You are on page 1of 19

LAPORAN TETAP PRATIKUM

BIOLOGI UMUM II

ACARA III

“KELANGSUNGAN HIDUP DAN PEWARISAN SIFAT”

OLEH:

NAMA : SRI SYAIFUL

NIM : 180104076

KELAS/ SEMESTER : II/ D

JURUSAN PENDIDIKAN IPA BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MATARAM

2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warroh.Wabarrokatuh
Alhamdulillah, puja dan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT
dimana atas berkat, rahmat, dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan
laporan ini sampai selesai.
Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan alam nabi
besar Muhammad Saw sang revolusioner sejati yang telah menghantarkan kita
dari Zaman jahiliyah menuju kejaman yang islamiyah seperti sekarang ini.
Sebelumya penulis ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada dosen
pengampuh mata kuliah “Biologi Umum II” dimana beliau dengan ikhlasnya
menegur semua kesalahan dari laporan sederhana ini, dan juga terima kasih
kepada teman-teman yang sudah memberikan suport baik materi maupun
moril dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis berharap jika laporan ini terdapat kesalahan baik penulisan
maupun materi, penulis mohon dengan hormat agar dikritik, Karena sebelum
terbentuk harus terbentur terlebih dahulu.
Wassalamualaikum Warroh.Wabarrokatuh

Mataram, 21 Maret 2019

Penulis

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Tetap Hasil Praktikum “Biologi Umum II Acara III” Ini Disusun Untuk
Memenuhi dan Melengkapi Tugas Pada Acara Praktikum Biologi acara III Ini.

Mataram, 21 Maret 2019

Disahkan Oleh

Laboran

Co.Asisten

(Qurratul Aini S.Pd) (Zuhdiya Abqorinah)


NIM: 170.104.045

iii
DAFTAR ISI

COVER
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan masalah............................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
BAB III METODELOGI………………… ...................................................... 6
A. Pelaksanaan ........................................................................................ 6
B. Alat dan Bahan .................................................................................. 6
C. Cara Kerja........................................................................................... 6
BAB IV PEMAHASAN .................................................................................... .8
A. Data Hasil Pengamatan ..................................................................... 8
B. Analis Data ......................................................................................... 9
C. Pembahasan ....................................................................................... 10
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 13
A. Kesimpulan ....................................................................................... 13
B. Kritik dan Saran ................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bidang Sains yang mempelajari tentang mekanisme pewarisan sifat dari induk
kepada keturunannya, serta hereditas dan variasi herediter disebut genetika.
Genetika berasal dati bahasa latin yaitu Genos yang berarti asal usul. Pengetahuan
tentang adanya sifat menurun pada mahkluk hidup sebenarnya sudah lama
berkembang, hanya belum dipelajari secara sistematis. Penelitian mengenai pola-
pola penurunan sifat baru diketahui pada abad ke-19 oleh ilmuan Australia Gregor
Johann Mendel yang dalam percobaannya menggunakan biji kapri.
Ilmu pengetahuan modern tentang genetika berawal dari penemuan Gregor
Mendel tentang ciri-ciri faktor keturunan yang ditentukan oleh unit dasar yang
diwariskan dari generasi kegenarasi berikutnya yang disebut unit genetik atau gen
yaitu bahan yang mempunyai persyaratan antara lain diwariskan dari generasi ke
generasi dimana keturunannya mempunyai persamaan fisik dari materi tersebut,
selain itu juga membawa informasi yang berkaitan dengan struktur, fungsi dan
sifat-sifat biologi lain.
Genetika adalah bidang sains yang mempelajari hereditas dan variasi
heriditer. Orang tua memberikan infrmasi terkode kepada anak-anaknya dalam
bentuk unit herediter yang disebut gen. Gen-gen yang kita warisi dari ibu dan
ayah merupakan tautan genetic kita dengan orang tua, dan gen-gen inilah yang
menyebabkan kemirikan keluarga seperti warna mata atau bintik-bintik yang
mirip. Gen-gen kita memprogram sifat-sifat spesifik yang muncul saat kita
berkembang dari sel yang menjadi dewasa .
Berdasarkan uaraian diatas, maka dilakukanlah percobaan persilangan satu
dan dua sifat beda untuk mengetahui persilangan satu dan dua sifat beda dengan
menggunakan suatu model.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dapat menunjukkan rasio genotip dari perkawinan
Monohibrid?
2. Bagaimana dapat menunjukkan genotip dari perkawinan di hibrid?
C. Tujuan
1. Untuk dapat menunjukkan rasio genotip fenotip dari perkawinan
monohidrid
2. Untuk dapat menunjukkan rasio genotip dan fenotip dari perkawinan di
hibrid.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Genetika adalah bidang sains yang mempelajari hereditas dan variasi


hereditas.Unit-unit hereditas yang di pindahkan dari satu generasi ke generasi
berikunya di sebut gen. Gen-gen itu berada didalam suatu molekul pangjang yang
di sebut asam deckasiri binoleat (DNA) (Apandi, 1991: 1).
Penelitian mengenai pola-pola penurunan sifat baru diketahui pada abad ke-19
oleh mendelHukum mendel disebut juga hukum segregasi atau pemisahan gen-
gen yang sealel. Menurut hukum mendel I, tiap organisme memiliki dua alel
untuk setiap sifat. Selama pembentukan gamet, dua alel terseut terpisah sehingga
masing-masing gamet hanya mengandung satu alel untuk satu sifat. Jika dua
gamet bertemu pada saat fertilisasi, keturunan yang terbentuk mengandung dua
alel yang mengendalikan sati sifat. Hukum mendel I tersebut sesuai dengan teori
pewarisan sifat karena alel-alel individu diturunkan dari generasi ke generasi
(Campbell, 2008 : 38).
Sebelum Mendel melakukan percobaan penyilangan pada tanaman kapri
(Pisum sativum) para ahli telah mempunyai pemikiran tentang adanya kehidupan
yang berkesinambungan, yang membawa faktor keturunan dari generasi ke
generasi. Tetapi mereka tidak melakukan percobaan seperti yang dilakukan oleh
mendel dan disamping itu peralatan ilmiah yang dapat dipakai untuk
membuktikan pemikiran mereka belum ada (Pratiwi, 2004: 25)
Konsep tentang gen sebenarnya telah digambarkan secara implisit oleh
mendel sebagai faktor dasar yang berperan dalam perkembangan sifat. Ia sendiri
belim mengetahui bentuk maupun susunan faktor keturunan tersebut dan hanya
menyebutkan sebagai factor penentu, istilah gen dipakai oleh W.L Johannsen
(1857-1927) yang berasal dari suku terakhir pangen yaitu istilah yang di
kemukakan oleh Darwin. Hasil penelitian dikemukakan pada pertemuan ilmiah
yang diselenggarakan oleh perhimpunan pengetahuan alam di Brunn.Karyanya

3
kemudian dicetak dan disebarluaskan oleh perhimpunan tersebut keberbagai
perpustakaan di Eropa dan Amerika. Di dalam genetika di kenal istilah
persilangan, peristiwa persilangan memberikan hasil rasio genotip maupun fenotif
yang dapat diramalkan melalui perhitungan menurut teori kemungkinan (Pratiwi,
2004 : 28).
Tinjauan khusus penurunan sifat dari induk kepada keturunannya dikenal pula
sebagai pewarisan sifat atau dikenal juga dengan sebuatan hereditas
dalam percobaannya, Mendel menyilangkan berbagai kacang kapri yang memiliki
sifat beda. Misalnya, menyilangkan berbagai kacang kapri yang kulit bijinya hijau
dengan yang kulit bijinya putih (Winarmi, 2009 : 21).
Dari hasil penelitiannya tersebut Mendel menemukan prinsip dasar genetika
yang dikenal dengan Hukum Mendel.Hukum Mendel I disebut juga hukum
segregasi menyatakan bahwa “pada pembentukan gamet kedua gen yang
merupakan pasangan akan dipisahkan dalam dua sel anak”.Hukum ini berlaku
untuk persilangan monohibrid dengan dominansi. Hukum Mendel II dikenal
dengan hukum Independent Assortment menyatakan bila dua individu berbeda
satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat
yang sepasang itu tidak tergantung pada sifat pasangan yang lainnya. Hukum ini
berlaku untuk persilangan dihibrid (Ishahi, 2010: 56).
Alasan Mendel menggunakan kancing dalam percobaannya karena dapat
melakukan penyerbukan sendiri (autogami). Tumbuhan yang melakukan
penyerbukan sendiri cenderung mmiliki sifat yang tetap (konstan), sedangkan
yang melakukan penyerbukan silang memiliki banyak variasi,mudah dilakukan
penyerbukan silang, dengan jalan mengambil serbuk sari dari tumbuhan yang satu
diletakkan di kepala putik tumbuhan kacang kapri lain. Cepat menghasilkan
keturunan. Mempunyai keturunan yang banyak. Antar varietas kacang kapri
memiliki pasangan sifat beda yang kontras.

4
Proses pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya berlangsung menurut
aturan tertentu. Aturan itu dikenal sebagai prinsip pewarisan sifat atau prinsip
hereditas. Prinsip-prinsip hereditas disebut pula Hukum Mendel (Winarmi, 2009
: 22).
Dalam hukum pemisahan mendel mengemukakann bahwa pasangan alel-alel
yang menentukan suatu tertentu ternyata dipindahkan secara terpisah. Dengan
pengecualian yang jarang terjadi dalam alam, tidak ada pasangan alel-alel yang
secara normal dipindahkan bersama-sama dari satu generasi ke generasi lain.
Fenomena ini yang disebut hukum segregasi atau ukum pemisahan, digambarkan
oleh persilangan MM x Mm, mm Hanya jika kedua gen , M dan m, dari setiap
tanaman Bb berpisah dalam gamet yang berbeda dan dipindahkan secara terpisah
pada waktu reproduksi saja, maka dimungkunkan untuk diperoleh kombinasi
seperti (Pai, 1985: 67).
Persilangan monohibrid dalam ilmu genetika persilangan monohibrid
ditentukan oleh gen-gen yang memisah secara bebas, di mana pada pembentukan
gamet (Gametogenesis) untuk gen yang merupakan pasangan akan disegregasikan
ke dalam sel anakan. Gen yang terletak dalam lokus yang sama pada kromosom,
pada waktu gametogenesis gen sealel akan terpisah, masing-masing menuju ke
satu gamet. Hal ini dikenal juga dengan Hukum I Mendel (The Law of
Segregation of Allelic Genes) (Zaifbio, 2010: 50).
Berbeda dengan persilangan monohibrid yang hanya memperhatikan satu sifat
beda, maka persilangan dihibrid adalah persilangan antara dua individu sejenis
dengan dua sifat beda. Ciri-ciri persilangan Dihibrid, persilangan dengan
memperhatikan dua sifat beda, Jumlah gamet yang terbentuk pada setiap individu
adalah 4 (2n), Fenotip individu ditentukan oleh 2 macan sifat genetik, Dijumpai
maksimal 16 variasi genotip pada F2, 7 sifat kontras yang dimiliki ercis (Pisum
sativum), 7 sifat kontras yang dimiliki ercis (Zaifbio, 2010: 45).

5
BAB III
METODELOGI
A. Pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Kamis, 14 Maret 2019
Waktu : 13.00- Selesai
Tempat : Laboratorium IPA Biologi UIN Mataram
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Manik-manik (kancing model gena) berwarna-warni
b. Buku
c. Pena
2. Bahan
a. Kantong plastik putih (kotak genetika), sebagai organ kelamin.
Satu kotak sebagai stamen, satu kotak lain sebagai putik.
C. Cara Kerja
1. Menyiapkan Alat Dan Bahan
2. Misalkan kita mengawinkan dua tanaman Erchis bunga merah,
heterozigot (Mm), sebagai keturunan F1 dari perkawinan Erchis
bunga merah (MM) dengan putih (mm).
3. Memilih dua macam warnaa kancing model genetika: a. kancing
merah sebagai model gen merah (M, dominan). b. kancing putih
sebagai model gen putih (m, pasangan resesifnya).
4. Menyiapkan gamet-gamet jantan dan gamet-gamet betina, yang
terdiri dari gen M (kancing merah) dan gen m (kancing putih) yang
sama banyak, masin-masing 25
5. Memasukkan ke dalam kantung 1 (sebagai stamen) dan kantung 2
(sebagai putik), masing-masing 20 gamet M dan 20 gamet m
6. Melakukan penyilangan secara acak (dengan mata terpejam)
gamet-gamet dari kedua kantung. Mencatat hasil penyilangannya

6
pada tabel tabulasi data. Melakukan terus sampai semua gamet
habis disilangkan
7. Mengulangi penyilangan ini paling tidak dua kali (kita dapatkan 80
kejadian perkawinan). Semakin banyak kejadian perkawinan kita
dapatkan, semakin jelas hasilnya.

7
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Data Hasil Pengamatan
1. Gambar Hasil Pengamatan
No Gambar Keterangan
1 Kancing Genetika Gamet
jantan (monohibrid) dan
gamet betina ( dehibrid).
Yang digunakan untuk
menghitung jumlah
perkawinan silang yang
berjumlah 20 gamet.
2 Kancing genetika gamert
jantan dan gamet betina
,yang digunakan untuk
menghitung perkawinan
silang yang berjumlah 25
gamet

2. Data Hasil Pengamatan


a. Data hasil persilangan (pasangan manik-manik hasil penyilangan)
Genotip Penyilangan Penyilangan ∑ Rasio
muncul 1 2
MM IIIII IIIII
Mm IIIII IIIII IIIII
IIIII
Mm IIIII IIIII

8
b. Tabel Tabulasi data hasil persilangan Dhibrid
Genotip Muncul Jumlah/ frekuensi Rata-rata
Penyilangan Penyilangan II
I
MMBB IIIII
MMBb IIIII
MMbb II
MmBB IIII
MmBb IIIII IIIII
IIIII
Mmbb IIIII I
MmBB III
MmBb IIIII I
Mmbb III

B. Analis Data
a. Rasio Genotip (monohiberid)
Uji chi-Square (X²)
MM + Mm mm
Observasi 28 12
Ekspektasi 70 30
Deviasi (o-e) -42 -18
(d-1/2) -42,5 -18,5
(d-1/2)² 1806,25 + 342,25
X² hitung = 248,5
X² tabel = 7,815
X² hitung > X² tabel

9
b. Rasio Fenotip (dihiberid)
Uji chi- square (X²)
MB Mb mB mb
Observasi 27 9 9 3
Ekspektasi 81 24 24 9
Deviasi (o-e) -54 -15 -15 -6
(d-1/2) -34,5 -15,5 -15,5 -6,5
(d-1/2)² 2970,25 240,25 240,25 42,25
X² hitung = 3493
X² tabel = 24,996
X² htung > X² tabel
Mb =287
Mb =9
Mb =9
Mb =3
MB=27/16 x 48= 81
Mb= 9/16 x 48= 24
mB= 9/16 x 48= 24
mb= 3/16 x 48= 9
C. Pembahasan
Adapun pembahasan dari praktikum ini adalah sebagai berikut
persilangan monohidrit yaitu persilangan satu sifat beda, dengan
menggunakan kancing genetika merah 6 biji dan putih 6 biji. Pada percobaan
ini terdapat frekuensi berbeda dari setiap pengambilan kancing yaitu pada
tabel pengamatan 1 memiliki frekuensi 2 : 8 : 2, tabel pengamatan 2 memiliki
frekuensi 3 : 6 : 3, tabel pengamatan 3 memiliki frekuensi 2 : 8 : 2, tabel
pengamatan 4 memiliki frekuensi 4 : 4 : 4, tabel pengamatan 5 memiliki
frekuensi 1 : 10 : 1, tabel pengamatan 6 memiliki frekuensi 3 : 6 : 3, tabel

10
pengamatan 7 memiliki frekuensi 2 : 8 : 2, tabel pengamatan 8 memiliki
frekuensi 1 : 10 : 1, tabel pengamatan 9 memiliki frekuensi 3 : 6 : 3, tabel
pengamatan 10 memiliki frekuensi 3 : 6 : 3
Dilihat dari frekuensi tabel pengamatan 1 sampai 10 yang ada maka
perbandingan frekuensi yang paling sering muncul adalah perbandingan 3 : 6 :
3. Dari data diatas dapat ditentunkan data dominan dari perbandingan yang
ada yaitu 24 untuk (Merah – Merah), 72 untuk (Merah – Putih), dan 24 untuk
(Putih – Putih), kemudian dibagi banyaknya data yang diperoleh dari tabel
pengamatan sebanyak 120 lalu dikalikan 100% akan menghasilkan (MM) =
20%, (Mm) = 60%, (mm) = 20%.
Berdasarkan hasil tabel frekuensi diatas bahwa pada persilangan
monohibrid kancing genetika berwarna merah-putih (Mn) lebih dominan
dibandingkan kancing genetika hasil persilangan lainnya merah-merah (MM)
dan putih-putih (mm). Hal tersebut sama dengan percobaan yang dilakukan
oleh mahasiswa UNM yang bernama Arsil bahwa warna merah-putih (Mn)
lebih dominan dibandingkan warna merah-merah (MM) dan putih-putih
(mm), dengan frekuensi perbandingannya 2 (MM) : 8 (Mm) : 2 (mm).
Persilangan dihibrid Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua
sifat berbeda, dengan menggunakan kancing genetika berwarna merah (M),
putih (m), hitam (B), dan hijau (b). Pada percobaan dihibrib ini dilakukan
dengan cara menggabungkan masing-masing warna kancing genetika yaitu
warna merah dengan hitam (MB), merah dengan hijau (Mb), putih dengan
hitam (mB), dan putih dengan hijau (mb). Kemudian masing-masing warna
kancing genetika dimasukkan kedalam kantong baju lab/toples yang
disediakan secara terpisah sebanyak 13 biji. Pada percobaan dihibrib ini
terdapat satu tabel dan 1 data dengan frekuensi 6 : 3 : 4 : 0. Dari data yang
diperoleh setelah frekuensi dibagi banyaknya data yaitu 13 dan dikalikan
dengan 100% maka diperoleh hasil persilangan dihibrid kancing genetika
yaitu (MB) = 46,15%, (Mb) = 23,07%, (Mb) = 30,76%, (mb) = 0%.

11
Berdasarkan hasil tabel frekuensi diatas bahwa pada persilangan dihibrid
kancing genetika berwarna merah-hitam (MB) lebih dominan dibandingkan
kancing genetika hasil persilangan lainnya merah-hijau (Mb), putih-hitam
(mB), dan putih-hijau (mb). Hal tersebut sama dengan percobaan yang
dilakukan oleh mahasiswa UNM yang bernama Arsil bahwa warna merah-
hitam (MB) lebih dominan dibandingkan kancing genetika hasil persilangan
lainnya merah-hijau (Mb), putih-hitam (mB), dan putih-hijau (mb), dengan
frekuensi perbandingannya 6 (MB) : 3 (Mb) : 4 (mB) : 3 (mb).
Pada acara tersebut bahwa kami sudah mengamati beberapa kancing yang
dihitung masing-masing. Pada kancing yang berbeda akan di hitung
penyilangan dengn cra berbeda karena terdapat fenotip dan genotip yang
terjadi pada persilangan tersebut. Masing-masing akan dimasukkan ke
kantung baju untuk menghitung satu-persatu kancingnya. Untuk itu dilakukan
dengan cara yang sangat sederhana.

12
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kami dapat menunjukkan rasio genotip fenotip dari perkawinan monohidrit
yang akan dilakukan pada saat menghitung kancing tersebut. Persilangan
monohibrid yaitu persilangan satu sifat beda dengan menggunakan kancing
genetika berwarna merah 6 biji, kancing berwarna putih 6 biji dan kancing
berwarna merah-merah (MM), merah putih (Mm) dan putih-putih (mm) dengan
jumlah yang sama.
Kami dapat menunjukkan rasio genotip dan fenotip dari perkawinan dihibrid.
Persilangan dihibrid yaitu persilangan dua sifat beda dengan menggunakan
kancing berwarna merah (M), putih (m), hitam (B) dan hijau (b). Pada percobaan
ini dilakukan dengan cara menggabungkan masing-masing warna yaitu merah
dengan hitam (MB), merah dengan hijau (Mb), putih dengan hitam (mB) dan
putih dengan hijau (mb). Kemudian masing-masing warna di masukkan ke dalam
toples lalu dikocok-kocok sampai tercampur dan mulai pngambilan tanpa melihat
ke dalam toples.Kemudian mencatat hasil yang telah di teliti.
B. Kritik dan Saran
1. Kritik
Untuk kakak coassnya tidak ada lagi yang di kritik karena praktiknya
berjalan dengan lancar dan sangat baik.
2. Saran
Saran saya buat kakak coassnya semoga kedepannya bisa mendapatkan
kakak coass yang baik hati .

13
DAFTAR PUSTAKA
Apandy, Machidin dan Lanny T. Haty. 1991. Genetika. Jakarta: Erlangga.
Campbell. 2008. Biologi edisi kedelapan jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Munandar, Arsil. 2013. Persilangan monohibrib dan. (Diakses pada tanggal
30 Desember 2014 pukul 20.14 WITA).
Pratiwi, dkk. 2004. Pewarisan Sifat. Jakarta : Erlangga.
Pai, Anna C. 1985. Dasar-Dasar Genetika. Jakarta: Erlangga.
Sugiri. 1983. Biologi Dasar. Bogor: Erlangga.
Suryati, Dotti. 2011. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Bengkulu: Lab.
Agronomi.
Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga. Universitas
Bengkulu.

14
LAMPIRAN

15

You might also like