You are on page 1of 4

Anakku, serpihan kisah akhlak Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam

manakah yang membuatmu haru dan menangis? Kuharap, anakku, tangis itulah
yang bisa menjadi saksi di akhirat kelak bahwa engkau merindukan beliau
Shallallahu 'alaihi wasallam. Airmata rindu.

Anakku, beliau shallallahu 'alaihi wasallam sangat mencintai anak-anak kecil


seperti dirimu. Beliau memiliki sahabat-sahabat cilik yang lucu-lucu. Ada Anas
bin Malik yang menjadi abdi ndalem beliau. Kau tahu abdi ndalem? Kita
menyebutnya pembantu. Tapi Rasulullah tidak pernah memperlakukan sahabat
cilik bernama Anas bin Malik ini sebagai pembantu. Anas bin Malik ini juga
memiliki adik kandung bernama Abu Umair yang suka memelihara burung.
Ketika Nabi Muhammad berkunjung ke kediaman Abu Talhah, bapaknya Abu
Umair, beliau bertanya, "Wahai Abu Umar, bagaimana kabarnya an-Nughair
(burung pipit kecil) peliharaanmu?"

Rasulullah keren ya, masih sempat memperhatikan mainan kesukaan sahabat


ciliknya. Ada juga Zaid bin Tsabit yang hafalan al-Qur'annya disimak oleh beliau,
ada juga keponakan beliau, Abdullah bin Abbas, yang sangat cerdas. Ada juga
Abdullah bin Umar. Usamah bin Zaid bin Haritsah dan sahabat-sahabat cilik
lainnya. Mereka mencintai Kanjeng Nabi, dan beliau shallallahu alaihi wasallam
juga mencintainya.

Kanjeng Nabi Muhammad itu nggak pernah galak sama anak-anak kecil
sepertimu, anakku. Ada anak kecil namanya Zainab, oleh beliau sering dipanggil
dengan nama Zuwainab, Zuwainab (Zainab cilik). Pernah juga beliau
menggendong cucunya, Umamah putri Sayyidah Zainab, sembari shalat. Pada saat
beliau bersujud, Umamah didudukkan di sampingnya. Beliau pernah bermain
kuda-kudaan bersama cucu beliau yang lincah, Sayyidina Hasan dan Sayyidina
Husain. Melihat Kanjeng Nabi bertindak sebagai kuda tunggangan, seorang
sahabat beliau berkomentar, "Alangkah indahnya tungganganmu, wahai Hasan
dan Husain?

Baginda Rasulullah hanya tersenyum sambil tetap melanjutkan aktifitas momong


cucunya. Sahabat dia lainnya malah memuji, "Dari mana asalnya tungganganmu
ini, wahai Hasan Husein? Itu adalah punggung yang telah sampai di Sidratul
Muntaha”
Besok, kapan-kapan ayah akan menjelaskan apa itu Sidratul Muntaha. Sekarang
ayah lanjutkan cerita ayah.
Kau tahu anakku, manakala beberapa kartunis Denmark ramai-ramai ingin
menggambar baginda Rasululllah shallallahu alaihi wasallam dengan imajinasi
kotor mereka, kita marah, jelas marah. Tapi apakah kita melawan dengan anarkis?
Tidak. Itu tidak akan menyelesaikan masalah, anakku. Ingatlah kalimat indah dari
Syaikh Muhammad Al-Ghazali dalam 'Jaddid Hayatak' bahwa samudera tidak
akan pasang gara-gara dilempari kerikil oleh seorang bocah.

Banyak yang melakukan tindakan anarkistis menyikapi kartun tersebut. Tapi,


tahukah engkau anakku, ada kisah keren menanggapi karikatur yang sangat tidak
sopan tersebut. Ya, kisah sekelompok anak-anak muda Inggris yang memutuskan
membagikan mawar dan buku-buku biografi Nabi Muhammad kepada orang
awam yang berlalu lalang. Ini langkah cerdas, anakku. Melawan dengan buku
adalah salah satu cara yang paling beradab. Sukakah kau? Kuharap demikian.

Ada juga kisah lain manakala Habib Ali al-Jufry yang memutuskan berangkat ke
Denmark dan menemui salah satu karikaturis yang menggambarkan Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wasallam secara konyol. Apakah keturunan
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam itu langsung memukul dan mencaci maki
sang kartunis? Oh tidak. Jelas itu bukan metode akhlak warisan datuknya. Habib
Ali Al-Jufry dengan lembut menjelaskan akhlak, kemuliaan, dan karakteristik
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Penjelasan yang membuat kartunis itu
terdiam dan tidak menyangka betapa mulianya tokoh yang ia karikaturkan ...

Sudah cukup? Belum anakku. Habib Umar bin Hafidz, keturunan Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam yang murah senyum itu pernah mendarat di Denmark.
Manakala rombongan menginjakkan kaki di bandara, tiba- tiba beliau disambut
dengan pembacaan shalawat Nabi oleh sekelompok muslimin Denmark, hingga
beliau menoleh ke Habib Salim, putranya, lalu berkata "Bahkan, di negara yang
kartunisnya pernah menggambar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ini, kau
lihat anakku, kita disambut dengan pembacaan shalawat Nabi..."

Mana, manakah anakku, kisah yang membuatmu menangis? Apakah ketika


Baginda Rasulullah ShallAllahu alaihi wasallam yang dilempari batu dan kotoran
oleh penduduk Thaif tapi beliau menolak tawaran Jibril yang mau
memporakporandakan seisi kota?

Atau cerita saat beliau Shallallahu 'alaihi wasallam menolong Abu Lahab yang
terperosok lubang jebakan bikinannya sendiri, padahal lubang mengerikan itu
ditujukan untuk mencelakakan keponakannya yang mulia tersebut? Atau saat
beliau ShallAllahu 'alaihi wasallam menjenguk seseorang yang setiap hari
melempari beliau dengan kotoran, kisah yang mana anakku? Atau kesabaran
beliau menghadapi blokade dan embargo kaum Quraisy Itukah?? Mungkin
engkau suka kisah lain, tatkala manusia mulia itu dengan tangannya sendiri
menambal pakaiannya yang robek, memperbaiki sandalnya sendiri, beristirahat di
atas alas yang kasar, dan tiada pernah merepotkan sahabat-sahabatnya? Atau
cerita ketika Baginda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengganjal
perutnya yang lapar dengan kerikil yang diikat sehelai kain, hingga para sahabat
menyangka itu bunyi gemeretak persendian beliau Shallallahu 'alaihi wasallam?
Kisah yang mana yang kau suka, buah hatiku?

Apakan kisah lain Saat Rasuidilan ShallAiianu alainl wasallam mencium tangan
tetua kaum Anshar yang telapak tangannya mengeras gara-gara mencari nafkah?
Atau, saat beliau ShallAllahu 'alaihi wasallam yang kakinya membengkak dengan
ketekunan ibadah malamnya, saat ditanya oleh Sayyidatuna Aisyah RadliyAllahu
‘anha beliau menjawab, duhai kekasihku, salahkah aku bila menjadi hamba yang
senantiasa bersyukur? Inikah kisah yang menggetarkan hatimu, atau kau ingat
kisah manakala berangkat ke medan perang beliau sengaja membelokkan rute
pasukan karena tidak mau mengganggu keasyikan anjing yang sedang menyusui
anaknya?

Atau tentang akhlak beliau Shallallahu 'alaihi wasallam yang dengan telaten
menyuapi seorang Yahudi sepuh yang buta dan selalu mencaci maki junjungan
kita itu? Meskipun sejujurnya ayahmu ini belum menjumpai kisah tersebut dalam
versi yang valid di sirah nabawiyah. Atau kisah lain manakala Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam tiba-tiba dicelakai seorang Yahudi hingga nyaris terjungkal, dan
manusia agung itu mencegah Sayyidina Umar yang mau menindak tegas Yahudi
kurang ajar itu? Atau kisah bagaimana pria yang senantiasa menampilkan wajah
tersenyum menyenangkan itu memberikan amnesti massal ketika Fathu Makkah
yang oleh sahabat beliau disebut "Yaumul Malhamah" lalu direvisi beliau menjadi
"Yaumul Marhamah"? Aduh, dalam peristiwa pembebasan kota mulia ini,
bukankah kita juga ingat Hindun bint Utbah yang menjadi kanibal dalam Perang
Uhud dengan mengunyah jantung Sayyidina Hamzah dan membuat junjungan kita
sangat sedih, tetapi beliau juga memberikan amnesti kepada wanita perkasa itu
dan memuliakan Abu Sufyan, yang loyalitasnya kemudian teruji dalam Perang
Hunain? Kasih sayang, anakku, inilah ajaran dari manusia agung itu. Rekonsiliasi
akbar dalam Pembebasan Makkah...

Bagaimana anakku, sudah kau temukan kisah yang membuat sepasang matamu
menganak sungai? Mungkin saja kau suka membaca bait kisah tentang Sayyidina
Abu Bakar yang dengan setia mendampingi beliau Shallallahu 'alaihi wasallam
saat hijrah dan dengan gerakan yang khas beliau mendampingi Baginda
Shallallahu 'alaihi wasallam di kanan, kiri, depan dan belakang demi melindungi
junjungannya itu? Atau ketika ayahanda ummul mukminin Aisyah Radliyallahu
'anha itu bersama Sayyidina Umar bin Khattab; ayahanda Sayyidatuna Hafshah,
itu menahan tangis saat melihat kesederhanaan kehidupan manusia termulia itu,
meski kunci perbendaharaan Barat dan Timur tergenggam di tangannya?
Atau, ah ini yang membuat kita iri anakku, ketika Sayyidina Ukasyah bin Mihsan
yang dengan cerdik nan dramatik disertai alasan qishash bisa mencium tubuh
mulia baginda Muhammad ShallAllahu 'alaihi wasallam itu. Kau ingat cerita ini?
Kuulangi sekali lagi, Sayyidina Ukasyah yang bisa memeluk dan mencium tubuh
manusia termulia itu. Aduhai, begitu mengharukan....

Bagaimana, apa tentang Sayyidina Bilal yang memilih berjaga di ribath di Syam
dan tak mau lagi menjadi muadzin gara-gara setiap kali ia mengumandangkan
adzan, suaranya tercekat tak mampu melanjutkarn kalimat "Asyhadu Anna
Muhammad Rasulullah" saking rindunya beliau pada Abul Qasim Muhammad
ShallAllahu Alaihi wasallam..

Sudah anakku? Kau sudah menemukan serpihan Sirah Nabawiyah yang membuat
bola matamu mengembun? Temukan, anakku, karena tangismu itu menjadi bukti
dan bola matamu menjadi saksi di akherat kelak, bahwa engkau merindukan
Baginda Rasulullah Muhammad ShallAllahu 'alaihi wasallam.

Oleh: Rijal Mumaziq Z

You might also like