Professional Documents
Culture Documents
PENGERTIAN FRAUD
Definisi fraud beragam tergantung dari siapa yang mendefinisikan nya dan
bagaimana keadaan orang yang mendefinisikanya. Fraud dapat diartikan sebagai bentuk
kecurangan yang disengaja (termasuk berbohong dan berbuat curang) yaitu kebalikan
dari kebenaran, keadilan, kejujuran, dan kewajaran. Fraud juga dapat diartikan sebagai
cedera. Seseorang dapat mengakibatkan orang lain cedera karena kekuatan atau melalui
fraud. Fraud merupakan satu kata yang memiliki banyak definisi, diantaranya adalah
sebagai berikut :
Definisi Fraud menurut ACFE (The Association of Certified Fraud Examiners) dapat
berupa fraud pada pekerjaan dan penyalahgunaannya yang diartikan sebagai seseorang
yang menggunakan pekerjaannya untuk memperoleh keuntungan personal dengan cara
penyalahgunaan atau mencuri sumber daya atau asset perusahaan. Sedangkan ACFE
mendefinisikan fraud atas laporan sebagai kesalahan penyajian yang disengaja dari
keadaan keuangan perusahaan melalui kesalahan dan kelalaian dalam menyajikan jumlah
atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk mengelabui pengguna laporan
keuangan.
Pada Tahun 1887 US Supreme Court mendefinisikan fraud dari sisi
masyarakat sipil sebagai :
Pertama : Terdakwa merepresentasikan sebuah fakta material.
Dari keenam elemen definisi perbuatan melawan hukum diatas, elemen keempat
(niat) merupakan yang paling sulit untuk ditegakkan dalam kasus pengadilan. Dari semua
definisi penipuan, hanya terdaftar satu hukum terkemuka di antifraud. Alasan untuk itu
adalah bahwa setiap penipuan memiliki potensi untuk berakhir di pengadilan dan definisi
penipuan tersebut ditentukan oleh Mahkamah Agung AS pada tahun 1887 dan akan
menjadi salah satu korban yang perlu dibuktikan di pengadilan.
Namun, jika pada awal investigasi penipuan, antifraud entitas korban personel
meluangkan waktu untuk menetapkan suatu pola, bahkan jika itu berarti membiarkan
penipu untuk terus mencuri untuk sementara waktu, maka korban dapat membangun ‘‘
Bukti forensik ’yang terkait dengan ‘niat’ . Penipu mungkin mencoba ‘pembelaan’ 'tetapi
jika korban mampu menghasilkan selusin contoh, hakim atau juri mungkin tidak akan
mempercayainya.
Istilah penipuan saat ini secara tradisional disebut sebagai kejahatan kerah
putih, dan keduanya digunakan secara sinonim di sini. Karya klasik tentang penipuan
White Collar Crime by Edwin H. Sutherland; Other People’s Money by Donald R.
Cressey; The Thief in the White Collar by Norman Jaspan and Hillel Black; and
Crime, Law, and Society by Frank E. Hartung. Para penulis ini menyimpulkan bahwa:
Menurut Jaspan dan Black dalam bukunya The Thief in the White Collar terdapat
beberapa hal yang dapat mengurangi tindakan kecurangan yaitu dengan mendorong para
atasan untuk: (1) membayar karyawan mereka secara adil, (2) memperlakukan karyawan
mereka dengan sopan, dan(3) mendengarkan masalah karyawan mereka. Selain itu Jaspan
dan Black juga menyarankan agar atasan jangan pernah menaruh kepercayaan secara
penuh pada karyawannya atau pun bagian keamanannya.
Berbalik dengan hal yang dikatakan Jaspan dan Black, Hartung mengatakan;
Jaspan dan Black, dan Hartung memiliki pendapat yang valid. Hartung mencatat
bahwa individu-individu pasti terpengaruh oleh lingkungan mereka.Meskipun Jaspan dan
Blackmight dianggap terlalu empati kepada individu, saran mereka untuk mencegah
penipuan juga sama dengan upaya modern: Buat sebuah Mlingkungan dengan sedikit
alasan dan dengan sedikit peluang untuk melakukan penipuan
D. SEGITIGA KECURANGAN
1. Tekanan (Pressure)
2. Rasionalisasi (Rationalization)
Rasionalisasi merupakan alasan-alasan yang diungkapkan oleh pelaku fraud
sebagai pembenaran atas tindakan yang dilakukannya. Misalnya: karena gajinya kecil
sedangkan tugasnya berat maka dia mengambil sesuatau dari perusahaan, ketika
ketahuan mencuri maka akan beralasan bahwa dia hanya meminjam dan akan
dikembalikan nanti, dan lain sebagainya.
3. Kesempatan (Opportunity)
Dalam penelitiannya, Crassey menyatakan bahwa tindakan fraud dapat terjadi
karena adanya pengetahuan dan kesempatan yang dimiliki oleh pelaku fraud. Pelaku
biasanya memiliki pengetahuan atas kelemahan dari perusahaan dan kesempatan
diperoleh karena pelaku berada dalam posisi yang sangat dipercaya di perusahaan
tersebut. Faktor utama dari kesempatan seseorang dapat melakukan fraud adalah
pengendalian intern dari perusahaan tersebut. Kesempatan tersebut akan membesar
ketika pengawasan dari manajemen perusahaan sangat longgar dan pengendalian
internal perusahaan tidak memadai sehingga menimbulkan motivasi seseorang untuk
melakukan fraud.