You are on page 1of 17

KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA

“KESELAMATAN PASIEN”

Oleh : A11-A

KELOMPOK 12

Ni Komang Sri Wahyuni (17.321.2687)

Ni Luh Kade Novita Wahyuningrum (17.321.2691)

Ni Putu Eva Pradnyayanti (17.321.2700)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2019/2020

1
DAFTAR ISI

COVER

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Prinsip dan Konsep Keselamatan Pasien ................................................ 3


2.2 Pengaruh Faktor Lingkungan dan Manusia pada Keselamatan Kerja .... 8
2.3 Cara untuk Meningkatkan Keselamatan Pasien dengan Menggunakan
Metode Peningkatan Kualitas ................................................................. 12

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan .................................................................................................. 14


3.2 Saran ........................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keamanan dan keselamatan pasien merupakan hal mendasar yang perlu diperhatikan
oleh tenaga medis saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Keselamatan
pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit memberikan asuhan kepada pasien secara
aman serta mencegah terjadinya cidera akibat kesalahan karena melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut
meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut
dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko. Setiap tindakan pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada pasien sudah sepatutnya memberi dampak positif dan tidak
memberikan kerugian bagi pasien. Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki standar
tertentu dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Standar tersebut bertujuan untuk
melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang baik serta sebagai
pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kepada pasien. Selain itu,
keselamatan pasien juga tertuang dalam undang-undang kesehatan. Terdapat beberapa
pasal dalam undang-undang kesehatan yang membahas secara rinci mengenai hak dan
keselamatan pasien.
Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh setiap petugas
medis yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Tindakan
pelayanan, peralatan kesehatan, dan lingkungan sekitar pasien sudah seharusnya
menunjang keselamatan serta kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh karena itu, tenaga
medis harus memiliki pengetahuan mengenai hak pasien serta mengetahui secara luas dan
teliti tindakan pelayanan yang dapat menjaga keselamatan diri pasien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah Prinsip dan Konsep Keselamatan Pasien?
2. Bagaimanakah pengaruh factor lingkungan dan manusia pada keselamatan pasien?

1
3. Bagaimanakah cara untuk meningkatkan keselamatan pasien dengan menggunakan
metode peningkatan kualitas?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip dan Konsep Keselamatan Pasien


A. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Keselamatan pasien merupakan salah satu hal yang harus mendapat perhatian
penuh dalam memberikan penanganan terhadap pasien. Menurut Supari (2005), patient
safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan cidera pada pasien
akibat pera watan medis dan kesalahan pengobatan. Vincent (2008) menyebutkan
bahwa keselamatan pasien didefinisikan sebagai penghindaran, pencegahan dan
perbaikan dari hasil tindakan yang buruk atau injuri yang berasal dari proses perawatan
kesehatan. Sedangkan Emanuel (2008) menyatakan bahwa keselamatan pasien adalah
disiplin ilmu disektor perawatan kesehatan yang menerapkan metode ilmu
keselamatan menuju tujuan mencapai sistem penyampaian layanan kesehatan yang
dapat dipercaya. Keselamatan pasien juga merupakan atribut system perawatan
kesehatan; Ini meminimakan kejadian dan dampak,dan memaksimalkan pemuihan dari
efek saming.
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan
pengelolaan yang berhubungan dengan resiko pasien, laporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk
meminimalkan resiko.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2016
Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit menjelaskan beberapa istilah
sebagai berikut:
1. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi
dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan
analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

3
2. Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap
kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian
Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan
Kejadian Potensial Cedera.
3. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien.
4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden
yang belum sampai terpapar ke pasien.
5. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
6. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.
7. Kejadian sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius.
8. Pelaporan insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut pelaporan
insiden adalah suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden
keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk pembelajaran

B. Tujuan Patient Safety


Tujuan patient safety rumah sakit adalah :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya angka Kejadian Tidak Diharapkan di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
penanggulangan Kejadian Tidak Diharapkan (Depkes RI, 2006).
Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah:
1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar)
2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif)
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari
pengobatan resiko tinggi)
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery (mengeliminasi
kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur
operasi)

4
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka
karena jatuh) (Cecep, 2013).

C. Standar Patient Safety


1. Hak pasien
Standarnya adalah pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan
terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan. Kriterianya adalah sebagai berikut:
a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan 10
c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang
jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil
pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan
terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan.
2. Mendidik Pasien Dan Keluarga
Standarnya adalah rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriterianya adalah
keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan
keterlibatan pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di
Rumah sakit harus ada sistim dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya
tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan
pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat:
a. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab
c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati
3. Keselamatan Pasien Dan Kesinambungan Pelayanan

5
Standarnya adalah rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan
menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteri
sebagai berikut:
a. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh
b. Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber
daya
c. Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
d. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukanevaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
Standarnya adalah rumah sakit harus mendisain proses baru atau
memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui
pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan
dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik,
sesuai dengan”Sembilan Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah
Sakit”.
b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja
c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil
analisis
5. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien
Standarnya adalah:
a. Pimpinan dorong dan jamin implementasi program keselamatan pasien
melalui penerapan “9 Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko
keselamatan pasien dan program mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan.
c. Pimpinan dorong dan tumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan
individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan
pasien
d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta tingkatkan
keselamatan pasien.

6
e. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan
pasien.
2. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden,
3. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen
dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi
4. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan
analisis.
5. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden,
6. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
7. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit
dan antar pengelola pelayanan
8. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan
9. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah
sakit dan keselamatan pasien.
6. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien
Standarnya adalah:
a. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien
secara jelas.
b. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf 13 serta
mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien, dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik
keselamatan pasien

7
2. Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan
insiden.
3. Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (teamwork)
guna mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka
melayani pasien.
7. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai Keselamatan Pasien
Standarnya adalah:
a. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan
eksternal.
b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses
manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait
dengan keselamatan pasien.
2. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk
merevisi manajemen informasi yang ada (Depkes RI, 2006).

2.2 Pengaruh Lingkungan dan Manusia pada Keselamatan Pasien


A. Faktor Manusia
1. Pentingnya Faktor Manusia pada Keselamatan Pasien
Human factor memeriksa hubungan antara manusia dan sistem dan bagaimana
mereka berinteraksi dengan berfokus pada peningkatan efisiensi, kreativitas,
produktivitas dan kepuasan pekerjaan, dengan tujuan meminimalkan kesalahan.
Kegagalan menerapkan prinsip Human factor merupakan aspek kunci kejadian
paling buruk dalam perawatan kesehatan.
Karena itu, semua petugas kesehatan harus memiliki pemahaman dasar
tentang prinsip-prinsip faktor manusia. Petugas kesehatan yang tidak mengerti
dasar-dasar faktor manusia diibaratkan seperti petugas pengendalian infeksi tapi
tidak mengetahui tentang mikrobiologi.
Pengetahuan yang Diperlukan sebagai human untuk meningkatkan keselamatan
pasien ialah :

8
1. Istilah human factor atau ergonomik umumnya digunakan mendeskripsikan
interaksi antara tiga aspek saling berhubungan: individu di tempat kerja, tugas
yang dibebankan untuk individu tersebut, dan tempat kerjanya. Human factor
merupakan ilmu yang menggunakan banyak disiplin misalnya anatomi,
fisiologi, fisika, dan biomekanik untuk mengetahui bagaimana orang bertindak
di bawah kondisi-kondisi yang berbeda. Human factor didefinisikan sebagai
studi yang mencakup semua faktor yang membuatnya lebih mudah untuk
melakukan pekerjaan dengan cara yang benar.
2. Definisi yang lain dari human factor adalah studi dari hubungan saling terkait
antara manusia, instrumen, dan alat yang mereka gunakan di tempat kerjanya,
maupun di lingkungan dimana mereka bekerja.
3. Semua orang bisa mengaplikasikan pengetahuan human factor dimanapun
mereka bekerja. Pada tatanan pelayanan kesehatan, pengetahuan human factor
bisa membantu proses desain yang membuat menjadi lebih mudah bagi perawat
maupun dokter untuk melakukan pekerjaannya dnegan benar.
4. Aplikasi human factor sangatlah relefan dengan patient safety yang tertanam
dalam disiplin human factor, yang merupakan ilmu dasar dari keselamatan.
Human factor bisa menunjukkan kepada kita bagaimana meyakinkan orang lain
jika kita melakukan praktik berdasarkan keselamatan, berkomunikasi baik
dengan tim, dan menyerah terimakan tanggungjawab kepada profesi tenaga
kesehatan lain.
5. Banyak pelayanan kesehatan yang tergantung pada manusia yaitu dokter dan
perawat yang menyediakan pelayanan. Orang yang ahli pada human factor
meyakini bahwa kesalahan bisa dikurangi dengan memfokuskan pada pemberi
pelayanan kesehatan dan mempelajari bagaimana mereka saling berinteraksi
dan bagaimana hubungan mereka dengan lingkungannya.
6. Prinsip human factor bisa diadaptasi pada berbagai lingkungan, Pada tatanan
pelayanan kesehatan misalnya mengobservasi penyebab yang mendasari dari
efek samping yang berhubungan dengan miskomunikasi dan tindakan tenaga
kesehatan ataupun pasien didalam sistem. Banyak yang
berpikir jika kesulitan komunikasi antara tim tenaga kesehatan terjadinya
berdasarkan fakta dari masing-masing tenaga memiliki sejumlah tugas yang
harus dilakukan pada satu waktu.

9
7. Ilmu human factor menunjukkan bahwa yang paling penting bukan jumlah
tugasnya namun sifat tugasnya yang sedang dilakukan. Dokter mungkin
menceritakan kepada mahasiswanya langkah sederhana dari operasi saat dokter
tersebut melakukan operasi namun jika kasusnya tergolong sulit, dokter bedah
tersebut tidak dapat melakukannya karena membutuhkan konsentrasi yang
lebih. Pemahaman dari human factor dan ketaatan terhadap prinsip human
factor saat ini menjadi dasar penting untuk mendisiplinkan patient safety.
8. Ahli human factor menggunakan pandangan berbasis praktik dan prinsip dalam
mendesain cara untuk membuatnya lebih mudah dalam melakukan tindakan
seperti:
- mengorder medikasi
- serah terima informasi
- memindahkan pasien, dan
- skema terkait pengobatan dan pesanan lainnya secara elektronik.
Jika tugas-tugas ini dibuat lebih mudah untuk praktisi pelayanan
kesehatan, maka dapat menyediakan asuhan pelayanan yang lebih aman. Hal ini
membutuhkan solusi desain yang terdiri dari software (sistem pengorderan
lewat komputer), hardware (infus pump), alat (skalpel, siringe), dan tata letak
termasuk pencahayaan dan lingkungan kerja.
9. Sebagai catatan human factor tidak secara langsung terkait manusia seperti
namanya “human factor”. Namun lebih kepada pemahaman akan keterbatasan
manusia dan mendesain tempat kerja maupun peralatan yang kita gunakan
sehingga bisa digunakan oleh berbagai sifat manusia dan juga performance.
Mengetahui bagaimana lelah, stres, komunikasi yang jarang, pengetahuan dan
skill yang inadekuat berdampak pada keprofesionalan kesehatan, dan hal ini
penting karena akan membantu kita memahami karakteristik predisposisi yang
mungkin berhubungan dnegan kejadian yang tidak diharapkan maupun error.
10. Manusia juga mudah mengalami distraksi yang mana merupakan kekuatan
maupun kelemahan. Distraksi membantu kita memperhatikan saat sesuatu yang
tidak biasa sedang terjadi. Kita juga sangat baik menyadari dan merespon situasi
secara cepat dan beradaptasi terhadap situasi maupun informasi baru. Namun,
distraksi ini memungkinkan kita kepada error, karena distraksi
membuat kita kekurangan perhatian pada aspek yang paling penting terkait

10
tugas atau situasi. Sebagai contoh adalah mahasiswa keperawatan mengambil
darah dari pasien. Saat mahasiswa sedang proses membersihkan setelah
pengambilan darah, pasien disebelah meminta bantuan. Mahasiswa tersebut
berhenti terhadap tindakan yang dilakukan dan melakukan bantuan dan
melupakan melabel tabung darah. Atau perawat yang melakukan medikasi dari
order telepon dan mengalami interupsi dari kolega yang bertanya disampingnya,
perawat mungkin akan salah mendengar, atau gagal mengecheck medikasi atau
dosis sebagai dampak dari adanya distraksi.

2. Hubungan Antara Human Factor Dengan Keselamatan Pasien


Penting bagi semua petugas layanan kesehatan untuk memperhatikan
situasi yang meningkatkan kemungkinan kesalahan bagi manusia dalam situasi
apapun. Khususnya penting untuk bagi mahasiswa kedokteran dan staf junior yang
kurang berpengalaman. Dua faktor dengan dampak paling banyak adalah kelelahan
dan stres. Ada bukti ilmiah kuat yang menghubungkan kelelahan dan penurunan
kinerja sehingga menjadikannya faktor risiko dalam keselamatan pasien. Durasi
kerja berkepanjangan telah terbukti menghasilkan penurunan performa yang sama
seperti orang dengan tingkat alkohol darah sebesar 0,05 mmol / l, yang akan
membuat pengendara mobil termasuk ilegal untuk berkendara di banyak negara.
Hubungan antara tingkat stres dan kinerja juga telah dikonfirmasi melalui
penelitian. Jika stres tingkat tinggi mudah dikenali orang sebagai hal yang
kontraproduktif, penting untuk mengenali bahwa tingkat stres
yang rendah juga kontraproduktif, karena hal ini dapat menyebabkan kebosanan
dan kegagalan untuk menghadiri sebuah tugas dengan kewaspadaan yang sesuai.

B. Faktor Lingkungan
Lingkungan kerja adalah lingkungan yang mempengaruhi pembentukan perilaku
seseorang dalam bekerja. Lingkungan kerja tersebut dapat dibagi dua yaitu
lingkungan fisik seperti bangunan dan fasilitas yang disediakan serta letak gedung
dan prasarananya. Sedangkan lingkungan non fisik adalah rasa aman dari bahaya,
aman dari pemutusan kerja, loyalitas baik kepada atasan maupun sesama rekan kerja
dan adanya rasa kepuasan kerja dikalangan karyawan. (Wursanto, 2005:288).
Lingkungan merupakan tempat manusia untuk beraktivitas yang mana akan
berkaitan dengan segala tingkah laku manusia. Keselamatan pasien sangat

11
diperngaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Sebagai seorang tenaga medis yang
akan memberikan penanganan dan ikut serta meningkatkan keselamatan pasien,
maka lingkungan disekitar pasien harus dipastikan aman. Aman yang dimaksud
ialah tidak ada risiko adanya kecelakaan, ketidaknyamanan ataupun

2.3 Cara untuk Meningkatkan Keselamatan Pasien dengan Menggunakan Metode


Peningkatan Kualitas
Mutu/Kualitas pelayanan kesehatan bukan sesuatu yang dapat memenuhi
kebutuhan pasien/konsumen dengan biaya berapa saja, harus dihubungkan dengan
penggunaan sumber daya yang efisien. Kesimpulannya, mutu/kualitas layanan
kesehatan itu harus dapat memenuhi kebutuhan pasien/konsumen, seperti yang
ditentukan profesi layanan kesehatan, dan harus memenuhi harapan pasien tetapi
dengan biaya yang seefisien mungkin. Berdasarkan pengertian di atas, layanan
kesehatan yang bermutu harus mempunyai paling sedikit tiga dimensi atau unsur.
Pertama, dimensi konsumen, yaitu, apakah layanan kesehatan itu memenuhi kebutuhan
dan harapan pasien/konsumen yang selanjutnya diukur berdasarkan kepuasan atau
keluhan pasien/konsumen. Kedua, dimensi profesi, yaitu, apakah layanan kesehatan
memenuhi kebutuhan pasien/konsumen, seperti yang ditentukan profesi kesehatan.
Dimensi ini akan diukur dengan menggunakan prosedur atau standar profesi yang
diyakini akan memberi hasil dan kemudian hasil itu dapat pula diamati. Ketiga, dimensi
manajemen atau dimensi proses, yaitu bagaimana proses layanan kesehatan
menggunakan sumber daya yang paling efisisen dalam memenuhi kebutuhan dan
harapan/keinginan pasien/konsumen tersebut. Adapun cara yang dapat dilakukan guna
meningkatkan keselamatan pasien dengan menggunakan metode peningkatan kualitas
atau mutu layanan kesehatan ialah :
- Mutu pelayanan kesehatan perlu dilakukan pengukuran, dengan cara
mengetahui tentang pengertian indikator, kriteria, dan standar. Indikator
adalah petunjuk atau tolak ukur. Indikator mutu asuhan kesehatan atau
pelayanan kesehatan dapat mengacu pada indikator yang relevan berkaitan
dengan struktur, proses, dan outcomes. Indikator terdiri dari indikator
proses, indikator outcome.
- Indikator proses memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan
pelayanan kesehatan, prosedur asuhan yang ditempuh oleh tenaga kesehatan
dalam menjalankan tugasnya. Indikator outcomes merupakan indikator
12
hasil daripada keadaan sebelumnya, yaitu Input dan Proses seperti BOR,
LOS, dan Indikator klinis lain seperti : Angka Kesembuhan Penyakit, Angka
Kematian 48 jam, Angka Infeksi Nosokomial, Komplikasi Perawatan , dan
sebagainya.
- Indikator dispesifikasikan dalam berbagai kriteria. Untuk pelayanan
kesehatan, kriteria ini adalah fenomena yang dapat dihitung. Selanjutnya
setelah kriteria ditentukan dibuat standar-standar yang eksak dan dapat
dihitung kuantitatif, yang biasanya mencakup hal-hal yang standar baik).
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan yang dapat mengukur
mutu pelayanan kesehatan menurut Dep Kes 2006 yaitu melalui indikator,
kriteria, dan standar.
- Indikator adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu
indikasi. Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan untuk dapat
melihat perubahan. Kriteria adalah spesifikasi dari indikator. Standar adalah
tingkatan performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang
yang berwenang dan merupakan suatu norma atau persetujuan mengenai
keadaan atau prestasi yang sangat baik. Indikator mutu yang mengacu pada
keselamatan pasien diantaranya pasien terjatuh dari tempat tidur, pasien
diberi obat salah, tidak ada obat/alat emergensi, tidak ada oksigen, tidakada
alat penyedot lendir, tidak tersedia alat pemadam kebakaran, dan pemakaian
obat.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan yang
berhubungan dengan resiko pasien, laporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko. Faktor
manusia dan lingkungan sangat mempengaruhi keselamatan pasien karena manusia dan
lingkungan akan menjadi dunia social dan tempat pasien untuk bertingkah laku dan dapat
membahayakan keselamatan pasien. Selain itu, untuk menjaga keselamatan pasien dapat
dilakukan peningkatan kualitas layanan kesehatan mulai dari tenaga medis, fasilitas demi
kenyamanan dan kesehatan pasien itu sendiri.

3.2 Saran
Sebagai tenaga medis yang akan selalu berhubungan dengan pasien sebaiknya
mengutamakan keselamatan pasien dan berusaha memberikan penanganan terbaik agar
pasien lekas sembuh dengan keselamatan yang terjaga penuh tanpa adanya hal-hal yang
tidak diinginkan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Azizah. 2017. Pengaruh Lingkungan dan Manusia terhadap Patient Safety. Diakses melalui
https://www.scribd.com/document/352410111/Pengaruh-Faktor-Lingkungan-Dan-
Manusia-Pada-Keselamatan-Pasien pada 16 Pebruari 2019

Kamil, Hajul. 2012. Patient Safety. Aceh: Universitas Syiah Kuala

Tribun Bali. 2017. Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kerja. Diakses melalui :
http://bali.tribunnews.com/2017/05/14/keselamatan-pasien-dan-faktor-manusia

Nurlati. Siti. 2017. Patient Safety. Diakses melalui:


https://www.scribd.com/document/369348217/Patient-Safety pada 16 Pebruari 2019

Tutiany, Lindawati, Krisanti P. 2017. Keselamatan Pasien. Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/11/MANAJEMEN-
KESELAMATAN-PASIEN-Final-DAFIS.pdf pada 16 Pebruari 2019

15

You might also like