You are on page 1of 78

BAB IV

PELAKSANAAN PEKERJAAN

4.1. Uraian Umum


Pelaksanaan pekerjaan adalah sebuah bentuk realisasi dan perencanaan yang dibuat
oleh perencana, yaitu owner dan konsultan perencana yang diwujudkan dalam bentuk fisik
oleh kontraktor. Dalam pelaksanaan pekerjaan yang sangat penting adalah metode
pelaksanaan pekerjaan. Metode pelaksaan pekerjaan menjadi sangat penting dari suatu
proyek agar mendapatkan hasil yang baik, tepat waktu, dan sesuai dengan perencanaan
dan diimbangi dengan pengawasan yang baik. Metode harus dipilih sesuai dengan kondisi
lapangan, jenis pekerjaan, waktu yang tersedia, volume pekerjaan serta biaya yang
dialokasikan.
Pekerjaan pembangunan terowongan pengelak menggunakan Metode NATM (New
Austrian Tunneling Method). NATM adalah suatu sistem pembuatan terowongan dengan
menggunakan shotcrete beton yang disemprotkan dengan tekanan tinggi dan rockbolt
sebagai penyangga sementara terowongan sebelum diberi lapisan concrete (lining
concrete). NATM dikenal juga dengan nama SEM (Sequential Excavation Method) yang
pertama kali digunakan oleh Rabcewicz pada tahun 1962. Perbedaan Metode NATM
dengan metode lainnya yaitu metode ini lebih ekonomis, karena menggunakan kekuatan
massa batuan untuk stabilitas terowongan. Metode ini juga sangat berguna apabila massa
batuan pada kondisi geologi yang kompleks tidak dapat diperkirakan karena perubahan
geologi sering terjadi.
Pelaksanaan pekerjaan yang penyusun tinjau pada bab ini sesuai dengan pekerjaan
yang terdapat pada Kurva S proyek. Pekerjaan-pekerjaan tersebut adalah pekerjaan galian
dan urugan kembali, pekerjaan drainase, dan pekerjaan beton. Sub bab setiap pekerjaan
telah dijelaskan pada Bab 1 Pendahuluan tentang ruang lingkup kerja praktek. Tidak
seluruh pekerjaan dapat penyusun tinjau di lapangan secara langsung. Data-data yang tidak
penyusun dapatkan di lapangan secara langsung, dapat didapatkan dari wawancara dan
dokumentasi yang telah ada.
Pada Sub Bab 4.2 dijelaskan mengenai pekerjaan penggalian dan urugan kembali yang
meliputi pekerjaan pembersihan, pengupasan, galian tanah biasa, dan batu keras. Pekerjaan
batu keras dilakukan dengan cara drilling dan blasting metode semi-section. Sistem
penyangga sementara yang dipasang setelah dilakukan blasting adalah shotcrete, rockbolt,
dan steel support.

50
Pada Sub Bab 4.3 dijelaskan mengenai pekerjaan drainase. Pekerjaan drainase
merupakan pekerjaan dengan metode pelaksanaan yang sederhana namun penting dalam
sebuah terowongan.
Pada Sub Bab 4.4 dijelaskan mengenai pekerjaan beton. Pekerjaan beton meliputi,
pekerjaan bekisting, besi tulangan, dan PVC waterstop. Pekerjaan pembesian dan beton
dibagi menjadi bagian upper dan lower. Namun yang dijelaskan pada bab ini hanya
pekerjaan beton bagian lower.

4.2. Pekerjaan Penggalian dan Urugan Kembali


Penggalian dan urugan merupakan pekerjaan tanah yang dikerjakan pada awal
pekerjaan proyek. Hal tersebut dilakukan untuk mempersiapkan lahan agar dapat
digunakan untuk pekerjaan selanjutnya. Pekerjaan ini tidak hanya dipengaruhi oleh jenis
tanahnya saja, tapi juga keadaan medan, pengaruh lingkungan, dan kualitas pekerjaan yang
disyaratkan.
Pekerjaan penggalian dan urugan kembali pada Proyek Pembangunan Terowongan
Waduk Bendo meliputi pekerjaan pembersihan, pengupasan, galian tanah biasa dan batu
keras. Pekerjaan pembersihan dan pengupasan dilaksanakan di muka terowongan, yaitu
bagian inlet dan outlet. Pekerjaan galian tanah biasa dilaksanaakan pada muka terowongan
untuk mendapatkan kedalaman yang tepat di muka terowongan. Pekerjaan galian batu
keras dilaksanakan sepanjang terowongan, yaitu dari STA 0+186,72 sampai STA
0+621,72.
Pada saat penyusun melaksanakan Kerja Praktek ada beberapa pekerjaan yang sudah
selesai dilaksanakan, sehingga data yang didapat berupa dokumentasi dan wawancara.
Pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan yaitu pekerjaan pembersihan, pekerjaan
pengupasan, dan pekerjaan galian tanah biasa. Pekerjaan galian batu keras dapat diamati
secara langsung selama Kerja Praktek.
4.2.1. Pekerjaan Pembersihan di Inlet dan Outlet
Pembersihan adalah kegiatan paling awal dilakukan pada pekerjaan tanah.
Pekerjaan pembersihan dilakukan untuk menghilangkan benda-benda yang tidak
dibutuhkan dari muka tanah asli. Benda-benda tersebut dapat berupa pepohonan,
semak belukar, tunggul pohon, akar-akaran, maupun sampah. Material yang
diperoleh dari operasi pembersihan harus dibakar atau dibuang hingga lahan bersih.
Pohon-pohon di luar daerah yang ditentukan tidak boleh dibuang tanpa persetujuan
direksi. Semua pohon yang ditebang dan laku dijual tetap menjadi milik pemberi

51
kerja. Lubang yang diakibatkan oleh pencabutan bonggol pohon dan akar-akaran
akan ditimbun kembali dengan material yang disetujui sesuai dengan ketentuan
untuk timbunan level terkait.
Pekerjaan pembersihan dilakukan pada muka tanah asli lahan yang akan
dibangun lereng pada Inlet dan Outlet Terowongan Pengelak, yaitu 1 meter dari
semua bagian tersebut akan dibersihkan. Lahan untuk Pembangunan Terowongan
Pengelak adalah milik Perhutani. Pihak Pekerjaan Umum (PU) harus mengganti
lahan hutan yang akan dilakukan pekerjaan kepada pihak Perhutani. Peggantian
lahan tersebut dapat berupa uang atau lahan hutan dengan ukuran yang sama.
Sebelum dilakukan pembersihan, masalah penggantian lahan harus terlebih dahulu
diselesaikan.
Secara umum tahapan pekerjaan pembersihan antara lain: survey, staking out
area yang akan dibersihkan, pelaksanaan pembersihan dan pengecekan tingkat
kebersihan. Pekerjaan pembersihan dinyatakan selesai apabila memenuhi
persyaratan teknis sesuai petunjuk direksi. Urutan Pekerjaan Pembersihan
ditunjukkan pada Gambar 4.1.

MULAI

Survey & Staking Out

Pembersihan dengan Bulldozer


atau Backhoe

Pengangkutan sampah ke
disposal area

Pengecekan tingkat kebersihan &


Pengukuran ulang
Tidak
Ya
SELESAI

Gambar 4.1. Diagram Alir Pekerjaan Pembersihan

1. Survey adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan suatu


kepastian informasi, bisa dikatakan sebagai suatu penyelidikan atau

52
peninjauan. Hal pertama yang dilakukan adalah menyurvei atau menyelidiki
lahan mana saja yang akan dilakukan pembersihan. Setelah menyurvei lahan
tersebut maka dilakukan stake out. Stake out adalah suatu model pengukuran
yang digunakan untuk menentukan lokasi koordinat suatu titik di lapangan.
Prinsipnya terbalik dengan konsep pengambilan data lapangan. Pengambilan
data lapangan adalah mencari koordinat titik dari lapangan, sedangkan stake
out adalah mengembalikan koordinat ke lapangan dari gambar desain. Pada
gambar desain yang dilakukan pembersihan yaitu pada bagian muka tanah asli.
Survey dan stake out dilakukan dengan menggunakan Total Station.

Muka Tanah Asli

Gambar 4.2. Gambar Desain Pembersihan di Lokasi Inlet STA 0+050

2. Pembersihan dengan menggunakan Bulldozer atau Backhoe adalah kegiatan


memotong sampah dan pohon yang berada di lokasi pekerjaan dengan
menggunakan alat berat berupa Bulldozer atau Backhoe. Bulldozer adalah alat
berat bertipe traktor menggunakan rantai serta dilengkapi dengan pisau yang
terletak di depan. Bulldozer diaplikasikan untuk pekerjaan menggali,
mendorong, dan menarik material. Backhoe adalah alat berat bertipe roda yang
dilengkapi dengan bucket untuk melakukan pekerjaan penggalian.
Pembersihan dengan alat berat tersebut berfungsi untuk mempermudah
pekerjaan sehingga dapat memperpendek waktu pekerjaan.
Pembersihan dengan menggunakan Bulldozer atau Backhoe dilakukan setelah
pekerjaan survey dan staking out. Pekerjaan ini dilakukan pada lokasi
pembersihan yang dapat dilewati alat berat. Pada lokasi hutan dengan pohon
yang cukup rapat, pembersihan pohon dilakukan menggunakan gergaji mesin.
Pembersihan dilakukan oleh pihak kontraktor untuk persiapan pekerjaan
terowongan pengelak dengan 1 orang tenaga kerja.

53
Pembersihan menggunakan Bulldozer dilakukan dengan cara mendorong
blade Bulldozer pada tanaman yang ingin dibersihkan hingga tanaman tersebut
terangkat dari tanah. Sedangkan pembersihan menggunakan Backhoe dengan
cara mendorong atau menarik bucket Backhoe pada tanaman yang ingin
dibersihkan hingga tanaman tersebut terangkat dari tanah.

Gambar 4.3. Pemotongan Pohon dengan Backhoe di Outlet

3. Pengangkutan sampah ke disposal area adalah pengangkutan tanaman-


tanaman yang tidak digunakan ke tempat pembuangan akhir atau disposal
area. Pengangkutan dilakukan dengan bantuan Backhoe agar memudahkan
pekerjaan. Disposal area berada di sekitar lokasi pekerjaan kemudian sampah
dibakar. Bucket Backhoe membawa sampah-sampah ke disposal area tanpa
bantuan Dump Truck karena berada di lokasi pekerjaan.
4. Setelah pembersihan selesai, dilakukan pengecekkan tingkat kebersihan yaitu
dipastikan bahwa tidak ada lagi tanaman-tanaman yang dapat mengganggu
pekerjaan. Selain itu surveyor melakukan pengukuran ulang terhadap muka
tanah yang telah dibersihkan yaitu pada STA 0+000 sampai STA 186,72
dengan luas area 4583,45 m2 untuk Inlet dan untuk Outlet dari STA 1 sampai
STA 6 1890,19 m2. Secara keseluruhan Pekerjaan Pembersihan diilustrasikan
pada Gambar 4.4.

54
Gambar 4.4. Ilustrasi Pekerjaan Pembersihan Tanaman

Pekerjaan pembersihan bertujuan untuk membersihkan lokasi yang akan


dibangun Inlet dan Outlet Terowongan Pengelak. Setelah pekerjaan pembersihan
selesai maka dilanjutkan pekerjaan pengupasan dengan tebal 15 cm.

4.2.2. Pekerjaan Pengupasan di Inlet dan Outlet


Pengupasan adalah penggalian humus (tanah organik) berikut rumput setelah
dilakukan pekerjaan pembersihan. Humus, rumput, dan material lain pada lapisan
atas harus dibuang karena dapat berakibat kurang stabil terhadap hasil pekerjaan
tanah lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pekerjaan pengupasan antara
lain, material, alat mekanis yang digunakan, dan efisiensi kerja.
Setiap macam tanah atau batuan pada dasarnya memiliki sifat-sifat fisik dan
kimia yang berbeda-beda. Tanah atau batuan yang keras akan lebih sukar dikupas.
Hal ini tentu akan menurunkan produksi alat mekanis yang digunakan. Pemilihan
dan penggunaan alat mekanis sangat penting dan menentukan cepat lambatnya
pekerjaan pengupasan terselesaikan. Produksi alat mekanis sangat berhubungan
dengan efisiensi kerja. Apabila mengalami perubahan pada lapangan maka akan
mempengaruhi produksi alat mekanis sehingga mempengaruhi efisiensi kerja.
Pekerjaan pengupasan dilakukan pada lahan yang telah dilaksanakan
pekerjaan pembersihan, yaitu Inlet dan Outlet Terowongan Pengelak. Sesuai
dengan petunjuk direksi, pekerjaan pengupasan yang disyaratkan yaitu dengan
ketebalan 15 cm. Alat mekanis atau alat berat yang digunakan adalah Bulldozer,
Backhoe, dan Dump Truck.
Secara umum tahapan pekerjaan pengupasan antara lain: survey, staking out
area yang akan dikupas, pelaksanaan pengupasan dan pengecekan elevasi tanah.

55
Pekerjaan pengupasan dinyatakan selesai apabila memenuhi persyaratan teknis
sesuai petunjuk direksi. Urutan Pekerjaan Pengupasan ditunjukkan pada Gambar
4.5.

MULAI

Survey & Staking Out

Pengupasan dengan Bulldozer

Pengangkutan Top Soil ke disposal area

Pengecekan elevasi &


Pengukuran ulang
Tidak

Ya

SELESAI

.
Gambar 4.5. Diagram Alir Pekerjaan Pengupasan

1. Survey dan staking out untuk pekerjaan pengupasan menggunakan cara yang
sama dengan pekerjaan pembersihan. Survey adalah suatu aktivitas yang
dilakukan untuk mendapatkan suatu kepastian informasi, bisa dikatakan
sebagai suatu penyelidikan atau peninjauan. Hal pertama yang dilakukan
adalah menyurvei atau menyelidiki lahan mana saja yang akan dilakukan
pengupasan, yaitu lahan yang telah dilakukan pembersihan. Setelah menyurvei
lahan tersebut maka dilakukan stake out. Stake out adalah suatu model
pengukuran yang digunakan untuk menentukan lokasi koordinat suatu titik di
lapangan. Survey dan stake out dilakukan dengan menggunakan Total Station.
2. Pengupasan menggunakan Bulldozer merupakan pengupasan dengan cara
konvensional. Penggunaan alat berat berupa Bulldozer digunakan untuk
memudahkan pengupasan. Lokasi yang akan dilakukan pengupasan dengan
Bulldozer adalah seluruh lokasi pengupasan. Pengupasan dilakukan setelah
lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman. Pekerjaan persiapan dikerjaan oleh
kontraktor dengan 1 orang tenaga kerja sebagai operator.

56
Gambar 4.6. Pekerjaan Pengupasan

3. Pengangkutan top soil ke disposal area adalah pengangkutan tanah lapisan


atas yang telah dikupas oleh Bulldozer ke tempat pembuangan akhir.
Pengangkutan menggunakan alat berat berupa Backhoe dan Dump Truck.
Penggunaan alat berat mempercepat dan mempermudah pelaksanaan
pekerjaan. Disposal area berada di sekitar lokasi pekerjaan.
4. Setelah pekerjaan pengupasan selesai, dilakukan pengecekan elevasi yaitu -
0,15 m dari elevasi existing dan luas area pengupasan sama dengan luas area
pembersihan yaitu STA 0+000 sampai STA 186,72 dengan luas area 4583,45
m2 untuk Inlet dan untuk Outlet dari STA 1 sampai STA 6 1890,19 m2 .
Pengecekan tersebut dilakukan oleh surveyor. Secara keseluruhan Pekerjaan
Pengupasan diilustrasikan pada Gambar 4.7.

Backhoe
Dump Truck Bulldozer
Tanah lapisan
atas , t= 15cm

Ke Disposal Waste Area

Gambar 4.7. Ilustrasi Pekerjaan Pengupasan Tanah Lapisan Atas

4.2.3. Pekerjaan Galian Tanah Biasa di Inlet dan Outlet


Galian tanah biasa merupakan galian terbuka dari semua material yang dapat
digali secara efisien tanpa menggunakan bahan peledak atau Bulldozer dengan

57
ripper dan penggali hidrolis seperti yang ditetapkan direksi. Material tersebut dapat
berupa tanah, lempung, lumpur, batuan pasir, kerikil, dan batuan lepas. Galian
tanah biasa dikerjakan untuk mendapatkan elevasi yang disyaratkan oleh direksi.
Pekerjaan galian tanah biasa pada Terowongan Pengelak Waduk Bendo
dilakukan untuk membentuk lereng pada bagian inlet dan outlet. Sebelum
melaksanakan galian batu keras sepanjang terowongan, maka elevasi portal harus
disesuaikan dengan gambar desain. Alat mekanis yang digunakan adalah Backhoe
dengan kapasitas bucket 0,97 m3 dan Dump Truck. Secara umum tahapan pekerjaan
galian antara lain: survey, staking out, penggalian dan pengukuran kembali hasil
galian. Pekerjaan galian dinyatakan selesai apabila memenuhi kriteria garis batas
area pekerjaan, elevasi dan potongan melintang sesuai dengan gambar desain. Hasil
galian tanah biasa digunakan untuk timbunan jalan inspeksi dari inlet ke outlet.
Urutan Pekerjaan Galian Tanah Biasa pada ditunjukkan pada Gambar 4.8.

MULAI

Survey & Staking Out

Penggalian tanah biasa

Pengangkutan hasil galian ke


jalan inspeksi

Pengukuran ulang
Tidak
Ya

SELESAI

Gambar 4.8. Diagram Alir Pekerjaan Galian Tanah Biasa

1. Survey dan staking out yang dilakukan pada dasarnya sama untuk setiap
pekerjaan. Survey adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan
suatu kepastian informasi, bisa dikatakan sebagai suatu penyelidikan atau
peninjauan. Hal pertama yang dilakukan adalah menyurvei atau menyelidiki
lahan mana saja yang akan dilakukan galian, yaitu lahan yang telah dilakukan
pengupasan. Setelah menyurvei lahan tersebut maka dilakukan stake out. Stake

58
out adalah suatu model pengukuran yang digunakan untuk menentukan lokasi
koordinat suatu titik di lapangan. Survey dan Stake out dilakukan dengan
menggunakan Total Station.

Gambar 4.9. Layout Galian Tanah Biasa pada Outlet Terowongan Pengelak

Pada galian tanah biasa outlet dibagi menjadi 7 STA dengan 9 titik koordinat.
Surveyor harus dapat mengetahui STA yang dimaksud dan dapat menentukan
9 titik koordinat tersebut. STA dan koordinat yang telah disurvei selanjutnya
menjadi patokan pelaksana dalam mengerjakan galian tanah biasa di outlet.
Persiapan pekerjaan galian tanah biasa pada outlet berjalan dengan lancar
karena lokasi sekitar outlet tidak terdapat pemukiman warga, sehingga yang
dibutuhkan untuk persiapan pekerjaan hanya penggantian lahan hutan kepada
Dinas Perhutani.

59
Tabel 4.1. Tabel Koordinat Galian Tanah Biasa Outlet
No X Y
1 563946,4191 9122985,5948
2 563936,3523 9122944,2489
3 563918,1092 9122953,0214
4 563902,4517 9122946,8634
4a 563906,011 9122946,556
5 563881,6199 9122942,6906
6 563896,9414 9122985,4512
7 563918,3637 9122984,1900
8 563929,9050 9122985,0416

Pada galian tanah biasa bagian inlet dibagi menjadi 19 STA dengan 21 titik
koordinat. STA dan koordinat yang harus disurvei pada bagian inlet lebih
banyak dari pada bagian outlet karena jarak inlet dengan sungai lebih jauh dari
jarak outlet dengan sungai. Pekerjaan galian tanah biasa pada inlet dimulai
lebih lama dibandingkan di outlet karena terdapat masalah relokasi penduduk
yang harus diselesaikan terlebih dahulu.

Gambar 4.10. Layout Galian Tanah Biasa pada Inlet Terowongan Pengelak

60
2. Penggalian tanah biasa adalah penggalian tanah yang dapat dikerjakan dengan
menggunakan alat berat berupa Backhoe. Penggalian berfungsi untuk
membentuk tanah dengan kemiringan dan elevasi yang diinginkan. Penggalian
dilakukan pada lokasi inlet dan outlet terowongan pengelak setelah lokasi
disurvei dan stake out. Cara kerja Backhoe pada saat penggalian adalah sebagai
berikut:
a. Boom dan bucket bergerak maju
b. Bucket digerakkan menuju alat
c. Bucket melakukan penetrasi ke dalam tanah
d. Bucket yang telah penuh diangkat
e. Struktur atas berputar
f. Bucket diayun sampai material di dalamnya keluar
Bagian-bagian Backhoe telah dijelaskan pada Sub Sub Bab 3.3.2 Backhoe.
Mobilisasi Backhoe ke lokasi pekerjaan galian tanah bagian outlet cukup sulit
karena jalan akses menuju lokasi outlet belum ada. Terdapat dua jalur menuju
lokasi outlet, yaitu berupa jalan setapak melewati hutan dan jalan sungai
dengan panjang kurang lebih 800 m. Jalan setapak digunkan sebagai jalan
evakuasi dan jalan pekerja yang menggunakan kendaraan roda dua. Sementara
jalan sungai digunakan untuk kendaraan beroda 4 dan alat berat. Backhoe yang
akan digunakan untuk pekerjaan galian tanah biasa outlet harus melewati jalan
sungai yang cukup panjang. Hal tersebut tidak dianjurkan dalam buku manual
Backhoe karena dapat membuat keausan pada bagian bawah. Jarak maksimum
yang diizinkan untuk Backhoe melakukan perjalanan sendiri adalah 200 meter
atau perjalanan dengan waktu 45 menit dan harus diikuti dengan istirahat
selama 15 menit. Penggalian menggunakan 2 buah Backhoe.
Penggalian tanah biasa dilakukan sesuai dengan batas elevasi yang diinginkan.
Batas elevasi tersebut telah tertera pada gambar desain. Pelaksana dibantu
dengan surveyor mengarahkan operator Backhoe apabila galian sudah sampai
elevasi yang diinginkan. Elevasi dan koordinat yang diinginkan ditandai
dengan bendera merah atau dengan pilok berwarna merah, sehingga mudah
untuk dilihat. Penggalian dimulai dari STA 1 dengan elevasi yang paling tinggi
kemudian sampai ke STA 6.

61
Gambar 4.11. Gambar Desain Galian Tanah Biasa pada Outlet STA 4

62
Pada Gambar 4.10 Gambar Desain Galian Tanah Biasa pada Outlet STA 4
dapat diketahui bahwa pada lereng bagian atas digali sampai elevasi 156,82 m
dengan kemiringan sisi tengah 1:1 dan sisi samping 1:0,5. Kemudian pada
lereng bagian kedua digali sampai elevasi 151,35 m dengan kemiringan sisi
depan 1:1 dan kemiringan sisi miring 1:0,5 menerus sampai elevasi 147,82 m.
Elevasi dan kemiringan tersebut yang menjadi batas dalam penggalian tanah
biasa STA 4.

Gambar 4.12. Galian Tanah Biasa di Outlet

Pekerjaan galian tanah biasa bagian inlet menggunakan Backhoe dari bagian
outlet karena saat galian tanah biasa inlet dimulai, bagian outlet sedang
melaksanakan pekerjaan peledakan. Pihak kontraktor hanya memindahkan
Backhoe di bagian outlet ke bagian inlet tanpa menambah Backhoe untuk
pekerjaan galian tanah biasa di inlet agar menghemat biaya.
Pada saat penggalian tanah selain batas elevasi yang harus diperhatikan adalah
kemiringan lereng. Kemiringan lereng bagian outlet berbeda dengan bagian
inlet. Penentuan kemiringan lereng dipengaruhi oleh nilai kohesi tanah, jenis
tanah, dan tinggi lereng. Kemiringan lereng ditentukan sedemikian rupa agar
stabil terhadap longsoran. Kemiringan lereng bagian inlet sisi depan dan sisi
miring adalah 1:0,7, dapat dilihat di Gambar 4.13.

63
Gambar 4.13. Gambar Desain Galian Tanah Biasa pada Inlet STA 168,7

64
3. Pengangkutan hasil galian tanah ke jalan inspeksi adalah pemanfaatan hasil
galian tanah untuk membuat jalan inspeksi. Jalan inspeksi adalah jalan yang
digunakan pengelola untuk melakukan inspeksi pada bendungan. Jalan
inspeksi menghubungkan bangunan fasilitas dengan outlet melewati puncak
cofferdam. Jalan inspeksi memiliki panjang 719,57 m, namun yang ditimbun
dengan hasil galian tanah biasa inlet dan outlet dari STA 0+300 sampai STA
0+719,57. Pengangkutan hasil galian dilakukan saat bucket Backhoe penuh
berisi hasil galian. Kemudian hasil galian tersebut dituang ke Dump Truck.
Pengangkutan menggunakan empat buah Dump Truck secara bergantian. Hasil
galian tanah yang sudah ditimbun di jalan isnpeksi tidak segera diratakan agar
mempercepat pengangkutan hasil galian tanah.

Gambar 4.14. Galian Tanah Biasa di Inlet

4. Setelah pekerjaan galian tanah biasa selesai, dilakukan pengukuran ulang


elevasi dan luas area yang telah digali oleh surveyor. Elevasi yang diinginkan
dapat dilihat pada gambar desain. Pengecekan elevasi menggunakan alat
berupa Total Station. Total Station juga menghasilkan data berupa koordinat,
sehingga dapat diketahui koordinat real lereng inlet dan outlet. Pekerjaan
galian tanah biasa pada outlet sesuai dengan perencanaan dengan volume
17.742,56 m3. Namun pekerjaan galian tanah biasa pada inlet menghasilkan
volume pekerjaan yang jauh dari perencanaan. Hal tersebut karena terdapat
perbedaan antara perencanaan dengan kondisi di lapangan. Pada Pekerjaan
Terowongan Pengelak Waduk Bendo terdapat beberapa item pekerjaan yang

65
memiliki volume berbeda dengan perencanaan. Kelebihan atau kekurangan
volume yang terjadi diperbaharui pada Amandemen.

Gambar 4.15. Pengukuran Ulang setelah Pekerjaan Galian Tanah Biasa di Inlet

4.2.4. Pekerjaan Galian Batu Keras di Terowongan


Galian batu keras adalah galian tertutup sepanjang terowongan pengelak yang
dilakukan dengan peledakan. Batu keras yang terdapat di sepanjang terowongan
diketahui saat perencanaan terowongan. Pada saat perencanaan terowongan
diklasifikasikan massa batuan yang ada untuk dapat menentukan metode
pelaksanaan pekerjaan terowongan yang efektif. Ada beberapa sistem klasifikasi
massa batuan, yaitu Rock Mass Rating (RMR) dari Bieniawski (1989), Q-system
yang diusulkan Barton, Lien, Lunde (1974), Stand Up Time dari Lauffer (1958),
Mining Rock Mass Rating (MRMR) dari Laubscher (1990), dan Slope Mass Rating
(SMR) dari Romana (1985). Sistem klasifikasi massa batuan pada Terowongan
Pengelak Waduk Bendo adalah RMR.
Rock Mass Rating (RMR) atau juga dikenal dengan Geomechanichs
Classification dikembangkan oleh Bieniawski pada tahun 1972 – 1973. Pada
klasifikasi ini digunakan metode rating. Besaran rating tersebut didasarkan pada
pengalaman Bieniawski dalam mengerjakan proyek-proyek terowongan dangkal.
Metode klasifikasi RMR merupakan metode yang sederhana dalam
penggunaannya, dan parameter-parameter yang digunakan dalam metode ini dapat
diperoleh baik dari data lubang bor maupun pemetaan struktur bawah tanah.
Dalam mengklasifikasikan massa batuan berdasarkan sistem Klasifikasi RMR,
Bieniawski menggunakan lima parameter utama yang dijumlahkan untuk
memperoleh nilai total RMR, yaitu:

66
a. Uniaxial Compressive Strength (UCS)
b. Rock Quality Designation (RQD)
c. Jarak antar (spasi) kekar (Spacing of Discontinuities)
d. Kondisi kekar (Condition of discontinuities)
e. Kondisi air tanah (Groundwater conditions)
Setelah nilai bobot masing-masing parameter-parameter di atas diperoleh,
maka jumlah keseluruhan bobot tersebut menjadi nilai total RMR. Nilai RMR ini
dapat dipergunakan untuk mengetahui kelas dari massa batuan, memperkirakan
kohesi dan sudut geser dalam untuk tiap kelas massa batuan.

Tabel 4.2. Klasifikasi Geomechanics


Profil massa batuan Deskripsi
Rating 100-81 80-61 60-41 40-21 20-0
Kelas massa batuan Sangat Baik Sedang Jelek Sangat
baik jelek
Kohesi (kPa) > 400 300-400 200-300 100-200 < 100
Sudut geser dalam > 45 0
35 – 45
0 0
25 – 35
0 0
15 – 25
0 0
< 150

Jenis batuan yang terdapat di Terowongan Pengelak Waduk Bendo adalah


jenis breksi andesit yang memiliki berat jenis batuan 2,4 gr/cm3 – 2,7 gr/cm3.
Kondisi batuan diketahui dari hasil RMR (Rock Mass Rating). Kedalaman 0 – 80
meter dari outlet mempunyai kelas massa batuan sedang dengan nilai rating 60,
sedangkan kondisi batuan kedalaman 80 m dari oulet mempunyai kelas massa
batuan yang baik dengan nilai rating 71.
Pekerjaan galian batu keras menggunakan metode semi-section yang berarti
penggalian dilakukan dalam 2 tahap. Tahap 1 adalah bagian atas (Upper Section)
yaitu penggalian dilakukan pada penampang atas setinggi ± 4 meter dari
terowongan tekan. Tahap 2 adalah bagian bawah (Lower Section) yaitu penggalian
dilakukan pada penampang bawah sedalam ± 3 meter dari terowongan tekan.

67
4m

3m

Gambar 4.16. Skema Pembagian Area Galian

Metode semi-sectioni diterapkan karena dapat membuat waktu pelaksanaan


lebih efisien. Apabila dikerjakan sekaligus dengan penampang yang semi-circular
akan memakan banyak waktu. Pelaksanaan kedua tahap, yaitu upper dan lower
menggunakan cara pemboran dan peledakkan (drilling dan blasting). Pembahasan
mengenai drilling pattern akan dijelaskan pada Sub-Sub-Sub Bab 4.2.4.2
Pengukuran dan Marking. Menurut perencanaan galian tahap 1 dilaksanakan lebih
dulu sepanjang 14 – 17,5 m (7 kali upper blasting). Kemudian disusul tahap 2
sehingga kedua tahapan penggalian ini dapat berjalan secara paralel. Namun pada
pelaksanaannya tergantung kondisi batuan dan hal-hal lain juga menjadi bahan
pertimbangan.

Adapun tahapan-tahapan pekerjaan penggalian batu keras yaitu:


1. Pekerjaan persiapan
2. Pengukuran dan Marking
3. Pekerjaan Pemboran Lubang Ledak (Drilling Lubang Ledak)
4. Pekerjaan Pengisian Bahan Peledak (Charging)
5. Pekerjaan Peledakan (Blasting)
6. Pekerjaan Ventilating
7. Pekerjaan Pembersihan (Scalling)
8. Pekerjaan Pemetaan (Mapping)
9. Pekerjaan Pembuangan Material Hasil Ledakan (Mucking dan Hauling)
68
Mulai

Pekerjaan Persiapan

Ventilating, Scalling, dan


Pengukuran dan Marking
Mapping

Drilling Lubang ledak


Mucking & Hauling

Charging Bahan Peledak &


Blasting Pengecekan Elevasi,
Kedalaman, dan penampang
Tidak
Ya

Selesa

Gambar 4.17. Diagram Alir Pekerjaan Penggalian Batu Keras

4.2.4.1. Pekerjaan Persiapan


Pengukuran awal untuk pelaksanaan pekerjaan terowongan pengelak
sudah dimulai sejak bulan Juli 2009 dengan melakukan pengukuran
situasi topografi lokasi inlet, outlet, dan intake. Hasil dari pengukuran
tersebut berupa data elevasi dan stationing yang berguna untuk
perencanaan portal sebagai langkah awal untuk memulai kegiatan
konstruksi terowongan.
Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan awal untuk
mempersiapkan pekerjaan utama agar dalam pelaksanaannya tidak
menimbulkan hambatan. Pekerjaan ini meliputi pembuatan portal,
penentuan fasilitas sementara serta menyiapkan semua peralatan dan
bahan yang ditentukan. Pembangunan portal berada di inlet dan outlet
yang didesain oleh kontraktor mengacu pada pengalaman pembuatan
terowongan yang pernah dilakukan. Penentuan fasilitas sementara adalah
persiapan utilitas yang akan digunakan dalam pekerjaan penggalian.
Fasilitas tersebut meliputi suplai air, suplai udara, dan suplai listrik yang
akan digunakan.

1. Pembuatan portal adalah pekerjaan awal perkuatan muka


terowongan. Pekerjaan ini diperlukan untuk menjaga agar bagian

69
muka terowongan tidak runtuh pada saat penggalian terowongan
dimulai dan sebagai pengarah untuk memulai masuk ke dalam
terowongan. Ada beberapa cara pembuatan portal, yaitu cara
pembebanan, cara pemayungan, cara rock bolting, dan cara lain
sesuai kondisi geologi. Pembuatan portal Terowongan Pengelak
Waduk Bendo Ponorogo menggunakan cara pembebanan. Cara
pembebanan sudah umum digunakan terutama pada kondisi geologi
yang cukup baik. Cara ini dilaksanakan dengan memasang penyangga
baja (steel support) sesuai dengan lebar yang ditentukan, diperkuat
dengan batang baut penahan (tie rod), dan diberi pelindung berupa
lembaran plat penahan (steel leaging). Kemudian yang paling utama
dilanjutkan dengan pembembanan yang terdiri dari karung berisi
pasir atau tanah (sand bag). Sand bag berfungsi untuk menjaga agar
posisi support tetap kokoh pada saat peledakan. Jumlah sand bag,
lebar dan tinggi steel support yang dibutuhkan disesuaikan dengan
kondisi geologi sekitar yang mengacu pada gambar desain.

Gambar 4.18. Gambar Desain Portal Outlet

Dalam rencana pembuatan portal Terowongan Pengelak Waduk


Bendo Ponorogo terdapat inovasi yaitu pemasangan wire mesh
diantara steel support yang berfungsi agar mengarahkan batu yang
terlepas pada saat peledakan ke arah depan dan menahan sand bag.

70
Kebutuhan wire mesh ditunjukkan pada gambar desain tampak
samping portal.

Gambar 4.19. Tampak Samping Portal Outlet

Dalam pelaksanaan pembuatan portal Terowongan Pengelak Waduk


Bendo Ponorogo terdapat beberapa perbedaan dengan gambar desain.
Perbedaan tersebut terletak pada pembebanan akibat sand bag hanya
terdapat di bagian samping. Hal tersebut dikarenakan kondisi geologi
yang sudah cukup baik sehingga tidak perlu dibebani sand bag
sampai bagian atas. Perubahan-perubahan yang terjadi telah
mendapat persutujuan direksi dan menghasilkan biaya yang lebih
efisien.

71
Gambar 4.20. Portal Outlet

Telah dijelaskan bahwa lebar dan tinggi steel support disesuaikan


dengan kondisi geologi sekitar. Terdapat perbedaan lebar dan tinggi
steel support pada portal outlet dan inlet akibat perbedaan kondisi
geologi.

Gambar 4.21. Portal Inlet

2. Suplai listrik adalah kebutuhan aliran listrik yang diperlukan baik


untuk perhitungan rencana anggaran yang meliputi lampu, pompa air,
blower, dan drilling lubang ledak maupun untuk memperhitungkan
cadangan yang ada apabila suplai listrik dari PLN terputus pada saat
pelaksanaan pekerjaan.

72
Gambar 4.22. Suplai Listrik

3. Suplai air adalah kebutuhan air untuk keperluan pekerjaan, tidak


digunakan untuk minum. Suplai air berasal dari air sungai yang
dipompa dengan pompa air. Air tersebut dibutuhkan untuk pekerjaan
shotcrete dan drilling lubang ledak.

Gambar 4.23. Suplai Air

4. Suplai udara adalah kebutuhan udara untuk keperluan alat-alat yang


bekerja di terowongan pada saat pelaksanaan pekerjaan. Suplai udara
menggunakan Air Compressor PDS 750 S. Sementara keperluan

73
udara segar di dalam terowongan akan dijelaskan pada Sub-Sub-Sub
Bab 4.2.4.5 Ventilating, Scalling, dan Mapping.

Gambar 4.24. Suplai Udara

4.2.4.2. Pengukuran dan Marking


Pengukuran adalah penentuan center line, kemiringan, bentuk
penampang galian sesuai dengan gambar desain, dan membuat drilling
pattern untuk pekerjaan drilling lubang ledak. Pekerjaan pengukuran
dilakukan oleh surveyor menggunakan alat berupa Total Station.

Gambar 4.25. Pekerjaan Pengukuran

74
 Setelah dilakukan pengukuran maka dilanjutkan dengan dengan
marking. Marking dilakukan dengan cara menarik garis dari titk-titik yang
sudah dilakukan stake out menggunakan pilok berwarna putih agar terlihat
di tempat gelap.

Gambar 4.26. Pekerjaan Marking

Drilling pattern atau pola pemboran merupakan suatu pola atau


rangkaian dalam kegiatan pemboran yang bertujuan untuk menempatkan
lubang-lubang ledak secara sistematis. Pola pemboran didasarkan pada
keadaan tempat dan kekerasan batuan yang akan dilakukan peledakan.
Lubang-lubang ledak pada drilling pattern memiliki fungsi masing-
masing dalam sistem peledakan. Peledakan di terowongan sifatnya adalah
pertama mencopot, kedua mendorong, dan ketiga membentuk. Lubang-
lubang ledak tersebut terdiri dari:
1. Lubang ledak atap
2. Lubang ledak pendorong
3. Lubang ledak dinding
4. Celengan

75
40 cm

40 cm

Gambar 4.27. Posisi Lubang-lubang Ledak

Lubang ledak di sekeliling tepi terowongan adalah lubang ledak


kontur, yaitu lubang ledak atap dan lubang ledak dinding. Pada lubang
ledak kontur jarak antar lubang ledak dibuat lebih rapat. Hal tersebut
dilakukan agar tidak terjadi over break yang berlebihan sehingga dpat
membentuk atap dan dinding sesuai gambar desain. Pada Pekerjaan
Terowongan Waaduk Bendo jarak antar lubang ledak pendorong adalah
40 cm dan jarak lubang ledak atap dan dinding adalah 20 cm.

Gambar 4.28. Pola Pemboran Tipe Tapal Kuda

76
Pada pola pemboran Terowongan Pengelak Waduk Bendo Ponorogo
terdapat 2 jenis pola, yaitu tipe tapal kuda dan persegi, untuk tipe transisi
disamakan dengan tipe persegi. Perbedaan antara masing-masing pola
yaitu pada lubang ledak atap. Lubang ledak atap pada pola pemboran tipe
tapal kuda membentuk lengkungan, sedangkan tipe persegi yaitu berupa
garis lurus.

Gambar 4.29. Pola Pemboran Tipe Persegi

4.2.4.3. Drilling Lubang Ledak


Drilling atau pemboran adalah pembuatan lubang untuk bahan
peledak. Pekerjaan pemboran dilakukan setelah dilakukan marking pola
pemboran. Dalam kegiatan pekerjaan pemboran terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi kinerja pemboran, yaitu sifat batuan, drillabilitas
batuan, umur dan kondisi mesin bor, keterampilan operator, dan geometri
pemboran. Sifat batuan yang mempengaruhi kinerja meliputi kekerasan,
kekuatan, bobot isi, kecepatan rambat gelombang seismik, abrasivitas,
tekstur, elastisitas plastisitas, dan dari segi struktur geologi yang ada.
Drillabilitas batuan adalah tingkat kemudahan melakukan pemboran
terhadap suatu formasi batuan dan yang mempengaruhi adalah kecepatan
penetrasi rata-rata mata bor terhadap batuan. Pengaruh umur atau kondisi
mesin bor dapat membuat kegiatan pemboran menjadi cepat, aman, dan
optimal. Alat bor yang dipakai dalam kegiatan pemboran yaitu menumbuk
(percussive), memutar (rotary), dan kombinasi antara keduanya yaitu
menumbuk dan memutar (rotary-percussive). Pengaruh geometri

77
pemboran meliputi diameter lubang ledak, kedalaman lubang ledak, dan
arah pemboran.
Pemilihan diameter lubang ledak dipengaruhi oleh besarnya laju
produksi yang direncanakan. Pemilihan diameter lubang ledak secara
tepat merupakan hal yang penting untuk memperoleh hasil fragmentasi
secara maksimal dengan biaya rendah.
Arah pemboran merupakan arah lubang pemboran yang dibentuk
berupa derajat kemiringan lubang pemboran atau kedudukan lubang
pemboran terhadap permukaan. Arah pemboran terbagi menjadi dua jenis,
yaitu pemboran tegak dan pemboran miring. Telah dijelaskan pada Sub-
Sub-Sub Bab 4.2.4.2 Pengukuran dan Marking bahwa terdapat beberapa
macam lubang ledak sesuai fungsinya, salah satunya adalah celengan.
Celengan atau Cut diperlukan pada terowongan agar proses pelepasan
energi berlangsung sempurna dan lebih ringan. Secara umum terdapat
empat tipe cut yang kemudian dikembangkan lagi sesuai dengan kondisi
batuan setempat, yait center cut, wedge atau ‘V’ cut, fan cut, dan burn cut.
Tipe cut yang digunakan pada Terowongan Pengelak Waduk Bendo
Ponorogo adalah wedge cut atau V-cut. V-cut adalah pola yang diatur
sedemikian rupa sehingga tiap dua lubang membentuk ‘V’. Sebuah cut
dapat terdiri dari dua atau tiga pasang ‘V’ pada setiap horizontal. Pola
pemboran ini menghasilkan metode pemboran yang lebih mudah dan
sering dipakai dalam peledakan terowongan. Jumlah lubang yang diukur
ditentukan berdasarkan kondisi batuan, semakin baik batuan yang ada
maka semakin banyak dan rapat lubangnya.

Gambar 4.30. Pola V-cut

78
Kedalaman lubang tembak ditentukan berdasarkan professional
judgment dari pertimbangan master blaster dan geologis. Semakin jelek
kondisi batuan yang artinya keadaan batuan lunak dan memiliki rating
rendah maka kedalaman dan jumlah lubang akan semakin sedikit.

Gambar 4.31. Pekerjaan Pemboran Upper

Pekerjaan pemboran bagian upper menggunakan leg drill jenis


Furukawa 322D dan Wheel Loader atau Backhoe. Alat ini menggunakan
pusher leg sebagai kaki sebagai penyangga pada saat melakukan
pekerjaan pemboran. Sementara untuk pekerjaan pemboran bagian lower
tidak menggunakan Wheel Loader atau Backhoe sebagai alat bantu
pekerjan untuk pemboran lubang ledak atap. Pekerjaan pemboran bagian
lower dilakukan dengan arah vertikal disesuaikan dengan waktu, biaya,
dan metode pelaksanaan.

Gambar 4.32. Pekerjaan Pemboran Lower

79
4.2.4.4. Charging Bahan Peledak dan Blasting
 Charging adalah pekerjaan pengisian bahan peledak (dynamite) ke
dalam lubang hasil pemboran. Pekerjaan charging dilakukan setelah
pekerjaan pemboran selesai yang diawasi oleh juru ledak (master blaster).
sebelum pelaksanaan pengisian seluruh peralatan untuk menjaga
keamanan dikeluarkan dari ujung lokasi peledakan, karena bahan yang
digunakan cukup berbahaya.
Pekerjaan charging dilakukan dengan menggunakan bantuan
Backhoe untuk mobilisasi pekerja. Pengisian dilakukan manual oleh
pekerja. Komponen bahan peledak dapat dilihat pada Sub-Sub-Bab 3.2.1.
Bahan Peledak. Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini tergantung
dari berapa lubang yang diisi dan kecepatan juru ledak dalam melakukan
pengisian. Biasanya waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan charging
bahan peledak adalah ± 1 jam.

Gambar 4.33. Pekerjaan Charging Bahan Peledak

Setelah pengisian bahan peledak ke dalam lubang ledak, perlu


dilakukan final check. Final check adalah proses pengecekan menyeluruh
terhadap rangkaian bahan. Setelah final check dilakukan pemberitahuan
kepada pekerja dan warga sekitar bahwa akan dilakukan peledakan. Di
dalam terowongan tidak boleh terdapat pekerja dan alat berat untuk
mengantisipasi apabila terjadi keruntuhan. Ada beberapa warga sekitar

80
yang harus dievakuasi menjauh dari lokasi demi keselematan. Setelah
keadaan aman kemudian dilakukan perhitungan mundur untuk peledakan.
 Blasting atau peledakan adalah pekerjaan melepas dan memecah
batuan dengan menggunakan bahan peledak. Peledakan dilakukan untuk
mendapatkan bentuk penampang terowong yang diinginkan dengan
ukuran material yang mudah diangkut dan dibuang dengan peralatan yang
tersedia. Faktor-faktor yang mempengaruhi peledakan adalah jenis
batuan, density, kekuatan batuan, struktur batuan, jenis bahan peledak, dan
teknik peledakan. Teknik peledakan meliputi pola pemboran, pengisian
bahan peledak, dan metode peledakan.
Metode peledakan ada dua cara, yaitu peledakan cara non-listrik dan
peledakan cara listrik. Peledakan cara non-listrik terdiri dari sumbu api,
sumbu ledak, dan nonel. Peledakan cara listrik menggunakan detenator
listrik. Metode peledakan yang digunakan pada Pembangunan
Terowongan Pengelak Waduk Bendo adalah kombinasi peledakan nonel
dan detenator listrik. Peledakan nonel pada bagian lubang ledak atap dan
dinding serta lubang ledak pendorong, sementara peledakan detenator
listrik pada bagian lubang V-cut. Pengkombinasian metode peledakan
agar menghasilkan dimensi yang sesuai dengan gambar desain dengan
biaya rendah.
Secara umum pola peledakan menunjukkan urutan ledakan dari
sejumlah lubang ledak. Adanya urutan peledakan berarti terdapat jeda
waktu ledakan yang disebut dengan waktu tunda (delay time). Beberapa
keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan waktu tunda pada sistem
peledakan yaitu:
1. Mengurangi getaran
2. Mengurangi overbreak dan batu terbang (fly rock)
3. Mengurangi gegeran akibat airblast dan suara (noise)
4. Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan
5. Dapat memperbaiki ukuran fragmentasi batuan hasil ledakan

Pada pekerjaan galian peledakan di terowongan sangat penting untuk


menggunakan beda waktu yang cukup di antara lubang ledak. Pada daerah
cut perbedaan waktu ledak diperlukan cukup panjang agar ada

81
kesempatan waktu untuk meledak dan melempar hancuran bantuan
melalui sekeliling cut yang kosong. Khususnya untuk lubang ledak kontur
dinding dan atap, perbedaan waktu ledak antar lubang dibuat sekecil
mungkin untuk memberikan efek yang baik pada smooth blasting.

Gambar 4.34. Hasil Peledakan

Pekerjaan blasting Terowongan Pengelak Waduk Bendo dilakukan


dari dua sisi, yaitu inlet dan outlet. Hal tersebut dilakukan untuk
menghemat waktu pekerjaan. Pekerjaan blasting dari inlet atau outlet
dilakukan secara bergantian. Apabila sedang dilakukan pekerjaan blasting
di inlet, maka outlet melakukan pekerjaan lain selain blasting, seperti
pengukuran, atau drilling lubang ledak.

4.2.4.5. Ventilating, Scalling dan Mapping


 Ventilating adalah suatu usaha pengendalian terhadap pergerakan
udara atau aliran udara tambang. Parameter yang harus dipenuhi pada
ventilating adalah jumlah, mutu, arah alirannya. Tujuan utama ventilating
adalah menyediakan udara segar dengan kuantitas dan kualitas yang
cukup baik sehingga tercipta kondisi kerja yang aman dan nyaman bagi
pekerja. Kebutuhan udara segar untuk pengendalian kualitas udara
tambang didasarkan kepada kebutuhan udara untuk pernafasan manusia,
menghilangkan atau menurunkan gas pengotor dan debu sehingga
kadarnya tidak melewati batas maksimum yang diperkenankan.

82
Ventilating atau ventilasi memiliki beberapa fungsi yaitu:
1. Menyediakan dan mengalirkan udara segar ke dalam tambang untuk
keperluan menyediakan udara segar (oksigen) bagi pernapasan
pekerja dalam tambang.
2. Mengeluarkan gas-gas beracun dan debu hasil peledakan.
3. Mengatur panas dan kelembaban udara tambang bawah tanah
sehingga dapat diperoleh suasana yang nyaman.

Metode pembangkit daya ventilasi terdiri dari ventilasi alami dan


ventilasi mekanis. Ventilasi alami terjadi akibat perbedaan temperatur di
dalam dan di luar. Sedangkan ventilasi mekanis terjadi akibat perbedaan
tekanan yang ditimbulkan oleh alat mekanis. Pada ventilasi mekanis
terdapat 3 metode untuk menimbulkan udara, yaitu metode hisap, metode
hembus, dan metode hisap hembus. Pada Pekerjaan Terowongan Pengelak
Waduk Bendo menggunakan ventilasi mekanis dengan metode hembus.

Blower
Vinyl Sheet

Face

Gambar 4.35. Tampak Atas Arah Aliran Udara Blower

Metode hembus adala metode yang memberikan hembusan udara


bertekanan positif ke face terowongan. Tekanan positif berarti aliran udara
ini mempunyai tekanan lebih besar dibanding udara di atmosfer.
Peletakkan blower disesuaikan dengan kondisi muka terowongan yang
ada agar memudahkan pekerjaan. Vinyl sheets berfungsi untuk
mengarahkan udara sampai ke face terowongan. Vinyl sheets disambung
terus-menerus mengikuti progress tunnel dan jarak paling dekat kira-kira
30 m dari face tunnel.

83
Jumlah blower yang diperlukan ditentukan berdasarkan kebutuhan
udara pada terowongan. Pada Pekerjaan Terowongan Waduk Bendo
kebutuhan udara tidak hanya untuk mengeluarkan debu akibat pekerjaan
blasting, namun juga untuk pekerjaan mucking, pekerjaan shotcrete, serta
kebutuhan untuk pekerja. Terdapat beberapa kombinasi kebutuhan udara
karena tidak semua pekerjaan terjadi dalam satu waktu. Kombinasi
kebutuhan udara total yang paling besar adalah pekerjaan blasting dan
mucking yaitu 582,84 m3/min. Dalam menentukkan kebutuhan blower
tidak menggunakan kebutuhan udara total namun menggunakan
persamaan lain sehingga menghasilkan kebutuhan blower 130,6 m3/min.
Kapasitas udara yang dihasilkan oleh blower yang digunakan adalah 764,1
m3/min. Sehingga hanya dibutuhkan satu buah blower dengan diameter
vinyl sheet 80 cm.

Gambar 4.36. Blower untuk Pekerjaan Ventilating

 Setelah pekerjaan ventilating selesai dilanjutkan dengan pekerjaan


scalling. Scalling adalah kegiatan yang bertujuan untuk membersihkan
face tunnel dari bebatuan yang berpotensi jatuh akibat proses blasting dan
membentuk penampang face tunnel sesuai dengan gambar desain.
Scalling dilakukan dengan menggunakan tongkat kayu sepanjang 2 – 3
meter dan senter dengan cara menggerakan atau menjatuhkan bebatuan
yang berpotensi jatuh.

84
Gambar 4.37. Pekerjaan Scalling

 Setelah dilakukan pekerjaan scalling akan dilakukan pekerjaan


mapping. Mapping adalah kegiatan pemetaan tipe batuan oleh pelaksana
dan geologis. Hasil pemetaan akan menentukan sistem penyangga
sementara sebelum lining concrete yang akan dipasang setelah pekerjaan
blasting selesai. Apabila batuan baik, yaitu tidak mudah runtuh maka
sistem penyangga sementara hanya berupa shotcrete dan rockbolt.
Apabila batuan mudah runtuh sehingga membahayakan pekerja maka
dipasang juga steel support.

Gambar 4.38. Pekerjaan Mapping di Inlet

4.2.4.6. Mucking dan Hauling


Mucking adalah pembersihan gundukan hasil peledakan. Hauling
adalah pengangkutan material ke Dump Truck. Mucking dan Hauling

85
menggunakan alat berat yaitu Backhoe, Wheel Loader, dan Dump Truck,
namun penggunaan alat berat disesuaikan dengan kondisi lapangan dan
efisiensi penggunaan alat berat.

Gambar 4.39. Skema Pekerjaan Mucking dan Hauling

Pada pelaksanaan mucking dan hauling dipengaruhi oleh dimensi


terowongan. Lebar terowongan sepanjang 7,1 m membuat Backhoe tidak
dapat melakukan swing, sehingga swing dilakukan di luar terowongan.

7,1 m

Gambar 4.40. Pergerakan Backhoe di dalam Terowongan

Metode pelaksanaan mucking dan hauling:

86
1. Backhoe membersihkan gundukan hasil peledakan (mucking) hingga
mencapai ketinggian yang dapat dijangkau excavator (± 50 cm
setinggi ban backhoe).

2. Backhoe meratakan gundukan hasil peledakan agar lebih mudah saat


hauling ke Dump Truck.

3. Backhoe keluar untuk melakukan swing.

4. Backhoe masuk untuk melakukan hauling ke Dump Truck.

87
Tempat hasil galian tanah batu keras sama seperti tempat hasil galian
tanah biasa yang telah dijelaskan pada Sub-Sub Bab 4.2.3. Pekerjaan
Galian Tanah Biasa di Lereng. Hasil pekerjaan galian tanah batu keras
yang dilakukan melalui inlet ditempatkan di jalan inspeksi, sementara
hasil pekerjaan melalui outlet ditempatkan di stockpile.

Gambar 4.41. Pekerjaan Hauling

Pekerjaan Mucking dan Hauling efektif dilakukan apabila jarak


pengangkutan tidak terlalu jauh. Setelah peledakan dilakukan pada
kedalaman yang cukup jauh maka Dump Truck dan Backhoe berada di
lokasi peledakan di dalam terowongan.

Gambar 4.42. Pekerjaan Mucking dan Hauling

Setelah pekerjaan Mucking dan Hauling selesai maka dilakukan pengecekan


terhadap dimensi, elevasi, dan kedalaman hasil galian. Pengecekan tersebut untuk
mengetahui hasil peledakan sehingga dapat ditentukan sistem penyangga

88
sementara yang akan digunakan. Sistem penyangga sementara dapat berupa steel
support atau shotcrete dan rock bolt. Apabila batuan sudah cukup baik maka
dilakukan shotcrete dan rock bolt terlebih dahulu kemudian dilanjutkan pekerjaan
galian. Hal tersebut dapat mempersingkat waktu pekerjaan. Namun apabila
terdapat banyak runtuhan setelah dilakukan peledakan maka dipasang steel support
terlebih dahulu untuk menahan runtuhan tersebut, sehingga pekerja aman
melakukan pekerjaan selanjutnya.

4.2.5. Pekerjaan Shotcrete di Terowongan, Lereng Inlet dan Outlet


Shotcrete adalah mortar atau beton yang diberikan tekanan dengan kecepatan
tinggi. Komponennya terdiri atas semen, pasir, agregat, air, dan admixtures.
Material shotcrete dihasilkan dari campuran kering (dry mix) atau campuran basah
(wet mix). Dalam proses pencampuran basah semua material dicampurkan dengan
baik, kemudian dialirkan ke nozzle (cerat) dan ditembakkan dengan tekanan tinggi
ke permukaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dalam proses pencampuran
kering, semen dan agregat dicampur kemudian ditampung dalam bak tampung
kemudian ditembakkan bersama air yang dialirkan ke bagian nozzle dengan
tekanan tinggi. Campuran kering memiliki beberapa keuntungan yaitu lebih kuat,
kekurangan dan kelebihan air dapat diatur, dan diperbolehkan untuk ketebalan
yang lebih tebal dari campuran basah. Sedangkan campuran basah memiliki
beberapa keuntungan yaitu digunakan untuk volume besar, debu lebih sedikit,
beton yang jatuh lebih sedikit, dan tidak diperlukan keahlian khusus untuk operator
nozzle. Pada aplikasi penggunaan shotcrete di Terowongan Pengelak Waduk
Bendo Ponorogo menggunakan campuran kering (dry mix).
Campuran shotcrete harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:
1. Shotability, yaitu kemampuan untuk melekat di atas permukaan batuan dengan
kemungkinan lepas sangat kecil.
2. Kekuatan awal (early strength) harus cukup kuat untuk menyediakan
penyanggaan dalam waktu kurang dari 24 jam,
3. Harus mampu mencapai kekuatan 28 hari dengan komposisi pemercepat
(accelerator) yang dibutuhkan untuk mendapatkan kekuatan awal.
4. Durability, yaitu ketahanan terhadap pengaruh cuaca.
5. Ekonomis, yaitu biaya material yang rendah dan biaya minimun akibat
material yang lepas.

89
Shotcrete berfungsi untuk melindungi permukaan lereng dari retakan dan erosi
permukaan terutama di musim penghujan yang akan menimbulkan kelongsoran.
Hal tersebut dapat diaplikasikan untuk perbaikan struktur, stabilitas lereng, dan
tunneling. Pada pekerjaan terowongan pengelak diaplikasikan sebagai sistem
penyangga sementara di sepanjang terowong dan stabilitas lereng di inlet dan
outlet. Pekerjaan shotcrete di dalam terowongan dilaksanakan setelah peledakan
selesai dan di inlet ataupun oulet dilaksanakan setelah galian tanah biasa.
Secara umum tahapan pekerjaan shotcrete di Terowongan antara lain:
pemasangan welded wire mesh, pencampuran material, penyemprotan shotcrete.
Urutan tahapan pekerjaan shotcrete di dalam terowongan dijelaskan pada Gambar
4.43.

Mulai

Pekerjaan Persiapan

Pemasangan Wire Mesh

Pencampuran Material

Penyemprotan Shotcrete

Selesai

Gambar 4.43. Diagram Alir Pekerjaan Shotcrete di Terowongan

1. Pekerjaan persiapan adalah pekerjaan untuk mempersiapkan beberapa hal


yang mendukung pekerjaan utama. Hal yang dipersiapkan berupa alat dan
bahan, batas area pekerjaan, perlengkapan keamanan, dan area pekerjaan
sesuai dengan gambar desain dan spesifikasi teknis. Batas area pekerjaan yaitu
terowongan yang telah diledakan.
2. Pemasangan wire mesh adalah pemasangan jaringan kawat yang berfungsi
untuk menahan tanah secara merata. Wire mesh yang digunakan telah
dijelaskan pada Sub Sub Sub Bab 3.2.2.4 Wire Mesh. Wire Mesh atau jaringan
kawat baja dipasang menyelimuti permukaan terowongan dan harus

90
dikencangkan dengan penjepit yang disetujui pada interval tidak kurang dari
0,5 meter pada masing-masing arah. Pengencangan menggunakan baja
tulangan diameter 13 mm yang diangker dengan kedalaman minimum 30 cm
dengan interval tidak kurang dari 2 meter untuk setiap arahnya. Pengencang
ini yang kemudian disebut dengan anchor bolt. Namun pada pelaksanaannya
pemasangan anchor bolt yang digunakan adalah diameter 10 mm. Sebelum
dilakukan pemasangan anchor bolt, dilakukan pemboran tempat anchor bolt
sejumlah 8 titik pada setiap meter dengan kedalaman 1 meter. Pelaksanaaan
pengeboran dilakukan dengan cara bor miring yaitu tegak lurus pada bidang
permukaan. Setelah tahap pemboran kemudian dilakukan grouting dengan
menggunakan semen. Grouting berfungsi agar anchor bolt terpasang dengan
kuat. Perbandingan semen dan air untuk grouting semen adalah 1 : 5

Gambar 4.44. Pemasangan Wire Mesh di Terowongan

3. Pencampuran material dengan komposisi 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil dan


bahan tambah berupa sigunit sebanyak 5 - 9% menggunakan mesin Aliva.
Campuran menghasilkan kekuatan tekan beton lebih dari 200 kg/cm2 dengan
interval slump 7-15 cm. Air tidak termasuk material yang dicampurkan karena
pekerjaan menggunakan metode dry mix. Pencampuran material shotcrete
harus memenuhi dua syarat, yaitu shotability dan pumpability. Shotability
adalah kemampuan adukan untuk menempel pada permukaan hingga
ketebalan tertentu dan tidak mengelupas. Pumpability adalah kemampuan
adukan untuk mengalir seperti cairan, sehingga mudah dipompa.

91
Gambar 4.45. Pencampuran Material untuk Pekerjaan Shotcrete

4. Penyemprotan material yang telah dicampur bersama air dilakukan mulai dari
bawah ke atas untuk mencegah terjadinya rebound (runtuhan) shotcrete yang
berlebihan. Penyemprotan shotcrete mencapai ketebalan 5 cm sebaiknya
dilakukan tegak lurus bidang permukaan agar shotcrete menempel dengan
baik. Jarak antara face tunnel dengan nozzle adalah 1 – 1,5 m untuk
menghasilkan shotcrete yang sempurna. Dalam satu segmen pekerjaan dapat
mencapai 50 m2 dengan waktu pekerjaan 120 menit. Tenaga yang dibutukan
adalah 12 orang untuk pencampuran material dan persiapan serta 2 orang untuk
penyemprotan.

Gambar 4.46. Penyemprotan Shotcrete di Terowongan

Secara umum tahapan pekerjaan shotcrete di lereng inlet dan outlet antara lain:
pemasangan welded wire mesh, pemasangan weep hole, pencampuran material,
penyemprotan shotcrete. Urutan tahapan pekerjaan shotcrete di lereng inlet dan
outlet dijelaskan pada Gambar 4.47.

92
Mulai

Pekerjaan Persiapan

Pemasangan Wire Mesh

Pemasangan Weep hole

Pencampuran material

Penyemprotan Shotcrete

Selesai

Gambar 4.47. Diagram Alir Pekerjaan Shotcrete di Lereng Inlet dan Outlet

1. Pekerjaan persiapan shotcrete di lereng sama seperti di terowongan, yaitu alat


dan bahan, batas area pekerjaan, perlengkapan keamanan, dan area pekerjaan
sesuai dengan gambar desain dan spesifikasi teknis. Batas area pekerjaan yaitu
lereng yang telah digali sesuai dengan gambar desain dengan metode
pelaksanaan yang telah dijelaskan pada Sub-Sub Bab 4.2.3. Pekerjaaan Galian
Tanah Biasa di Lereng.

Gambar 4.48. Lereng di Inlet Sebelum Pekerjaan Shotcrete

93
2. Pemasangan wire mesh adalah pemasangan jaringan kawat yang berfungsi
sebagai stabilitas lereng. Wire mesh yang digunakan telah dijelaskan pada Sub
Sub Sub Bab 3.2.2.4 Wire Mesh. Wire Mesh atau jaringan kawat baja dipasang
menyelimuti permukaan terowongan dan harus dikencangkan dengan penjepit
yang disetujui pada interval tidak kurang dari 0,5 meter pada masing-masing
arah. Pengencangan menggunakan baja tulangan diameter 13 mm yang
diangker dengan kedalaman minimum 30 cm dengan interval tidak kurang dari
2 meter untuk setiap arahnya. Pengencang ini yang kemudian disebut dengan
anchor bolt.

Gambar 4.49. Ilustrasi Pemasangan Anchor Bolt

Pemasangan anchor bolt di lereng sama seperti di terowongan. Anchor Bolt


harus dipasang tegak lurus terhadap bidang permukaan dengan jarak 1,5 meter.
Perbandingan semen dengan air yang digunakan untuk grouting adalah 1 : 5.
Pemasangan anchor bolt dibagi per blok, yaitu per 25 m2. Dalam setiap blok
terdapat 6 buah anchor bolt. Sehingga untuk lereng inlet dengan luas 3429,
050 m2 membutuhkan 834 buah dan untuk bagian oulet dengan luas 1322,624
m2 membutuhkan 318 buah anchor bolt.
Terdapat perbedaan antara pelaksanaan di lapangan dengan spesifikasi yang
disyaratkan. Perbedaan tersebut antara lain diameter anchor bolt yang
digunakan dan jarak pemasangan anchor bolt. Perbedaan tersebut timbul
karena terdapat beberapa kondisi lapangan yang tidak sesuai saat perencanaan.
Namun hal tersebut telah mendapat persetujuan direksi

94
Gambar 4.50. Wire Mesh Terpasang di Outlet

3. Weep hole berfungsi untuk mengalirkan air keluar dari tanah. Pemasangan
weep hole diawali dengan pemboran jarak 1,5 meter. Di luar pipa weep hole
diberikan bahan geotekstil yang berfungsi untuk menyaring sedimentasi.
Pemasangan weep hole dibagi per blok, yaitu per 25 m2. Dalam setiap blok
terdapat 5 pcs weep hole. Sehingga untuk lereng inlet dengan luas 3429,050
m2 membutuhkan 695 pcs dan untuk bagian oulet dengan luas 1322,624 m2
membutuhkan 265 pcs weep hole.

Gambar 4.51. Ilustrasi Pemasangan Weep Hole

4. Pencampuran material shotcrete di lereng sama seperti di terowongan.


Material yang dicampurkan berupa 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil dan 5 – 9%
sigunit sebagai bahan tambah. Campuran menghasilkan kekuatan tekan beton
lebih dari 200 kg/cm2 dengan interval slump 7-15 cm

95
Gambar 4.52. Pencampuran Material Shotcrete

5. Penyemprotan shotcrete di lereng sama seperti di terowongan. Hanya saja


penyemprotan di lereng tidak dibantu dengan Backhoe namun menggunakan
pengaman tambahan. Pekerjaan shotcrete di inlet dan outlet bukan merupakan
prioritas utama dalam pekerjaan terowongan. Pekerja memprioritaskan
pekerjaan shotcrete di terowongan, apabila di dalam terowongan tidak
dilakukan pekerjaan shotcrete maka pekerja melakukan pekerjaan shotcrete di
inlet atau outlet. Hal tersebut mengakibatkan tidak dapat terukurnya waktu
pekerjaan shotcrete secara keseluruhan. Namun dalam sekali pekerjaan
pencampuran material dan penyemprotan shotcrete seluas 200 m2 dibutuhkan
waktu 8 jam. Sehingga untuk pencampuran dan penyemprotan material bagian
inlet dengan luas 3429,050 m2 membutuhkan waktu 17 hari dan untuk bagian
outlet dengan luas 1322,624 m2 membutuhkan waktu 7 hari. Waktu pekerjaan
tersebut dengan keadaan 14 orang pekerja dengan dua orang pekerja sebagai
nozzle man.

Gambar 4.53. Penyemprotan Shotcrete

96
Setelah pekerjaan shotcrete selesai kemudian dilakukan perawatan
(curing) pada shotcrete. Perawatan dapat dilakukan dengan air atau membran.
Pada pekerjaaan shotcrete di lereng Terowongan Pengelak Waduk Bendo
perawatan menggunakan air sehingga permukaan shotcrete dalam kondisi
basah. Hal tersebut dilakukan agar permukaan tidak terkikis oleh aliran air.

Gambar 4.54. Lereng di Inlet Setelah Pekerjaan Shotcrete

4.2.6. Pekerjaan Rock Bolt di Terowongan


Rock bolt adalah metode fleksibel yang sangat sering digunakan untuk
penyangga batuan. Rock bolt seing digunakan sebagai penyangga awal pada muka
terowongan untuk mendapatkan kondisi pekerjaan yang aman untuk para pekerja,
dan merupakan bagian dari bentuk final suatu penyangga batuan (Palmstöm &
Nilsen, 2000). Perkembangan rock bolt dimulai sejak tahun 1920 dan sejak saat itu
menjadi metode penyangga yang paling dominan dalam konstruksi bawah tanah
(Lou, 1999).
Secara umum dalam mendesain rock bolt terdapat beberapa pendekatan yang
dipisahkan menjadi 3 kategori, yaitu pendekatan empiris, pendekatan analitis, dan
kombinasi. Pendekatan empiris terdiri dari Klasifikasi Beban Batuan Terzaghi,
Klasifikasi Lauffer-Pacher, RQD (Rock Quality Designation), Sistem RSR (Rock
Structure Rating), Sistem Klasifikasi Geomekanik, Sistem Q, MRMR (Rock
Mining Mass Rating), Teknik Klasifikasi Miscellaneous. Namun saat ini cukup
sulit untuk memisahkan pendekatan analitis karena saling ketergantungan. Namun

97
biasanya dapat dibagi menjadi Pendekatan Teoritis, Pemodelan Fisik, dan
Pemodelan Numeric.

Rock bolt diproduksi dengan berbagai macam tipe dan panjang, namun dapat
dikategorikan sebagai berikut:
1. End Anchored Bolts
2. Fully Grouted Bolts
3. Combination Bolts
4. Swelling Bolts
5. Self Drilling Bolts

Pada Pekerjaan Terowongan Pengelak Waduk Bendo digunakan fully grouted


bolts dengan grouting berupa semen. Secara umum tahapan pekerjaan rock bolt
terdiri dari: pemboran lubang rock bolt, grouting semen, pemasangan rock bolt.
Urutan Pekerjaan Rock Bolt dijelaskan pada Gambar 4.55.

Mulai

Pemboran lubang rock bolt

Grouting semen

Pemasangan rock bolt

Selesai

Gambar 4.55. Diagram Alir Pekerjaan Rock Bolt

1. Pemboran lubang rock bolt adalah pembuatan lubang rock bolt dengan cara
dibor menggunakan mesin bor. Pemboran dilakukan menggunakan alat dan
cara yang sama dengan pemboran drilling pattern. Kedalaman, spasi dan
diameter pemboran disesuaikan dengan gambar desain.

98
Gambar 4.56. Gambar Desain Pemasangan Rock Bolt

2. Grouting semen adalah mengisi lubang dengan semen. Pengisian tersebut


bertujuan untuk mengisi rongga yang kosong antara rock bolt dengan batuan
serta melekatkan rock bolt dengan batuan. Grouting semen menggunakan
perbandingan 1 semen : 5 air.
3. Pemasangan rock bolt adalah pemasangan baja ulir dan plat eser yang
dikencangkan dengan mur. Baja ulir yang digunakan adalah baja ulir diameter
25 mm. Sebelum dilakukan pemasangan, harus dipastikan bahwa lubang rock
bolt bersih dari potongan, kotoran, dan puing hasil pemboran. Pemasangan
juga tidak boleh mengakibatkan ujung bolt shank atau kerusakan galur pada
proyeksi ujung rock bolt. Pemasangan dibantu dengan alat berat berupa
Backhoe atau Wheel Loader.

Gambar 4.57. Rock Bolt Terpasang

99
4.2.7. Pekerjaan Steel Support di Terowongan
Steel support adalah besi penyangga terowongan yang terbuat dari baja profil
H atau bisa juga dari profil I. Namun lebih banyak digunakan profil H karena lebih
kokoh, terutama terhadap dorongan/tekanan dari samping dan dorongan akibat
lemparan material hasil peledakan. Steel support berfungsi untuk menopang batuan
yang ada pada sisi atas dan dinding terowongan. Pemasangan steel support tidak
terlalu direkomendasikan pada kelas bantuan di Terowongan Pengelak Waduk
Bendo karena sudah termasuk batuan bagus dengan nilai RMR 71. Walaupun
terdapat acuan yang kuat, hal tersebut tetap dilakukan karena sesuai dengan gambar
direksi yang ada serta menjaga keselamatan pekerja. Namun pemasangan steel
support tidak menjadi skala prioritas dalam pekerjaan terowongan. Pelaksana
mengutamakan pekerjaan penggalian untuk mengejar ketertinggalan waktu
pekerjaan terowongan.

Tabel 4.3. Rekomendasi Penggalian dan Sistem Penyangga Terowongan pada


Klasifikasi RMR (Bieniawski,1989)

Pada Pekerjaan Terowongan Pengelak Waduk Bendo digunakan H-beam 125


x 125 x 6,5 dengan 3 desain steel support untuk Tipe I, II, III, dan transisi. Desain
tersebut ditempatkan pada bagian yang berbeda dengan fungsi yang berbeda.

100
Tipe Transisi Tipe I dan II

Tipe III
Gambar 4.58. Desain Steel Support Pekerjaan Terowongan Pengelak Waduk Bendo

Secara umum tahapan Pekerjaan Steel Support terdiri dari fabrikasi baja profil,
pemasangan bagian kaki, pemasangan bagian atap, dan pemasangan steel
connector. Urutan Pekerjaan Steel Support dijelaskan pada Gambar 4.59.

Mulai

Fabrikasi baja profil

Pemasangan bagian kaki

Pemasangan bagian atap

Pemasangan steel connector

Selesai

Gambar 4.59. Diagram Alir Pekerjaan Steel Support

101
1. Fabrikasi baja profil adalah pekerjaan pembuatan baja profil sesuai dengan
gambar desain di luar tempat pekerjaan terowongan. Semua baja profil yang
difabrikasi menjadi bentuk steel suport yang diinginkan tidak boleh
menimbulkan distorsi-distorsi atau kerusakan-kerusakan lainnya dengan
memperhatikan persyaratan sambungan-sambungan. Pemotongan baja profil
dengan cara menandai profil sesuai dengan ukuran yang diinginkan, kemudian
dipotong menggunakan oxy flame cutting. Oxy flame cutting adalah alat
pemotong di mana pemotongan terjadi karena adanya reaksi antara oksigen
dan baja. Pemotongan elemen-elemen harus dilakukan dengan rapih dengan
alat pemotong. Pemotongan dengan las sama sekali tidak diperbolehkan.

Gambar 4.60. Pembengkokan Baja Profil

Selain memotong dan membentuk sesuai dengan gambar desain, fabrikasi juga
berfungsi untuk melubangi lubang-lubang yang akan digunakan sebagai
sambungan atau pengencang steel support. Pelubangan steel support harus
sesuai dengan diameter baut yang digunakan agar sambungan kuat.

Gambar 4.61. Pelubangan Baja Profil

102
2. Setelah fabrikasi selesai maka baja profil dibawa ke sekitar pekerjaan
terowongan. Pemasangan bagian steel support yang pertama adalah bagian
kaki atau bagian paling dasar.

Gambar 4.62. Pemasangan Steel Support bagian Kaki

Pemasangan steel support bagian kaki diperkuat dengan pondasi berupa beton
K175 dan pemasangan anchor dengan diameter 1 inchi. Sebelum dipasang,
dilakukan pembersihan terhadap area pekerjaan. Hal tersebut bertujuan agar
lumpur yang ada tidak mengurangi kekuatan konstruksi.

Gambar 4.63. Gambar Desain Detail Pondasi Steel Support

103
3. Pemasangan bagian atap atau bagian atas disambungkan dengan bagian kaki.
Sambungan merupakan sambungan pelat setebal 5 mm dengan skrup dan baut.

Gambar 4.64. Gambar Desain Sambungan Steel Support

Pemasangan bagian atap merupakan pemasangan yang cukup sulit karena


dilakukan dengan konvensional, yaitu pekerja dibantu dengan Backhoe.
Pemasangan bagian atap pada tipe transisi lebih mudah dibandingkan dengan
tipe I, II, dan III. Pemasangan ini merupakan pekerjaan yang berbahaya karena
berada pada ketinggian di atas 5 meter tanpa alat pengaman. Pekerja hanya
mengandalkan baja yang tergantung di atas sebagai pegangan tanpa alat
pengaman. Hal tersebut sangat membahayakan keselamatan pekerja.

Gambar 4.65. Pemasangan Steel Support bagian Atap

4. Pemasangan steel connector berfungsi untuk menyambungkan antara steel


support yang satu dengan yang lainnya. Steel connector terbuat dari baja polos
dengan diameter 19 mm dan panjang yang disesuaikan dengan jarak antar steel
support. Pada Pekerjaan Terowongan Pengelak Waduk Bendo jarak antar steel
support adalah 1,5 meter. Pemasangan steel connector juga berfungsi sebagai

104
penahan maka kedudukan steel support agar steel support tetap kuat dan tidak
goyah.

Gambar 4.66. Pemasangan Steel Connector

4.3. Pekerjaan Drainase di Terowongan


Pekerjaan drainase adalah pengatusan atau pembuangan massa air secara alami atau
buatan dari permukaan atau bawah permukaan ke suatu tempat. Drainase berfungsi untuk
mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan
dapat difungsikan secara optimal. Pada Pekerjaan Terowongan Pengelak Waduk Bendo
sistem drainase terowongan berfungsi untuk mengalirkan air rembesan akibat air hujan.
Pekerjaan drainase dilakukan sebelum pekerjaan pembetonan lantai kerja yang terletak di
bawah lantai kerja.

Gambar 4.67. Lokasi Drainase Terowongan

105
. Secara umum tahapan Pekerjaan Drainase terdiri dari pelubangan dan penyelimutan
pipa PVC, penggalian tanah, peletakkan pipa PVC, dan pengurugan tanah. Urutan
Pekerjaan Drainase dijelaskan pada Gambar 4.68.

Mulai

Pelubangan dan penyelimutan pipa PVC

Penggalian tanah

Peletakkan pipa PVC

Pengurugan tanah

Selesai

Gambar 4.68. Diagram Alir Pekerjaan Drainase

1. Pelubangan dan penyelimutan pipa PVC diameter 100 mm adalah kegiatan awal
dalam Pekerjaan Drainase. Pelubangan dan penyelemitun pipa PVC dilakukan di luar
lapangan pekerjaan. Pelubangan dengan diameter 12 mm dengan jarak 5 m. Hal
tersebut dilakukan agar air dapat masuk ke dalam pipa PVC. Penyelimutan pipa PVC
menggunakan geotekstil agar menyaring material selain air agar tidak terjadi
sedimentasi di dalam pipa PVC.

Gambar 4.69. Loyout Lubang Pipa PVC

106
2. Penggalian tanah adalah penggalian tanah terbuka untuk meletakkan pipa PVC.
Penggalian dilakukan sepanjang terowongan pada center line terowongan dengan
bantuan Backhoe. Penggalian dilakukan dengan elevasi – 50 cm dari lantai kerja.

Gambar 4.70. Penggalian Tanah untuk Pipa PVC

3. Peletakkan pipa PVC pada tanah yang sudah digali dilakukan dengan manual dengan
2 orang pekerja.

Gambar 4.71. Peletakkan Pipa PVC

4. Pengurugan tanah kembali berfungsi untuk menutup kembali pipa agar lantai kerja
tidak berbatasan langsung dengan drainase. Pengurugan tanah dibantu dengan
Backhoe sampai ketebalan 25 cm.

107
Gambar 4.72. Pengurugan Tanah Kembali

4.4. Pekerjaan Beton di Terowongan bagian Lower


Pekerjaan beton adalah pekerjaan pembuatan suatu bangunan dengan bahan beton
yaitu campuran antara semen, agregat, dan air dengan komposisi yang telah didesain
sedemikian rupa sehingga menghasilkan kekuatan seperti yang diinginkan. Pekerjaan
beton berfungsi sebagai penyangga utama terowongan yang dilakukan sepanjang
terowongan serta sebagai pelindung dari keruntuhan. Pekerjaan beton dilakukan setelah
pekerjaan drainase selesai. Terdapat beberapa metode pelaksanaan pekerjaan beton
terowongan. Hal tersebut dilaksanakan sesuai dengan diameter dan kondisi geologi pada
terowongan. Metode tersebut terdiri dari tiga kali penecoran, dua kali pengecoran, dan satu
kali pengecoran. Metode tiga kali pengecoran diterapkan untuk terowongan dengan
diameter menengah sampai besar dan juga mempertimbangkan kondisi geologi. Metode
dua kali pengecoran sudah umum dilakukan pada pembetonan terowongan dengan
diameter sedang hingga besar dan kondisi geologi yang cukup baik. Metode satu kali
pengecoran pada umumnya dilakukan pada terowongan dengan diameter kecil sampai
sedang dengan penampang bulat.
Pekerjaan Beton Terowongan Pengelak Waduk Bendo menggunakan metode dua kali
pengecoran, yaitu bagian lower dan bagian upper. Bagian lower dengan tinggi samping
1,19 m dan tinggi as 0,7 m. Pembagiaan tersebut untuk mempermudah pelaksanaan dan
menekan harga pekerjaan beton karena terowongan memiliki jari-jari yang tidak tetap.

108
0,7 m 1,19 m

Gambar 4.73. Terowongan Bagian Lower

Pekerjaan beton terowongan dilakukan dari dua arah dengan ketentuan setiap segmen
yaitu 6 meter. Pekerjaan beton setiap segmennya telah diurutkan dan diatur agar pekerjaan
menjadi lebih cepat dan efisien. Pekerjaan beton bagian lower dilakukan selang-seling
sesuai dengan warna pada Gambar 4.75 agar segmen selanjutnya tidak harus menunggu
segmen sebelumnya selesai. Selain itu untuk segmen yang berada diantara segmen yang
telah dicor tidak diperlukan bekisting.

Gambar 4.74 Urutan Pekerjaan Beton Bagian Lower

. Secara umum tahapan Pekerjaan Beton Bagian Lower terdiri dari pekerjaan lantai
kerja, fabrikasi dan pemasangan tulangan, pemasangan bekisting, pemasangan Waterstop
dan pengecoran bagian lower. Urutan Pekerjaan Beton Bagian Lower dijelaskan pada
Gambar 4.76.

109
Mulai

Pekerjaan lantai kerja

Fabrikasi dan pemasangan tulangan

Pekerjaan bekisting dan water stop

Pekerjaan pengecoran

Selesai

Gambar 4.75. Diagram Alir Pekerjaan Beton Bagian Lower

4.4.1. Pekerjaan Lantai Kerja


Lantai kerja adalah sebuah pekerjaan pembuatan lapisan atau lantai dalam
pekerjaan konstruksi. Lantai kerja berfungsi untuk:
a. memudahkan pekerja berdiri atau sebagai lahan datar
b. dudukan besi lapis atau pondasi
c. menahan gaya angkat tanah.
Secara umum tahapan pekerjaan lantai kerja terdiri dari pembersihan, survei,
dan pengecoran. Urutan pekerjaan lantai kerja dijelaskan pada Gambar 4.76.

Mulai

Pembersihan

Survei

Pengecoran lantai kerja

Selesai

Gambar 4.76. Diagram Alir Pekerjaan Lantai Kerja

110
Pekerjaan lantai kerja dilakukan setelah pekerjaan drainase tepat di atas
lapisan tanah. Pekerjaan lantai kerja dimulai dari tengah terowongan menuju ke
arah mulut terowongan. Proses pekerjaan pengecoran dilakukan secara overlap
dengan mucking material dari dalam terowongan.

1. Pembersihan adalah kegiatan menghilangkan lumpur dari lokasi pekerjaan.


Pembersihan berfungsi untuk memaksimalkan kekuatan lantai kerja.
Pembersihan dilakukan dengan cara memisahkan lumpur dengan air. Air
disedot menggunakan pompa air. Kemudian setelah air kering, sisa lumpur di
loading dan dibuang keluar terowongan. Dinding terowongan dibersihkan dari
debu-debu yang menempel dengan menyemprotkan air menggunakan Water
Jet.
2. Survei adalah suatu aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan suatu
kepastian informasi, bisa dikatakan sebagai suatu penyelidikan atau
peninjauan. Survei pada pekerjaan lantai kerja berupa penandaan ketinggian
lantai kerja 10 cm dengan kemiringan 0,094 menggunakan benang nilon putih.

Gambar 4.77. Survei Pekerjaan Lantai Kerja

3. Pengecoran adalah pekerjaan penuangan beton segar ke suatu area.


Pengecoran lantai kerja berupa beton ready mix K-125, yang telah dijelaskan
pada Sub Sub Sub Bab 3.2.5.4. Beton Ready Mix. Pengecoran dilakukan
dengan cara truk mixer masuk mundur ke dalam terowongan lalu menuangkan
dengan menggunakan talang ke area pengecoran.

111
Gambar 4.78. Penuangan Beton Ready Mix K-125

Selama penuangan beton berlangsung, pekerja meratakan beton dengan


manual. Perataan bertujuan agar beton menyelimuti seluruh area pekerjaan
serta agar tidak terjadi perbedaan ketebalan beton. Perataan dilakukan terus-
menerus sampai beton selesai dituang dan permukaan halus.

Gambar 4.79. Perataan Permukaan Lantai Kerja

4.4.2. Fabrikasi dan Pemasangan Tulangan


Fabrikasi adalah proses pembuatan suatu produk jadi dengan menggabungkan
atau merakit barang-barang tertentu. Fabrikasi tulangan terdiri dari memotong dan
membengkokkan tulangan sesuai dengan gambar detail penulangan. Pemotongan

112
tulangan harus diatur sedemikian mungkin agar tidak terjadi pemborosan bahan
baku.

Gambar 4.80. Detail Penulangan Terowongan Tipe I dan II

Fabrikasi tulangan dimulai dari pemotongan tulangan sesuai dengan barlist.


Terdapat empat tipe penulangan yang akan difabrikasi sesuai dengan tipe steel
support-nya.

113
Gambar 4.81. Barlist Penulangan Terowongan Tipe I dan II

Pemotongan menggunakan bar cutter dan contoh tulangan yang telah sesuai
barlist, sehingga tidak diperlukan waktu untuk mengukur panjang yang diinginkan
untuk setiap tulangan. Setiap melakukan pemotongan tulangan, diharapkan para
pekerja tetap menggunakan APD lengkap agar aman. Namun yang terjadi masih
banyak pekerja yang hanya menggunakan sarung tangan karena yang bagian
tersebut yang berbatasan langsung dengan tulangan. Pekerja yang dibutuhkan
untuk pemotongan tulangan hanya dua orang.

Gambar 4.82. Pemotongan Baja Tulangan

114
Setelah dilakukan pemotongan tulangan dilanjutkan dengan pembengkokkan
tulangan sesuai dengan gambar direksi. Pembengkokkan tulangan menggunakan
bar bender dan dibutuhkan 4-5 pekerja untuk membantu pemegangan tulangan.
Sebelum dilakukan pemotongan, tulangan terlebih dahulu ditandai agar dapat
membentuk jari-jari tertentu dengan menggunakan spidol putih sehingga
memudahkan pekerja.

Gambar 4.83. Pembengkokkan Baja Tulangan

Tulangan-tulangan yang telah dibengkokkan kemudian dipisahkan sesuai


dengan bentuknya. Hal tersebut memudahkan pemindahan tulangan dari lokasi
fabrikasi ke lokasi pekerjaan. Lahan yang menjadi lokasi fabrikasi harus berupa
lahan yang luas dan dekat dengan jalan, karena dalam sekali pemesanan
didatangkan baja tulangan dengan jumlah yang cukup banyak.

Gambar 4.84. Lokasi Fabrikasi Tulangan

115
Pemindahan tulangan-tulangan menggunakan truk kapasitas 8 m3 dengan jarak
sekitar 5 km. Dalam satu segmen pekerjaan dibutuhkan tulangan sekitar 2,7 ton
dengan panjang total sekitar 1680 meter. Kebutuhan satu segmen tulangan tersebut
dapat diangkut dalam dua sampai tiga kali perjalanan. Setiap potong tulangan yang
telah didistribusikan ke lapangan pekerjaan segera disusun pada segmen yang telah
ditentukan.

Gambar 4.85. Potongan-potongan Tulangan

Dalam pekerjaan pemasangan tulangan, tulangan horizontal dipasang terlebih


dahulu kemudian dilanjutkan pemasangan tulangan arah vertikal. Pemasangan
tulangan harus memperhatikan ketebalan selimut beton. Ketebalan selimut beton
harus sesuai dengan gambar desain, yaitu 40 cm. Pengaturan ketebalan selimut
menggunakan beton decking. Tulangan yang dipasang disesuaikan dengan
kebutuhan pembetonan bagian lower.

Gambar 4.86. Pemasangan Tulangan arah Horizontal

Dalam satu segmen dibutuhkan waktu 4 jam untuk memasang tulangan secara
keseluruhan dengan total pekerja lima sampai tujuh orang pekerja. Segmen yang

116
dipasang tulangan adalah segmen yang akan dicor sehingga urutan pemasangan
tulangan sama dengan urutan pembetonan bagian lower.

Gambar 4.87. Susunan Tulangan per Segmen

4.4.3. Pekerjaan Bekisting dan Waterstop


 Bekisting adalah cetakan beton yang dipasang pada sisi-sisi tulangan sebelah
luar untuk memberikan bentuk pada bangunan yang akan dicor. Fungsi bekisting
antara lain:
a. Bekisting menentukan bentuk dari konstruksi beton yang akan dibuat. Bentuk
sederhana dari sebuah konsruksi beton menghendaki sebuah bekisting yang
sederhana.
b. Bekisting dapat menyerap dengan aman beban yang ditimbulkan oleh spesi
beton dan berbagai beban luar serta getaran. Dalam hal ini perubahan bentuk
yang timbul dan geseran-geseran dapat diperkenankan asalkan tidak
melampaui toleransi-toleransi tertentu.

Pelaksanaan pekerjaan bekisting sangat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan


pengecoran beton. Sebuah bekisting harus cukup kuat dan kaku untuk menahan
beban-beban yang ditimbulkan selama pekerjaan pengecoran, seperti tenaga kerja
dan alat yang digunakan. Dalam pekerjaan bekisting tidak hanya bahan dan
dimensi yang diperhitungkan, namun perhitungan model dan beban yang bekerja
harus direncanakan sejak awal. Permukaan bekisting yang berhubungan dengan

117
beton harus bersih, kaku, dan cukup kedap untuk menahan kehilangan kadar air
dan mortar. Sebelum dilakukan pemasangan di lokasi pekerjaan material bekisting
terlebih dahulu difabrikasi sesuai dengan ukuran dan bagian yang direncanakan.
Bekisiting yang dibutuhkan dalam Pekerjaan Beton bagian lower Terowongan
Pengelak Waduk Bendo dijelaskan pada Sub Sub Sub Bab 3.2.5.2. Bekisting.
Sebelum pengecoran beton, semua bekisting harus kaku, kokoh, dan bersih
dari semua sisa potongan kayu-kayu kecil, debu bekas gergaji. Pembersihan
tersebut dapat menggunakan air yang disemprotkan ke permukaan bekisting
dengan tekanan sedang. bekisting ditempatkan pada titik yang telah ditentukan,
yaitu pada sisi kanan dan sisi kiri setiap segmen. Pemasangan bekisting harus
kokoh dan rapat agar adukan beton tidak keluar dari acuannya dengan bantuan
menggunakan penopang (strutrs), penguat (stays), dan pengikat (braces).
Kemudian permukaan bekisting harus diminyaki dengan minyak mineral yang
disuling agar permukaan beton yang dihasilkan rata. Pemasangan bekisting
dilakukan oleh 2-4 orang.

Gambar 4.88. Pengangkatan Bekisting

Bekisting tidak boleh diangkat apabila beton belum mengeras dan cukup kuat
untuk menanggung beban dengan aman, yaitu beban konstruksi yang akan
didukungnya. Pengangkatan bekisting harus dilakukan dengan hati-hati agar proses
finishing pada beton dapat dilakukan dengan baik. Pengangkatan tidak boleh
menyebabkan runtuhnya atau gagalnya beton.

118
Tabel 4.4. Waktu Minimum Pelepasan Bekisting yang Direkomendasikan pada
Spesifikasi Teknis
Waktu min. untuk mengeras di atas
Posisi Bekisting
10o C
Permukaan vertikal atau hampir vertikal
36 jam
untuk mass concrete atau lapisan kanal
Permukaan vertikal atau hampir vertikal
48 jam
untuk dinding geser, balok atau kolom
Bekisting di sisi bawah balok dan pelat
(tak terbebani dan penyangga dibiarkan 7 hari
ada)
Penyangga balok dan pelat, selama
14 hari
mungkin tetepi tidak kurang dari

Pada Pekerjaan Beton bagian Lower Terowongan Pengelak waktu yang


digunakan untuk pelepasan bekisting adalah dua hari. Hal tersebut karena bekisting
tidak digunakan untuk penyangga beton, melainkan bekisting untuk permukaan
vertikal.
Bekisting harus dihilangkan dengan segera setelah beton sedah mengeras
untuk mencegah pengatungan atau keruntuhan. Bila perlu dilakukan perbaikan
pada permukaan yang miring, dan segera diteruskan dengan pembasahan. Apabila
bekisting digunakan lagi untuk segmen berikutnya, maka bekisting harus bersih
dari sisa-sisa mortar yang menempel pada permukaan dengan menyemprotkan air
pada permukaan bekisting.
 Pada saat pemasangan bekisting, diikuti dengan pemasangan waterstop.
Waterstop adalah material pengisi celah pada rongga sambungan beton.
Pemasangan waterstop dilaksanakan pada setiap joint, baik construction,
contraction, ataupun expansion joint. Construction joint adalah sambungan yang
dibuat untuk menghubungkan segmen-segmen dalam proses pengecoran beton
dengan area yang sangat luas. Contraction joint adalah sambungan yang dibuat
khusus untuk mengontrol retak pada beton dengan area yang luas. Expansion joint
adalah sambungan pada dua bidang lantai beton untuk kendaraan atau pada
perkerasan kaku dan dapat juga sambungan antara konstruksi jalan pendekat
sebagai media lalu lintas yang akan melewati jembatan supaya pengguna lalu lintas

119
merasa nyaman dan aman. Waterstop berfungsi untuk memberhentikan air
sehingga tidak terjadi rembesan atau kebocoran pada sambungan.
Pada Pekerjaan Terowongan Pengelak Waduk Bendo Ponorogo, pemasangan
waterstop berada pada construction joint. Waterstop dipasang pada setiap segmen,
yaitu setiap 6 meter.

Waterstop Waterstop Waterstop

1 segmen 1 segmen 1 segmen 1 segmen

Gambar 4.89. Denah Waterstop

Pemasangan dilakukan dengan cara menjepitkan waterstop pada di antara


bekisting. Sehingga posisi waterstop berada di antara segmen yang akan dicor dan
segmen yang dicor pada waktu berikutnya.

Gambar 4.90. Posisi Waterstop pada Bekisting

4.4.4. Pekerjaan Pengecoran


Pengecoran adalah pekerjaan penungan beton segar ke dalam cetakan suatu
elemen struktur yang telah dipasang besi tulangan. Pengecoran dilakukan pada

120
permukaan terowongan agar pemukaan licin. Pengecoran permukaan terowongan
berfungsi sebagai penyangga utama struktur terowongan terhadap beban yang
berada diatasnya. Pengecoran dilaksanakan setelah pekerjaan bekisting selesai.
Secara umum tahapan pekerjaan pengecoran terdiri dari persiapan, pemasangan
concrete pump, dan pengecoran. Urutan pekerjaan lantai kerja dijelaskan pada
Gambar 4.91.

Mulai

Persiapan

Pemasangan pipa concrete pump

Pengecoran bagian lower

Selesai

Gambar 4.91. Diagram Alir Pekerjaan Pengecoran bagian Lower

1. Terdapat beberapa kegiatan persiapan sebelum dilakukan pengecoran. Hal


tersebut dilakukan agar kekuatan beton yang telah dicor mencapai kekuatan
yang direncanakan. Sebelum dilaksanakan pengecoran, semua permukaan
formasi pondasi di mana beton akan dicor, yakni lantai kerja, harus
dibersihkan dari minyak, lumpur, zat organik, potongan-potongan kayu,
pecahan batuan dari reruntuhan atau batuan lepas material berbahaya lainnya.
Pembersihan dilakukan menggunakan air water jet dengan kecepatan tinggi.
Semua permukaan bekisting harus dibersihkan dari mortar kering serta semua
air yang menggenang harus dihilangkan. Selain kebersihan area kerja,
penerangan tambahan juga diperlukan pada saat pengecoran agar
meningkatkan ketelitian pekerjaan.
2. Concrete pump adalah truk yang dilengkapi dengan pompa dana lengan
(boom) untuk memompa campuran beton ready mix ke tempat-tempat yang
sulit dijangkau. Pipa concrete pump adalah pipa yang menghubungkan

121
concrete pump dengan lokasi pengecoran. Pada Pekerjaan Terowongan
Pengelak Waduk Bendo dapat dilakukan pengecoran sebanyak dua sampai tiga
segmen secara berselang-seling dalam satu waktu. Sehingga membutuhkan
pipa dengan panjang kurang lebih 24 meter.

Gambar 4.92. Layout Concrete Pump

Dalam pengangkatan pipa diperlukan tenaga sebanyak dua hingga tiga orang
orang karena pipa yang diangkat cukup berat. Pengangkatan dilakukan manual
karena area pekerjaan yang terbatas.

Gambar 4.93. Pengangkatan Pipa Concrete Pump

Pipa-pipa yang dipasang dari concrete pump hingga area pengecoran dengan
panjang yang diinginkan harus memiliki sambungan yang kuat. Sambungan
menggunakan klem dan baut dan pemasangan dilakukan secara manual.

122
Gambar 4.94. Sambungan Pipa Concrete Pump

Pemasangan pipa dibantu dengan scaffolding dan beberapa kayu balok.


Scaffolding atau perancah adalah bangunan pelataran (platform) yang dibuat
sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan, serta
alat-alat pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan. Pada pekerjaan ini
scaffolding yang dibutuhkan hanya beberapa buah dan diatur sedemikian rupa
sehingga dapat menyangga pipa concrete pump.

Gambar 4.95. Posisi Scaffolding sebagai Penyangga Pipa Concrete Pump

3. Pengecoran adalah kegiatan menuangkan adonan beton pada suatu bagian


konstruksi yang sudah dipasangi tulangan dan bekisting yang benar.
Pengecoran dapat dimulai apabila area kerja sudah bersih dari kayu potongan,
serbuk gergaji, gumpalan mortar kering, benda asing, dan genangan air serta

123
apabila concrete pump sudah terpasang dengan kuat. Temperatur beton tidak
boleh lebih dari 31oC selam tahapan campuran sampai penyiraman.
Pengecoran beton berupa beton ready mix K-175 yang sudah dijelaskan pada
Sub Sub Sub Bab 3.2.5.4 Beton Ready Mix.
Pengecoran beton dimulai dari penuangan beton ke concrete pump. Penuangan
disesuaikan dengan kebutuhan beton di area pekerjaan. Penuangan dapat
dihentikan beberapa waktu untuk mengatur posisi pipa bagian ujung sehingga
pengecoran dapat merata. Komunikasi untuk penghentian penuangan
dilakukan secara langsung sehingga diperlukan suara yang lantang dan tingkat
fokus yang baik agar penghentian penuangan dilakukan sesuai dengan
komando.

Gambar 4.96. Penuangan Beton dari Concrete Mix ke Concrete Pump

Setelah dituang, beton akan mengalir melalui pipa concrete pump. Beton yang
mengalir tidak boleh keluar melalui sambungan-sambungan pipa dan tidak
boleh tersendat. Apabila tersendat dilakukan pemukulan pada pipa secara
manual agar beton kembali mengalir. Pada bagian ujung pipa atau segmen
yang dilakukan pengecoran, terdapat beberapa pekerja yang telah siap untuk
memadatkan beton dan mengarahkan arah jatuhnya beton.

124
Gambar 4.97. Penuangan Beton dari Concrete Pump ke Area Kerja

Pada dasarnya proses pemadatan beton adalah sebuah proses pemadatan


partikel agregat sampai rata-rata pada level atas (3-5 detik) dan mengeluarkan
udara yang terjebak dalam beton (7-15 detik) agar tidak mengganggu proses
pengikatan antar material dalam beton. Dalam beton segar terdapat 5% sampai
20% kandungan udara terjebak yang harus dikeluarkan, sehingga beton harus
dipadatkan dengan tenaga listrik atau tenaga penumatik, vibrator tipe internal,
dengan kecepatan operasi setidaknya 7000 rpm bila dicelupkan ke beton.
Kepala vibrator harus dimasukkan ke beton segar secara tegak, minimal 5 cm
ke dalam lapisan dibawahnya. Kepala vibrator juga diusahakan tidak
menyentuh tulangan dan bekisting agar tidak terjadi pergerakan.

Gambar 4.98. Pemadatan Beton dengan Vibrator dan Pengarahan Penungan Beton

125
Ketelitian dalam proses pemadatan harus benar-benar diperhatikan agar tidak
terdapat rongga-rongga udara pada beton yang sedang dipadatkan. Selain itu
tidak boleh terjadi perubahan posisi tulangan baja maupun bekisting.
Pemadatan/ penggetaran dilakukan tidak terlalu lama agar tidak terjadi
pemisahan bahan (segregasi). Selain dipadatkan, beton juga diarahkan agar
penuangan merata. Setelah penungan pada bagian tengah sudah cukup
kemudian dilanjutkan pada posisi samping. Pengarahan penuangan beton pada
posisi samping dibutuhkan beberapa orang untuk mengangkat pipa fleksibel
concrete pump.
Proses pemadatan diikuti dengan proses perataan. Perataan permukaan beton
dilakukan manual dengan menggunakan cetok, roskam, dan papan perata.
Perataan permukaan dilakukan agar ketinggian yang dihasilkan sesuai dengan
yang diharapkan secara merata. Ketinggian yang diharapkan yaitu 1,19 meter
pada sisi kanan dan kiri serta 0,7 meter pada center line.

Gambar 4.99. Proses Perataan Permukaan Beton

Setelah permukaan beton rata sesuai dengan ketinggian yang diinginkan dan
tanda pada bekisting. Pekerjaan pengecoran beton dapat dilanjutkan ke segmen
berikutnya. Tahapan pengecoran beton pada segmen selanjutnya sama dengan
segmen sebelumnya. Namun pipa concrete pump hanya perlu dilepas dari
rangkaian sampai posisi segmen yang selanjutnya akan dicor.
Pada Pekerjaan Terowongan Pengelak Waduk Bendo pengukuran ulang
dilakukan oleh surveyor saat beton berumur 1 hari. Pengukuran ulang berupa
dimensi, elevasi, serta center line beton bagian lower.

126
Gambar 4.100. Pengukuran Ulang Beton Bagian Lower

Apabila beton telah mencapai umur 2 hari bekisting dapat dilepas dan dapat
digunakan untuk segmen berikutnya.

Gambar 4.101. Beton Bagian Lower

127

You might also like