot ulcers, with
Aksidensial sampling techniques 8 respondents split into 2 groups, 4 respondents use hydrocolloid
dressings and 4 respondents use NaCl + Gauze bandage. Results: The research results obtained
from 8 respondents after treatment for 15 days, obtained a mean value for the group Hidrocolloid n1 =
1.87 cm, n2 = 1.24 cm, n3 = 0:52 cm, n4 = 2.64 cm, whereas in the control group (NaCl + Gauze )
obtained a mean value ie = 0:34 cm n5, n6 = 0.6 cm, 0:31 cm = n7, n8 = 0:37 cm. The results of data
analysis using statistical tests independent t-test, the obtained significant results, wherein P value of
<0.05 or P = 0.030. Discussion: Respondents who use a hydrocolloid dressing technique shows a
picture of the development of diabetic foot ulcer healing faster than respondents who use
conventional gauze dressing technique. Conclusion: Ha accepted that diabetic ulcers are treated
with a wound dressing Hidrocolloid show the thickness of re-epithelialization better than diabetic
ulcers were treated with NaCl + Gauze. From the results of this study are expected to the institutions
to make use of modern techniques Hidrocolloid dressings as wound care SOP.

Keywords: Dressing Modern Techniques Hidrocolloid, Conventional Techniques diabetic ulcers foot

PENDAHULUAN komplikasi kronis, salah satu komplikasi yang


Peningkatan kemakmuran suatu bangsa sering dijumpai adalah ulkus kaki diabetik. Kaki
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi diabetik merupakan salah satu komplikasi
peningkatan prevalensi penyandang Diabetes diabetes yang paling ditakuti. Ulkus kaki diabetik
Melitus (DM) terutama DM tipe II, hal ini akibat merupakan kelainan tungkai bawah akibat DM
perubahan gaya hidup yang salah yang yang tidak terkendali yang dapat disebabkan
menyebab kanobesitas (Suyono, 2011). Pada oleh adanya gangguan pembuluh darah,
penderita DM rentan terhadap berbagai gangguan persyarafan dan adanya infeksi dari

1
JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

berbagai mikroorganisme. Kecenderungan yang (Tarigan, R. Pemila, U. 2008). Penggunaan


sering terjadi pada penderita DM adalah metode konvensional (NaCl + gauze) dibeberapa
penyembuhan luka yang lambat serta negara maju seperti United Kingdom (Inggris)
kerentanan terhadap infeksi sehingga ganggren menurut penelitian yang dilakukan oleh Jones,V.,
dapat meluas, dan terdapat risiko tinggi terhadap Grey, J. E., Harding, K.G., (2006), telah banyak
amputasi tungkai bawah. (Maryunani, A. 2013). ditinggalkan. Saat ini Kerajaan Inggris telah
Yunir, M (2008) dalam Maryunani, A. menggunakan metode occlusive dalam merawat
2013 menyatakan bahwa setiap 30 detik terjadi luka. Saat ini terdapat lebih dari 3500 jenis
amputasi pada kaki diabetik di seluruh dunia, 60- balutan luka yang ada di dunia. Beberapa
80% amputasi kaki non traumatik disebabkan diantaranya adalah Transparant Film, Hydrogel,
oleh diabetes, dan 80% amputasi kaki diabetes Calsium Alginate, Hydrocellulosa, Hydrocolloid,
didahului oleh ulkus. Hastuti, 2008 mengatakan Polyurethane Foam, Antimicrobial Dressing,
faktor-faktor risiko terjadinya ulkus kaki diabetik Metcovazin(Alimuddin, 2012).
adalah lamanya seorang penderita menyandang Payne et al (2009), juga melakukan
DM ≥10 tahun, kadarkolesterol ≥200 mg/dl, penelitian tentang modern dressing seperti
kadar HDL ≤45 mg/dl, ketidakpatuhan diet DM, hidrokoloid, hidrogel, dan foams menemukan
kurangnya latihan fisik, perawatan kaki tidak fakta bahwa frekuensi penggantian balutan
teratur dan penggunaan alas kaki tidak tepat metode ini lebih jarang (rendah) dibandingkan
dengan memberikan sumbangan terhadap ulkus dengan balutan konvensional gauze. Serta untuk
kaki diabetik sebesar 99,9%. Sedangkan total cost effective selama perawatan, lebih
menurut Maryunani, A. 2013 penyebab murah dibandingkan dengan balutan
prevalensi tertinggi terjadinya kaki diabetik konvensional yang setiap hari harus diganti
adalah kurangnya pengtahuan, kurangnya balutan. Penelitian yang dilakukan oleh Ubbink,
perhatian petugas kesehatan terhadap et al (2008), menemukan bahwa balutan oklusiv
komplikasi, rumitnya cara pemriksaan yang ada yang dikenal sebagai metode modern dressing
saat ini untuk mendeteksi kelainan tersebut seperti hidrokoloid, hidrogeldan foams tidak
secara dini. meninggalkan nyeri saat penggantian balutan.
Di Amerika Serikat sekitar 2,5% dari Berbeda dengan balutan konvensional yang
penderita diabetes mellitus berkembang kadang meninggalkan nyeri saat balutan akan
timbulnya luka pada kaki diabetik mellitus per diganti.
tahun dan 15% dari penderita luka kaki diabetik Novriansyah (2008) dalam penelitiannya
yang akhirnya menjalani amputasi (Sheehan, P., melaporkan hasil bahwa pertumbuhan
2009). Prevalensi penderita luka kaki diabetik di kepadatan kolagen pada kelompok luka yang
Amerika Serikat sebesar 15 – 20%,amputasi dibalut dengan balutan oklusiv hidrokoloid
karena diabetes Millitus merupakan 50 % total sampai 14 hari dan diganti balut tiap 2 hari
amputasi (Waspadji, 2008 dalam Maryunani, A. menunjukkan pertumbuhan kepadatan kolagen
2013). Sedangkan prevalensi penderita luka kaki paling cepat dibandingkan penutup kasa
diabetik di Indonesia sekitar 15%, angka konvensional dengan nilai p <0,05. Hal ini
amputasi 30%, angka mortilitas 32% dan luka disebabkan karena adanya sifat-sifat dari
diabetik merupakan sebab perawatan rumah hidrokoloid yang semi permeabel yang
sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk permeabel terhadap oksigen dan uap air
diabetes mellitus dan menurut WHO indonesia sehingga tekanan oksigen jaringan di permukaan
merupakan urutan ke 4 terbesar di dunia luka tetap tinggi dan impermeabel terhadap
(Maryunani, A. 2013) bakteri sehingga tidak terjadi infeksi.
Pedoman pengobatan ulkus kaki diabetik Sifatabsorbent yang baik dan atraumatik
terdiri dari 8 kategori yaitu: diagnosis, offloading, menciptakan lingkungan yang optimal untuk
kontrol infeksi, persiapan dasar luka, balutan pertumbuhan kepadatan kolagen yang
luka, pembedahan, agen topikal, dan selanjutnyaa kanmem percepat proses
pencegahan kekambuhan. Pemilihan balutan penyembuhan luka. Nilai MVTR (moisture vapor
didasarkan pada prinsip menjaga kelembaban transmission rate) yang tinggi pada kasa
luka dengan sifat moist dressing (Steed, et al, konvensional akan menyebabkan tingkat
2006). Perawatan luka di dunia kesehatan saat penguapan oksigen dan uap air yang tinggi
ini telah berkembang sangat pesat. Metode yang sehingga akan menyebabkan tekanan oksigen
digunakan dalam perawatan luka saat ini adalah jaringan di dalam luka rendah dan menyebabkan
menggunakan prinsip moisture balance. Metode pertumbuhan jaringan lebih lambat.
moist wound healing adalah metode untuk Data yang didapat dari Rumah Sakit
mempertahankan kelembaban luka dengan Umum Pemerintah (RSUP) Bhayangkara
menggunakan balutan penahan kelembaban, Makassar, pada kurun waktu dua tahun terakhir
sehingga penyembuhan luka dan yaitu tahun 2014-2015 penderita Diabetes
pertumbuhanjaringandapatterjadisecaraalami Mellitus berjumlah 357 pasien dengan komplikasi

2
JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

ulkus kaki diabetik 180 pasien dan mengalami Independen T-Test (unpaired T-Test untuk
amputasi sebanyak 53 pasien dari jumlah total. dengan tingkat kemaknaanya α ≤ 0,05
menggunakan program computer SPSS.
METODE
Pada penelitian ini, desain penelitian HASIL
yang dipilih adalah eksperimen semu (quasy – Berdasarkan tabel 1 menunjukkan
experiment). Penelitian ini bertujuan untuk bahwa responden yang berumur 46-50 tahun
mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan mendominasi sampel sebanyak 3 orang (75.0%)
cara melibatkan kelompok kontrol di samping pada responden yang dirawat lukamenggunakan
kelompok eksperimental, Dharma (2013). hidrokoloid sedangkan pada NaCl + Gauze yang
Penelitian ini dilakukan di Rumah SAkit mendominasi yaitu umur > 50 tahun 2 orang (50
Bhayangkara Makassar. Waktu pengumpulan %).Berdasarkan tingkat pendidikan responden
data dalam penelitian ini dilakukan mulai bulan didominasi pendidikan SMA yaitu 2 orang (50%)
April 2016. pada responden yang dirawat luka
Populasi dalam penelitian ini adalah menggunakan Hidrokoloid, sedangkan pada
pasien diabetes mellitus dengan luka kaki Grade responden yang dirawat menggunakan
III sesuai klasifikasi Wagner yang mendapat NaCl+Gauze di dominasi SMP berjumlah 2
perawatan luka di RS. Bhayangkara Makassar, orang (50%). Berdasarkan jenis kelamin pada
Sampel yang diperoleh dalam penelitian ini penelitian ini didominasi oleh jenis kelamin
sebanyak 16 responden dengan menggunakan perempuan baik pada responden yang dirawat
metode accidental sampling. menggunakan Hidrocolloid maupun yang
Pengumpulan data dalam penelitian ini dirawat menggunakan NaCl + Gauze yaitu
adalah menurut Rahma, F.N. 2014 dalam sebanyak 3 orang (75%). Berdasarkan lama
tesisnya, perhitungan pertumbuhan epitel dapat menderita DM, lama DM > 5 tahun mendominasi
dihitung munggunakan “ApplikasiI mage J”. sampel penelitian masing-masing 3 orang (75%)
Tahapannya sebagai berikut : responden dengan balutan hidrokoloid maupun
1. Buka “Aplikasi Image J” balutan NaCl + Gauze. Berdasarkan nilai
2. Klik “File” pada menu bar. Glukosa Darah Sewaktu, nilai kadar glukosa
3. Klik “Open” dan masukkan file foto yang darah <150 gr/dl mendominasi sampel pada
diinginkan responden yang dirawat menggunakan NaCl +
4. Setelah file foto terbuka, klik “straight” pada Gauze, sedangkan pada responden yang dirawat
menu toolbar menggunakan Hidrocolloid masing-masing 2
5. Buatlah garis lurus persis sepanjang ukuran orang (50%).
panjang luka pada penggaris yang ada Berdasarkan tabel 2 hingga tabel
dalam file foto 5.5diatas menunjukkan gambaran dan
6. Klik “analyze” pada menu bar, kemudian klik perkembangan re-epitelisasi pada ulkus diabetik
“Set Scale” yang diukur dan dinilai dengan menggunakan
7. Ketik / tuliskan jumlah ukuran penggaris Applikasi ImageJ yang diobservasi hingga hari
yang ditandai tadi pada kolom “Know ke 15, dapat disimpulkan sebagai berikut :
Distance”, kemudian satuannya dalam kolom a. Responden 1 mendapatkan perawatan luka
“Unit Of Length” (senti meter / cm). klik “OK” ulkus kaki diabetikmenggunakan balutan
8. Buatlah kembali garis lurus sepanjang hidrokoloid dengan panjang luka granulasi =
ketebalan lapisanre-epitelisasi yang 4.3 cm, dilakukan perawatan ganti balutan
dikehendaki per 3 hari namun dalam perawatan ke 2,
9. Klik “Analyze” pada menubar, kemudian klik klien mengatakan cairan luka cukup banyak
“Measure”, akan muncul halaman baru dan mengganggu kenyamanan klien
dengan judul “Result”, data yang digunakan sehingga frekuensi ganti balutan diubah per
adalah yang terdapat pada kolom “Length”. 2 hari selama 15 hari kemudian dilakukan
10. Dalam penelitian ini masing-masing tepi luka penilain, pada haripertama rerata skor re-
diambil data ketebalan lapisan re-epitelisasi- epitelisasi adalah 0, setelah dirawat dan
nya pada lima titik secara berurutan diobservasi hingga 15 hari terjadi
kemudian dinilai reratanya menggunakan peningkatan skor menjadi 1.87 cm,
program mikrosoft Exel AVERAGE. keberhasilan balutan luka dapat dilihat
11. Lakukan langkah“1 - 10”diatas setiap kali dengan meningkatnya rerata skor penilaian.
akan mengukur ketebalan re-epitelisasi. b. Responden 2 juga mendapatkan balutan
Hasil penilaian status luka yang hidrokoloid, dilakukanperawatan per 3 hari,
dikumpulkan tersebut akan dilakukan luka ini teletak di bagian betis sebelah kiri
perbandingan pertumbuhan jaringan re- bekas bisul, panjang luka = 6 cm, namun
epitelisasi pada status luka ulkus kaki diabetik. sayangnya karena produksi eksudat luka
Data dianalisa dengan menggunakan uji statistik cukup banyak dan kenyamanan klien

3
JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

terganggu jadi tidak memungkinkan untuk adalah 0, setelah 15 hari terjadi peningkatan
dilakukan perawatan per 3 hari kemudian skor menjadi 0.34 cm, penyembuhan luka
diubah per 2 hari, hasil akhir setelah 15 hari : dapat dilihat dengan meningkatnya rerata
didapatkan dasar luka yang dalam dan tidak skor penilaian, balutan dianggap berhasil.
rata mengalami pertumbuhan jaringan yang f. Responden 6 juga mendapatkan balutan
baik dan berdasarkan hasil observasi dan NaCl + Gauze, dilakukan perawatan per hari,
pengukuran didapatkan rerata skor padahari panjang luka = 23.8 cm, sebelum dilakukan
pertama penilaian yaitu 0, dan setelah pada perawatan, pada luka sdh terdapat jaringan
hari ke 15 penilaian status luka dapat terlihat epitelisasi, dengan nilai rerata sebesar 1.21
terjadi perkembanganyang baik terhadap cm, sedangkan total pengukuran dari hasil
ulkus kaki diabetik dimana rerata skor re- akhir setelah 15 hari perawatan di peroleh
epitelisasi meningkat hingga 1.24 cm, rerata yaitu 1.27 cm, sehingga selisih antara
balutan dianggap berhasil. post test dan pre test diperoleh nilai 0.06 cm.
c. Responden 3 merupakan pasien yang Berdasarkan hasil observasi dapat terlihat
diberikan balutan hidrokoloidsebagai balutan perkembangan yang baik terhadap ulkus
luka pada ulkus kaki diabetik yang kaki diabetik dimana rerata skor re-epitelisasi
dideritanya, sepertipada responden yang meningkat.Namun setiap kali mengganti
lainnya, panjang luka = 1.8 cm, dilakukan balutan harus berhati-hati sebab re-epitel
perawatan ganti balutan per 3 hari dan mudahrusak karena melekat dengan balutan
observasi hingga15 hari, dalam kasus ini saat diangkat.
produksi cairan luka sedang. Sebagai g. Responden 7 merupakan pasien yang
langkah awal dilakukan penilain status luka diberikan balutan NaCl + Gauze sebagai
menggunakan applikasi ImageJ dan balutan luka pada ulkus kaki diabetik yang
didapatkan rerata skor hari pertama sebesar dideritanya, seperti pada responden yang
0 cm dan setelah dirawat hingga hari ke 15 lainnya, dilakukan perawatan ganti balutan
rerata skor sebesar 0.52 cm, balutan per hari dan observasi hingga 15 hari,
dianggap berhasil. panjang luka = 2.3 cm. Sebagai langkah
d. Responden 4 juga diberikan balutan awal dilakukan penilaian status luka
hidrokoloid dan dirawat hingga 15 hari menggunakan applikasi ImageJ dan
dengan frekuensi ganti balutan per 3 hari didapatkan rerata skor hari pertama sebesar
sambil dilakukan observasi perkembangan 0 cm dan setelah dirawat hingga hari ke 15
status luka jumlah eksudat sedikit, panjang rerata skor sebesar 0.31 cm, artinya telah
luka = 6.2 cm.Pada hari pertama terjadi peningkatan pertumbuhan re-
berdasarkan pengukuran didapatkan rerata epitelisasi, sehingga Balutan dianggap
skor sebesar 0 cm, dan pada hari ke 15 berhasil.
perawatan luka rerata skor pertumbuhan re- h. Responden 8 mendapatkan perawatan luka
epitel mengalami peningkatan hingga 2.64 ulkus kaki diabetik menggunakan balutan
cm dan dapat dilihat adanyaperkembangan NaCl + Gauze, panjang luka = 2
penyembuhan luka kearah yang lebih baik cm.Dilakukan perawatan ganti balutan per
dimana luka hampir menutup seluruhnya. hari selama 15 hari kemudian dilakukan
Balutan dianggap berhasil. penilain, pada hari pertama rerata skor re-
e. Responden 5 mendapatkan perawatan luka epitelisasi adalah 0, setelah 15 hari terjadi
ulkus kaki diabetik menggunakan balutan peningkatan skor menjadi 0.37 cm,
NaCl + Gauze, panjang luka = 19 cm, penyembuhan luka dapat dilihat dengan
dilakukan perawatan ganti balutan per hari meningkatnya rerata skor penilaian,
selama 15 hari kemudian dilakukan penilain, sehingga balutan diangap berhasil.
pada hari pertama rerata skor re-epitelisasi
Tabel 1 Distribusi frekuensi karasteristik demografi responden berdasarkan umur,jenis kelamin,
pendidikan, lama menderita DM, dan nilaiglukosa darah kontrol
Hidrocolloid NaCl + Gauze Total
Karakteristik
N % N % N %
Umur (thn)
40 – 45 1 25 % 1 25 % 2 25 %
46 – 50 3 75 % 1 25 % 4 50 %
> 50 0 0% 2 50 % 2 25 %
Jenis kelamin
Laki-laki 1 25 % 1 25 % 2 25 %
Perempuan 3 75 % 3 75 % 6 75 %
Pendidikan

4
JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

SD 1 25 % 1 25 % 2 25 %
SMP 1 25 % 2 50 % 3 37,5 %
SMA 2 50 % 1 25 % 3 37,5 %
Lama menderita DM
< 5 tahun 1 25 % 1 25% 2 12,5 %
> 5 tahun 3 75 % 3 75 % 6 25 %
Nilai GDS
150 – 200 mg/dl 2 50 % 3 75,5 % 5 62,5 %
> 200 mg/dl 2 50 % 1 25 % 3 37,5 %
(Sumber : Data Primer 2016)

1. Analisis Perkembangan Re-Epitelisasi Ulkus Kaki Diabetik yangDirawat Menggunakan balutan


Hydrocolloid dengan kode “1” dan balutan NaCl + Gauze dengan kode “2”. Adapun hasilnya
setelah 15 hari perawatan sebagai berikut:

Tabel 2 Perbandingan perawatan hari 1 dan hari ke 15


Jenis
No Hari 1 Hari ke 15
balutan
1.

02.06.2016 17.06.2016
2.

20.06.2016 05.07.2016

5
JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

3. 1

03.06.2016 18.06.2016

4.

27.06.2016 14.07.2016
5

02.06.2016 17.06.2016

6
JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

17.06.2016 02.07.2016

7.

16.07.2016 31.07.2016
8

24.08.2016
10.08.2016
Dalam penelitian ini sebagian ukuran luka cukup besar jadi tidak dapat ditampilkan seluruh
bagian lukanya, sehingga sulit untuk mengambil sampel ukuran 2 tepi luka, oleh sebab ituuntuk
mencapai tingkat kesetaraan pengukuran menggunakan Aplikasi ImageJ dalam penelitian ini,maka
yang diambil sebagai sampel ukur yaitu hanya “panjang luka yang mengalami Granulasi”, kemudian

7
JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

ditentukan letak titik ukur yang diperoleh dengan rumus “rerata letak titik ukur = panjang luka : jumlah
titik ukur (5 titik)”. Adapun jenis balutan diberi kode ; 1 untuk hidrocolloid dan 2 untuk NaCl + Gauze.
Tabel dibawah ini menunjukkan hasil rerata titik tumpu pengukuran dengan masing-masing ukuran
panjang luka :

Tabel 3 Rerata letak titik ukur


jumlah titik
N Jenis balutan Panjang luka Rerata letak titik ukur (cm)
ukur
1 1 4.3 5 1.14
2 1 6 5 1.20
3 1 1.8 5 0.36
4 1 6.2 5 1.24
5 2 19 5 3.80
6 2 23.8 5 5.20
7 2 2.3 5 0.46
8 2 2 5 0.40

Tabel 4 Analisis nilai rerata (X) ketebalan re-epitelisasi pada responden balutan NaCl + Gauze pre
test dan post tes (15 hari) dalam sentimeter (cm)menggunakan aplikasi ImageJ, kode 1 untuk
hidrocolloid, kode 2 untuk NaCl + Gauze.
1
n1 n2 n3 n4
No. Uji Post Pre post Post Pre Post
Pre post Post test Pre post
test test post test
1 0 1.8 0 1.42 0 0.49 0 4.21
2 0 2.07 0 1.43 0 0.57 0 2.41
3 0 2.34 0 1.28 0 0.63 0 1.91
4 0 2.1 0 0.99 0 0.46 0 1.8
5 0 1.04 0 1.08 0 0.46 0 2.89
X 0 1.87 0 1.24 0 0.52 0 2.64

2
n5 n6 n7 n8
No. Uji Pre Post Post Pre Post
Pre post Post test Pre post
post test test post test
1 0 0.58 0.9 1.16 0 0.25 0 0.38
2 0 0.27 1.01 1.24 0 0.37 0 0.33
3 0 0.85 1.18 1.34 0 0.34 0 0.25
4 0 0 1.14 1.49 0 0.31 0 0.26
5 0 0 1.8 1.14 0 0.3 0 0.63
X 0 0.34 1.21 1.27 0 0.31 0 0.37

2. Analisis nilai re-rata ketebalanre-epitelisasi ulkus kaki diabetik pada responden balutan
hydrocolloid dan NaCl + gauzemenggunakanApplikasi ImageJ.

Tabel 5 Akumulasi nilai re-rata perkembangan re-epitelisasi ulkus kaki diabetik pada responden yang
menggunakan balutan hydrocolloid dan NaCl + Gauze dalam satuan sentimeter (cm)
Pre Test Post Test x2 – x1
N Jenis Balutan Rerata Tiap Balutan
(x1) (x2) (cm)
1 1 0 1.87 1.87 X Hidrocolloid
2 1 0 1.24 1.24
3 1 0 0.52 0.52 1.57 cm
4 1 0 2.64 2.64
X
5 2 0 0.34 0.34 NaCl + Gauze

8
JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

0.27 cm
6 2 1.21 1.27 0.06
7 2 0 0.31 0.31
8 2 0 0.37 0.37
yang sama diterapkan padaresponden dengan
DISKUSI balutan kasa konvensional juga diterapkan
Pada bagian ini akan diuraikan padaresponden ini serta penilaian status luka
pembahasan tentang hasil penelitian yang dilakukan selama empat kalipenilaian yaitu
meliputi interpretasi data berdasarkan penilaian hari 1, penilaian hari ke 3 dilanjutkan
literatur/jurnal terdahulu.Penelitian ini bertujuan denganpenilaian hari ke 7, dan berakhir pada
untuk melihat pertumbuhan jaringan re-epitelisasi penilaian hari ke 15.
pada penderita ulkus kaki diabetik. Adapun A. Analisis penggunaan balutan Hidrocolloid
pembahasannya adalah sebagai berikut : 1. Responden 1
Dalam penelitian ini semua responden Perempuan umur 48 tahun pendidikan
mendapatkan prosesperawatan luka yang sama SMA telahmenderita DM selama ± 6 tahun
kecuali dalam pemilihan balutan sebagaipenutup dengankadar glukosa darah kontrol 235 gr/dl
luka pada ulkus kaki diabetik. Perawatan luka mendapatkan balutan hidrokoloid sebagai
yang diberikanmeliputi: mengangkat/membuang balutan pada ulkus kakidiabetik yang dideritanya.
balutan yang lama, pencucian lukadengan Prosedur standar dalam merawat lukadiberikan
larutan/bahan yang tidak bersifat toksik (larutan pada responden dan dilakukan follow up
NaCl) bagi jaringan luka,melakukan debridemen perkembanganpenyembuhan hingga hari ke 15.
manual, dilanjutkan dengan menilai kondisi Berdasarkan hasil observasi hari 1
lukadan diakhiri dengan menutup luka dengan didapatkan skor ketebalan re-epitelisasi sebesar
balutan yang sudah ditentukan. 0 cm dengan panjang luka granulasi 4.3 cm.
Pada penelitian ini, penilain Terlihat kedalaman luka mencapai otot, tendon
perkembangan penyembuhan lukaulkus kaki dan sebagian dasar luka belum kelihatandengan
diabetik diukur menggunakan appikasi ImageJ produksi eksudat banyak, ada tanda-tanda
yang mana menggunakan hasil foto luka infeksi yangmenyertai ulkus kaki diabetik yang
kemudian dianalisis ukuran ketebalannya dalam diderita responden, Granulasi sebanyak 45%,
applikasi tersebut. Status luka dikatakan slough = 25 %, nekrotik = 25 %, epitelisasi = 0%
mengalami perbaikan/penyembuhan apabila Setelah prosedur standar perawatan luka
skorpenilaian status luka mengalami dilakukan, selanjutnyadilakukan penutupan luka
penurunan/berkurang dari skor penilainhari dengan balutan hidrokoloid.
pertama, dan dikatakan tidak mengalami Pada hari ke 3belum ada perubahan
perbaikan/penyembuhanluka atau pada dasar luka, hanya saja jaringan slough
perkembangan status luka mengalami kondisi yang mulai agak hancur sedikit-sedikit, warna
yang statis (tetap)apabila skor penilain pada hari kuning masih tampak mendominasi permukaan
pertama tidak mengalamiperubahan/penurunan jaringanulkussedang pada kulit sekitar luka
hingga hari ke 15 penilaian perkembangan mengalami maserasi (pucat) karena pengaruh
statusluka ulkus kaki diabetic. Penelitian ini eksudat yang tidak terkontrol, oleh sebab itu
menggunakan desain pre test and post testnon- lama ganti balutan diubah dari tiap 3 hari menjadi
equivalent control group dengan metode tiap 2 hari. Dan diberikan pori-pori buatan pada
sampling aksidensial sampling, dimana balutan hidrocolloid (balutan primer) tersebut
responden sampelyaitu pasian yang kebetulan menggunakan jarum pentul kemudian di tutup
bertemu yang masuk dalam kriteria inklusi dan dengan gauze kemudian dibalut.
bersedia menjadi responden, masing-masing Pada hari ke 7penyembuhan luka
diberikan perawatan luka yang sama tetapi tampak mengalami peningkatan yangbaik.Pada
berbeda dalamhal balutan yang digunakan untuk tepi luka jaringan epitel sudah mulai tampak
menutup luka, pasien denganluka dengan rerata 0,23 cm.kuning mendominasi
luas/besarmendapat balutan NaCl + Gauze, dasar luka, tendon lebih kelihatan dan mengkilap
sedangkan pasien denganluka kecil mendapat mnunjukkan tendon masih baik. Sebagian area
balutan hidrokoloid, begituseterusnya hingga luka juga masih terdapat jaringan nekrotiklunak
batas akhir waktu pengumpulan data. namun produksi eksudat masih banyak sehingga
Pada responden yang diberikan balutan perilakumengganti balutan dipertahankan tiap 2
hidrokoloid sebagaipenutup luka ulkus kaki hari dengan tehnik yang sama pada hari
diabetik yang dideritanya. Hingga batas pertama.
akhirpengumpulan data terdapat 4 orang pasien Perkembangan luka pada akhir penilaian
yang sesuai dengan kriteriainklusi dan bersedia status luka hari ke 15,jaringan slough =30%,
menjadi responden dalam penelitian ini. nekrotik = 0 %, granulasi = 30, epitelisasi = 40
Standaroperasional prosedur perawatan luka

9
JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

%, dimana tebal epitel mencapai 1,87 cm dalam 0 cm dengan panjang luka = 1.8 cm cm. Terlihat
waktu perawatan 15 hari kedalaman luka mencapai otot, sebagian dasar
2. Responden 2 luka belum kelihatan tertutup dengan slough,
adalah subyek penelitian yang diberikan produksi eksudat sedang, tidak ada tanda-tanda
perawatanluka dengan pilihan balutan infeksi yangmenyertai ulkus kaki diabetik yang
hidrokoloid berumur 43 tahun berjeniskelamin diderita responden, Granulasi sebanyak 80%,
perempuan pendidikan terakhir SD dengan kadar slough = 20%, nekrotik = 0%, epitelisasi = 0%
glukosa darahkontrol 228 gr/dl, subyek telah Setelah prosedur standar perawatan luka
menderita DM selama ±2 tahun dilakukan, selanjutnyadilakukan penutupan luka
Berdasarkan hasil observasi hari dengan balutan hidrokoloid.
pertama didapatkan nilai statusluka dengan total Pada hari ke 3belum banyak terjadi
skor pengukuran 0 cm dengan panjang luka perubahan pada dasar luka, hanya saja jaringan
granulasi = 6cm. Terdapat slough yang mulai agak lunak sehingga
kantongterowongan/goa) pada luka dengan dilakukan pengangkatan dengan tehnik CSWD,
posisi goa arah jam 9 hingga jam3. Pada hari warna merah masih tampak mendominasi
pertama penilaian sudah tampak permukaan jaringanulkus sedang epitelisasi
jaringangranulasi 97%, slough = 3% dan belum ada kemajuan, karena jumlah eksudat
epitelisasi = 0%. Kedalaman lesi mencapai luka sedang atau terkontrol, perilaku ganti
otot.Produksi eksudat luka banyak, planning balutan tetap dipertahankan 3 hari.
ganti balutan setiap 3 hari.Tidak terdapat tanda- Pada hari ke 6 penyembuhan luka
tanda infeksi,dilakukan perawatan lukadengan tampak mengalami kemajuan yangbaik.Pada tepi
prosedur standar. luka jaringan epitel sudah mulai tampak dengan
Pada hari ke 3 tampak peningkatan rerata 0.05 cm.merah mendominasi dasar luka.
ganulasi yang lebih bersih dan merah terang, Sebagian area luka masih terdapat jaringan
epitelisasi belum ada, masih terdapat kantong slough, produksi eksudat sedangsehingga
(terowongan/goa) pada luka arah jam 9 - jam 3. perilakumengganti balutan dipertahankan tiap 3
Pada kulit sekitar luka agak pucat dan mengkerut hari.
serta sebagian terkelupas karena pengaruh Perkembangan luka pada akhir penilaian
cairan luka yang berlebihan sehingga perilaku status luka hari ke15,jaringan slough =0%,
ganti balutan diubah dari 3 hari menjadi 2 hari nekrotik = 0 %, granulasi = 15%, epitelisasi =
dengan tehnik memberikan pori-pori buatan 75%, sebagian luka belum mengalami epitelisasi
menggunakan jarum pentul pada balutan karena masih terdapat kantong yaitu arah jam 11
hidrocolloid kemudian di berikan gauze - jam 1, sedangkan tebal re-epitelisasi mencapai
diatasnya, dengan maksud cairan yang berlebih 0.52 cm dalam waktu perawatan 15 hari.
dapat terserap oleh gauze melalui pori-pori 4. Responden 4 adalah subyek penelitian yang
tersebut. diberikan perawatanluka dengan pilihan
Hari ke 7 observasi status perkembangan balutan hidrokoloid berumur 47 tahun
luka ulkus kakidiabetik, tampak pada luka terjadi berjeniskelamin laki-laki, pendidikan terakhir
pertumbuhan jaringan epitelisasidengan rerata SMP dengan kadar glukosa darahkontrol
0,46 cm, warna dasar merahmasih mendominasi 177gr/dl, subyek telah menderita DM selama
sedangkan produksi eksudat masih banyak ± 6 tahun
sehingga perilakupenggantian balutan Berdasarkan hasil observasi hari
dipertahankan setiap 2 hari. pertama didapatkan nilai statusluka dengan total
Hari ke 15skorpengukuran re-epitelisasi skor pengukuran 0 cm dengan panjang luka =
adalah 1.24 cm yang artinya progres 6,2 cm. Tepi luka rapat dan tidak ada kantong.
penyembuhan luka terjadi, dimanapertumbuhan Pada hari pertama penilaian sudah tampak
jaringan re-epitelisasi mencapai 10% lebih jaringangranulasi 50%, slough = 50% dan
sedang kantong/goa pada luka masih ada epitelisasi = 0%. Kedalaman lesi mencapai
namun tidak bergitu dalam. otot.Produksi eksudat sedang, planning ganti
3. Responden 3 balutan setiap 3 hari.Tidak terdapat tanda-tanda
Perempuan, umur 48 tahun pendidikan infeksi,dilakukan perawatan lukadengan
SMA telahmenderita DM selama ± 6 tahun prosedur standar.
dengankadar glukosa darah kontrol 187 gr/dl Pada hari ke 3 tampak peningkatan
mendapatkan balutan hidrokoloid sebagai ganulasi yang lebih bersih dan merah terang, re-
balutan pada ulkus kakidiabetik yang dideritanya. epitelisasi sudah tampak dengan rerata 0,52
Prosedur standar dalam merawat lukadiberikan cm.Produksi eksudat sedikit sehingga perlakuan
pada responden dan dilakukan follow up ganti balutan tetap dipertahankan hingga 3 hari.
perkembanganpenyembuhan hingga hari ke 15. Hari ke 6 observasi status perkembangan
Berdasarkan hasil observasi hari 1 luka ulkus kakidiabetik, tampak pada luka terjadi
didapatkan skor ketebalan re-epitelisasi sebesar pertumbuhan jaringan epitelisasi dengan rerata

10
JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

1.05 cm, warna dasar merah masih epitelisasi = 3%, sebagian besar luka belum
mendominasi sedangkan produksi eksudat mengalami epitelisasi karena masih terdapat
sedikit sehingga perilakupenggantian balutan kantong yaitu dari arah jam 10 - jam 3 dan
dipertahankan setiap 3 hari. produksi eksudat masih banyak dan bau tidak
Hari ke 15 rerataskorpengukuran re- sedap masih tetap ada, sedangkan rerata tebal
epitelisasi adalah cm 2.64 cm yang artinya re-epitelisasi hanya mencapai 0.34 cm dalam
progres penyembuhan luka terjadi, waktu perawatan 15 hari.
dimanapertumbuhan jaringan re-epitelisasi 2. Responden 6
mencapai 90% sedang granulasi 10% dimana adalah subyek penelitian yang diberikan
permukaan luka hampir menutup seluruhnya. perawatanluka dengan pilihan balutan NaCl +
B. Analisis penggunaan balutan NaCl+Gauze Gauze berumur 42 tahun berjeniskelamin
1. Responden 5 perempuan, pendidikan terakhir SMP dengan
Perempuan, umur 48 tahun pendidikan kadar glukosa darahcontrol228gr/dl, subyek telah
SMP telahmenderita DM selama ± 6 tahun menderita DM selama ± 2 tahun
dengan kadar glukosa darah kontrol 253gr/dl Berdasarkan hasil observasi hari
mendapatkan balutan NaCl + Gauze sebagai pertama didapatkan rerata skor pengukuran luka
balutan pada ulkus kakidiabetik yang dideritanya. sebesar 0 cm dengan panjang luka = 23,8 cm.
Prosedur standar dalam merawat lukadiberikan Tepi luka terdapat epitelisasi yang sangat tebal
pada responden dan dilakukan follow up seakan pertumbuhannya terhambat namun tidak
perkembanganpenyembuhan hingga hari ke 15 ada kantong. Pada hari pertama penilaian sudah
dengan perilaku ganti balutan perhari. tampak jaringangranulasi 80%, slough = 10 %
Berdasarkan hasil observasi hari 1 dan epitelisasi = 15 %. Kedalaman lesi mencapai
didapatkan skor ketebalan re-epitelisasi sebesar otot dan tulang.Produksi eksudat sangat
0 cm dengan panjang luka = 19 cm. Terlihat banyak.Tidak terdapat tanda-tanda
kedalaman luka mencapai otot, tendon dan infeksi,dilakukan perawatan lukadengan
tulangsebagian dasar luka tertutup dengan prosedur standar.
slough, produksi eksudat sangat banyak, ada Pada hari ke 3 tampak peningkatan
tanda-tanda infeksi yangmenyertai ulkus kaki ganulasi yang lebih bersih namun slough masih
diabetik yang diderita responden, Granulasi tetap sama tidak ada perubahan, saat pergantian
sebanyak 50%, slough = 50%, nekrotik = 0%, balutan terjadi perdarahan karena Gauze yang
epitelisasi = 0%, terdapat kantong di arah jam 10 melekat pada permukaan granulasi, epitelisasi
– jam 2.Setelah prosedur standar perawatan luka masih tampak sama atau tebal belum ada
dilakukan, selanjutnyadilakukan penutupan luka perubahan. Produksi eksudat masih sangat
dengan balutan hidrokoloid. banyak, sehingga perlakuan ganti balutan tetap
Pada hari ke 3 belum banyak terjadi dipertahankan perhari.
perubahan pada dasar luka, hanya saja jaringan Hari ke 7 observasi status perkembangan
slough yang mulai agak lunak sehingga luka ulkus kakidiabetik, tampak pada luka masih
dilakukan pengangkatan dengan tehnik CSWD, sama belum terjadi pertumbuhan jaringan
warna merah dan kuning masih tampak epitelisasi, tampak pada epitel tersebut masih
mendominasi permukaan jaringanulkus sedang menebal belum ada kemajuan.Warna dasar
epitelisasi belum ada kemajuan, karena jumlah merah masih mendominasi sedangkan produksi
eksudat luka masih sangat banyak, dan bau eksudat masih banyak sehingga
tidak sedap akibat infeksi,masih terdapat perilakupenggantian balutan dipertahankan
kantong pada arah jam 10- jam 3, perilaku ganti setiap 1 hari.
balutan tetap dipertahankan perhari. Hari ke 15rerataskorpengukuran re-
Pada hari ke 7 penyembuhan luka epitelisasi adalah cm 0.06 cm yang artinya
belum tampak mengalami kemajuan.Pada tepi meskipun hanya sedikit namun progres
luka jaringan epitel belum ada. Setelah penyembuhan luka terjadi, dimana jaringan epitel
melakukan CWSD Sebagian area luka masih mengalami kemajuan dengan rerata 0.06 cm
terdapat jaringan slough 15% sedangkan dalam perawatan selama 15 hari.
granulasi meningkat menjadi 85%, jaringan 3. Responden 7
slough yang tertinggal merupakan jaringan Laki-laki, umur 69 tahun pendidikan SMA
subkutan yang telah mati. Dari dalam kantong telahmenderita DM selama > 10 tahun dengan
masih memproduksi eksudat yang sangat kadar glukosa darah sewaktu180gr/dl
banyak dan bau tidak sedap masih tetap mendapatkan balutan NaCl + Gauze sebagai
ada,sehingga perilakumengganti balutan balutan pada ulkus kakidiabetik yang dideritanya.
dipertahankan perhari. Prosedur standar dalam merawat lukadiberikan
Perkembangan luka pada akhir penilaian pada responden dan dilakukan follow up
status luka hari ke 15, jaringan slough masih perkembanganpenyembuhan hingga hari ke 15
tetap 15%, nekrotik = 0 %, granulasi = 82%, dengan perilaku ganti balutan perhari.

11
JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

Berdasarkan hasil observasi hari 1 Hari ke 7 observasi status perkembangan


didapatkan skor ketebalan re-epitelisasi sebesar luka ulkus kakidiabetik, tampak pada luka sudah
0 cm dengan panjang luka = 2.3 cm. Terlihat terjadi pertumbuhan jaringan re-epitelisasi
kedalaman luka mencapai otot,warna dasar namun masih sangat sedikit dan pada sebagian
merah mendominasi, produksi eksudat sedang, tepi luka diikuti pertumbuhan kallus yang tidak
tidakada tanda-tanda infeksi yangmenyertai nomal.Warna dasar merah masih mendominasi
ulkus kaki diabetik yang diderita responden, sedangkan produksi eksudat sedang dan
Granulasi sebanyak 100%, slough = 0%, nekrotik bautidak sedap masih tetap ada,
= 0%, epitelisasi = 0%, tidak terdapat kantong. perilakupenggantian balutan dipertahankan
Setelah prosedur standar perawatan luka perhari.
dilakukan, selanjutnyadilakukan penutupan luka Hari ke 15 rerataskor pengukuran re-
dengan balutan NaCl + Gauze. epitelisasi adalah cm 0.37 cm yang artinya
Pada hari ke 3 belum banyak terjadi meskipun hanya sedikit namun progres
perubahan pada dasar luka, warna merah penyembuhan luka terjadi, dimana jaringan epitel
terangmasih tampak mendominasi permukaan mengalami kemajuan dengan rerata 0.37 cm
jaringanulkus sedang epitelisasi belum ada dalam waktu perawatan selama 15 hari. Bau
kemajuan, jumlah eksudat luka sedang, perilaku tidak sedap sudah hilang seiring berkurangnya
ganti balutan tetap dipertahankan perhari. kallus yang dikikis setiap pergantian balutan
Namun saat pergantian balutan luka, daerah yang dimulai sejak hari ke 8 hingga hari ke 15.
granulasi berdarah karena pori-pori pada gauze
tertanam dalam jaringan granulasi. SIMPULAN
Pada hari ke 7 penyembuhan luka Berdasarkan hasil penelitian dan
sudah tampak mengalami sedikitkemajuan.Pada pembahasan tentang “perbandingan
tepi luka jaringan epitel sudah mulai muncul, pertumbuhan jaringan re-epitelisasi antara
namun saat pergantian balutan lagi-lagi perawatan luka menggunakan balutan luka
berdarah. Perilakumengganti balutan hidrocolloid dengan NaCl + Gauze pada
dipertahankan perhari. penderita ulkus diabetik di RS. Bhayangkara
Perkembangan luka pada akhir penilaian Makassar”, maka dapat ditarik kesimpulan
status luka hari ke 15, granulasi = 90%, sebagai berikut:
epitelisasi = 10%, dimana rerata tebal re- 1. Ada perbedaan signifikan rerata skor luka
epitelisasi yaitu mencapai 0.31 cm dalam waktu yang disertai dengan perkembangan
perawatan 15 hari dan balutan luka dianggap penyembuhan luka kearah yang lebih baik
berhasil. pada responden yang menggunakan teknik
4. Responden 8 modern dressing hydrocolloid dimana P <
adalah subyek penelitian yang diberikan 0.05 atau P = 0.03.
perawatanluka dengan pilihan balutan NaCl + 2. Ada perubahan rerata skor pada masing-
Gauze berumur 60 tahun berjeniskelamin masing responden baik yang mengunakan
perempuan, pendidikan terakhir SD dengan Balutan Hidrocolloid maupun yang
kadar glukosa darahcontrol 210gr/dl, subyek menggunakan balutan NaCl+Gauze, dimana
telah menderita DM selama > 10 tahun rerata skor balutan Hidrocolloid yaitu 1.57
Berdasarkan hasil observasi hari cm, sedangkan rerata skor balutan
pertama didapatkan rerata skor pengukuran NaCl+Gauze yaitu 0.27 cm dalam waktu 15
epitelisasi luka sebesar 0 cm dengan panjang hari perawatan.
luka = 2 cm, tidak ada kantong. Pada hari 3. Responden yang menggunakan teknik
pertama penilaian tampak jaringangranulasi balutan hidrokoloid memperlihatkan
100%, slough = 0% dan epitelisasi = 0%. gambaran perkembangan penyembuhan
Kedalaman lesi mencapai otot.Produksi eksudat ulkus kaki diabetik lebih cepat dari
sedang dan bau tidak sedap. Kemudian responden yang menggunakan teknik
dilakukan perawatan lukadengan prosedur balutan kasa konvensional.
standar. 4. Hasil uji Independent T-Test, Nilai F = 7.116
Pada hari ke 3 tampak peningkatan yang berarti penggunaan balutan
ganulasi yang lebih bersih saat pergantian Hidrocolloid 7 kali lebih baik dibandingkan
balutan terjadi perdarahan karena Gauze yang penggunaan balutan NaCl + Gauze.
melekat pada permukaan granulasi, epitelisasi
masih belum tampak atau belum ada perubahan. REFERENSI
Produksi eksudat sedang dan berbau tidak Abramo, F., Argiolas, S., Pisani, G., Vannozzi, I.,
sedap tetap ada layaknya bau ikan kering yang Miragliotta, V. (2010). Effect ofa
dijemur, perlakuan ganti balutan tetap Hydrocolloid Dressing on First Intention
dipertahankan perhari. Healing Surgical Wounds inThe dog: a
Pilot Study. Tersedia dalam :

12
JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/183 pengobatan yang efektif untuk cost--


04046 [Diakses tanggal 16 Maret 2016] exudating luka kulit dan luka
Alimuddin. (2012). ’Topikal Terapi’, Materi tekanan.Tersedia
dipresentasikan dalam Workhsop dalamhttp://www.psahealthcare.com/clini
Nasional Wound Diabetik, 28 April 2012, cal-topics/alginate-calcium-dressing
ETN CENTRE, Makassar. [Diakses pada tanggal 18 Februari
Amelia, N. (2012). Faktor – Faktor Yang 2016].
mempengaruhi kinerja Perawat dalam Fujimoto, Y., Shimooka, N., Ohnishi, Y.,
memberikan Asuhan keperawatan di Yoshimine, T., Clinical Evaluation
Rumah Sakit Roemani Semarang, ofHydrocolloid Dressing For
tersedia dalam: Neurosurgical Wounds. Tersedia dalam :
http://www.digilib.unimus.ac.id/download. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
php/jtptunimus-gdl-nitaamelia-5341-3- /18262632 [Diakses tanggal 16Februari
babii.pdf. [Diakses pada tanggal 9 2016]
Februari 2016] Gitarja, S.W. (2008). Perawatan Luka Diabetes.
American Diabetes Association (ADA). 2010 Bogor; Wocare Publising.
Diagnosis and Classification of Diabetes Hastuti, R. T. (2008). Faktor – Faktor Risiko
Mellitus. Vol. 33. p . 562. Tersedia dalam Ulkus Diabetika pada Penderita Diabetes
:http://care.diabetesjournals.org/content/ mellitus, (Studi Kasus di RSUD. Dr.
33/Supplement_1/S62.full.pdf+html[Diak Moewardi Surakarta. Tersedia dalam:
ses pada tanggal 5Februari 2016] http://www.eprints@undip.ac.id/18866[Di
American Diabetes wholesale (ADW). 2007 akses pada tanggal 19 Februari 2016]
Restore Calcium Alginate Dressing. Heyneman, A., Beele. H., Vaderwee, K., Defloor,
Tersedia dalam: T. (2008). A Systematic ReviewOf The
http://www.hollisterwoundcare.com Use Of Hidrocolloid In The Treatment Of
[Diakses pada tanggal 5 Februari 2016] Pressure Ulcers. Tersedia dalam :
Arisanty, I.P. 2013. Konsep Dasar Manajemen http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed
Perawatan Luka. Jakarta : EGC /18416792 [Diakses tanggal 19 Februari
Barbara. 2001. Bates – Jensen Wound 2016]
Assesment Tool. Tersedia dalam : Herniyanti. 2013.Gambaran Status Luka Ulkus
http://www.geronet.med.ucla.edu/centers Kaki Diabetik Yang
/borun/modules/Pressure_ulcer_preventi DirawatMenggunakan Teknik Modern
on/puBWAT.pdf. [Diakses pada tanggal Dressing HydrocolloidDan Teknik
3 Maret 2016]. Konvensional GauzePada Pasien
Chaby, G., Seret, P., Vanean, M., Martel, P., et Diabetes Melitus. Tersedia dalam
al. (2010). Dressing for Acute http://www.repository.usu.ac.id[Diakses
andChronic Wounds ; a Systematic pada tanggal 18 Februari 2016]
Review, Tersedia dalam : Hidayah, A. (2012). Tingkat Pengetahuan Pasien
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/179 Diabetes Mellitus Tentang Risiko
38344 [Diakses tanggal 19 Februari Terjadinya Ulkus Kaki Diabetes di Poli
2016] Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit
Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Keperawatan (Pedoman Melaksanakan Tersedia dalam :
Dan Menerapkan Hasil Penelitian). http://www.repository.usu.ac.id[Diakses
Jakarta: CV. Trans Info Media. pada tanggal 18 Februari 2016]
Dinh, T., Tecilazich, F., Kafanas, A., Doupis, J., Hidayat, A.A. 2014. Metode Penelitian Dalam
et al. (2012). MechanismsInvolved In Keperawatan Dan Teknik Analisa Data
The Development and Healing of ed. 1. Jakarta : Salemba Medika.
Diabetic Foot.Tersedia dalam : Martin, FT., O’Sullivan, JB., Regan, PJ.,
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/226 McCann, J., Kelly, JL.
88339[diakses tanggal 19 Maret 2016] (2010).Hydrocolloid Dressing in Pediatric
Decroli, E. 2010. Profil Ulkus Diabetik pada Burns May Decrease
Penderita Rawat Inap di Bagian Penyakit OperativeIntervention Rates. Tersedia
Dalam RSUP Dr M. Djamil Padang. dalam :
Tersedia dalam http:/www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/202
http://indonesia.digitaljournals.org/index. 23327, [Diakses tanggal 16 Maret 2016]
php/idnmed/article/ [Diakses pada Maryuani Anik. 2013. Step By Step Perawatan
tanggal 19 Februari 2016]. Luka Diabetes dengan Metode
Doyle, J.W., dkk. 2010. Kalsium alginat dressing Perawatan Luka Modern.Bogor : IN
luka topikal. Dimensi baru dalam MEDIA, p. 2 – 86.

13
JIKKHC Vol. 01/No.01/November-Desember-2016

Miguel, L.S., Torra, I.B.J.E., Verdy, S.J. (2009). The Healing Of Chronic Wounds.
Economic Of Pressure UlcerCare: Tersedia dalam
Review Of The Literature on Modern http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/155
Versus Traditional Dressing. Tersedia 64189. diakses tanggal 20 maret 2016,
dalam : Suyono, S. (2011). ’Kecenderungan Peningkatan
http:/www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed, Jumlah Penyandang Diabetes’ dalam
[Diakses tanggal 23 Februari 2016] Sidartawan, S. Pradana, S. Imam, S.
Morison, M. J. 2015. Manajemen Luka. Florinda, (editor), Penatalaksanaan Diabetes
Ester, M & Kurnianingsih, S. Jakarta : Melitus Terpadu, ed. 2. Jakarta: Fakultas
EGC, p. 1 – 4. Kedokteran Universitas Indonesia.
Nurrahmani, U. (2012). Stop! Diabetes. Steed, L.D., Attinger, C.MD., Colaizzi, T.,
Yogyakarta: Familia. Crossland, M. et al (2006). Guidelines Of
Novriansyah, R. (2008). Perbedaan Kepadatan The Treatment Of Diabetic Ulcers.
Kolagen Di Sekitar Luka Insisi Tikus Tersedia dalam:
Wistar Yang Ditutup Secara Kering http:www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/j.152
Dengan Kasa Konvensional Dan Secara 4-475X.2006.00176.x.pdf.[Diakses pada
Lembab Dengan Penutup Oklusif tanggal 18 Februari 2016]
Hidrokoloid Selama 2 Dan 14 Tambunan, M dan Gultom, Y. (2011). ’Perawatan
hari.Tersedia dalam: Kaki Diabetes’ dalam Sidartawan, S.
http://eprints.undip.ac.id/28847.[Diakses Pradana, S. Imam, S. (editor),
pada tanggal 3 Februari 2016] Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Potter, P.A., Perry, A.G. (2009). Fundamental Terpadu, ed. 2. Jakarta: Fakultas
Keperawatan. Ed.7. terjemahan oleh Kedokteran Universitas Indonesia.
Diah Nur Fitri., Onny Tampubolon., Tarigan, R., Pemila, U. (2008). Perawatan luka
Farah Diba. Jakarta: Salemba ”Moist Wound Healing”. Tersedia dalam
Medika.Muliawan, M., Semadi, N., Yasa, :http://www.fik.ui.ac.id[Diakses pada
K.P. 2007. ―Pola Kuman dan Korelasi tanggal 19 Februari 2016]
Klinis Ulkus Kaki Diabetikum di RSUP Teshima, H., Kawano, H., Kashikie, H.,
Sanglah Denpasar― (tesis). Denpasar: Nakamura, K., et al. (2009). A
Universitas Udayana. NewHydrocolloid Dressing Prevents
Payne, WG., Posnett, J., Alvarez, O., et al. Surgical Site Infection of
(2009). A Prospective, Randomized MedianSternotomy Wounds. Tersedia
Clinical Trial To Asses The Cost- dalam :
Effectiveness Of A Modern Foam http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/197
Dressing Versus A Traditional Saline 84722[Diakses tanggal 16 Maret 2016,
Gauze Dressing In The Treatment Of Ubbink, D.T., Vermeulen, H., Hattem, J.V. et al.
Stage II Pressure Ulcers. Tersedia (2008). Occlusive vs Gauze Dressing
dalam : For Local Wound Care In Surgical
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/192 Patients. Tersedia dalam :
46785. [Diakses pada tanggal 10 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/JC
Februari 2016] N.[Diakses pada tanggal 3 Februari
Qilsi, F.R.M. (2010). Hubungan Antara 2016]
Hiperglikemia, Usia dan Lama Menderita Wijaya, A.S., Putri, Y.M. 2014. Keperawatan
pasien Diabetes dengan Angka Kejadian Medikal Bedah 2. Jakarta : Numed
Neuropati Diabetika. Tersedia dalam: WHO. 2006. Definition and Diagnosis of
http://www.umi.ac.id/4761-6454-1- Diabetes Mellitus and Intermediate
PB.pdf. [Diakses pada tanggal 5 Hyperglycaemia. Geneva : WHO Library
Februari 2016] Cataloguing p. 9. Tersedia dalam :
Rahma, F. N. 2014. Tesis : Pengaruh Pemberian http://www.who.int/diabetes/publications/
Salep Ekstrak Daun Binahong Terhadap [Diakses pada tanggal 3 Februari 2016]
Pre-Epitelisasi Pada Luka Bakar Tikus
Sprague Dawley. Tersedia dalam :
http://r.search.yahoo.com/_FARAH%252
0NABILLA%2520RAHMA.pdf. [Diakses
tanggal 18 Maret 2016]
Singh, A., Halder, S., Menon, GR., Chumber, S.
et al. (2012). Meta – Analysis
OfRandomized Controled On
Hydrocolloid Occlusive Dressing
VersusConventional Gauze Dressing in

14

You might also like