You are on page 1of 30

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK
ACARA I ALKALIMETRI-ASIDIMETR1

Kelompok 11
Disusun Oleh :
1. Nurmawati (H0915059)
2. Rossa Ivana (H0915072)
3. Yasinta Apsarina (H0915086)
4. Zaana Zain (H0915088)
5. Evi Handayani (H1915009)
6. Muhammad Jafar K (H1915016)
7. Yulianto P (H1915023)

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2016
ACARA I
ALKALIMETRI-ASIDIMETR1

A. Tujuan
1. Melakukan standarisasi NaOH dengan larutan baku primer
(COOH)2.2H2O (asam oksalat) dan standarisasi HCl dengan larutan
NaOH yang telah distandarisasi.
2. Menghitung kadar asam laktat pada susu UHT dan yogurt serta kadar
basa pada berbagai macam soda.
3. Menggambarkan dan memahami kurva pH titrasi serta dapat menentukan
titik ekuivalen bahan uji.

B. Tinjauan Pustaka
Susu segar merupakan bahan pangan yang sangat tinggi gizinya,
sehingga bukan saja bermanfaat bagi manusia tetapi juga bagi jasad renik
pembusuk. Kontaminasi bakteri mampu berkembang dengan cepat sekali
sehingga susu menjadi rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi. Untuk
memperpanjang daya guna, daya tahan simpan, maka diperlukan teknik
penanganan dan pengolahan. Salah satu upaya pengolahan susu yang sangat
prospektif adalah dengan fermentasi susu (Widodo,2002)
Yoghurt merupakan produk hasil fermentasi susu oleh baktri asam
laktat yang mempunyai cita rasa asam. Manfaat dari mengkonsumsi yoghurt
adalah membantu penderita lactose intoleran, melawan baktei patogen yang
sudah ada maupun yang baru masuk dan menginfeksi saluran pencernaan,
mereduksi kanker atau tumor di dalam saluran percernaa, mereduksi jumlah
kolesterol dalam darah dan member stimulan sistem syaraf, khusus untuk
saluran pencernaan dan stimulasi sistem pembuangan kotoran yoghurt
mempunyai total adar asam laktat sebesar 0,729%. Kadar asam laktat
diperoleh dengan rumus perhitungan sebagai berikut:
(NxV) NaOH x BE asam laktat x 1/10
Kadar asam laktat (%)= 𝑔𝑟 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛

(Harjiyanti dkk, 2013)


Yoghurt adalah produk susu fermentasi, memiliki beberapa manfaat
kesehatan. Yoghurt kultur starter terdiri dari campuran Streptococcus
thermophilus dan Lactobacillus delbrueckiisub sp Bulgaricus. Yoghurt terdiri
dari dua jenis yaitu set yoghurt dan stirred yoghurt. Sifat yoghurt dapat
ditingkatkan dengan penambahan dengan berbagai aditif. Metode alternatif
untuk meningkatkan kualitas yoghurt rendah lemak menjadi bidang minat
penelitian. Asam laktat dapat diproduksi oleh yoghurt. Hal ini dapat
digunakan sebagai sumber untuk produksi asam laktat oleh Lactobacillus
casei (Aswal, 2012)
Produk susu fermentasi dibedakan berdasarkan jenis bakteri asam
laktatnya. Bakteri asam laktat akan menghidrolisis laktosa yang di dalam
susu, menjadi berbagai macam senyawa karbohidrat lebih sederhana. Proses
fermentasi mengakibatkan aktivitas mikroba meningkat, penurunan pH dan
peningkatan kadar asam dalam produk fermentasi. Jumlah populasi bakteri
asam laktat dalam suatu produk susu fermentasi menjadi indikator kualitas
mikrobiologis produk tersebut (Afriani, 2010).
Susu yang melalui proses UHT akan memiliki masa kadaluwarsa lebih
panjang dibandingkan dengan susu pasteurisasi. Susu dengan proses UHT
akan steril karena bakteri pembusuk, patogen dan berspora akan mati
sehingga susu aman dikonsumsi. Kasus keracunan setelah minum susu yang
disebabkan oleh S.aureus terjadi karena kontaminasi selama penyimpanan
maupun proses produksi (Suwito, 2010). Susu merupakan minuman bergizi
tinggi karena mengandung hamper semua zat gizi yang diperlukan oleh tubuh
manusia sehingga baik untuk dikonsumsi. Susu juga merupakan komponen
bahan pangan yang tersusun oleh zat-zat yang seimbang (Wahyudi, 2006).
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi operasional produksi
asam laktat adalah pH. Diakui bahwa rentang pH yang menguntungkan
adalah 5,0-6,0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam aktat tertinggi
hasil (93 gram∕L) dicapai pada pH 6,0-6,5. Kristofikov mengungkapkan
bahwa variasi pH tidak berpengaruh pada produksi asam malat dan fumarat
oleh produk (Zhang, 2007).
Menurunnya pH susu disebabkan karena laktosa digunakan sebagai
sumber energi dan karbon bakteri untuk menghasilkan asam laktat sehingga
kadar asam meningkat dan menyebabkan keasaman (pH) menurun. Hal ini
disebabkan karena kadar laktosa dalam susu UHT lebih tinggi dari susu
bubuk. Menurut SNI 01-2891- 1992, kadar asam laktat dihasilkan sebagai
akibat dari fermentasi oleh bakteri asam laktat, dimana laktosa didegradasi
menjadi gula-gula sederhana (glukasa dan galaktosa) yang pada akhirnya
menjadi asam laktat (Zakaria, 2009). Asidimetri adalah penentuan kadar basa
dari suatu contoh dengan menggunakan larutan baku standar asam serta
menggunakan indikator pH yang sesuai (Listyono, 2010). Metode asidimetri
adalah metode yang meliputi titrasi basa bebas atau basa yang berasal dari
hidrolisis gram garam asam lemah dengan suatu larutan standar asam. Reaksi
reaksi ini melibatkan penggabungan ion-ion hidrogen dengan hidroksida
membentuk air (Widodo, 2009).
Alkalimetri adalah metode berdasarkan pada reaksi netralisasi yaitu
reaksi antara ion hidrogen (berasal dari asam) dengan ion hodiroksida
(berasal dari basa) yang membentuk molekul air. Karenanya alkalimetri dapat
didefinisikan sebagai metode untuk menetapkan kadar asam dari suatu bahan
dengan menggunakan larutan basa yang sesuai. Titran yang digunakan adalah
NaOH. NaOH mudah bereaksi dengan CO2 membentuk garam karbonat
(Andari, 2013).
Natrium hidroksida (NaOH) dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida merupakan jenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk
dari oksida basa natrium oksida yang dilarutkan dalam air. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan dalma air.
NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbon dioksidadari
udara bebas. NaOH juga sangat larut dalam air dan akan melepaskan kalor
ketika dilarutkan dalam air. Oleh karena NaOH yang bersifat higroskopis dan
mudah menyerap CO2, NaOH bukan merupakan larutan baku primer dan
harus distandarisasi untuk mengetahui normalitasnya (Prasetya, 2012).
Soda abu, juga dikenal sebagai natrium karbonat (Na2CO3),
merupakan bahan kimia alkali halus dari tronamineral atau dari air asin alami
natrium karbonat bearing (abu soda ini disebut sebagai soda ash alam) atau
dibuat dari satu dari beberapa proses kimia (abu soda dari proses ini disebut
sebagai soda ash sintetis). Soda abu merupakan senyawa industri yang
penting digunakan untuk memproduksi bahan kimia, kaca, pulp dan kertas,
sabun dan deterjen (Kostick, 2011).
Kalium karbonat memiliki sifat yang sangat higroskopis dan bereaksi
dengan basa jika dilarutkan dalam air, kalium karbonat relatif tinggi
terkandung dalam pelepah pisang. Kalium karbonat dapat dijadikan sebagai
bahan baku pembuatan pupuk. Namun, senyawa tersebut tidak dapat langsung
digunakan karena kalium karbonat dan ekstrak abu itu sifatnya sangat
higroskopis, sehingga penyimpanannya dan pengangkutannta memerlukan
perhatian yang khusus. Senyawa kalium karbonat memiliki kelarutan yang
lebih tinggi dibanding dengan senyawa karbonat lainnya baik dalam air
maupun alkohol (Endahwati, 2010).
Asam oksalat merupakan asam organik kuat dengan nilai pKa seberat
1,3 dan 4,3. Molekul asam oksalat terdiri dari dua gugus karboksil yang
saling terkait sehingga lebih dikenal dengan nama asam dikarboksilat.
Senyawa ini banyak ditemukan sebagai garam asam dalam berbagai tanaman
yang berasa asam. Asam oksalat dapat mengganggu lapisan usus apabila
dikonsumsi dan berakibat fatal jika dikonsumsi secara berlebihan. Asam
oksalat dapat bergabung dengan logam seperti kalsium didalam tubuh untuk
membentuk kristal oksalat yang dapat mengganggu usus dan ginjal.
Konsumsi jangka panjang makanan yang mengandung kadar asam oksalat
tinggi dapat menyebabkan kekurangan gizi (Irmanto dan Suyata, 2006).
Titrasi adalah metode penetapan kadar suatu larutan dengan
menggunakan larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Dalam
menggunakan larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Dalam
hal ini, suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti (larutan
standar), ditambahkan secara bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya
tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut
berlangsung sempurna (Chandra dan Hendra, 2012). Larutan standar
merupakan larutan yang sudah diketahui konsetrasinya. Larutan standar
biasanya ditambahkan dalam sebuah buret. Proses penambahan bahan larutan
standar sampai reaksi tepat lengkap disebut dengan titrasi. Titik dimana reaksi
tepat lengkap disebut titik ekuivalen atau titik akhir teoritis, suatu titrasi
diperlukan penambahan reagensia yang dikenal sebagai indikator perhitungan
yang digunakan dalam titrasi adalah VA x NA = VB x NB (Basset et al, 1994).
Dalam titrasi diperlukan adanya standarisasi. Standarisasi merupakan
proses dimana konsentrasi suatularutan dipastikan dengan tepat. Suatu larutan
standar terkadang dapat disiapkan dengan melarutkan suatu sampel zat
terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan tepat, dalam volume larutan
yang diukur dengan tepat. Tetapi metode ini tidak dapat diterapkan secara
umum karena relatif hanya sedikit reagensia kimia dapat diperoleh dalam
bentuk yang cukup murni untuk memenuhi tuntutan analisis mengenai
ketepatan (Day dan Underwood, 1992)
Dalam titrasi asam basa, indikator digunakan untuk menunjukkan
perubahan warna yang tajam pada interval pH. Pigmen alami pada tanaman
sangat berwarna zat dan dapat menunjukkan perubahan warna dengan variasi
pH. Sebuah usaha telah dilakukan untuk mengetahui aktivitas indikator
ekstrak buah Punica granatum methanol dan mengganti indikator sintetik
karena memiliki kelemahan tertentu seperti polusi kimia, masalah
ketersediaan dan biaya tinggi (Navin, 2011).
Larutan standar merupakan larutan yang konsentrasinya telah
ditetapkan dengan akurat. Suatu zat-zat standar primer harus memenuhi
persyaratan berikut:
a. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan dan
mudah dipertahankan dalam keadaan murni.
b. Zat tidak higroskopis.
c. Zat harus dapat diuji terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif
atau uji-uji yang kepekaannya diketahui.
d. Zat harus mempunyai kepekaan yang tinggi.
e. Zat harus mudah larut dalam kondisi-kondisi dimana ia digunakan.
f. Reaksi terhadap larutan standar harus stoikiometrik dan praktis sekejap
(Basset dkk, 1994)
Reaksi yang digunakan dalam analisis titrimetri dapat dibagi dalam
dua golongan utama yaitu:
a. Reaksi dalam mana tak terjadi perubahan keadaan oksidasi, reaksi ini
bergantung pada bersenyawanya ion-ion.
b. Reaksi oksidasi – reduksi ini melibatkan suatu perubahan keadan oksidasi,
atau dengan kata lain pemindahan elektron.
Namun, demi kemudahan kedua tipe reaksi diatas dibagi menjadi
empat golongan utama yaitu:
a. Reaksi penetralan atau asidimetri dan alkalimetri.
b. Reaksi pembentukan kompleks.
c. Reaksi pengendapan.
d. Reaksi oksidasi-reduksi (Basset dkk, 1994).
Kesetimbangan asam-basa merupakan topik yang penting dalam
seluruh ilmu kimia dan bidang lain seperti pertanian yang memanfaatkan
kimia. Titrasi yang melibatkan asam dan basa dipergunakan secara meluas
dalam pengawasan analitis produk dalam perdagangan, dan disosiasi asam
dan basa menunjukkan pengaruh yang penting terhadap proses metabolik sel
hidup. Dalam evaluasi suatu reaksi yang akan merupakan dasar suatu titrasi,
salah satu aspek yang penting adalah jauhnya reaksi itu berjalan menuju
kesempurnaan di dekat titik kesetaraan. Dalam menguji suatu reaksi untuk
menetapkan apakah reaksi itu dapat digunakan untuk suatu titrasi, pembuatan
suatu kurva titrasi akan membantu pemahaman. Untuk titrasi asam basa suatu
kurva titrasi terdiri dari suatu alur pH dan pOH versus militeran titran. Kurva
semacam itu membantu dalam mempertimbangkan kelayakan suatu titrasi
dan dalam memilih indikator yang tepat (Day and Underwood, 1992).
Buret digunakan untuk menghantarkan volume yang diketahui dengan
tepat namun dapat diubah-ubah, kebanyakan dalam titrasi. Buret haruslah
dibersihkan dengan seksama untuk memastikan larutan mengalir ke bawah
dengan seragam pada dinding-dinding buret. Suatu larutan air dalam sebatang
buret membentuk permukaan cekung yang dirujuk sebagai suatu meniskus.
Sebelum suatu titrasi dimulai, haruslah dipastikan bahwa dalam paruh buret
itu tidak ada gelembung udara (Day and Underwood, 1992).
Titrasi asidimetri adalah titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk
karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dengan suatu asam
standar. Dan titrasi asam bebas atau asam yang terbentuk dari hidrolisis
garam yang berasal dari basa lemah dengan suatu basa standar disebut titrasi
alkalimetri (Basset dkk, 1994). Titrasi alkalimetri merupakan penentuan
kadar asam suatu bahan dengan menggunakan larutan baku standar basa, serta
indikator pH yang sesuai. Dalam praktikum ini menentukan kadar asam laktat
dalam susu dan susu asam. Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok
bakteri gram positif, tidak berspora, berbentuk bulat atau batang dan dapat
mengubah karbohidrat menjadi asam laktat. Asam laktat yang dihasilkan
dapat menyebabkan terjadinya penurunan pH lingkungan. pH yang rendah
dapat menghambat kontaminasi mikrobia patogen (Sari, 2012).
Bakteri asam laktat (BAL), istilah bakteri asam laktat mulanya
ditujukan hanya untuk sekelompok bakteri yang menyebabkan keasaman
pada susu. Secara umum BAL didefinisikan sebagai suatu kelompok bakteri
gram positif, tidak menghasilkan spora, berbentuk bulat atau batang yang
memproduksi asam laktat sebagai produk akhir metabolik utama selama
fermentasi karbohidrat. BAL dikelompokkan ke dalam beberapa genus antara
lain Streptococcus, Leuconostoc, Pediococcus, Lactobacillus (Pato, 2003).
Phenolphthalein (PP) adalah anggota terkenal dalam keluarga
indicator asam-basa. Senyawa ini dapat disintesis oleh rekasi kondensasi dari
fenol dan phtalicanhidrida. Indikator phenolfthalein yang dikenal baik adalah
asam dwiprotik dan tak berwarna. Mula mula zat ini berdisosiasi menjadi
suatu bentuk tak berwarna dan kemudian dengan kehilangan proton ke dua,
menjadi ion dengan sistem konjugasi, timbullah warna merah. Perubahan
warna dari tak berwarna menjadi berwarna ke merah. Dengan range pH 8,0-
9,6. Jingga metil, suatu indikator lain yang luas pemakaiannya adalah suatu
basa dan berwarna kuning dalam bentuk molekulnya. Penambahan ion
hidrogen akan menghasilkan kation yang berwarna merah muda. Range pH
dari metil merah adalah 4,2-6,2 (Petrusevski, 2007).

C. Metodologi
1. Alat
a. Buret
b. Erlenmeyer
c. Gelas Beker
d. Gelas ukur
e. Labu takar
f. Neraca analitik
g. pH meter
h. Pipet
i. Pro pipet
j. Statif
2. Bahan
a. Aquades
b. Asam oksalat (COOH)2.2H2O
c. Indikator metil merah
d. Indikator PP
e. Larutan HCl
f. Larutan NaOH
g. Soda abu (Na2CO3)
h. Soda kaustik (NaOH)
i. Susu UHT
j. Yogurt
3. Cara Kerja
1. Standarisasi NaOH dengan Larutan (COOH)2.2H2O

0,1 gram asam


oksalat

25 ml Pengenceran dalam labu takar


aquades

3 tetes Pengambilan 25 ml asam


indikator PP oksalat ke dalam erlenmeyer

Larutan Penitrasian
NaOH

Gambar 1.1 Diagram Alir Standarisasi NaOH dengan Larutan


(COOH)2.2H2O

2. Penentuan Kadar Asam Laktat pada Susu UHT/Yogurt

5 ml sampel + 5
ml aquades

3 tetes Penambahan dalam beaker


indikator PP glass

Larutan Penitrasian
NaOH

Pengukuran pH 0, 2, 4, 6, 8 ml
dan x ml

Pencatatan penambahan
volume NaOH
Gambar 1.2 Penentuan Kadar Asam Laktat pada Susu UHT/Yogur
3. Standarisasi HCl dengan Larutan NaOH Terstandarisasi

NaOH 10 ml

3 tetes Penambahan ke dalam


indikator PP erlenmeyer

Larutan Penitrasian
HCl

Gambar 1.3 Diagram Alir Standarisasi HCl dengan Larutan NaOH


Terstandarisasi

4. Penentuan Kadar Basa pada Sampel Soda Abu dan Soda Kaustik

0,35 gr sampel +
100 ml aquades

3 tetes Penambahan dalam beaker


indikator PP glass

Larutan Penitrasian
HCl

Pengukuran pH 0, 2, 4, 6, 8 ml
dan x ml

Pencatatan penambahan
volume HCl

Gambar 1.4 Diagram Alir Penentuan Kadar Basa pada Sampel Soda
Abu dan Soda Kaustik
D. Hasil dan Pembahasan
Alkalimetri adalah metode berdasarkan pada reaksi netralisasi yaitu
reaksi antara ion hidrogen (berasal dari asam) dengan ion hodiroksida
(berasal dari basa) yang membentuk molekul air. Karenanya alkalimetri dapat
didefinisikan sebagai metode untuk menetapkan kadar asam dari suatu bahan
dengan menggunakan larutan basa yang sesuai. Titran yang digunakan adalah
NaOH. NaOH mudah bereaksi dengan CO2 membentuk garam karbonat
(Andari, 2013).
Natrium hidroksida (NaOH) dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida merupakan jenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk
dari oksida basa natrium oksida yang dilarutkan dalam air. NaOH juga sangat
larut dalam air dan akan melepaskan kalor ketika dilarutkan dalam air. Oleh
karena NaOH yang bersifat higroskopis dan mudah menyerap CO2, NaOH
bukan merupakan larutan baku primer dan harus distandarisasi untuk
mengetahui normalitasnya (Prasetya, 2012).
Larutan NaOH distandarisasi dengan asam oksalat (COOH)2.2H2O
0,1N dengan reaksi (COOH)2 + 2NaOH -> Na2C4O4 + 2H2O (Basset dkk,
1994). Normalitas NaOH didapatkan dari perhitungan (V.N) (COOH)2.2H2O
= (V.N) NaOH. Dalam percobaan ini menggunakan indikator PP 1%.
Phenolphthalein (PP) adalah senyawa kimia dengan rumus C20H14O4.
Indikator PP merupakan bentuk asam lemah, sehingga bila ditambahkan ion-
ion OH- dari NaOH akan menggeser kesetimbangan ke arah kanan sehingga
menyebabkan indikator menjadi berwarna merah muda yang range pHnya
berkisar 8,0-9,6. Dimana perubahan warna ini menunjukkan titik ekuivalen
yang terjadi pada saat titrasi (Basset dkk, 1994).
Tabel 1.1 Standarisasi NaOH dengan Larutan Baku Primer (COOH)2.2H2O
N as.oks V as.oks N NaOH V NaOH
Perubahan Warna
(N) (ml) (N) (ml)
0.0635 25 0.019 14.6 Bening-ungu muda
0.0635 25 0.0979 16.2 Bening-merah muda
0.0635 25 0.1118 14.2 Bening-merah muda
Rata-rata 0.106
Sumber: Laporan Sementara
Berdasarkan Tabel 1.1 yakni standarisasi NaOH dengan larutan baku
primer asam oksalat 0,1 N, diperoleh data volume NaOH yang pada
percobaan pertama yaitu 14,6 ml, sehingga dengan persamaan mol diketahui
nilai normalitas NaOh sebesar 0,019 N, pada percobaan kedua volume NaOH
yang ditambahkan adalah 16,2 ml sehingga normalitas NaOH sebesar 0,0979
N. pada percobaan ketiga volume NaOH yang ditambahkan adalah sebesar
14,2 ml sehingga dapat diketahui normalitas NaOH sebesar 0,1118 N. dari
ketiga percobaan didapatkan perubahan warna yang sama yaitu dari yang
awalnya bening menjadi merah muda. Normalitas NaOH didapatkan dengan
persamaan mol saat terjadi titik ekivalen, dimana mol titran sama dengan mol
titrat, mol merupakan normalitas dikalikan dengan volume larutan, sehingga
didapatkan nilai normalitas. NaOH juga sangat larut dalam air dan akan
melepaskan kalor ketika dilarutkan dalam air. Oleh karena NaOH yang
bersifat higroskopis dan mudah menyerap CO2, NaOH bukan merupakan
larutan baku primer dan harus distandarisasi untuk mengetahui normalitasnya
(Prasetya, 2012).
Tabel 1.2 Penentuan Kadar Asam Laktat pada Susu dan Susu Asam
Bahan Shift ml V NaOH N Perubahan warna Kadar
uji bahan (ml) NaOH (%)
Yoghurt 1 10 3.9 0.106 Putih-merah 0,372
muda
2 10 4.1 0.106 Putih-merah 0,391
muda
Susu 1 10 0.8 0.106 Putih-merah 0,076
UHT muda
2 10 0.6 0.106 Putih-merah 0,057
muda
Sumber: Laporan Sementara
Pada Tabel 1.2 penentuan kadar asam laktat pada susu dan susu asam
menggunakan titran NaOH yang telah distandarisasi dengan asam oksalat
sehingga telah diketahui normalitasnya yaitu 0,106 N. Menurut Zakaria
(2009), reaksi yang berlangsung adalah C3H6O3 + NaOH  NaC3H5O3 +
H2O. Dimana satu molekul asam laktat akan bereaksi dengan satu molekul
natrium hidroksida menghasilkan satu molekul natrium laktat dan satu
molekul air.
Pada percobaan kali ini terdapat 2 sampel yang digunakan yaitu susu
UHT dan yogurt. Hal ini dimaksudkan untuk membandingkan kadar asam
laktat dari beberapa bahan yaitu susu UHT dan yogurt. Pada praktikum kali
ini shift 1 dan shift 2 menggunakan sampel yogurt. Kadar asam laktat yang
diperoleh dari yogurt adalah sebesar 0,372% dengan volume NaOH 3,9 ml.
Terjadi perubahan warna dari putih menjadi merah muda dari semua sampel
baik susu UHT maupun yogurt.
Pada percobaan shift 1 dan shift 2 bahan yang digunakan adalah susu
UHT sebanyak 5 ml yang ditambahkan dengan aquades sebanyak 5ml.
Sebelum dilakukan titrasi maka terlebih dahulu ditambahkan indikator PP 1%
pada titrat sebanyak 3 tetes, proses titrasi pada masing-masing bahan
dihentikan saat proses telah mencapai titik ekuivalen yang ditandai dengan
perubahan warna larutan sampel dari putih menjadi merah muda. Pada shift 1
adalah sebesar 0,391% dengan volume NaOH 4,1 ml, pada shift 2 adalah
sebesar 0,076% dengan volume NaOH 0,8 ml dan sebesar 0,057% dengan
volume NaOH 0,6 ml. Dari hasil percobaan penentuan kadar asam yang
dilakukan dapat dilihat bahwa kadar asam laktat yang terbesar terdapat pada
yogurt yaitu sebesar 0,391% dengan volume NaOH yang diperoleh sebesar
4,1 ml dan Kadar asam laktat terendah diperoleh pada susu UHT yaitu
sebesar 0,057 %. Menurut Pato (2003), faktor yang mempengaruhi kadar
asam laktat pada suatu produk yaitu, jenis produk itu sendiri, selain itu
adanya bakteri asam laktat (BAL) pada produk juga mempengaruhi aktifitas
produksi asam laktat. Di samping itu pada pengujian kadar asam laktat
dengan menggunakan larutan baku standar NaOH, konsentrasi NaOH juga
mempengaruhi kadar asam laktat pada setiap produk.
Dari data di atas dapat dibandingkan dua percobaan yang sama. Hal
yang mempengaruhi perbedaan kadar asam laktat meskipun percobaan yang
dilakukan menggunakan bahan dan konsentrasi titran yang sama antara lain
adalah faktor manusia yaitu pada saat penentuan titik ekuivalen, dimana
setiap kelompok pada saat penentuan titik ekivalen memiliki pengukuran
yang berbeda. Faktor yang mempengaruhi besarnya kadar dari asam laktat
adalah volume dari NaOH, berat bahan yang ditimbang, BE asam laktat dan
normalitas NaOH. Kadar asam laktat berbanding lurus dengan volume dan
normalitas NaOH, dan BE dari asam laktat. Sedangkan kadar dari asam laktat
berbanding terbalik terhadap berat bahan. Pada percobaan masih banyak
ditemukan kesalahan dalam perhitungan maupun ketidaktelitian praktikan
dalam membaca skala pada buret (Sari, 2012).
Tabel 1.3 Kurva Titrasi Bahan Uji Yogurt dengan NaOH 0.106 N
ml Titran (x) pH (y)
0 2.79
2 4.93
4 8.44
6 9.94
10 10.285
Sumber: Laporan Sementara
Berdasarkan Tabel 1.3 titrasi bahan uji yogurt dengan NaOH 0.106 N
diketahui bahwa semakin banyak titran yang ditambahkan (volume NaOH)
maka pH akan semakin naik dari keadaan asam menjadi basa. Indikator yang
digunakan dalam titrasi ini adalah phenolphthalein (PP) 1% yang mempunyai
range pH 8,0-9,6. Titrasi yoghurt dengan NaOH dilakukan pengukuran pH
pada volume 0 ml; 2ml; 4ml; 6ml; 10ml.titik ekuivalen terjadi pada 4ml tiran
dengan pH 8,44. Dari percobaan didapatkan pH 2,79 pada saat 0 ml titran; pH
4,93 pada saat 2 ml titran; pH 8,84 pada saat 4 ml titran dan terjadi ekuivalen
;pH 9,94 pada saat 6 ml titran dan pH 10,285 pada saat 10 ml titran.
Tabel 1.4 Kurva Titrasi Bahan Uji Susu UHT dengan NaOH
ml Titran (x) pH (y)
0 6.02
0.7 8.875
2 11.56
4 12.77
6 13.25
10 13.695
Sumber: Laporan Sementara
Berdasarkan Tabel 1.4 titrasi bahan uji susu UHT dengan NaOH
0.106 N diketahui bahwa semakin banyak titran yang ditambahkan (volume
NaOH) maka pH akan semakin naik dari keadaan asam menjadi basa.
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah phenolphthalein (PP) 1%
yang mempunyai range pH 8,0-9,6. Titrasi susu UHT dengan NaOH
dilakukan pengukuran pH pada volume 0 ml; 2ml; 4ml; 6ml; 10ml. Titik
ekuivalen terjadi pada 0,7ml tiran dengan pH 8,875. Dari percobaan
didapatkan pH 6,02 pada saat 0 ml titran; pH 8,875 pada saat 0,7 ml titran dan
terjadi ekuivalen; pH 11,56 pada saat 2ml titran;pH 12,77 pada saat 4ml titran
;pH 13,25 pada saat 6ml titran dan pH 13,695 pada saat 10 ml titran.

Yogurt
12

10

8
pH

6
Y-Values
4

0
0 2 4 6 8 10 12
Vol.Titran

Gambar 1.5 Grafik Titrasi Yogurt dengan NaOH


Kurva titrasi merupakan kurva hubungan antara ml titran sebagai
sumbu X dan pH sebagai sumbu Y. Dimana pada percobaan ini titran yang
digunakan adalah NaOH 0,053 N. Berdasarkan Gambar 1.5 titrasi yogurt
dengan larutan NaOH titik ekuivalen terjadi pada 4ml tiran dengan pH 8,44.
Dari kurva titrasi dapat dilihat bahwa kurva yang dihasilkan semakin naik.
Susu UHT
16
14
12
10
pH

8
6 Y-Values
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12
Vol.Titran

Gambar 1.6 Grafik Titrasi Susu UHT dengan NaOH


Sedangkan pada Gambar 1.6 titrasi susu UHT dengan NaOH titik
ekuivalen terjadi pada 0,7 ml titran dengan pH 8,875. Dari kurva titrasi dapat
dilihat bahwa kurva yang dihasilkan semakin naik. Hal ini menunjukkan nilai
pH yang semakin besar setelah penambahan volume titran. Hal ini
dikarenakan karena penambahan NaOH menyebabkan larutan menjadi
semakin basa.

(Sumber : Day and Underwood. 1980. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi


Kelima. Erlangga. Jakarta )
Dari uji titrasi yang dilakukan pada dua sampel yaitu yogurt dan susu
UHT, dihasilkan grafik yang sudah sesuai dengan teori. Menurut Underwood
(1980), grafik titrasi asam dengan titran NaOH yang merupakan larutan basa
kuat , akan menghasilkan grafik yang terus naik karena pH nya yang semakin
besar. Dalam grafik terdapat satu titik ekuivalen, dimana saat titik itu
menunjukkan tepat sampel mengalami perubahan warna. Dari hasil
praktikum didapatkan grafik yang sudah sesuai dengan teori, dimana
grafiknya naik dan terdapat titik ekuivalen.
Tabel 1.5 Standarisasi HCl dengan Larutan Baku Primer NaOH
V NaOH N HCl V HCl
N NaOH (N) Perubahan warna
(ml) (N) (ml)
0,106 10 0,101 10,5 Kuning – merah
0,106 10 0,102 10,4 Kuning – merah
0,106 10 0,103 10,3 Kuning – merah
0,106 10 0,104 10,2 Kuning – merah
Rata-rata 0,1025
Sumber : Laporan Sementara
Berdasarkan Tabel 1.5 dapat dilihat bahwa HCl dititrasi dengan
larutan NaOH yang telah distandarisasi sebelumnya yang diketahui yaitu
0,106 N. Volume NaOH yang diambil adalah 10 ml, maka dilakukanlah
standarisasi dengan HCl sebagai titran. Pada data baris 1 didapatkan volume
HCl sebesar 10,5 ml sehingga diperoleh N HCl sebesar 0,101 N. Pada data
baris 2 didapatkan volume HCl sebesar 10,3 ml sehingga diperoleh N HCl
sebesar 0,102 N. Pada data baris 3 didapatkan volume HCl sebesar 10,3 ml
sehingga diperoleh N HCl sebesar 0,103 N. Sedangkan untuk data baris 4
didapatkan volume HCl sebesar 10,4 ml sehingga diperoleh N HCl sebesar
0,104 N. Dari keempat data diatas, didapatkan rata-rata N HCl sebesar 0,1025
N. Pada saat titrasi terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah.
Dimana perubahan warna ini menunjukkan titik ekuivalen yang terjadi pada
saat titrasi.
Asidimetri adalah penentuan kadar basa dari suatu contoh dengan
menggunakan larutan baku standar asam (Listyono, 2010). Metode asidimetri
adalah metode yang meliputi titrasi basa bebas atau basa yang berasal dari
hidrolisis gram garam asam lemah dengan suatu larutan standar asam. Reaksi
reaksi ini melibatkan penggabungan ion-ion hidrogen dengan hidroksida
membentuk air (Widodo, 2009).
HCl perlu distandarisasi karena HCl bukan merupakan larutan baku
primer dan konsentrasinya berubah-ubah seiring dengan waktu kontaknya
dengan udara. Selain itu HCl juga bersifat hogroskopis dan mudah menyerap
CO2. Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl).
Larutan tersebut adalah asam kuat (Chandra, 2012).
Indikator yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metil merah
(MM) yang mempunyai range pH 4,8 – 6,0. Penggunaan indikator MM
karena berdasarkan proses penetralan yaitu jika asam kuat direaksikan dengan
basa kuat maka akan saling menetralkan yang akan berakhir pada pH = 7 ini
kurang tepat karena range pH MM tidak mencakup pH 7. Indikator MM
mulai berubah warna pada pH 6,0 atau saat jumlah NaOH belum mencapai
setara dengan HCl, namun telah berubah menjadi jingga sebelum mencapai
titik ekuivalen. Reaksi HCl dengan NaOH:
HCl + NaOH  NaCl + H2O
(Oxtoby, 2001)
Konsentrasi HCl dapat dicari dengan menggunakan titrasi asam-basa.
Konsentrasi HCl dinyatakan dalam bentuk normalitasnya, normalitas yakni
jumlah mol ekuivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan, dan dihitung dengan
rumus : (N . V) NaOH = (N . V). HCl Selanjutnya HCl tersebut digunakan
untuk menentukan kadar basa pada soda abu dan soda kue. Jadi, adapun
faktor- faktor yang dapat mempengaruhi normalitas HCl adalah Normalitas
NaOH, Volume NaOH serta Volume HCl itu sendiri (Oxtoby, 2001).
Tabel 1.6. Penentuan Kadar Basa pada Berbagai Macam Soda

V HCl N HCl Kadar basa


Bahan Shift ml Bahan
(ml) (N) (%)

1 10 6 0,1025 0,5904
Soda Abu
2 10 5,5 0,1025 0,5412
1 10 7,45 0,1025 0,3055
Soda Kaustik
2 10 6,4 0,1025 0,2624
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 1.6 menunjukan hasil yang diperoleh pada percobaan
penentuan kadar basa pada soda abu dan soda kaustik secara asidimetri.
Normalitas HCl yang digunakan 0,1025 N yang di dapat dari standarisasi
sebelumnya, dengan volume bahan 10 ml. Percobaan yang dilakukan shift 1
(soda abu) volume HCl yang dibutuhkan sebanyak 6 ml sehingga kadar basa
yang didapat sebesar 0,5904%. Percobaan yang dilakukan shift 2 (soda abu)
volume HCl yang dibutuhkan sebanyak 5,5 ml sehingga kadar basa yang
didapat sebesar 0,5412%. Percobaan yang dilakukan shift 1 (soda kaustik)
volume HCl yang dibutuhkan sebanyak 7,45 ml sehingga kadar basa yang
didapat sebesar 0,3055%. Percobaan yang dilakukan shift 2 (soda kaustik)
volume HCl yang dibutuhkan sebanyak 5,71 ml sehingga kadar basa yang
didapat sebesar 0,2624%. Rata-rata kadar basa dalam soda abu adalah
0,5658%, sedangkan pada soda kaustik adalah 0,2840%. Faktor- faktor yang
dapat mempengaruhi kadar basa dari suatu sampel yaitu normalitas HCl,
volume HCl, BE sampel, serta massa bahan. Kadar basa berbanding lurus
dengan normalitas HCl, volume HCl dan BE sampel dan berbanding terbalik
dengan massa beban. Dari tabel 1.6 dapat disimpulkan bahwa kadar basa
soda abu lebih besar dari pada soda kaustik. Indikator yang digunakan dalam
praktikum ini adalah metil merah yang mempunyai range pH 4.2 – 6.2.
Pemilihan indikator berdasarkan perkiraan pH larutan saat mencapai titik
ekuivalen yang kurang dari 7. Reaksi soda abu dengan HCl:
Na2CO3 + 2HCl  2NaCl + H2CO3
(Oxtoby, 2001)
Natrium Karbonat (soda abu) merupakan garam yang bersifat basa.
Jika garam ini direaksikan dengan HCl akan menghasilkan asam karbonat.
Dalam larutan, asam karbonat terurai menjadi H2O dan CO2. Keberadaan
asam ini menyebabkan pH larutan saat ekuivalen bersifat asam (>7) dan
berada di range indikator metil merah. Adapun reaksi NaOH dengan HCl
sebagai berikut :
NaOH + HCl  NaCl + H2O
(Gunarti, 2013)
Tabel 1.7 Kurva Titrasi Bahan Uji Soda Abu dengan HCl
ml titran (x) pH (y)
0 11,115
2 9,75
4 6,795
5,75 5,77
6 4,26
10 1,93
Sumber : Laporan Sementara
Dari tabel 1.7 dapat diketahui nilai x (ml titran yang ditambahkan)
saat terjadi perubahan warna untuk uji soda abu dengan larutan HCl..
Perubahan warna terjadi saat ml titran yang ditambahkan adalah 5,75 ml dan
pada kondisi ini pH larutan sebesar 5,77. Pada volume titran 0 ml pH nya
11,115 kemudian dititrasi volume 2 ml dengan pH 9,75; volume 4 ml dengan
pH 6,795; volume 5,75 ml dengan pH 5,77; volume 6 ml dengan pH 4,26 dan
volume titran 10 ml dengan pH 1,93.
Tabel 1.8 Kurva Titrasi Bahan Uji Soda Kaustik Dengan HCl
ml titran (x) pH (y)
0 11,07
2 11,9
4 11,67
6 8,115
6,925 5,735
10 1,925
Sumber : Laporan Sementara
Dari tabel 1.8 dapat diketahui nilai x (ml titran yang ditambahkan)
saat terjadi perubahan warna untuk uji soda kaustik dengan larutan HCl..
Perubahan warna terjadi saat ml titran yang ditambahkan adalah 6,925 ml dan
pada kondisi ini pH larutan sebesar 5,735. Pada volume titran 0 ml pH nya
11,07 kemudian dititrasi volume 2 ml pH 11,9; volume 4 ml pH 11,67;
volume 6 ml pH 8,115; volume 6,925 ml pH 5,735 dan volume titran 10 ml
dengan pH 1,925. Jika data tersebut ditabulasikan dalam bentuk grafik akan
menghasilkan grafik seperti berikut :
Soda Abu
12

10

8
pH

6
Soda Abu
4

0
0 2 4 6 8 10 12
Vol. Titran

Gambar 1.7 Grafik Titrasi Soda Abu dengan HCl


Berdasarkan Gambar 1.7 dapat diketahui bahwa titrasi soda abu
dengan HCl mencapai titik ekuivalen pada penambahan volume titran sebesar
5,75 ml dengan pH 5,77. pH soda abu semakin turun seiring dengan
banyaknya penambahan volume HCl sehingga menjadikan larutan tersebut
menjadi semakin asam.

Soda Kaustik
14
12
10
8
pH

6
Soda Kaustik
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12
Vol. Titran

Gambar 1.8 Grafik Titrasi Soda Kaustik dengan HCl


Berdasarkan Gambar 1.8 dapat diketahui bahwa titrasi soda kaustik
dengan HCl mencapai titik ekuivalen pada penambahan volume titran sebesar
6,925 ml dengan pH 5,735. Pada penambahan 2 ml titran HCl terdapat
kejanggalan perubahan pH yang justru meningkat menjadi 11,9 yang
sebelumnya pada penambahan 0 ml HCl mempunyai pH 11,07.

(Sumber : Underwood. 1980. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima.


Erlangga. Jakarta )
Dari uji titrasi yang dilakukan pada dua sampel yaitu soda kaustik dan
soda abu, dihasilkan grafik yang sudah sesuai dengan teori. Menurut
Underwood (1980), grafik titrasi basa dengan titran HCl akan menghasilkan
grafik yang terus menurun karena pH nya yang semakin kecil. Dalam grafik
terdapat satu titik ekuivalen, dimana saat titik itu menunjukkan tepat sampel
mengalami perubahan warna. Dari hasil praktikum didapatkan grafik yang
sudah sesuai dengan teori, dimana grafiknya menurun dan terdapat titik
ekuivalen.
E. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan praktikum acara I Alkalimetri-Asidimetri
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Jumlah kadar asam laktat pada yoghurt adalah 0,372% dan 0,391%.
2. Jumlah kadar asam laktat pada susu UHT adalah 0,076% dan 0,057%.
3. Semburat pink menandakan sudah terjadinya titik ekivalen pada titrat
yang telah ditetesi indikator penolphtalein 3 tetes.
4. Jumlah asam laktat tertinggi dari semua sampel terdapat dalam yoghurt.
Salah satu yang mempengaruhi banyaknya kadar asam laktat pada
yoghurt adalah banyaknya bakteri asam laktat (BAL) yang terdapat
dalam yoghurt lebih banyak dari bakteri asam laktat pada produk lain.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi normalitas NaOH adalah volume
(COOH)2.2H2O, normalitas (COOH)2.2H2O, dan volume NaOH.
6. Normalitas NaOH berbanding lurus dengan volume (COOH)2.2H2O dan
normalitas (COOH)2.2H2O, berbanding terbalik dengan volume NaOH.
7. Jumlah kadar basa pada soda abu adalah 0,5904% dan 0,5412%.
8. Jumlah kadar basa pada kaustik soda adalah 0,3055% dan 0,2624%.
9. Kadar basa tertinggi terdapat pada soda abu yaitu 0,5904% dan terendah
pada sampel kaustik soda yaitu sebesar 0,2624%
10. pH pada saat titik ekuivalen pada soda abu sebesar 5,77 dan pada kaustik
soda sebesar 5,735. Sedangkan pH titik ekuivalen pada susu UHT
sebesar 8,875.
11. Metil merah digunakan karena memiliki PH sekitar 4,2-6,2 sehingga
apabila digunakan titrasi HCl maka masih dapat ditera dan menghasilkan
titik ekuivalen.
12. Kadar basa sebanding dengan normalitas HCl, volume HCl, dan sampel
serta berbanding terbalik dengan massa bahan.
DAFTAR PUSTAKA

Afriani. 2010. Pengaruh Penggunaan Starter Bakteri Asam Laktat Lactobacillus


plantarum dan Lactobacillus fermentum terhadap Total Bakteri Asam
Laktat, Kadar Asam dan Nilai pH Dadih Susu Sapi. Jurnal Ilmiah Ilmu-
Ilmu Peternakan. Jambi. Vol. XIII (6).
Andari, Susilowati. 2013. Perbandingan Penetapan Kadar Ketoprofen Tablet
secara Alkalimetri dengan Spektrofotometri-UV. Jurnal Eduhealth. Vol.
3(2).
Aswal, Priyanka. 2012. Yoghurt : Preparation, Characteristicand Recent
Advancements . Cibtech Joutnal of Bio-Protocols ISSN 2319-3840. India
Vol. 1 (2-3) .
Basset., Denny., Jeffrey., Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis
Kuantitatif. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Chandra, Achmad Dwiana., Hendra Cordova. 2012. Rancang Bangun Kontrol pH
Berbasis Self Tuning Pid Melalui Metode Adaptive Control. Jurnal Teknik
Pomits. Vol. 1(2). Hal: 6.
Chandra, Andry., Arry Miryanti., Livia Budyanto Widjaja., Andika Pramudita.
2012. Isolasi dan Karakteristik Silika dari Sekam Padi. Lembaga
Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Katolik
Prahayangan.
Day, R.A., A. L. dan Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta.
Endahwati, Luluk. 2010. Sulphate Potasium Extraction From Banana Stem Ash
With Bleaching Earth Waste Liquid. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 4(2). Hal:
314-317.
Gunarti, Anita Setyowati Srie. 2013. Atterberg pada Tanah Lempung yang
Distabilisasi dengan Natrium Karbonat. Jurnal Bentang. Vol. 1(2). Page:
15-21.
Harjiyanti, M.D., Y.B Pramono., S. Mulyani. 2013. Total Asam, Viskositas, dan
Kesukaan pada Yoghurt Drink dan Sari Buah MAngga (Mangivera indica)
sebagai Perisa Alami. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. 2(2).
Irmanto dan Suyata. 2006. Penentuan Asam Oksalat secara Spektrofotometri
dengan Metode Metilen Biru. Molekul. Vol. 1(1). Hal: 45-54.
Kostick, Dennis S. 2011. Soda Ash. Geological Survey Minerals Yearbook.
Amerika Serikat.
Listyono, Rheza Dipo, Nadhila Sylvianti, Tiana Novia. 2010. Laporan Resmi
Praktikum Dasar Teknik Kimia I. Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro. Semarang.
Navin, Shubham Agrawal., et. Al. 2011. Isolation Of Herbal Acid-Base Indicator
From The Seeds Of Punica granantum. J. Chem. Pharm. Res. Vol. 3(2).
Page: 168-171.
Oxtoby, David. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat. Erlangga.
Jakarta.
Pato, Usman. 2003. Potensi Bakteri Asam Laktat yang Diisolasi dari Dadih untuk
Menurunkan Resiko Penyakit Kanker. Jurnal Natur Indonesia (5).
Pekanbar. Hal 162-166.
Petrusevki, Vladimir M., Keti Risteka. 2007. Behaviour of Phenaphtalein in
Strongly Basic Media. Bulgarian Journal of Chemical Education. Vol.
16(4). Page 1-2.
Prasetya, Andhika. 2012. Pengaruh Konsentrasi NaOH Terhadap Kandungan Gas
CO2 dalam Proses Purifkasi Biogas Sistem Continue. Jurnal Mahasiswa
Mesin FT-UB. Malang. Volume I(2). XI-445.
Sari, Rohmah Anita., Risa Nofiani., Puji Ardiningsih. 2012. Karakterisasi Bakteri
Asam Laktat Genus Leuconostoc dari Pekasam Ale-Ale Hasil Formulasi
Skala Laboratorium. Jkk. Vol. 1(1). Hal 14-20.
Suwito, Widodo. 2010. Bakteri yang Sering Mencemari Susu : Deteksi,
Pantogenesis, Epidemiologi, dan Cara Pengendaliannya. Jurnal Litbang
Pertanian (29). Yogyakarta. Hal 96-100.
Wahyudi, Marman. 2006. Proses Pembuatan dan Analisis Mutu Yoghurt. Buletin
Teknik Pertanian. Vol. 11(1).
Widodo, Didik Setiyo, Rum Hastuti, dan Gunawan. 2009. Analisis Kuantitatif.
Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universutas Diponegoro Semarang.
Widodo, W. 2002. Bioteknologi Fermentasi Susu. Media Bioteknologi, hal .1-29.
Pusat Pengembangan Bioteknologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Jawa Timur.
Zakaria, Yusdar. 2009. Pengaruh Jenis Susu yang Berbeda terhadap Kualitas
Kefir. Jurnal Agripet. Vol. 9(1) : 27.
Zhang, Zhan Ying., et all. 2007. Production of Lactic Acid from Renewable by
Rhizopus Fungi. Jurnal Internasional. Vol. 35. Page 256.
LAMPIRAN

Perhitungan
1. Standarisasi NaOH dengan Larutan Baku Primer Asam Oksalat
(COOH)2.2H2O
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 1000
a. N asam oksalat = x 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝐵𝐸

0,1 𝑔𝑟𝑎𝑚 1000


= 126 𝑥
.63 25 𝑚𝑙
2

= 0,0635 N

b. Rumus N NaOH:
(N. V) as.oks = (N. V) NaOH
(N . V) as.oks
N NaOH =
V NaOH

 Data baris 1
0,0635 x 25
N NaOH = = 0,019 N
14,6

 Data baris 2

0,0635 x 25
N NaOH = = 0,0979 N
16,2

 Data baris 3
0,0635 x 25
N NaOH = = 0,1118 N
14,2
 Rata-rata

0,019+0,0979+0,1118
Rata-rata N NaOH == = 0,106 N
3

2. Penentuan Kadar Asam Laktat pada Susu UHT dan Yogurt


a. Rumus menghitung kadar asam laktat
(N .V)NaOH x BE as.laktat x 1/10
% kadar asam laktat :
gram bahan
b. Yogurt
 Shift 1
(0,106 x 3,9) x 90 x 1/10
% kadar as.laktat : = 0,372%
10

 Shift 2
(0,106 x 4,1) x 90 x 1/10
% kadar as.laktat : = 0,391%
10

c. Susu UHT
 Shift 1
(0,106 x 0,8) x 90 x 1/10
% kadar as.laktat : = 0,076%
10

 Shift 2
(0,106 x 0,6) x 90 x 1/10
% kadar as.laktat : = 0,057%
10

3. Standariasi HCl dengan NaOH terstandarisasi


 Rumus N HCl:
(N. V) HCl = (N. V) NaOH
(N . V) NaOH
N HCl =
V HCl

 Data baris 1
0,106 x 10
N HCl = = 0,101 N
10,5

 Data baris 2

0,106 x 10
N HCl = = 0,102 N
10,4

 Data baris 3
0,106 x 10
N HCl = = 0,103 N
10,3

 Data baris 4

0,106 x 10
N HCl = = 0,104 N
10,2

 Rata-rata
0,101+0,102+0,103+0,104
Rata-rata N HCl == = 0,1025 N
4

4. Penentuan Kadar Basa pada Soda Abu dan Soda Kaustik


Berat ekuivalen (BE)
Soda Abu : 96
Soda Kaustik : 40
d. Rumus menghitung Kadar Basa
(N .V)HCl x BE basa x 1/10
% kadar basa :
gram bahan

e. Soda Abu
 Shift 1
(0,1025 x 6) x 96 x 1/10
% kadar basa : = 0,5904%
10

 Shift 2
(0,1025 x 5,5) x 96 x 1/10
% kadar basa : = 0,5412%
10

f. Soda Kaustik
 Shift 1
(0,1025 x 7,45) x 40 x 1/10
% kadar basa : = 0,3055%
10

 Shift 2
(0,1025 x 6,4) x 40 x 1/10
% kadar basa : = 0,2624%
10
Gambar 1.9 Indikator PP Gambar 1.10 Titrasi Sampel
Yogurt

Gambar 1.11 Titrasi Sampel Susu UHT

You might also like