You are on page 1of 14

TUJUAN:

1. Mengerti istilah alat ukur, verifikasi dan kalibrasi.


2. Mengetahui metode kalibrasi alat ukur massa dan volume.
3. Dapat melakukan proses kalibrasi alat ukur yang ada di laboratorium.

DASAR TEORI:
Untuk memenuhi harapan pelanggan, jaminan mutu suatu produk atau jasa menjadi
penting bagi setiap perusahaan. Kontrol, kalibrasi/verifikasi dan pemeliharaan instrument
ukur atau alat uji merupakan bagian dari sistem standar mutu yang akan menjamin kualitas
dari produk yang dihasilkan sehingga tidak berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Alat
ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu benda atau kejadian, contohnya
mengukur massa atau volume.

Verifikasi adalah proses dimana ditentukan persesuaian antara suatu peralatan


laboratorium dengan spesifikasi yang tertera untuk peralatan tersebut, termasuk penentuan
kesalahan (error) pada suatu titik atau lebih. (Sumardi, 2003)

Kalibrasi adalah memastikan kebenaran nilai-nilai yang di tunjukkan oleh instrument


ukur atau sistem pengukuran atau nilai-nilai yang diabadikan pada suatu bahan ukur dengan
cara membandingkan dengan nilai kebenaran konvensional yang diwakili oleh standard ukur,
yang memiliki kemampuan telusur ke standar Nasional maupun Internasional. (BBIA, 2002)

Sedangkan menurut Australian Standard, kalibrasi adalah semua operasi untuk tujuan
menentukan nilai kesalahan pengukuran alat, pengukuran bahan dan pengukuran standar.

Kemampuan telusur (traceability) adalah kemampuan dari suatu hasil ukur secara
individu untuk dihubungkan dengan standar nasional/internasional untuk satuan ukur atau
sistem pengukuran yang disahkan secara nasional maupun internasional melalui suatu rantai
perbandingan yang tidak terputus.

1
Kalibrasi, verifikasi dan ketelusuran penting karena menyangkut mutu produk yang
dihasilkan. Contohnya pada proses pembuatan obat, pengukuran jumlah zat aktif dalam obat
dilakukan dengan menggunakan neraca, bila zat aktif yang ditambahkan cukup berbahaya,
maka kondisi over dosis dapat terjadi akibat kesalahan dalam penimbangan yang disebabkan
oleh neraca yang tidak terkalibrasi. Pada aspek yang berhubungan dengan lingkungan, jumlah
limbah yang melebihi nilai ambang batas boleh jadi tidak terdeteksi karena instrumentasi
pengukur limbah yang tidak akurat dan memadai sehingga berdampak buruk bagi
lingkungan.

Syarat Kalibrasi/Verifikasi
Kalibrasi dan verifikasi yang baik harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya:

1. Menggunakan standar acuan yang mampu telusur ke standar nasional/internasional.


2. Metode kalibrasi yang diakui secara nasional maupun internasional.
3. Personil kalibrasi yang terlatih, dibuktikan dengan sertifikat dari lembaga akreditasi.
4. Tempat/laboratorium kalibrasi yang terkondisi dan memenuhi persyaratan/ akreditasi.
5. Alat yang dikalibrasi dalam keadaan baik.

Metode Kalibrasi
Kalibrasi untuk keperluan akreditasi, harus dilaksanakan oleh institusi yang memiliki
otoritas khusus. Sedangkan untuk keperluan rutin cukup menggunakan teknik kalibrasi yang
sederhana, yang tidak memerlukan material standar dan tidak memerlukan otoritas. Metode
kalibrasi secara umum dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Metode telusur ke Standar Acuan


2. Metode perbandingan
Kalibrasi dengan metode telusur ke standar acuan dilakukan dengan mengacu kepada standar
nasional maupun standar internasional. Sedangkan kalibrasi dengan metode perbandingan
dilakukan dengan membandingkan alat ukur yang dikalibrasi dengan alat ukur yang sudah
terkalibrasi (dibuktikan dengan sertifikat kalibrasi).

Standar Nasional atau Internasional


Pada kalibrasi diperlukan beberapa standar acuan yang mampu telusur. Beberapa lembaga
standar yang sering dijadikan acuan antara lain:

1. SNI (Standar Nasional Indonesia)

2
2. ISO (International Standard Organization)
3. ASTM (American Standard for Testing Material)
4. AS (Australian Standard)
5. JIS (Japanese Industrial Standard)
Instansi yang berhak melakukan kalibrasi internal adalah instansi yang sudah terakreditasi,
yang sudah memenuhi semua persyaratan untuk dapat melakukan proses kalibrasi. Instansi
yang dapat melakukan kalibrasi eksternal adalah instansi yang ditunjuk oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN), diantaranya yaitu BBIA, PPMB, Puslit KIM Serpong, P.T.
Sucofindo, dst.

Manfaat dan Tujuan Kalibrasi


Kalibrasi dilakukan dengan tujuan:

1. Menjamin mutu, dalam pengertian setiap produk memerlukan bukti bahwa hasil
ukurnya telah mampu ditelusur (traceable) pada standar nasional maupun
internasional.
2. Tidak terdapat cacat atau penyimpangan hasil ukur.
3. Menjamin kepentingan keselamatan manusia.
4. Menjamin kondisi alat ukur tetap sesuai dengan spesifikasinya.

Waktu Kalibrasi
Secara umum proses kalibrasi dilakukan pada:

1. Penggunaan alat baru.


2. Perpindahan tempat.
3. Setelah perbaikan
4. Suatu alat secara berkala berdasarkan aktu kalender, misal: 6 bulan sekali, atau
setahun sekali.
5. Suatu alat secara berkala berdasarkan lama/frekuensi pemakaian, misal: 1000 jam
pakai, 2000 jam pakai.
6. Ketika suatu alat mengalami kejadian kecelakaan (terjatuh/terbentur) yang
mengkhawatirkan akan merubah kondisi alat.
7. Ketika hasil pengamatan suatu alat dipertanyakan.

Kalibrasi Alat Ukur

3
Kalibrasi alat ukur merupakan prosedur standar untuk menjaga kondisi alat ukur dan bahan
ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya, antara lain:

1. Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukkan suatu instrument ukur


atau deviasi dimensi nasional yang seharusnya untuk suatu bahan ukur.
2. Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun
internasional.
Proses kalibrasi yang biasanya dilakukan mencakup:

1. Verifikasi
2. Validasi
3. Standar Kalibrasi
Pada dasarnya kalibrasi alat ukur dalam laboratorium kimia terdiri dari tiga yaitu:

1. Kalibrasi massa, seperti pada: neraca dan anak timbang


2. Kalibrasi Volume, seperti pada: labu ukur, pipet volume, pipet ukur, buret.
3. Kalibrasi suhu, seperti pada: thermometer, oven, furnace.

Verifikasi Neraca dan Anak Timbang


Verifikasi neraca dilakukan dengan parameter uji yang meliputi:

1. Kemampuan ulang pembacaan


2. Keseragaman skala
3. Pengaruh penyimpanan pada pinggan
4. Pengaruh pengenolan beban
5. Dan histerisis
Tabel 1. Kapasitas dan nilai toleransi Labu Ukur

menurut Tabel AS 2164-1978

Kapasitas Alat Toleransi (mL)


(mL)
Kelas A Kelas B

5 0.02 0.04

10 0.02 0.04

25 0.03 0.06

4
50 0.05 0.10

100 0.08 0.15

200 0.15 0.3

250 0.15 0.3

500 0.25 0.5

1000 0.40 0.8

2000 0.60 1.2

Tabel 2. Kapasitas dan nilai toleransi Pipet Volume

menurut Tabel AS 2166-1978

Kapasitas Alat Toleransi (mL)


(mL)
Kelas A Kelas B

0.5 0.005 0.01

1 0.008 0.015

2 0.01 0.02

3 0.015 0.03

5 0.015 0.03

10 0.02 0.04

15 0.025 0.05

20 0.03 0.06

25 0.03 0.06

50 0.05 0.1

100 0.08 0.15

Tabel 3. Waktu Alir dalam Pipet Volume

5
menurut Tabel AS 2166-1978

Kapasitas Alat Waktu alir (detik)


(mL)
Kelas A Kelas B

min max min max

0.5 10 20 4 20

1 10 20 5 20

2 10 25 5 25

3 10 25 5 25

5 15 30 7 30

10 15 40 8 40

15 20 50 9 50

20 25 50 9 50

25 25 50 10 50

50 30 60 13 60

100 40 60 25 60

METODE
1.Alat
1) Neraca Analitik
2) Anak timbang
3) Kotak timbang
4) Beaker glass
5) termometer
6) pinset
7) pipet tetes
8) Alat gelas yang akan dikalibrasi (labu ukur, pipet volume)

6
2.Bahan
1) Aquadest

3.Cara Kerja
Persiapan
1) Lembar kerja disiapkan secara lengkap
2) Alat yang akan dikalibrasi dibersihkan
3) Semua spesifikasi/identifikasi alat yang akan dikalibrasi dicatat
4) Semua data kondisi lingkungan dicatat pada lembar kerja
5) Anak timbang standar, neraca analitik, aquadest, serta alat dan bahan lain yang
akan digunakan disiapkan.

Verifikasi Alat Ukur Volume

To contain (Labu Ukur)


1) Labu ukur yang akan dikalibrasi disiapkan beserta tutupnya
2) Bobot labu ukur kosong beserta tutupnya ditimbang, lalu dicatat data yang
diperoleh
3) Labu ukur diisi dengan aquadest sampai berada sedikit di atas garis tera.
4) Bagian dalam atas labu ukur diseka/lap dengan kerstas saring.
5) Labu ukur dihimpitkan dengan cara meyedot kelebihan air dengan pipet tetes
hingga batas air berhimpit dengan garis tera.
6) bobot labu ukur yang telah diisi aquadest beserta tutupnya Ditimbang, dan data
yang diperoleh dicatat.
7) Suhu aquadest diukur dan dicatat
8) Aquadest dikeluarkan dengan dipipet (hingga dibawah garis tera)
9) Langkah 3-8 diulangi hingga diperoleh 5 kali pengulangan.

To deliver (Pipet Volume)


1) Pipet volume dicuci sampai bersih, kemudian dikeringkan bagian luarnya
2) Dicuci beaker atau botol timbang sampai bersih, kemudian dibilas dengan alkohol
dan dikeringkan
3) Botol timbang ditimbang dan dicatat bobot kosongnya

7
4) Pipet volume dibilas dengan aquadest (min 2x).
5) Aquadest dipipet dengan pipet volume sampai kira-kira 1 cm diatas tanda tera
6) Diseka/dilap bagian ujung bawah pipet dengan tissue kemudian aquadest di dalam
pipet dihimpitkan hingga tanda tera
7) Aquadest dalam pipet dipindahkan ke dalam botol timbang yang sudah diketahui
massa kosongnya (membentuk sudut 45o) sampai habis tanpa menambah atau
mengurangi laju aliran dan dibiarkan selama 10 detik setelah cairan turun dengan
alami.
8) Bobot air yang berada dalam botol timbang ditimbang dan dicatat
9) Suhu aquadest diukur segera setelah penimbangan.
10) Diulangi hingga diperoleh 5 data percobaan.

Verifikasi Alat Ukur Massa (Neraca Analitik)

Kemampuan ulang pembacaan


1) Neraca di-nol-kan, dicatat angkanya.
2) Diletakkan anak timbang dengan beban tertentu, dicatat sebagai M.
3) Anak timbang diangkat, dicatat kembali titik nol sebagai Z
4) Langkah di atas diulangi hingga diperoleh 10 data penimbangan

Keseragaman Skala
1) Neraca di-nol-kan dengan menekan tombol tare/zero, dicatat
2) Diletakkan anak timbang standar pertama, catat
3) Anak timbang diangkat dan diganti/ditambah dengan yang lebih berat
4) Percobaan dilakukan dengan 3 variasi berat penimbangan.

Pengaruh letak penyimpanan pada pinggan


1) Neraca di-nol-kan, dicatat angkanya.
2) Diletakkan anak timbang dengan beban tertentu di posisi tengah pinggan,
dicatat sebagai M.
3) Anak timbang diangkat, dan dinolkan kembali
4) Langkah di atas diulangi dengan 4 posisi penimbangan yang berbeda (depan,
belakang, kanan, kiri)

Pengaruh fungsi pengenolan

8
Tanpa Pangenolan

1) Neraca di-nol-kan, dicatat sebagai Z1


2) Diletakkan anak timbang standar, dicatat
3) Anak timbang diangkat, dicatat titik nol kedua tanpa menekan tare kembali
sebagai sebagai Z2
4) Diletakkan anak timbang standar, dicatat

Dengan Pengenolan

1) Neraca di-nol-kan, dicatat sebagai Z1


2) Diletakkan anak timbang standar, dicatat
3) Anak timbang diangkat, dicatat titik nol kedua dengan menekan tare kembali
sebagai sebagai Z2
4) Diletakkan anak timbang standar, dicatat.

HASIL PENGAMATAN
(terlampir)

PEMBAHASAN:
Alat ukur merupakan blabla,setiap alat ukur sebelum digunakan harus dikalibrasi
terlebih dahulu tujuuannya agar dapat diketahui nilai penyimpangan hasil ukurnya. Kalibrasi
adalah semua operasi untuk tujuan menentukan nilai kesalahan pengukuran alat, pengukuran
bahan dan pengukuran standar (Australian Standard 2415:1980). Sedangkan, verifikasi
adalah proses dimana ditentukan persesuaian antara suatu peralatan laboratorium dengan
spesifikasi yang tertera untuk peralatan tersebut, termasuk penentuan kesalahan (error) pada
suatu titik atau lebih. (Sumardi, 2003).

Metode yang digunakan dalam pengkalibrasian kali ini ialah metode tidak langsung
yang mana merupkan metode dimana kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan alat
ukur yang dikalibrasi dengan alat ukur yang sudah terkalibrasi. Alat ukur yang akan

9
dikalibrasi adalah alat ukur volume yaitu labu ukur dan pipet volume serta alat ukur massa
yaitu neraca analitik. Proses pengkalibrasian dipisah menjadi 3 yaitu

1. kalibrasi labu ukur


pada kalibrasi labu ukur, labu perlu dipanaskan terlebih dahulu untuk
ditimbang beserta tutupnya bobot kosong dari labu tersebut, yang akan menjadi
suatu tolak ukur untuk menentukan nilai dari massa air yang akan digunakan
untuk mencari rerata volume air sebagai pengukur nilai penyimpangan/kesalahan
dari labu ukur tersebut. pada pengkalibrasian labu ukur kelas A dengan kapasitas
50 mL didapatkan hasil rerata massa air 49,65982 gram yang apabila diubah ke
rerata volume dengan menggunakan piknometer 10 mL didapat volume sebesar
48,03155 mL. Nilai toleransi dari labu ukur grade A 50 mL ialah 0,06 mL
sedangkan selisih yang didapatkan 1,96845 mL ini berarti terjadi kesalahan sekitar
3,9369%. Jikalau didasarkan pada toleransinya -0,06 mL maka massa minimal
yang seharusnya didapatkan ialah 49,94 mL dan maksimum 50,06 mL untuk
toleransi +0,06 mL. Namun, tetap saja nilai 48,03155 mL masih berada jauh
1,90845 mL dari nilai minimalnya 49,94 mL. Perlu dilakukan pengkalibrasian
sekali lagi terhadap labu ukur tersebut agar setidaknya hasil yang didapat
mendekati nilai minimalnya sehingga nilai kesalahannya semakin kecil dan layak
untuk digunakan. Kesalahan ini disumbangkan pada proses penyedotan air sampai
berada di garis tera, saat penyedotan air, air yang disedot berlebihan dalam jumlah
yang kecil sehingga mempengaruhi massa yang nantinya menjadi volumenya.
2. Kalibrasi pipet volume
Untuk kalibrasi pipet volume langkah yang digunakan tidak berbeda jauh
dengan pengkalibrasian labu ukur. Pipet volume yang dikalibrasi ialah pipet
volume kelas A dengan kapasitas 10 mL dimana pipet volume ini memiliki nilai
toleransi sebesar 0,02 mL. Pada kalibrasi pipet volume 10 mL didapatkan rerata
massa air sebesar 9,8495 gram atau setara 9,5265 mL apabila diubah dari bentuk
massa ke volume menggunakan piknometer. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa selisih antar volume pipet volume dengan volume yang terukur ialah
0,4735 mL sedangkan toleransi kesalahan yang ada adalah 0,02 mL ini berarti
terdapat penyimpangan sebanyak 0,4535 mL dengan kata lain kesalahannya
sekitar 4,735%. Bila dibandingkan dengan volume minimal yang seharusnya
didapat yaitu 9,98 mL maka selisih antar volumenya menjadi 0,4535 mL yang

10
dapat dikatakan masih jauh dari volume minimalnya. Sama halnya dengan labu
ukur, pipet volume perlu dikalibrasi sekali lagi agar hasil yang didapat semakin
mendekati nilai minimalnya sehingga nilai kesalahannya semakin kecil dan layak
untuk digunakan dalam percobaan. Kesalahan terjadi saat penimbangan karena
tidak semua air turun dengan benar saat air dari pipet volum dipindahkan ke gelas
beker sehingga mempengaruhi penimbangan massa yang dimana massa tersebut
akan dikonversikan ke bentuk volume.
3. Kalibrasi neraca analitik
Sebelum memulai pengkalibrasian setiap setelah melakukan penimbangan
terhadap anak timbang standar, pinggan perlu harus dibersihkan. Hal ini bertujuan
untuk meningkatkan akurasi dari neraca tersebut. selain itu sebelum melakukan
penimbangan mata ikan pada neraca analitik perlu dipastikan terlebih dahulu.
Pada kalibrasi neraca analitik dibagi menjadi 4 bagian yang meliputi:
1) Kemampuan ulang pembacaan
Di bagian ini digunakan anak timbang standar bermassa 2 gram dan
pengulangan sebanyak 10 kali. Dari pengulangan sebanyak 10 kali tersebut
didapatkan massa reratanya yaitu 2,00008 gram dengan demikian selisihnya
menjadi 0,00008 gram yang merupakan penyimpangan dari neraca tersebut.
berdasarkan data tersebut maka persen kesalahannya hanya 0,004%. Jikalau
didasarkan pada nilai toleransi alat yaitu 0,0001 gram maka massa terkecil
yang didapat ialah 1,9999 gram dan terbesar yaitu 2,0001 gram. Jikalau dilihat
tabel kemampuan ulang pembacaan maka didapat bahwa hanya 1 dari 10 data
yang yang melenceng yaitu data pertama (2,0002 gram) sekitar 0,0001 gram
dari nilai toleransi maksimal (+0,0001 gram) dengan demikian maka neraca
tersebut sudah pantas digunakan untuk melakukan penimbangan. Jikalau
diperhatikan massa reratanya memiliki ketelitian 10’-5 gram sedangkan
ketelitian dari neraca analitik hanya 10’-4 gram maka apabila anak timbang
bermassa 2,00008 gram ditimbang dengan neraca analitiknya akan terukur
2,0000 gram dimana hasilnya sesuai dengan massa dari anak timbang itu
sendiri. Selisih yang sangat kecil tersebut disebabkan oleh debu maupun udara
yang menjadi faktor pengganggu dari penimbangan anak timbang standar 2
gram.
2) Keseragaman skala

11
Pada bagian kali ini anak timbangan standar digunakan secara
bervariasi. Anak timbang standar berjumlah 3 yaitu yang bermassa 1 gram, 2
gram, dan 5 gram ketiga anak timbang tersebut akan ditimbang secara tunggal
dan berpasangan, yang mana pasangan adalah kombinasi dari ketiga berat
tersebut (1+2 gram, 1+5 gram, 2+5 gram). Skala yang terbaca pada anak
timbang standar 1 gram adalah 1,0000 gram (massa standar), 2 gram adalah
2,0002 gram (selisih 0,0002 gram dari massa standar dan 0,0001 dari massa
maksimalnya yaitu 2,0001 gram), 5 gram adalah 4,9998 gram (selisih 0,0002
gram dari massa standar dan 0,0001 dari massa minimalnya yaitu 4,9999
gram), 3 gram adalah 3,0001 gram (massa maksimal), 6 gram adalah 5,9995
gram (selisih 0,0005 gram dari massa standar dan 0,0004 dari massa
minimalnya yaitu 6,9999 gram) dan 7 gram adalah 6,9998 gram (selisih
0,0002 gram dari massa standar dan 0,0001 dari massa minimalnya yaitu
6,9999 gram). Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi kebanyakan
hanyalah 0,0001 gram dan yang terbesar ialah 0,0005 gram dari massa standar
atau 0,0004 gram dari massa minimal yang seharusnya terukur karena
toleransi alat minimalnya -0,0001 gram. Hal-hal tersebut terjadi karna
beberapa faktor pengganggu diantaranya debu atau udara yang masuk dan
mengganggu proses penimbangan.
3) Pengaruh penyimpanan pada pinggan
Pinggan merupakan tempat untuk meletakkan benda yang akan
ditimbang sekaligus merupakan bagian terpenting neraca analitik. Pinggan
berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 8,9 cm dengan demikian maka
titik pusat atau bagian tengah dari pinggan berada pada 4,45 cm dari pinggir
pinggan. Pada bagian kali ini anak timbang standar 2 gram diletakkan secara
bergantian pada 5 sisi dari pinggan yaitu sisi tengah(standar), depan, belakang,
kanan dan kiri. Pada penimbangan dengan peletakkan di bagian depan dan
kanan pinggan tidak terdapat penyimpangan pada bagian depan tertimbang
2,0001 gram (massa maksimal) dan kanan 2,0000 gram (massa standar).
Selisih terbesar didapat pada penimbangan dengan peletakkan anak timbang
standar di sisi belakang dan kiri pinggan, dimana pada keduanya tertimbang
seberat 2,0003 gram (selisih 0,0003 gram dengan massa standar dan 0,0002
gram dengan massa maksimal). Pada penimbangan dengan posisi standarnya
yaitu ditengah pinggan didapatkan massanya 2,0002 gram (selisih 0,0002

12
gram dengan massa standar dan 0,0001 gram dengan massa maksimalnya)
selisih yang kecil ini juga disebabkan oleh faktor pengganggu yang sama yaitu
debu, atau karena saat membersihkan pinggan dengan kuas dan tissue
tertinggal beberapa bagian dari benda tersebut.
4) Pengaruh pengelolaan beban
Pada percobaan tanpa pengelolaan neraca yang awalnya 0 gram setelah
diletakkan anak timbang standar 2 gram di pinggan tertera beratnya menjadi
1,9999 gram (massa minimal dari toleransi alat -0,0001 gram) setelah
ditimbang anak timbang diangkat lalu tertera di neraca -0,0001 gram (toleransi
minimal) setelah itu anak timbang standar 2 gram diletakkan kembali ke
pinggan tanpa menekan tare dan diperoleh beratnya 2,0001 gram (massa
maksimal dari toleransi alat +0,0001 gram). Sedangkan pada percobaan
dengan pengelolaan dimana sebelum dan setelah anak timbang standar 2 gram
diletakkan ditekan tombol tare-nya sehingga pada neraca analitiknya terbaca 0
gram, didapatkan massa pada penimbangan pertama yaitu 2,0001 gram (massa
maksimal dari toleransi alat +0,0001 gram) dan penimbangan kedua yaitu
2,0002 gram (lebih 0,0001 gram dari massa maksimal dan lebih 0,0002 dari
massa standarnya) penyimpangan tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya
faktor pengganggu yang sama untuk setiap percobaan penimbangan yaitu debu
dan udara. Pengaruh dari adanya pengelolaan ini hanyalah sekitar 0,00005
gram yang apabila ditimbang anak timbang standar bermassa 2,00005 gram
akan terbaca 2,0000 gram sebab ketelitian dari neraca analitik bermerk mettler
toledo kapasitas 210 gram ini hanyalah 10’-4 gram. Ini artinya neraca analitik
ini telah terkalibrasi dengan baik sehingga baik dengan pengelolaan ataupun
tidak akurasi yang ditunjukkan tetaplah baik.

Berdasarkan semua percobaan terhadap penimbangan, dapat dikatakan


bahwa neraca analitik tersebut telah layak untuk dijadikan alat pembantu
pengukur massa karena dalam proses kalibrasinya telah dilakukan dengan baik
yang ditunjukkan pada perbedaan nilai atau massa yang kecil.

KESIMPULAN
13
a. Alat ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu benda atau kejadian
sedangkan, verifikasi adalah proses dimana ditentukan persesuaian antara suatu peralatan
laboratorium dengan spesifikasi yang tertera untuk peralatan tersebut, termasuk
penentuan kesalahan (error) pada suatu titik atau lebih dan kalibrasi adalah semua
operasi untuk tujuan menentukan nilai kesalahan pengukuran alat, pengukuran bahan dan
pengukuran standar.
b. Ada 2 metode yang digunakan dalam pengkalibrasian labu ukur, pipet volume dan
neraca analitik yaitu metode metode telusur ke standar acuan dilakukan dengan mengacu
kepada standar nasional maupun standar internasional dan metode perbandingan yang
dilakukan dengan membandingkan alat ukur yang dikalibrasi dengan alat ukur yang
sudah terkalibrasi. Metode yang digunakan kali ini ialah metode tidak
langsung/perbandingan.
c. Proses pengkalibrasian labu ukur, pipet volume dan neraca analitik perlu dilakukan
dengan cermat serta teliti dan urut dalam menyajikan datanya sebab dalam kalibrasi, data
hasil merupakan hal yang sangat penting.

DAFTAR PUSTAKA
Sulistiowati, Irmawati, K. 2006. Verifikasi Alat. Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor.
Bogor.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Alat_ukur diakses pada tanggal 15 oktober 2016

14

You might also like