Professional Documents
Culture Documents
KIMIA ANALITIK
ACARA I ALKALIMETRI-ASIDIMETR1
Kelompok 11
Disusun Oleh :
1. Nurmawati (H0915059)
2. Rossa Ivana (H0915072)
3. Yasinta Apsarina (H0915086)
4. Zaana Zain (H0915088)
5. Evi Handayani (H1915009)
6. Muhammad Jafar K (H1915016)
7. Yulianto P (H1915023)
A. Tujuan
1. Melakukan standarisasi NaOH dengan larutan baku primer
(COOH)2.2H2O (asam oksalat) dan standarisasi HCl dengan larutan
NaOH yang telah distandarisasi.
2. Menghitung kadar asam laktat pada susu UHT dan yogurt serta kadar
basa pada berbagai macam soda.
3. Menggambarkan dan memahami kurva pH titrasi serta dapat menentukan
titik ekuivalen bahan uji.
B. Tinjauan Pustaka
Susu segar merupakan bahan pangan yang sangat tinggi gizinya,
sehingga bukan saja bermanfaat bagi manusia tetapi juga bagi jasad renik
pembusuk. Kontaminasi bakteri mampu berkembang dengan cepat sekali
sehingga susu menjadi rusak dan tidak layak untuk dikonsumsi. Untuk
memperpanjang daya guna, daya tahan simpan, maka diperlukan teknik
penanganan dan pengolahan. Salah satu upaya pengolahan susu yang sangat
prospektif adalah dengan fermentasi susu (Widodo,2002)
Yoghurt merupakan produk hasil fermentasi susu oleh baktri asam
laktat yang mempunyai cita rasa asam. Manfaat dari mengkonsumsi yoghurt
adalah membantu penderita lactose intoleran, melawan baktei patogen yang
sudah ada maupun yang baru masuk dan menginfeksi saluran pencernaan,
mereduksi kanker atau tumor di dalam saluran percernaa, mereduksi jumlah
kolesterol dalam darah dan member stimulan sistem syaraf, khusus untuk
saluran pencernaan dan stimulasi sistem pembuangan kotoran yoghurt
mempunyai total adar asam laktat sebesar 0,729%. Kadar asam laktat
diperoleh dengan rumus perhitungan sebagai berikut:
(NxV) NaOH x BE asam laktat x 1/10
Kadar asam laktat (%)= 𝑔𝑟 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛
C. Metodologi
1. Alat
a. Buret
b. Erlenmeyer
c. Gelas Beker
d. Gelas ukur
e. Labu takar
f. Neraca analitik
g. pH meter
h. Pipet
i. Pro pipet
j. Statif
2. Bahan
a. Aquades
b. Asam oksalat (COOH)2.2H2O
c. Indikator metil merah
d. Indikator PP
e. Larutan HCl
f. Larutan NaOH
g. Soda abu (Na2CO3)
h. Soda kaustik (NaOH)
i. Susu UHT
j. Yogurt
3. Cara Kerja
1. Standarisasi NaOH dengan Larutan (COOH)2.2H2O
Larutan Penitrasian
NaOH
5 ml sampel + 5
ml aquades
Larutan Penitrasian
NaOH
Pengukuran pH 0, 2, 4, 6, 8 ml
dan x ml
Pencatatan penambahan
volume NaOH
Gambar 1.2 Penentuan Kadar Asam Laktat pada Susu UHT/Yogur
3. Standarisasi HCl dengan Larutan NaOH Terstandarisasi
NaOH 10 ml
Larutan Penitrasian
HCl
4. Penentuan Kadar Basa pada Sampel Soda Abu dan Soda Kaustik
0,35 gr sampel +
100 ml aquades
Larutan Penitrasian
HCl
Pengukuran pH 0, 2, 4, 6, 8 ml
dan x ml
Pencatatan penambahan
volume HCl
Gambar 1.4 Diagram Alir Penentuan Kadar Basa pada Sampel Soda
Abu dan Soda Kaustik
D. Hasil dan Pembahasan
Alkalimetri adalah metode berdasarkan pada reaksi netralisasi yaitu
reaksi antara ion hidrogen (berasal dari asam) dengan ion hodiroksida
(berasal dari basa) yang membentuk molekul air. Karenanya alkalimetri dapat
didefinisikan sebagai metode untuk menetapkan kadar asam dari suatu bahan
dengan menggunakan larutan basa yang sesuai. Titran yang digunakan adalah
NaOH. NaOH mudah bereaksi dengan CO2 membentuk garam karbonat
(Andari, 2013).
Natrium hidroksida (NaOH) dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida merupakan jenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida terbentuk
dari oksida basa natrium oksida yang dilarutkan dalam air. NaOH juga sangat
larut dalam air dan akan melepaskan kalor ketika dilarutkan dalam air. Oleh
karena NaOH yang bersifat higroskopis dan mudah menyerap CO2, NaOH
bukan merupakan larutan baku primer dan harus distandarisasi untuk
mengetahui normalitasnya (Prasetya, 2012).
Larutan NaOH distandarisasi dengan asam oksalat (COOH)2.2H2O
0,1N dengan reaksi (COOH)2 + 2NaOH -> Na2C4O4 + 2H2O (Basset dkk,
1994). Normalitas NaOH didapatkan dari perhitungan (V.N) (COOH)2.2H2O
= (V.N) NaOH. Dalam percobaan ini menggunakan indikator PP 1%.
Phenolphthalein (PP) adalah senyawa kimia dengan rumus C20H14O4.
Indikator PP merupakan bentuk asam lemah, sehingga bila ditambahkan ion-
ion OH- dari NaOH akan menggeser kesetimbangan ke arah kanan sehingga
menyebabkan indikator menjadi berwarna merah muda yang range pHnya
berkisar 8,0-9,6. Dimana perubahan warna ini menunjukkan titik ekuivalen
yang terjadi pada saat titrasi (Basset dkk, 1994).
Tabel 1.1 Standarisasi NaOH dengan Larutan Baku Primer (COOH)2.2H2O
N as.oks V as.oks N NaOH V NaOH
Perubahan Warna
(N) (ml) (N) (ml)
0.0635 25 0.019 14.6 Bening-ungu muda
0.0635 25 0.0979 16.2 Bening-merah muda
0.0635 25 0.1118 14.2 Bening-merah muda
Rata-rata 0.106
Sumber: Laporan Sementara
Berdasarkan Tabel 1.1 yakni standarisasi NaOH dengan larutan baku
primer asam oksalat 0,1 N, diperoleh data volume NaOH yang pada
percobaan pertama yaitu 14,6 ml, sehingga dengan persamaan mol diketahui
nilai normalitas NaOh sebesar 0,019 N, pada percobaan kedua volume NaOH
yang ditambahkan adalah 16,2 ml sehingga normalitas NaOH sebesar 0,0979
N. pada percobaan ketiga volume NaOH yang ditambahkan adalah sebesar
14,2 ml sehingga dapat diketahui normalitas NaOH sebesar 0,1118 N. dari
ketiga percobaan didapatkan perubahan warna yang sama yaitu dari yang
awalnya bening menjadi merah muda. Normalitas NaOH didapatkan dengan
persamaan mol saat terjadi titik ekivalen, dimana mol titran sama dengan mol
titrat, mol merupakan normalitas dikalikan dengan volume larutan, sehingga
didapatkan nilai normalitas. NaOH juga sangat larut dalam air dan akan
melepaskan kalor ketika dilarutkan dalam air. Oleh karena NaOH yang
bersifat higroskopis dan mudah menyerap CO2, NaOH bukan merupakan
larutan baku primer dan harus distandarisasi untuk mengetahui normalitasnya
(Prasetya, 2012).
Tabel 1.2 Penentuan Kadar Asam Laktat pada Susu dan Susu Asam
Bahan Shift ml V NaOH N Perubahan warna Kadar
uji bahan (ml) NaOH (%)
Yoghurt 1 10 3.9 0.106 Putih-merah 0,372
muda
2 10 4.1 0.106 Putih-merah 0,391
muda
Susu 1 10 0.8 0.106 Putih-merah 0,076
UHT muda
2 10 0.6 0.106 Putih-merah 0,057
muda
Sumber: Laporan Sementara
Pada Tabel 1.2 penentuan kadar asam laktat pada susu dan susu asam
menggunakan titran NaOH yang telah distandarisasi dengan asam oksalat
sehingga telah diketahui normalitasnya yaitu 0,106 N. Menurut Zakaria
(2009), reaksi yang berlangsung adalah C3H6O3 + NaOH NaC3H5O3 +
H2O. Dimana satu molekul asam laktat akan bereaksi dengan satu molekul
natrium hidroksida menghasilkan satu molekul natrium laktat dan satu
molekul air.
Pada percobaan kali ini terdapat 2 sampel yang digunakan yaitu susu
UHT dan yogurt. Hal ini dimaksudkan untuk membandingkan kadar asam
laktat dari beberapa bahan yaitu susu UHT dan yogurt. Pada praktikum kali
ini shift 1 dan shift 2 menggunakan sampel yogurt. Kadar asam laktat yang
diperoleh dari yogurt adalah sebesar 0,372% dengan volume NaOH 3,9 ml.
Terjadi perubahan warna dari putih menjadi merah muda dari semua sampel
baik susu UHT maupun yogurt.
Pada percobaan shift 1 dan shift 2 bahan yang digunakan adalah susu
UHT sebanyak 5 ml yang ditambahkan dengan aquades sebanyak 5ml.
Sebelum dilakukan titrasi maka terlebih dahulu ditambahkan indikator PP 1%
pada titrat sebanyak 3 tetes, proses titrasi pada masing-masing bahan
dihentikan saat proses telah mencapai titik ekuivalen yang ditandai dengan
perubahan warna larutan sampel dari putih menjadi merah muda. Pada shift 1
adalah sebesar 0,391% dengan volume NaOH 4,1 ml, pada shift 2 adalah
sebesar 0,076% dengan volume NaOH 0,8 ml dan sebesar 0,057% dengan
volume NaOH 0,6 ml. Dari hasil percobaan penentuan kadar asam yang
dilakukan dapat dilihat bahwa kadar asam laktat yang terbesar terdapat pada
yogurt yaitu sebesar 0,391% dengan volume NaOH yang diperoleh sebesar
4,1 ml dan Kadar asam laktat terendah diperoleh pada susu UHT yaitu
sebesar 0,057 %. Menurut Pato (2003), faktor yang mempengaruhi kadar
asam laktat pada suatu produk yaitu, jenis produk itu sendiri, selain itu
adanya bakteri asam laktat (BAL) pada produk juga mempengaruhi aktifitas
produksi asam laktat. Di samping itu pada pengujian kadar asam laktat
dengan menggunakan larutan baku standar NaOH, konsentrasi NaOH juga
mempengaruhi kadar asam laktat pada setiap produk.
Dari data di atas dapat dibandingkan dua percobaan yang sama. Hal
yang mempengaruhi perbedaan kadar asam laktat meskipun percobaan yang
dilakukan menggunakan bahan dan konsentrasi titran yang sama antara lain
adalah faktor manusia yaitu pada saat penentuan titik ekuivalen, dimana
setiap kelompok pada saat penentuan titik ekivalen memiliki pengukuran
yang berbeda. Faktor yang mempengaruhi besarnya kadar dari asam laktat
adalah volume dari NaOH, berat bahan yang ditimbang, BE asam laktat dan
normalitas NaOH. Kadar asam laktat berbanding lurus dengan volume dan
normalitas NaOH, dan BE dari asam laktat. Sedangkan kadar dari asam laktat
berbanding terbalik terhadap berat bahan. Pada percobaan masih banyak
ditemukan kesalahan dalam perhitungan maupun ketidaktelitian praktikan
dalam membaca skala pada buret (Sari, 2012).
Tabel 1.3 Kurva Titrasi Bahan Uji Yogurt dengan NaOH 0.106 N
ml Titran (x) pH (y)
0 2.79
2 4.93
4 8.44
6 9.94
10 10.285
Sumber: Laporan Sementara
Berdasarkan Tabel 1.3 titrasi bahan uji yogurt dengan NaOH 0.106 N
diketahui bahwa semakin banyak titran yang ditambahkan (volume NaOH)
maka pH akan semakin naik dari keadaan asam menjadi basa. Indikator yang
digunakan dalam titrasi ini adalah phenolphthalein (PP) 1% yang mempunyai
range pH 8,0-9,6. Titrasi yoghurt dengan NaOH dilakukan pengukuran pH
pada volume 0 ml; 2ml; 4ml; 6ml; 10ml.titik ekuivalen terjadi pada 4ml tiran
dengan pH 8,44. Dari percobaan didapatkan pH 2,79 pada saat 0 ml titran; pH
4,93 pada saat 2 ml titran; pH 8,84 pada saat 4 ml titran dan terjadi ekuivalen
;pH 9,94 pada saat 6 ml titran dan pH 10,285 pada saat 10 ml titran.
Tabel 1.4 Kurva Titrasi Bahan Uji Susu UHT dengan NaOH
ml Titran (x) pH (y)
0 6.02
0.7 8.875
2 11.56
4 12.77
6 13.25
10 13.695
Sumber: Laporan Sementara
Berdasarkan Tabel 1.4 titrasi bahan uji susu UHT dengan NaOH
0.106 N diketahui bahwa semakin banyak titran yang ditambahkan (volume
NaOH) maka pH akan semakin naik dari keadaan asam menjadi basa.
Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah phenolphthalein (PP) 1%
yang mempunyai range pH 8,0-9,6. Titrasi susu UHT dengan NaOH
dilakukan pengukuran pH pada volume 0 ml; 2ml; 4ml; 6ml; 10ml. Titik
ekuivalen terjadi pada 0,7ml tiran dengan pH 8,875. Dari percobaan
didapatkan pH 6,02 pada saat 0 ml titran; pH 8,875 pada saat 0,7 ml titran dan
terjadi ekuivalen; pH 11,56 pada saat 2ml titran;pH 12,77 pada saat 4ml titran
;pH 13,25 pada saat 6ml titran dan pH 13,695 pada saat 10 ml titran.
Yogurt
12
10
8
pH
6
Y-Values
4
0
0 2 4 6 8 10 12
Vol.Titran
8
6 Y-Values
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12
Vol.Titran
1 10 6 0,1025 0,5904
Soda Abu
2 10 5,5 0,1025 0,5412
1 10 7,45 0,1025 0,3055
Soda Kaustik
2 10 6,4 0,1025 0,2624
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 1.6 menunjukan hasil yang diperoleh pada percobaan
penentuan kadar basa pada soda abu dan soda kaustik secara asidimetri.
Normalitas HCl yang digunakan 0,1025 N yang di dapat dari standarisasi
sebelumnya, dengan volume bahan 10 ml. Percobaan yang dilakukan shift 1
(soda abu) volume HCl yang dibutuhkan sebanyak 6 ml sehingga kadar basa
yang didapat sebesar 0,5904%. Percobaan yang dilakukan shift 2 (soda abu)
volume HCl yang dibutuhkan sebanyak 5,5 ml sehingga kadar basa yang
didapat sebesar 0,5412%. Percobaan yang dilakukan shift 1 (soda kaustik)
volume HCl yang dibutuhkan sebanyak 7,45 ml sehingga kadar basa yang
didapat sebesar 0,3055%. Percobaan yang dilakukan shift 2 (soda kaustik)
volume HCl yang dibutuhkan sebanyak 5,71 ml sehingga kadar basa yang
didapat sebesar 0,2624%. Rata-rata kadar basa dalam soda abu adalah
0,5658%, sedangkan pada soda kaustik adalah 0,2840%. Faktor- faktor yang
dapat mempengaruhi kadar basa dari suatu sampel yaitu normalitas HCl,
volume HCl, BE sampel, serta massa bahan. Kadar basa berbanding lurus
dengan normalitas HCl, volume HCl dan BE sampel dan berbanding terbalik
dengan massa beban. Dari tabel 1.6 dapat disimpulkan bahwa kadar basa
soda abu lebih besar dari pada soda kaustik. Indikator yang digunakan dalam
praktikum ini adalah metil merah yang mempunyai range pH 4.2 – 6.2.
Pemilihan indikator berdasarkan perkiraan pH larutan saat mencapai titik
ekuivalen yang kurang dari 7. Reaksi soda abu dengan HCl:
Na2CO3 + 2HCl 2NaCl + H2CO3
(Oxtoby, 2001)
Natrium Karbonat (soda abu) merupakan garam yang bersifat basa.
Jika garam ini direaksikan dengan HCl akan menghasilkan asam karbonat.
Dalam larutan, asam karbonat terurai menjadi H2O dan CO2. Keberadaan
asam ini menyebabkan pH larutan saat ekuivalen bersifat asam (>7) dan
berada di range indikator metil merah. Adapun reaksi NaOH dengan HCl
sebagai berikut :
NaOH + HCl NaCl + H2O
(Gunarti, 2013)
Tabel 1.7 Kurva Titrasi Bahan Uji Soda Abu dengan HCl
ml titran (x) pH (y)
0 11,115
2 9,75
4 6,795
5,75 5,77
6 4,26
10 1,93
Sumber : Laporan Sementara
Dari tabel 1.7 dapat diketahui nilai x (ml titran yang ditambahkan)
saat terjadi perubahan warna untuk uji soda abu dengan larutan HCl..
Perubahan warna terjadi saat ml titran yang ditambahkan adalah 5,75 ml dan
pada kondisi ini pH larutan sebesar 5,77. Pada volume titran 0 ml pH nya
11,115 kemudian dititrasi volume 2 ml dengan pH 9,75; volume 4 ml dengan
pH 6,795; volume 5,75 ml dengan pH 5,77; volume 6 ml dengan pH 4,26 dan
volume titran 10 ml dengan pH 1,93.
Tabel 1.8 Kurva Titrasi Bahan Uji Soda Kaustik Dengan HCl
ml titran (x) pH (y)
0 11,07
2 11,9
4 11,67
6 8,115
6,925 5,735
10 1,925
Sumber : Laporan Sementara
Dari tabel 1.8 dapat diketahui nilai x (ml titran yang ditambahkan)
saat terjadi perubahan warna untuk uji soda kaustik dengan larutan HCl..
Perubahan warna terjadi saat ml titran yang ditambahkan adalah 6,925 ml dan
pada kondisi ini pH larutan sebesar 5,735. Pada volume titran 0 ml pH nya
11,07 kemudian dititrasi volume 2 ml pH 11,9; volume 4 ml pH 11,67;
volume 6 ml pH 8,115; volume 6,925 ml pH 5,735 dan volume titran 10 ml
dengan pH 1,925. Jika data tersebut ditabulasikan dalam bentuk grafik akan
menghasilkan grafik seperti berikut :
Soda Abu
12
10
8
pH
6
Soda Abu
4
0
0 2 4 6 8 10 12
Vol. Titran
Soda Kaustik
14
12
10
8
pH
6
Soda Kaustik
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12
Vol. Titran
Perhitungan
1. Standarisasi NaOH dengan Larutan Baku Primer Asam Oksalat
(COOH)2.2H2O
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 1000
a. N asam oksalat = x 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝐵𝐸
= 0,0635 N
b. Rumus N NaOH:
(N. V) as.oks = (N. V) NaOH
(N . V) as.oks
N NaOH =
V NaOH
Data baris 1
0,0635 x 25
N NaOH = = 0,019 N
14,6
Data baris 2
0,0635 x 25
N NaOH = = 0,0979 N
16,2
Data baris 3
0,0635 x 25
N NaOH = = 0,1118 N
14,2
Rata-rata
0,019+0,0979+0,1118
Rata-rata N NaOH == = 0,106 N
3
Shift 2
(0,106 x 4,1) x 90 x 1/10
% kadar as.laktat : = 0,391%
10
c. Susu UHT
Shift 1
(0,106 x 0,8) x 90 x 1/10
% kadar as.laktat : = 0,076%
10
Shift 2
(0,106 x 0,6) x 90 x 1/10
% kadar as.laktat : = 0,057%
10
Data baris 1
0,106 x 10
N HCl = = 0,101 N
10,5
Data baris 2
0,106 x 10
N HCl = = 0,102 N
10,4
Data baris 3
0,106 x 10
N HCl = = 0,103 N
10,3
Data baris 4
0,106 x 10
N HCl = = 0,104 N
10,2
Rata-rata
0,101+0,102+0,103+0,104
Rata-rata N HCl == = 0,1025 N
4
e. Soda Abu
Shift 1
(0,1025 x 6) x 96 x 1/10
% kadar basa : = 0,5904%
10
Shift 2
(0,1025 x 5,5) x 96 x 1/10
% kadar basa : = 0,5412%
10
f. Soda Kaustik
Shift 1
(0,1025 x 7,45) x 40 x 1/10
% kadar basa : = 0,3055%
10
Shift 2
(0,1025 x 6,4) x 40 x 1/10
% kadar basa : = 0,2624%
10
Gambar 1.9 Indikator PP Gambar 1.10 Titrasi Sampel
Yogurt