You are on page 1of 9

PGM 2004,27(1): 24-31 Pengaruh olahraga aerobik dan pemberian pi1besi Dewi Permaesih: dkk

PENGARUH OLAHRAGA AEROBlK DAN PEMBERIAN PIL BESl TERHADAP STATUS


BESl DAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI REMAJA
Dewi P e m s i h ; Yunier Rosmalina; Susilowati Herman dan Dangsina M c e 1 . k

ABSTRACT
THE IMPACT OF AEROBIC EXERCISE AND IRON TABLETS ON PHYSICAL FITNESS
AND IRON STATUS AMONG ADOLESCENT
Background: lmn deficiency anemia (IDA), as measured by hemoglobin level below normal value, is the most
prevalent micronutrient deficiency in Indonesia. IDA among adolescent has been shown in some studies not only
affect heaith status but also on decreasing learning concentration and physicai fitness. So far, iron
supplementation has been shown to improve imn status effectively and theoretically may also improve physical
fitness among high risk groups especially adolescent.
Objectives: To determine the effect of aerobic exercise and imn supplementation on physical fitness and imn
status among adolescent.
Methods: The subjects were adolescent boys aged 12-19 years old suffering from IDA In three Islamic boarding
schools (Pondok Pesantren). A total of 181 selected sublects were assigned into two gmups. The intervention
group received iron tabiet and aerobic exerdse 3 times a week, while the control gmup received only imn tabiet 3
times a week for the period of 7 weeks. Variables included in the study were heaith status assessed by physical
examination by medical doctor, hemoglobin concentration, serum transferrin level, and cardiovascular endurance
which were assessed before and afler the intervention. Cardiovaskular endurance was measured by time needed
to run for the distance of 2400 meters.
Results: The results showed that the prevalence of IDA among adolescent of Islamic boarding school was 40
percent. Hemoglobin concentration in the intervention gmup increased significantly (2.02 + 1.26 gramldl)
+
compared to that in the control group (0.83 0.93 gramldl). Serum transferrin receptor decreased by 0.41 + 2.3
+
and -0.28 4.9 uglL in the intervention and contml gmups respectively. Cardiovaskuiar endurance was
+ +
significantly better in the intervention group (1.9 0.3 minute faster) compared to that in the control gmup (0.5
0.3 minute slower) after the intervention.
Conclusions: Iron supplementation and aembic exercise regularly significantly improve imn status and physical
fitness among adoiescent. [Penel Girl Makan 2004,27(1): 24-31].

Key Words: imn tablet, physical fitness, aerobic exerdse

PENDAHULUAN

A
nemia me~pakanmasalah gid di Indonesia Dalam sistem pendldikan nasional Indonesia
yang tejadi karena defisiensi zat besi. Status terdapat peraturan yang mewajibkan setiap anak
anemia ditunjukkan dengan nilai hemoglobin mengikuti pendidikan jasmani atau oiahraga yang
di bawah niiai normal menurut umur. Zat besi harus dilakukan dengan teratur. Namun karena
mempunyai banyak fungsi dalam tubuh antara lain keterbatasan sarana dan berbagai faktor iain tidak
sebagai bahan pembentukan hemoglobin yang semua sekolah mampu meiakukan sesuai dengan
berperan sebagai pembawa oksigen dari paru ke peraturan. Sekitar 50 % remaja usia 10 - 19 tahun
seluruh jaringan (1). Ketika kadar hemoglobin sesuai kriteria WHO (6) di kota besar rnempunyai
dalam tubuh kurang (anemia), maka suplai oksigen tingkat kesegaran jasmani dengan kategori sedang
ke seluruh jaringan akan terganggu. Penelitian (7, 8) dan umumnya hanya mengonsumsi energi
menunjukkan bahwa anak yang menderita anemia sekitar 75-80 % dari kebutuhan (7).
mempunyai konsentrasi beiajar dan produklivitas Beroiahraga membuat sernua aiat tubuh
yang lebih rendah dibandingkan dengan anak tidak bergerak sehingga meiancarkan peredaran darah
anemia (2, 3, 4). Hasil penelitian iain mendapatkan dan pemafasan. Peredaran darah dan pemafasan
lebih dari 40 % anak sekolah menderita anemia (5). merupakan aktivitas tubuh yang paling penting
PGM 2004.27(1): 24-31 PengaNh olahraga aerobik dan pemberian pi1besi Dewi Permaesih; dkk

dalam hubungannya dengan penyediaan oksigen Tulisan ini membahas p e n g a ~ h latihan


yang akan mempengaruhi tingkat kesegaran oiahraga yang bersifat aerobik disertai pemberian
jasmani. Aerobik adalah suatu cara latihan yang pi1 besi tehadap kenaikan kadar hemoglobin dan
haws dilakukan secara teratur yang dapat status besi serta dampaknya terhadap tingkat
berbentuk jaian kaki, benepeda, Ian di tempat. kesegaran jasmani dengan memperhatikan faktor-
berenang yang akan menghasilkan peningkatan faktor lain yang mempengaruhi, antara lain
kemampuan janlung dan paru-paw (9,lO). LaGhan kesehatan dan gaya hidup seperti pola konsumsi,
fisik yang benar akan meningkatkan kemampuan pola aklivitas yang meliputi kebiasaan olahraga
fisik dan mempengaruhi peningkatan kemampuan dan kegiatan seharihan.
penyediaan oksigen yang diperlukan tubuh Upaya penanggutangan anemia dapat
sehingga tingkat kesegaran jasmaninya menjadi dilakukan dengan pemberian pi1 besi. Hasil
lebih baik. penelitian Saidin (13) menunjukkan bahwa
Olahraga aerobik dengan intensitas tertentu pemberian pi1 besi dengan dosis 60 mgll dminggu
akan merangsang kelenjar endokrin menghasilkan selama 13 minggu, telah dapat menaikkan kadar
hormon yang diperlukan untuk meningkatkan hemoglobin tetapi kenaikannya relatif kecil (sekitar
produksi sel-sel darah merah sehingga akan 0,s gldl).
meningkatkan kadar hemoglobin (10). Menurut
Cooper (11) waktu yang diperlukan untuk
mengevaluasi perubahan kesegaran jasmani CARA.
adalah setelah rnenjalani program pelatihan Rancangan penelitian adalah 'kuasi
aerobik selama 6 minggu dengan melakukan eksperimen" dengan sampel penelitian adalah
kegiatan hsik secara teratur sebanyak 3 kali
seminggu. Hasil penelitian pada sekelompok wanita
-
remaja 13 19 tahun yang benekolah dl Pondok
Pesanben. Santri yang dijadikan subyek peneiiian
yang melakukan olahraga intensif selama 12 memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:
minggu menunjukkan adanya kenaikan kadar pemeriksaan kadar hemoglobin dalam darah
hemoglobin (12). dengan menggunakan batasan WHO yaitu < 12 gR
Kenaikan kadar hemoglobin tidak selalu diikuti pada remaja pria yang berusia 13 - 15 tahun dan <
dengan kenaikan cadangan besi dalam laringan, 13 glL pada remaja pria yang berusia lebih dari 15
karena itu diperlukan lnformasi pe~bahan tahun.
cadangan besi dalam tubuh. Menurut WHO salah Pada penelitian in1 pemberian pi1 besi dilakukan
satu cara untuk mengetahui cadangan besi dalam 3 x seminggu selama 7 minggu, pi1 yang diberikan
tubuh dianjurkan melakukan pemeriksaan transferin per minggu 200 mg Ferrous sulfat + 25 mg asam
receptor (14). folat sesuai dengan pi1 besi dalam program
pemerintah.

Jumlah sampei penelitian dihitung berdasarkan rumus (17):

dengan 2 parameter output, yaitu:


1. Kadar hemoglobtn, dengan n'lai stmpang baku kenakan yang dharapkan sekllar 3 cclkg6Blmnt.
cerbedaan ~ a d acenei ban tedahulu sek tar bngkat kemaknaan sebesar 5 % dan hek~atanu.1
0,31 gldL, rats-rate kenaikan yang diharapkan sebesar 80 % diperlukan 38 orang anak per
sekitar 0,16 gldL, tingkat kemaknaan sebesar kelompck.
<5 % dan kekuatan uji sebesar 80 %
Karena itu diambiljumlah sampel terbesar, yaib
diperlukan 40 orang anak per kelompok.
40 anak. Untuk menghindari adanya drop out maka
2. Tingkat kesegaran jasmanl dengan komponen diperlukan minimal 80 anak per kelompok. Sampd
ketahanan kadiovaskular, dengan perkiraan terdiri dari dari 2 kelompok: kelompok 1 diberi pi1
perbedaan nilai simpang baku pada penelitian besi dan olahraga aerobik sedang kelompok 2
terdahuiu sekitar 5 cdkgBBImnt, rata-rata hanya diberi pi1 besi saja.
PGM 2004,27(1): 2431 P e n g a ~ dahmga
h aembik danpemberian pli basi Dewi Permaesih; dkk

. - dlkumpulkrn
Data yanp penelltian penentuan kelompok didasarkan pada
lokasi dan jumlah sanbi yang terpiiih.
Data yang dikumpulkan terdlri dari: Mentitas Kelompok periakuan 1 yaitu sanbi dari Ponpes
dan karakteristik responden, antropomebi mengikuti DF, yang diberi periakuan latihan aembik dan
teknik yang dikembangkan Jellife (19), meiiputi konsumsi pi1 b s l 3 kali seminggu. Keiompok 2 yaitu
berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkaran sanlri Ponpes NH dan Ponpes D yang hanyadiberi
iengan atas dan lapis lemak bawah kulit (LLBK). pi1 tambah darah 3 kali seminggu. Latihan aembik
Komponen kesegaran jasmani yang diukur, yakni dilakukan pada sore hari sekitar pukui 4 setiap hari
ketahanan kardiovaskuiar dengan cara lad Senin, Rabu dan Jum'at. Seiesai latlhan responden
menempuh jarak 2,4 km. Pengukuran status diberi pii tambah darah dan minuman air putih dan
biokimia darah, yang diukur adalah: kadar dicatat pada formuiir monitoring sedang untuk
hemcgiobln dilakukan dengan metode kelompok 2, pemberian konsumsi pi1 tambah darah
cvanmethemogiobin, hematokrit dengan micro dilaksanakan pada hart Seiasa, Kamis dan Sabtu
reader. oan lransfenn receptor hanya d akukan sub selesai makan malam diawasi oleh santri senior
samoe, denoan metode the RamcnTfR lest dengan yang ditunjuk. Perlakuan berjaian seiama 7 mlnggu.
inzime im6unoassay (EiA). Poia aktivitas aerobik
dilakukan dengan pengamatan setiap kali peiatihan Status Kesehltm d m Status h i
dan pencatatan denyut nadi setiap peserta yang
diawasi guru oiahraga dan pneliti. Aktivitas hsik Sebelum pelaksanaan pengukuran kewgaran
seiama 3 x 24 jam dilakukan dengan mencatat jasmani responden diperiksa kesehatannya secara
setiap kegiatan termasuk jenis dan lama umum oleh dokter dan ditanyakan kaluhan sakit
meiakukannya. Pencatatan konsumsi pi1 besi, yang dirasakan serta diukur tekanan darahnya.
konsumsi makanan dilakukan dengan Kondisi kesehatan berpengaruh pada pengukuran
menggunakan metode 'food record' 3 had, tingkat kesegaran jasmani, terutama pada penyakit
termasuk konsumsi 'fwd supiement'. menahun seperti diabetes, asma, jantung.
Anaiisis data ditujukan untuk melihat perbsdaan Tidak ditemukan adanya penderita diabetes,
sebeium dan sesudah pelaksanaan inte~ensi, hampir 50 % rnenderita asma, namun pada saat
digunakan uji t. pemeriksaan tidak sedang kambuh. Untuk penyakit
.iantuno
- tidak ditemukan aeiala kiinis. Hasil
peme(ksaan tekanan darat i~stoledan diastole
HASlL DAN PEMBAHASAN tldak menunjukkan perbedaan yang bermakna
Pada $hap awal dilakukan penaplsan untuk antar kedua keiompok. Keadaan penyakit yang
..-. .- -r - ..- resoanden
.mandaoatkan van0" menderita anemia. diderita pada saat pemeriksaan secara klinis tidak
~ - r --~ ,~
Dari hasii pemeriksaan ditemukan pkvalensi dalam kondisi brat.
snnrnia "-"-"".
",.-.,.." .".
."
cehasar dn% Pemeriksaan darah ditujukan untuk mengetahui
Berdasarkan kriteria inklusi penelitian yaitu status besi yang diiakukan terutama pada dua
berumur 13 - 19 tahun, kadar hemogiobin dibawah parameter, yakni kadar hemoglobin dan kadar
nilai normal dan bersedia mengikuti peneiitian serum transferin receptor. Hasil pemeriksaan kadar
didapat 181 santri yang berasal dari 3 pondok hemoglobin dan serum transferin receptor
pesantren. Untuk memudahkan pelaksanaan ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1
Kadar hemoglobin dan status berl serum tnnsferin receptor

Variabel n Kelompok 1 Kelompok 2


(pi1 besi)
-
t test
(aembik* pi1 h i )
Kadar hemoglobin (gldL) 181 11.32 1,l 11,7 +0,9 p>0,05
Kadar serum transferin 60 12.015,3 11.2+5.0 p>0,05
receptor (mglL)
PGM 2004.27(1): 24-31 P e n g a ~ olahraga
h aerobik dan pemberien pi1besi Dewi Pennaesih: dkk

Tabel 1 di atas menunjukkan rata-rata kadar Konsumsi makanan didasarkan pada hasil
hemoglobin pada kedua kelompok pada awal pencatatan yang dilakukan oleh responden yang
penelitian tidak banyak berbeda dan hasil uji kemudian dicek ulang oleh petugas. Pengecekan
statistik menunjukkan tidak ada perbedaan secara dilakukan dengan wawancara ulang serta membeli
bennakna. Pemeriksaan kadar serum transfenin atau mencari bahan makanan yang dicatat untuk
receptor hanya dilakukan pada sub sampel ditimbang dan ditelusun cara pembuatannya.
sebanyak 30 orang per kelompok yang dipilih Diharapkan hasil perhitungan mendekati keadaan
secara acak. Hasil pemeriksaan kadar transferin sebenamya. Gambaran konsumsi makanan dapat
receptor menunjukkan pada kelompok 1 lebih tinggi dilihat pada Gambar 1 .
tapi perbedaan tersebut secara statistik tidak
bermakna ( p >0.05).

Konsumsl La Glzi
Faktor lain yang juga mempenga~hi kadar
hemoglobin adalah konsumsi makanan sehari-hari.

Energi Protein Z a t Besi Vit C

Gambar 1
Gambaran pola konsumsi responden pada masing-masing kelompok

Gambar 1 menunjukkan konsumsi energi, P e n g a ~ olahraga


h aerobik dan pemberian pll
pmtein lebih tinggi pada kelompok 1, sedangkan zal tambah darah terhadap tingkat status besi dan
besi dan vitamin C pada kedua kelompok sama kesegaran jasmani
besarnya. Bila dibandingkan dengan kecukupan gizi Tidak semua responden mengikuti kegiatan
(21) yang dianjurkan untuk berat badan ratbrata penelitian hingga pemeriksaan akhir. Dari rencana
para sanbi sebesar 45 kg, temyata belum sesuai 21 kali pelaksaanan, hanya dapat tercapai rata-rata
dengan yang dianjurkan, umumnya masih dibawah 16 kali. Faktor yang menyebabkan tidak
nilai kecukupan. Kondisi ini antara lain disebabkan menyelesaikan sampai akhir pelaksanaan adalah
adanya keterbatasan dana dari responden, karena banyak kegiatan lain yang hams diikufi, malas,
mereka umumnya berasal dari keluarga yang segan, pulang mendadak karena keperluan
kurang mampu. Konsumsi makanan sehari-hari keluarga dan lain-lain, sehingga tidak dapat
mendapatkan gambaran jumlah yang dikonsumsi mengikuti latihan aembik pada waktu yang
masih jauh dibawah kecukupan yang dianjurkan. ditentukan.
PGM 2004,27(1): 24-31 Pengenrh olahraga aembik dan pemberian pi1besl Dewi Permaesih; dkk

Hasil yang disajikan di bawah ini nwwakan Hasii pengukwan anIropometri menunjukkan
hasil yang berasal dari responden yang mengikuti tejadi penunrnan lapisan lemak bawah kulit yang
penelitian sampai selesai hingga mempunyai data cukup bermakna. Penurunan lapisan lemak bawah
lengkap. Jumlah responden yang mempunyai data kulit lebih tinggi pada kelompok 1. Hal ini mungkin
lengkap yaitu 57 pada kelompok 1 dan 70 pada tejadi karena pada kelompok ini mengalami
kelompok 2. Pemberian pi1 lambah darah temyata kegiatan yang lebih tinggi dengan adanya latihan
tidak membawa perubahan yang berbeda pada aembik, namun tidak diikuti dengan penambahan
nafsu makan, (47 %) dan 46 % mengatakan nafsu suplai energi, sehingga tubuh menggunakan
makannya bertambah sedangkan sisanya merasa cadangan lemak.
ada gangguanlkeluhan antara lain mual.
Tabel 2
Status glzi reaponden rebelurn dan seaudah panelltian

Tabel 2 menunjukkan pada kedua kelompok hemoglobin dan kadar serum transferin receptor.
terjadi penambahan berat badan, tinggi badan, Hasil pemeriksaandapat dilihat pada Gambar 2.
lingkaran lengan atas maupun IMT. Namun tejadi Gambar 2 menunjukkan terdapat kenaikan
penurunan pada pengukuran lapisan lemak bawah kadar hemoglobin sebesar 2,02 t 1,26 gldl pada
kulit. Kelompok 1 berat badannya naik sebesar rat* kelompok 1 dan 0,83 0,93 gldl pada kelompok 2.
rata 0,77+1,9 kg sedangkan kelompok 2 naik Hasii uji statistik pada kelompok 1 mendapatkan
sebesar 0.6+2,45. Kenaikan tinggi badan ditemukan perubahan yang bermakna. Selain itu juga uji
lebih besar pada kelompok 1 yaitu sebesar statistik antara kelompok 1 dan kelompok 2 juga
0.8+ 3.0 cm dibanding 0,45+ 2,2 pada kelompok 2, mendapatkan hasil yang bermakna pada tingkat
secara sta6stik perbedaan tmebut bermakna. kepercayaan95%.
Terdapat perbedaan yang bermakna pada kenaikan Kenaikan ini lebih besar dibandingkan dengan
LLA antara kedua kelompok. Kelompok 2 naik lebih penelitian yang dilakukan oleh Suhartono, dkk yang
tinggi yaitu sebesar 1.54+1.5 cm dibandingkan memberi pi1 tambah darah 1 x seminggu seiama 16
dengan 1.2 t 1,3 cm pada kelompok 1. Penurunan minggu yaitu sebesar 0,76*0,65 gldl. Kadar serum
lapisan lemak bawah kulit lebih Enggi pada bansferin receptor menunjukkan penurunan kedua
kelompok 1 yakni 2,3+2,0 mm dibanding kelompok, namun penurunan pada kelompok 1
0,2+0,5 mm, perbedaan tersebut bermakna secara lebih besar dibandingkan dengan kelompok 2.
statistik. Kadar serum transferin receptor menurun seiring
dengan naiknya cadangan besi dalam tubuh.
Analisis statistik menunjukkan perbedaan yang
Hasil pengukuran status besi bermakna.
Secara teori pemberian pii tambah darah akan Pemberian pi1 tambah darah dapat rnenaikkan
bemenaaruh Dada status besi seseorana. Banvak kadar hemoglobin demikian pula halnya dengan
parameier yang digunakan untuk pnent;an situs olahraga aerobik, hasil di atas menunjukkan
besi seseorang, namun pada penelitian ini hanya dengan adanya latihan aembik akan lebih cepat
menggunakan dua parameter yakni kadar meningkatkan kadar hemoglobin.
PGM 2004.27(1): 24-31 Pengaruh olahraga aerobik dan parnbarian pi1 basi Dewi Penaesih; dkk

KEL 1 KEL 2

Gambar 2
Status besl (hemoglobin) sebelum dan sesudah penelltlan menurut kelompok

OSblm
WSsdh
BEDA

KEL 1 KEL 2

Gambar 3
Status besi (transferin receptor) sebelum dan sesudah peneliian menurut kelompok
PGM 2004,27(1): 24-31 Pengawh olahraga aembik d8n pemberian pi1besi Dewi Perrnaesih; dkk

Has11pengukuran kesegaranJa~mani diharapkan waktu yang d'gunakan untuk


menempuh jarak yang sama dengan pengukuran
Tingkat kesegaran jasmani yang bemubungan awal akan lebih cepat. Suasana pada saat
dengan kesehatan ialah ketahanan kardivaskular. pelaksanaan pengukuran kedua diupayakan
Latihan aembik terutama berpenga~h temadap mendekati sama dengan pada saat pemeriksaan
ketahanan kardiovaskuiar. Setelah melalui masa awal. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3
perlakuan 3 kali seminggu selama 7 minggu berikut.
Tabel 3
WaMu tempuh larl24W m s e k l u m dan swudah penelkIan menurut kelompok.

Kelompok 1 Kelompok 2
Varkbel (aembik + pll b s l ) (pll besl) t-test
Kelompok 1 Kelompok 2
Sblm Ssdh Bda Sblm I Ssdh I Beda
Ketahanan P<0,05
Kardiovaskuler

Tabel 3 dl atas menunjukkan ada UCAPAN TERlMAKASlH


perbedaan waktu tempuh berlarl jarak 2400 meter
pada saat sebelum dan sesudah adanya prlakuan. Ucapan terimakasih disampaikan pada
Hasil uji-t sebelum dan sesudah perlakuan pada semua pihak yang telah membantu jalannya
kelompok 1 menunjukkan adanya penurunan waktu penelitian. Kapada Badan Pelaksana Badan
tempuh. Tes lari sesudah perlakuan menunjukkan Kejasama Pondok Pesantren Indonesia dengan
waktu yang lebih cepat, perbedaan yang benakna Ketua Presidium KH. Prof. DR. Didin HaRdiuddin,
pada tingkat kepercayaan 95 %, sedang pada MS beselta jajarannya yang telah membantu
kelompok 2, tejadi proses sebaliknya, yaitu waktu peneliti untuk menghubungi para Ketua Pondok
yang diperlukan menjadi lebih lama, hasil teS Pesantren, kepada bapak H. Didi Hilman, SH yang
mendapatkan hasil yang bermakna. Uji staljstik banyak membantu untuk kelancaran dalam
untuk melihat besamya prbedaan mendapat nilai peniapannya. Kepada bapak Lukman yang telah
yang berrnakna pada tingkat kepercayaan 95 %. meluangkan waktu mendampingi peneliti untuk
mendatanpi Pondok Pesantren. Kepada bapak lr,
H. ~ a r n s u r ~ a r sbeserta
e staf, bapak KH ~hidamul
..-- ..... - - ... Qudus
- . ~ beselta staf. baoak KH Sofwan Maschun
~ ~ ~

beserta staf yangbhyak' rnembant; pendi6 dalarn


1. Pemberlan pi1 tambah darah dan olahraga pelaksanaan pengumpuian data di lapangan.
aerobik 3 kali seminggu selama 7 minggu yang Kepada Bapak Muslih, Sdr. Afi dan Sdr. Zul yang
dilakukan secara teratur dan terukur banyak membantu dalam pelaksanaan aerobik. Tak
meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah lupa juga para teknisi litkayasa yang telah
lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi membantu dalarn pengumpulan data, analisa dan
pii saja dan rnenurunkan kadar serum pengolahan data.
transferin
~. receotor.
~~-~~

2. Pemberian piit.imbah darah dan dah raga


aerobik 3 kali seminggu selama 7 minggu RUJUKAN
dapat meningkatkan ketahanan kardiovaskular
yang ditunjukkan dengan waktu tempuh lari 1. Gan0w.J.S; W.P.T. James. Human Nutrition
yang lebih cepat dengan jarak sama. and Dietetics. Singapare: Churchil
Livingstone, 1993.
2. Krisdinamurlirin. Konsenbasi beiajar dalam
SARAN hubungannya dengan anemia pada anak
1. Dalam pelaksanaan olahaga aembik sekolah di perdesaan. Laporan penelitian.
sebaiknya dilakukan secara bersama-sarna Bogor: Pusat penelitian dan Pengembangan
sehingga suasana menjadi ramai, gembira Gizi, 1980.
menambah semangat.
PGM 2004,27(1): 24-31 P e n g a ~ olahmga
h aembih dan pemberian pi1besi Dewi Permaesih: dkk

3. Soemantri A.G., Emesto Pollitl dan lnsun Kim. 11. Cooper, Kennelh H. The New Aembics. New
iron deficiency Anemia and Educational York: M. Evans and Company, 1970.
Achievement. Am.J.Clin.Nufr. 1985, 42: 1225- 12. Suryadi.M.A..Shanti lswara dan Dangsina
1228 Moelosk. Dampak latihan fisik lerhadap status
4. Karyadi. D., dkk. Anemia gizi dan kekuatan besi siswa wanita di Jakarta. Majalah
jasmani pekeja pmyek pembangunan. Kesehatan Masyarakat Indonesia 1996,24(2):
Peneiilian Gizi dan Makanan 1973,3:
13. M. Saidin,dkk. Pengamh Pemberian Pil Besi
5. Saidin, M. Efektifitas penambahan vitamin A dengan Penambahan Vitamin Terhadap
dan zat besi pada garam yodium lerhadap Pembahan Kadar Hemoglobin dan Ferritin
status gid dan konsentrasi belajar anak Semm pada Wanita Remaja. Penelitian Gizi
sekolah dasar. Laporan penelitian. Bogor: dan Mahanan 1997,Z: 91-101.
Pusat Penelisan dan Pengembangan Gizi, 14. UniceflUNU/WHO. Imn deficiency Anemia.
2002. Assessment, Prevention and Control. A Guide
6. WHO. Physical Status: The Use and for Programme Managers. Geneva: Unicefl
Interpretation of Anlropomeby. Technical UNU/WHO, 2001.
Report Series 854. Report of WHO Expert 15. Ariawan, I. Besar dan Metode Sampel pada
Committee. Geneva: WHO, 1995. Penelitian Kesehatan. Bogor: J U N S ~ ~
7. Permaesih, D, dkk. Gambaran kesegaran Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas
jasmani remaja di Kotamadya Bandung. Jumal Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
lptek Olahraga 2000,2(4): 39-55. 1998.
8. Krislanti, Ch.M. Faktor-faktor yang 16. LiPI. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan.
mempengamhi Kesegaran jasmani pelajar Widyakarya Nasionai Pangan dan Gizi VI,
SLTA di Jakarta. Majaiah Kesehatan 2000.
Masyarakat Indonesia 1987,23(4): 17. Suhartono, dkk. Pengamh pemberian tablet
9. Suhantoro. LaChan Olahraga Aembik. Manual besi dan pendidikan kesehatan lerhadap kadar
Kesehatan Olahrga Edisi V. Jakarta: Dinas hemoglobin dan kesegaran jasmani remaja
Kesehatan DKI Jakarta, 1987. putri sekolah menengah umum di Kotamadya
Lawang dan Kodya Semarang. Laporan
10. Marley, WP. Health and Physical Fitness Penelitian. Semarang: RisbinKes 199912000,
taking a Charge of Your Health. Philadelphia:
Saunders College Publishing, 1982.

You might also like