You are on page 1of 13

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PRINSIP STRATIGRAFI


ACARA I : PENAMPANG STRATIGRAFI TERUKUR

LAPORAN

OLEH :
UTAMI ENKA LESTARI
D061171310

GOWA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stratigrafi adalah cabang ilmu geologi yang membahas mengenai distribusi,


bentuk, komposisi, dan hubungan antar tubuh batuan, untuk menginterpretasi waktu
dan sejarah pembentukannya. Istilah stratigrafi yang tersusun dari 2 suku kata yaitu
strati (stratus) yang artinya perlapisan dan kata grafi (graphic/ graphos) yang artinya
gambar atau lukisan, yang awalnya hanya didefinisikan sebagai ilmu pemerian
lapisan-lapisan batuan, khususnya pada batuan sedimen. Selanjutnya pengertian
stratigrafi bertambah luas hingga melingkupi ketiga jenis batuan penyusun kerak
bumi.
Penampang stratigrafi terukur (measured stratigraphic section) adalah suatu
penampang atau kolom yang menggambarkan kondisi stratigrafi suatu jalur, yang
secara sengaja telah dipilih dan telah diukur untuk mewakili daerah tempat
dilakukannya pengukuran tersebut. Jalur yang diukur tersebut dapat meliputi satu
formasi batuan atau lebih. Sebaliknya pengukuran dapat pula dilakukan hanya pada
sebagian dari suatu formasi, sehingga hanya meliputi satu atau lebih satuan
lithostratigrafi yang lebih kecil dari formasi, misalnya anggota atau bahkan hanya
beberapa perlapisan saja
Mengukur suatu penampang stratigrafi dari singkapan mempunyai arti penting
dalam penelitian geologi dan pengukuran penampang stratigrafi merupakan salah satu
pekerjaan yang biasa dilakukan dalam pemetaan geologi lapangan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dilaksanakannya praktikum penampang statigrafi terukur ini adalah agar


praktikan mengetahui mengenai penampang stratigrafi terukur dan komponen-
komponen apa saja yang masuk dalam penampang stratigrafi terukur.

Tujuan dari praktikum ini antara lain :

1. Untuk mengetahui cara mengukur ketebalan lapisan batuan


2. Untuk mengetahui gambaran dan pembentukan dari lapisan batuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stratigrafi

Berdasarkan dari asal katanya, stratigrafi tersusun atas 2 kata yaitu, kata “strati”
berasal dari kata “strato” yang artinya perlapisan dan kata “grafi” yang artinya
gambar atau lukisan yang berasal dari kata ‘graphic/graphos”. Dengan semikian
stratigrafi dapat siartikan sebagai ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan. Dalam arti
yang lebih luas, yakni stratigrafi dapat didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang aturan, hubungan dan pembentukan (genesa) macam-macam batuan dialam
ruang dan waktu. Oleh karena itu, stratigrafi digunakan sebagai studi mengenai
sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah bumi.

2.2 Hukum Stratigrafi

Hukum stratigrafi yang umum diketahui yaitu Hukum Steno (1669). Hukum
Steno terdiri atas :

1. Superposisi

Hukum Superposisi di kemukakan oleh Steno pada tahun 1669 yang berisi “the
lower is the older, the upper is the younger”. Dalam suatu urutan perlapisan batuan,
maka lapisan batuan yang terletak di bawah umurnya relatif lebih tua dibanding
lapisan diatasnya selama lapisan batuan tersebut belum mengalami deformasi.

Gambar 2.1 Hukum Superposisi


2. Original Horizontality

Hukum horizontalitas dikemukakan oleh Steno pada tahun 1669. Hukum ini
menjelaskan bahwa Pada awal proses sedimentasi, sebelum terkena gaya atau
perubahan, sedimen akan terendapkan secara horizontal. Sehingga jika dijumpai
batuan sedimen dengan kedudukan lapisan miring berarti batuan tersebut sudah
mengalami deformasi

Gambar 2.2 Original Horizontality

3. Lateral Continuity

Hukum Continuity di kemukakan oleh Nicolas Steno pada tahun 1669. Hukum ini
menyatakan bahwa Lapisan sedimen diendapkan secara menerus dan
bersinambungan (continuity), sampai batas cekungan sedimentasinya. Lapisan
sedimen tidak mungkin terpotong secara tiba-tiba, dan berubah menjadi batuan lain
dalam keadaan normal. Pada dasarnya hasil suatu pengendapan yakni bidang
perlapisan, akan menerus walaupun tidak kasat mata.

Gambar 2.3 Lateral Continuity

4. Cross-Cutting Relationship

Hukum cross-cutting relationship dikemukakan oleh A.W.R Potter & H.


Robinson. Hukum ini menyatakan jika salah satu dari lapisan tersebut memotong
lapisan yang lain, maka satuan batuan yang memotong umurnya relatif lebih muda
dari pada satuan batuan yang di potongnya.

Gambar 2.4 Cross-Cutting Relationship

2.3 Ketidakselarasan (Unconformity)

Unconformity adalah hubungan antara satu lapis batuan dengan lapis batuan
lainnya (batas atas atau bawah) yang tidak kontinyu (tidak menerus), yang
disebabkan oleh adanya rumpang waktu pengendapan. Ada beberapa jenis ketidak
selarasan yaitu :

1. Paraconformity adalah hubungan antara dua lapisan sedimen yang bidang


ketidakselarasannya sejajar dengan perlapisan sedimen. Pada kasus ini sangat
sulit sekali melihat batas ketidakselarasannya karena tidak ada batas bidang erosi.
Cara yang digunakan untuk melihat keganjilan antara lapisan tersebut adalah
dengan melihat fosil di tiap lapisan. Karena setiap sedimen memiliki umur yang
berbeda dan fosil yang terkubur di dalamnya pasti berbeda jenis.

Gambar 2.5 Paraconformity

2. Disconformity adalah salah satu jenis ketidakselarasan yang hubungan antara satu
lapisan sedimen dengan satu batuan sedimen lainnya yang dibatasi oleh satu
rumpang waktu tertentu (ditandai oleh selang waktu dimana tidak terjadi
pengendapan).
Gambar 2.6 Disconformity

3. Angular Unconformity adalah salah satu jenis ketidakselarasan yang hubungan


antara satu lapis batuan (sekelompok batuan) dengan satu batuan lainnya
(kelompok batuan lainnya), memiliki hubungan/kontak yang membentuk sudut.

Gambar 2.7 Angular-Unconformity

4. Non-Conformity adalah salah satu jenis ketidakselarasan yang hubungan antara


satu lapis batuan (sekelompok batuan) dengan satu batuan beku atau metamorf.

Gambar 2.8 Non-Conformity


2.4 Jenis Stratigrafi

Stratigrafi digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan komponen-komponen


penyusunnya. Pembagiannya anatar lain :

2.4.1 Litostratigrafi

Pembagian Litostratigrafi dimaksud untuk menggolongkan batuan di bumi


secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama yang bersendi pada ciri-ciri litologi.
Pada Satuan Litostratigrafi penentuan satuan didasarkan pada ciri-ciri batuan yang
dapat diamati di lapangan. Penentuan batas penyebaran tidak tergantung kepada batas
waktu.
Ciri-ciri litologi meliputi jenis batuan, kombinasi jenis batuan, keseragaman
gejala litologi batuan dan gejala-gejala lain tubuh batuan di lapangan. Satuan
Litostratigrafi dapat terdiri dari batuan sedimen, metasedimen, batuan asal gunungapi
(pre-resen) dan batuan hasil proses tertentu serta kombinasi daripadanya. Dalam hal
pencampuran asal jenis batuan oleh suatu proses tertentu yang sulit untuk dipisahkan
maka pemakaian kata “Komplek” dapat dipakai sebagai padanan dari tingkatan
satuannya. Satuan Litostratigrafi pada umumnya sesuai dengan Hukum Superposisi,
dengan demikian maka batuan beku, metamorfosa yang tidak menunjukkan sifat
perlapisan dikelompokan ke dalam Satuan Litodemik. Sebagaimana halnya mineral,
maka fosil dalam satuan batuan diperlakukan sebagai komponen batuan.

2.4.2 Stratigrafi Gunungapi

Pembagian batuan/endapan gunungapi dimaksud untuk menggolongkan


batuan/endapan secara bersistem berdasarkan sumber, deskripsi dan genesa. Peta
geologi gunungapi yang memuat informasi sebaran batuan/endapan dan stratigrafi
gunungapi dapat dipakai sebagai data dasar dalam pembuatan peta kawasan rawan
bencana gunungapi, peta rencana tata ruang, peta tata air, peta potensi bahan galian,
penyelidikan sumber tenaga panas bumi serta keperluan ilmiah lainnya.
Batuan gunungapi merupakan hasil kegiatan gunungapi secara langsung
(primer) maupun tidak langsung (sekunder). Kegiatan secara langsung merupakan
proses keluarnya magma ke permukaan bumi (erupsi) berupa letusan (eksplosi) dan
lelehan (efusi) atau proses yang berhubungan. Kegiatan tidak langsung (sekunder)
adalah proses yang mengikuti kejadian primer. Satuan batuan/endapan gunungapi
adalah kesatuan batuan/endapan gunungapi sebagai hasil proses kegiatan gunungapi
baik secara primer maupun sekunder dalam suatu interval waktu. Sumber adalah
tempat terjadinya erupsi yang dapat berupa kawah atau kaldera. Deskripsi
batuan/endapan gunungapi dimaksudkan untuk memberikan nama litologi
batuan/endapan yang bersangkutan. Genesa dimaksudkan sebagai proses
terbentuknya batuan/endapan gunungapi. Genesa diwujudkan dengan istilah yang
mencerminkan cara terbentuknya seperti kubah, lava, aliran lava, jatuhan piroklastik
dan lain-lain.

Tingkatan satuan stratigrafi gunungapi masing-masing dari kecil ke besar


adalah : Gumuk, Khuluk, Bregada, Manggala dan Busur.

1. Gumuk Gunungapi
Gumuk Gunungapi merupakan bagian dari Khluk Gunungapi akan tetapi Khuluk
Gunungapi tidak selalu mempunyai Gumuk Gunungapi. Batas sebaran lateral suatu
Gumuk Gunungapi tidak melampaui batas pelamparan Khuluk Gunungapi. Gumuk
Gunungapi dapat terdiri dari satu atau lebi batuan/endapan gunungapi yang dihasilkan
oleh satu atau beberapa daur letusan gunungapi. Gumuk Gunungapi harus
mempunyai nilai stratigrafi/geologi yang penting dan lazimnya dapat dipetakan pada
skala 1 : 50.000 atau lebih besar.

2. Khuluk Gunungapi

Khuluk Gunungapi merupakan kumpulan batuan/endapan yang dihasilkan oleh


satu atau lebih titik erupsi yang membentuk satu tubuh gunungapi. Khuluk
Gunungapi tersingkap di permukaan dan dapat berkelanjutan ke bawah permukaan.
Khuluk Gunungapi harus mempunyai nilai stratigrafi/geologi, meliputi daerah yang
luas dan lazimnya dapat dipetakan dengan skala 1 : 50.000 atau lebih besar.

3. Bregada Gunungapi

Bregada Gunungapi adalah satuan stratigrafi gunungapi yang mencakup sebaran


endapan/batuan gunungapi hasil letusan yang terdiri dua atau lebih Khuluk
Gunungapi atau yang berhubungan dengan pembentukan kaldera.
Bregada Gunungapi selalu mempunyai Khuluk Gunungapi. Bregada Gunungapi
harus mempunyai nilai stratigrafi/geologi yang penting dan lazimnya dapat dipetakan
dengan skala 1 : 100.000 atau lebih besar.

4. Manggala Gunungapi

Manggala Gunungapi adalah satuan stratigrafi gunungapi yang mencakup


sebaran batuan/endapan hasil letusan-letusan gunungapi yang mempunyai lebih dari
satu kaldera pada satu atau lebih tubuh gunungapi. Manggala Gunungapi harus
mempunyai lebih dari satu Bregada Gunungapi. Manggala Gunungapi harus
mempunyai nilai stratigrafi/geologi yang penting dan lazimnya dapat dipetakan dalam
skala 1 : 100.000 atau lebih besar.

5. Busur Gunungapi

Busur Gunungapi adalah satuan stratigrafi gunungapi yang terdiri dari kumpulan
Khuluk, Bregada dan Manggala Gunungapi dan mempunyai kedudukan tektonik
yang sama. Busur Gunungapi merupakan rangkaian kesatuan gunungapi yang
mempunyai kedudukan tektonik yang sama. Busur Gunungapi lazimnya dapat
dipetakan dengan skala 1 : 1.000.000 atau lebih besar.

2.4.3 Biostratigrafi

Pembagian biostratigrafi dimaksud untuk mengolongkan lapisan-lapisan di


bumi secara bersistem menjadi satuan-satuan bernama berdasarkan kandungan dan
penyebaran fosil. Satuan biostratigrafi ialah tubuh lapisan batuan yang dipersatukan
berdasar kandungan fosil atau ciri-ciripaleontologi sebagai sendi pembeda terhadap
tubuh batuan sekitarnya.
Kandungan fosil yang dimaksud disini ialah fosil yang terdapat dalam batuan
yang seumur (kontemporer) dengan pengendapan batuan. Fosil rombakan, apabila
mempunyai makna yang penting dapat dipakai dalam penentu satuan biostartigrafi
(tak resmi).

2.4.4 Sikuenstratigrafi

Pembagian sikuenstratigrafi ialah penggolongan lapisan batuan secara bersistem


menjadi satuan bernama berdasarkan satuan genesa yang dibatasi, di bagian bawah
dan atasnya oleh bidang ketidakselarasan atau keselarasan padanannya. Pembagian
ini merupakan kerangka untuk menyusun urutan peristiwa geologi. Satuan
sikuenstratigrafi ialah suatu tubuh lapisan batuan yang terbentuk dalam satuan waktu
pada satu daur perubahan muka-laut relatif.
Batas atas dan bawah satuan sikuenstratigrafi adalah bidang ketidakselarasan
atau bidang-bidang keselarasan padanannya. Bidang ketidakselarasan merupakan
bidang erosi, pada umumnya terjadi di atas muka laut (sub-aerial), ditandai oleh
rumpang waktu geologi. Bidang keselarasan padanan adalah bidang kelanjutan dari
bidang ketidakselarasan ke arah susunan lapisan batuan yang selaras. Bidang
ketidakselarasan atau bidang erosi batas satuan sikuenstratigrafi disebabkan oleh
proses penurunan reltif muka air laut, yang disebabkan oleh banyak hal diantaranya
gerak muka-laut global, sedimentasi maupun tektonik.

2.4.5 Kronostratigrafi

Pembagian kronostratigrafi ialah penggolongan lapisan batuan secara bersistem


menjadi satuan bernama berdasarkan interval waktu goelogi. Interval waktu geologi
ini dapat ditentukan berdasarkan geokronologi atau metode lain yang menunjukkan
kesamaan waktu. Pembagian ini merupakan kerangka untuk menyusun urutan
peristiwa geologi secara lokal, regional dan global.

2.5 Penampang Stratigrafi Terukur

Penampang stratigrafi adalah suatu gambaran urutan vertical lapisan-lapisan


batuan sedimen pada lintasan batuan yang dipilih, setiap titik dalam urutan stratigrafi
mengikuti kaidah hokum superposisi, jadi defenisi dari penampang stratigrafi terukur
(measured stratigraphic section) adalah suatu penampang atau kolom yang
menggambarkan kondisi stratigrafi suatu jalur, yang secara sengaja telah dipilih dan
diukur untukl mewakili daerah tempat dilakukannya pengukuran tersebut. Jalur yang
diukur tersebut dapat meliputi satu formasi batuan atau lebih, sebaliknya pengukuran
dapat pula dilakukan hanya pada sebagian formasi, sehingga hanya meliputi satu atau
lebih satuan lithostratigrafi yang lebih kecil dari formasi, misalnya anggota atau
bahkan hanya beberapa perlapisan saja.
Pengukuran stratigrafi merupakan salah satu pekerjaan yang biasa dilakukan
dalam pemetaan geologi lapangan, adapun pekerjaan pengukuran stratigrafi yang
untuk memperoleh gambaran yang terperinci dan hubungan stratigrafi antar setiap
perlapisan batuan atau satuan batuan. Ketebalan setiap satuan stratigrafi, sejarah
sedimentasi secara vertical dan lingkungan pengendapan dari setiap satuabn batuan.
Dilapangan pengukuran lapisan stratigrafi biasanya dilakukan dengan menggunakan
tali meteran dan kompas pada singkapan-singkapan yang menerus dalam satuan
lintasan. Pengukuran diusahakan tegak lurus dengan jurus perlapisan batuannya.
Sehingga koreksi sudut antara jalur pengukuran dan arah jurus perlapisan tidak begitu
besar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah analisis sayatan penampang
stratigrafi terukur.

3.2 Tahapan Praktikum

Tahapan praktikum antara lain :


1. Tahapan pertama yaitu pembuatan profil lintasan. Dalam pembuatan profil
lintasan digunakan data berupa kedudukan batuan dan jarak lintasan.
2. Setelah itu, dilakukanlah koreksi dip. Koreksi dip dilakukan dengan cara menarik
garis sayatan pada peta yang melalui titik kedudukan batuan. Kemudian
memasukkan nilai dip dan sudut terkecil (sudut bearing) pada rumus koreksi dip.
3. Kemudian pembuatan penampang dari sayatan yang telah dibuat sebelumnya.
Melalui penampang, dapat diperoleh jarak datar dan beda tinggi.
4. Tahap selanjutnya yaitu penentuan ketebalan lapisan. Ketebalan diperoleh dari
hasil kali jarak mistar dikalikan dengan skala.
5. Tahapan terakhir adalah pembuatan kolom stratigrafi.

Profil Lintasan

Koreksi Dip

PembuatanPenampang

Menghitung ketebalan

Kolom Stratigrafi

Gambar 3.1 Diagram alir tahapan praktikum

3.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain :

1. Sandi stratigrafi
2. Kertas grafik
3. Penggaris
4. Pensil warna
5. Busur
6. Double tip
7. Kertas A0
8. Kalkulator
9. Referensi
10. Penuntun
11. Problem Set
DAFTAR PUSTAKA

Djauhari, Noor. 2010. Pengantar Geologi. Fakultas Teknik. Universitas Pakuan :


Bogor

Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia. 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia. Ikatan Ahli
Geologi Indonesia (IAGI) : Jakarta.

You might also like