Professional Documents
Culture Documents
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
LAPORAN
OLEH :
UTAMI ENKA LESTARI
D061171310
GOWA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Stratigrafi
Berdasarkan dari asal katanya, stratigrafi tersusun atas 2 kata yaitu, kata “strati”
berasal dari kata “strato” yang artinya perlapisan dan kata “grafi” yang artinya
gambar atau lukisan yang berasal dari kata ‘graphic/graphos”. Dengan semikian
stratigrafi dapat siartikan sebagai ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan. Dalam arti
yang lebih luas, yakni stratigrafi dapat didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang aturan, hubungan dan pembentukan (genesa) macam-macam batuan dialam
ruang dan waktu. Oleh karena itu, stratigrafi digunakan sebagai studi mengenai
sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi.
Hukum stratigrafi yang umum diketahui yaitu Hukum Steno (1669). Hukum
Steno terdiri atas :
1. Superposisi
Hukum Superposisi di kemukakan oleh Steno pada tahun 1669 yang berisi “the
lower is the older, the upper is the younger”. Dalam suatu urutan perlapisan batuan,
maka lapisan batuan yang terletak di bawah umurnya relatif lebih tua dibanding
lapisan diatasnya selama lapisan batuan tersebut belum mengalami deformasi.
Hukum horizontalitas dikemukakan oleh Steno pada tahun 1669. Hukum ini
menjelaskan bahwa Pada awal proses sedimentasi, sebelum terkena gaya atau
perubahan, sedimen akan terendapkan secara horizontal. Sehingga jika dijumpai
batuan sedimen dengan kedudukan lapisan miring berarti batuan tersebut sudah
mengalami deformasi
3. Lateral Continuity
Hukum Continuity di kemukakan oleh Nicolas Steno pada tahun 1669. Hukum ini
menyatakan bahwa Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan
bersinambungan (continuity), sampai batas cekungan sedimentasinya. Lapisan
sedimen tidak mungkin terpotong secara tiba-tiba, dan berubah menjadi batuan lain
dalam keadaan normal. Pada dasarnya hasil suatu pengendapan yakni bidang
perlapisan, akan menerus walaupun tidak kasat mata.
4. Cross-Cutting Relationship
Unconformity adalah hubungan antara satu lapis batuan dengan lapis batuan
lainnya (batas atas atau bawah) yang tidak kontinyu (tidak menerus), yang
disebabkan oleh adanya rumpang waktu pengendapan. Ada beberapa jenis ketidak
selarasan yaitu :
2. Disconformity adalah salah satu jenis ketidakselarasan yang hubungan antara satu
lapisan sedimen dengan satu batuan sedimen lainnya yang dibatasi oleh satu
rumpang waktu tertentu (ditandai oleh selang waktu dimana tidak terjadi
pengendapan).
Gambar 2.6 Disconformity
2.4.1 Litostratigrafi
1. Gumuk Gunungapi
Gumuk Gunungapi merupakan bagian dari Khluk Gunungapi akan tetapi Khuluk
Gunungapi tidak selalu mempunyai Gumuk Gunungapi. Batas sebaran lateral suatu
Gumuk Gunungapi tidak melampaui batas pelamparan Khuluk Gunungapi. Gumuk
Gunungapi dapat terdiri dari satu atau lebi batuan/endapan gunungapi yang dihasilkan
oleh satu atau beberapa daur letusan gunungapi. Gumuk Gunungapi harus
mempunyai nilai stratigrafi/geologi yang penting dan lazimnya dapat dipetakan pada
skala 1 : 50.000 atau lebih besar.
2. Khuluk Gunungapi
3. Bregada Gunungapi
4. Manggala Gunungapi
5. Busur Gunungapi
Busur Gunungapi adalah satuan stratigrafi gunungapi yang terdiri dari kumpulan
Khuluk, Bregada dan Manggala Gunungapi dan mempunyai kedudukan tektonik
yang sama. Busur Gunungapi merupakan rangkaian kesatuan gunungapi yang
mempunyai kedudukan tektonik yang sama. Busur Gunungapi lazimnya dapat
dipetakan dengan skala 1 : 1.000.000 atau lebih besar.
2.4.3 Biostratigrafi
2.4.4 Sikuenstratigrafi
2.4.5 Kronostratigrafi
3.1 Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah analisis sayatan penampang
stratigrafi terukur.
Profil Lintasan
Koreksi Dip
PembuatanPenampang
Menghitung ketebalan
Kolom Stratigrafi
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain :
1. Sandi stratigrafi
2. Kertas grafik
3. Penggaris
4. Pensil warna
5. Busur
6. Double tip
7. Kertas A0
8. Kalkulator
9. Referensi
10. Penuntun
11. Problem Set
DAFTAR PUSTAKA
Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia. 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia. Ikatan Ahli
Geologi Indonesia (IAGI) : Jakarta.