Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
THE IMPACT OF AEROBIC EXERCISE AND IRON TABLETS ON PHYSICAL FITNESS
AND IRON STATUS AMONG ADOLESCENT
Background: lmn deficiency anemia (IDA), as measured by hemoglobin level below normal value, is the most
prevalent micronutrient deficiency in Indonesia. IDA among adolescent has been shown in some studies not only
affect heaith status but also on decreasing learning concentration and physicai fitness. So far, iron
supplementation has been shown to improve imn status effectively and theoretically may also improve physical
fitness among high risk groups especially adolescent.
Objectives: To determine the effect of aerobic exercise and imn supplementation on physical fitness and imn
status among adolescent.
Methods: The subjects were adolescent boys aged 12-19 years old suffering from IDA In three Islamic boarding
schools (Pondok Pesantren). A total of 181 selected sublects were assigned into two gmups. The intervention
group received iron tabiet and aerobic exerdse 3 times a week, while the control gmup received only imn tabiet 3
times a week for the period of 7 weeks. Variables included in the study were heaith status assessed by physical
examination by medical doctor, hemoglobin concentration, serum transferrin level, and cardiovascular endurance
which were assessed before and afler the intervention. Cardiovaskular endurance was measured by time needed
to run for the distance of 2400 meters.
Results: The results showed that the prevalence of IDA among adolescent of Islamic boarding school was 40
percent. Hemoglobin concentration in the intervention gmup increased significantly (2.02 + 1.26 gramldl)
+
compared to that in the control group (0.83 0.93 gramldl). Serum transferrin receptor decreased by 0.41 + 2.3
+
and -0.28 4.9 uglL in the intervention and contml gmups respectively. Cardiovaskuiar endurance was
+ +
significantly better in the intervention group (1.9 0.3 minute faster) compared to that in the control gmup (0.5
0.3 minute slower) after the intervention.
Conclusions: Iron supplementation and aembic exercise regularly significantly improve imn status and physical
fitness among adoiescent. [Penel Girl Makan 2004,27(1): 24-31].
PENDAHULUAN
A
nemia me~pakanmasalah gid di Indonesia Dalam sistem pendldikan nasional Indonesia
yang tejadi karena defisiensi zat besi. Status terdapat peraturan yang mewajibkan setiap anak
anemia ditunjukkan dengan nilai hemoglobin mengikuti pendidikan jasmani atau oiahraga yang
di bawah niiai normal menurut umur. Zat besi harus dilakukan dengan teratur. Namun karena
mempunyai banyak fungsi dalam tubuh antara lain keterbatasan sarana dan berbagai faktor iain tidak
sebagai bahan pembentukan hemoglobin yang semua sekolah mampu meiakukan sesuai dengan
berperan sebagai pembawa oksigen dari paru ke peraturan. Sekitar 50 % remaja usia 10 - 19 tahun
seluruh jaringan (1). Ketika kadar hemoglobin sesuai kriteria WHO (6) di kota besar rnempunyai
dalam tubuh kurang (anemia), maka suplai oksigen tingkat kesegaran jasmani dengan kategori sedang
ke seluruh jaringan akan terganggu. Penelitian (7, 8) dan umumnya hanya mengonsumsi energi
menunjukkan bahwa anak yang menderita anemia sekitar 75-80 % dari kebutuhan (7).
mempunyai konsentrasi beiajar dan produklivitas Beroiahraga membuat sernua aiat tubuh
yang lebih rendah dibandingkan dengan anak tidak bergerak sehingga meiancarkan peredaran darah
anemia (2, 3, 4). Hasil penelitian iain mendapatkan dan pemafasan. Peredaran darah dan pemafasan
lebih dari 40 % anak sekolah menderita anemia (5). merupakan aktivitas tubuh yang paling penting
PGM 2004.27(1): 24-31 PengaNh olahraga aerobik dan pemberian pi1besi Dewi Permaesih; dkk
. - dlkumpulkrn
Data yanp penelltian penentuan kelompok didasarkan pada
lokasi dan jumlah sanbi yang terpiiih.
Data yang dikumpulkan terdlri dari: Mentitas Kelompok periakuan 1 yaitu sanbi dari Ponpes
dan karakteristik responden, antropomebi mengikuti DF, yang diberi periakuan latihan aembik dan
teknik yang dikembangkan Jellife (19), meiiputi konsumsi pi1 b s l 3 kali seminggu. Keiompok 2 yaitu
berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkaran sanlri Ponpes NH dan Ponpes D yang hanyadiberi
iengan atas dan lapis lemak bawah kulit (LLBK). pi1 tambah darah 3 kali seminggu. Latihan aembik
Komponen kesegaran jasmani yang diukur, yakni dilakukan pada sore hari sekitar pukui 4 setiap hari
ketahanan kardiovaskuiar dengan cara lad Senin, Rabu dan Jum'at. Seiesai latlhan responden
menempuh jarak 2,4 km. Pengukuran status diberi pii tambah darah dan minuman air putih dan
biokimia darah, yang diukur adalah: kadar dicatat pada formuiir monitoring sedang untuk
hemcgiobln dilakukan dengan metode kelompok 2, pemberian konsumsi pi1 tambah darah
cvanmethemogiobin, hematokrit dengan micro dilaksanakan pada hart Seiasa, Kamis dan Sabtu
reader. oan lransfenn receptor hanya d akukan sub selesai makan malam diawasi oleh santri senior
samoe, denoan metode the RamcnTfR lest dengan yang ditunjuk. Perlakuan berjaian seiama 7 mlnggu.
inzime im6unoassay (EiA). Poia aktivitas aerobik
dilakukan dengan pengamatan setiap kali peiatihan Status Kesehltm d m Status h i
dan pencatatan denyut nadi setiap peserta yang
diawasi guru oiahraga dan pneliti. Aktivitas hsik Sebelum pelaksanaan pengukuran kewgaran
seiama 3 x 24 jam dilakukan dengan mencatat jasmani responden diperiksa kesehatannya secara
setiap kegiatan termasuk jenis dan lama umum oleh dokter dan ditanyakan kaluhan sakit
meiakukannya. Pencatatan konsumsi pi1 besi, yang dirasakan serta diukur tekanan darahnya.
konsumsi makanan dilakukan dengan Kondisi kesehatan berpengaruh pada pengukuran
menggunakan metode 'food record' 3 had, tingkat kesegaran jasmani, terutama pada penyakit
termasuk konsumsi 'fwd supiement'. menahun seperti diabetes, asma, jantung.
Anaiisis data ditujukan untuk melihat perbsdaan Tidak ditemukan adanya penderita diabetes,
sebeium dan sesudah pelaksanaan inte~ensi, hampir 50 % rnenderita asma, namun pada saat
digunakan uji t. pemeriksaan tidak sedang kambuh. Untuk penyakit
.iantuno
- tidak ditemukan aeiala kiinis. Hasil
peme(ksaan tekanan darat i~stoledan diastole
HASlL DAN PEMBAHASAN tldak menunjukkan perbedaan yang bermakna
Pada $hap awal dilakukan penaplsan untuk antar kedua keiompok. Keadaan penyakit yang
..-. .- -r - ..- resoanden
.mandaoatkan van0" menderita anemia. diderita pada saat pemeriksaan secara klinis tidak
~ - r --~ ,~
Dari hasii pemeriksaan ditemukan pkvalensi dalam kondisi brat.
snnrnia "-"-"".
",.-.,.." .".
."
cehasar dn% Pemeriksaan darah ditujukan untuk mengetahui
Berdasarkan kriteria inklusi penelitian yaitu status besi yang diiakukan terutama pada dua
berumur 13 - 19 tahun, kadar hemogiobin dibawah parameter, yakni kadar hemoglobin dan kadar
nilai normal dan bersedia mengikuti peneiitian serum transferin receptor. Hasil pemeriksaan kadar
didapat 181 santri yang berasal dari 3 pondok hemoglobin dan serum transferin receptor
pesantren. Untuk memudahkan pelaksanaan ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1
Kadar hemoglobin dan status berl serum tnnsferin receptor
Tabel 1 di atas menunjukkan rata-rata kadar Konsumsi makanan didasarkan pada hasil
hemoglobin pada kedua kelompok pada awal pencatatan yang dilakukan oleh responden yang
penelitian tidak banyak berbeda dan hasil uji kemudian dicek ulang oleh petugas. Pengecekan
statistik menunjukkan tidak ada perbedaan secara dilakukan dengan wawancara ulang serta membeli
bennakna. Pemeriksaan kadar serum transfenin atau mencari bahan makanan yang dicatat untuk
receptor hanya dilakukan pada sub sampel ditimbang dan ditelusun cara pembuatannya.
sebanyak 30 orang per kelompok yang dipilih Diharapkan hasil perhitungan mendekati keadaan
secara acak. Hasil pemeriksaan kadar transferin sebenamya. Gambaran konsumsi makanan dapat
receptor menunjukkan pada kelompok 1 lebih tinggi dilihat pada Gambar 1 .
tapi perbedaan tersebut secara statistik tidak
bermakna ( p >0.05).
Konsumsl La Glzi
Faktor lain yang juga mempenga~hi kadar
hemoglobin adalah konsumsi makanan sehari-hari.
Gambar 1
Gambaran pola konsumsi responden pada masing-masing kelompok
Hasil yang disajikan di bawah ini nwwakan Hasii pengukwan anIropometri menunjukkan
hasil yang berasal dari responden yang mengikuti tejadi penunrnan lapisan lemak bawah kulit yang
penelitian sampai selesai hingga mempunyai data cukup bermakna. Penurunan lapisan lemak bawah
lengkap. Jumlah responden yang mempunyai data kulit lebih tinggi pada kelompok 1. Hal ini mungkin
lengkap yaitu 57 pada kelompok 1 dan 70 pada tejadi karena pada kelompok ini mengalami
kelompok 2. Pemberian pi1 lambah darah temyata kegiatan yang lebih tinggi dengan adanya latihan
tidak membawa perubahan yang berbeda pada aembik, namun tidak diikuti dengan penambahan
nafsu makan, (47 %) dan 46 % mengatakan nafsu suplai energi, sehingga tubuh menggunakan
makannya bertambah sedangkan sisanya merasa cadangan lemak.
ada gangguanlkeluhan antara lain mual.
Tabel 2
Status glzi reaponden rebelurn dan seaudah panelltian
Tabel 2 menunjukkan pada kedua kelompok hemoglobin dan kadar serum transferin receptor.
terjadi penambahan berat badan, tinggi badan, Hasil pemeriksaandapat dilihat pada Gambar 2.
lingkaran lengan atas maupun IMT. Namun tejadi Gambar 2 menunjukkan terdapat kenaikan
penurunan pada pengukuran lapisan lemak bawah kadar hemoglobin sebesar 2,02 t 1,26 gldl pada
kulit. Kelompok 1 berat badannya naik sebesar rat* kelompok 1 dan 0,83 0,93 gldl pada kelompok 2.
rata 0,77+1,9 kg sedangkan kelompok 2 naik Hasii uji statistik pada kelompok 1 mendapatkan
sebesar 0.6+2,45. Kenaikan tinggi badan ditemukan perubahan yang bermakna. Selain itu juga uji
lebih besar pada kelompok 1 yaitu sebesar statistik antara kelompok 1 dan kelompok 2 juga
0.8+ 3.0 cm dibanding 0,45+ 2,2 pada kelompok 2, mendapatkan hasil yang bermakna pada tingkat
secara sta6stik perbedaan tmebut bermakna. kepercayaan95%.
Terdapat perbedaan yang bermakna pada kenaikan Kenaikan ini lebih besar dibandingkan dengan
LLA antara kedua kelompok. Kelompok 2 naik lebih penelitian yang dilakukan oleh Suhartono, dkk yang
tinggi yaitu sebesar 1.54+1.5 cm dibandingkan memberi pi1 tambah darah 1 x seminggu seiama 16
dengan 1.2 t 1,3 cm pada kelompok 1. Penurunan minggu yaitu sebesar 0,76*0,65 gldl. Kadar serum
lapisan lemak bawah kulit lebih Enggi pada bansferin receptor menunjukkan penurunan kedua
kelompok 1 yakni 2,3+2,0 mm dibanding kelompok, namun penurunan pada kelompok 1
0,2+0,5 mm, perbedaan tersebut bermakna secara lebih besar dibandingkan dengan kelompok 2.
statistik. Kadar serum transferin receptor menurun seiring
dengan naiknya cadangan besi dalam tubuh.
Analisis statistik menunjukkan perbedaan yang
Hasil pengukuran status besi bermakna.
Secara teori pemberian pii tambah darah akan Pemberian pi1 tambah darah dapat rnenaikkan
bemenaaruh Dada status besi seseorana. Banvak kadar hemoglobin demikian pula halnya dengan
parameier yang digunakan untuk pnent;an situs olahraga aerobik, hasil di atas menunjukkan
besi seseorang, namun pada penelitian ini hanya dengan adanya latihan aembik akan lebih cepat
menggunakan dua parameter yakni kadar meningkatkan kadar hemoglobin.
PGM 2004.27(1): 24-31 Pengaruh olahraga aerobik dan parnbarian pi1 basi Dewi Penaesih; dkk
KEL 1 KEL 2
Gambar 2
Status besl (hemoglobin) sebelum dan sesudah penelltlan menurut kelompok
OSblm
WSsdh
BEDA
KEL 1 KEL 2
Gambar 3
Status besi (transferin receptor) sebelum dan sesudah peneliian menurut kelompok
PGM 2004,27(1): 24-31 Pengawh olahraga aembik d8n pemberian pi1besi Dewi Perrnaesih; dkk
Kelompok 1 Kelompok 2
Varkbel (aembik + pll b s l ) (pll besl) t-test
Kelompok 1 Kelompok 2
Sblm Ssdh Bda Sblm I Ssdh I Beda
Ketahanan P<0,05
Kardiovaskuler
3. Soemantri A.G., Emesto Pollitl dan lnsun Kim. 11. Cooper, Kennelh H. The New Aembics. New
iron deficiency Anemia and Educational York: M. Evans and Company, 1970.
Achievement. Am.J.Clin.Nufr. 1985, 42: 1225- 12. Suryadi.M.A..Shanti lswara dan Dangsina
1228 Moelosk. Dampak latihan fisik lerhadap status
4. Karyadi. D., dkk. Anemia gizi dan kekuatan besi siswa wanita di Jakarta. Majalah
jasmani pekeja pmyek pembangunan. Kesehatan Masyarakat Indonesia 1996,24(2):
Peneiilian Gizi dan Makanan 1973,3:
13. M. Saidin,dkk. Pengamh Pemberian Pil Besi
5. Saidin, M. Efektifitas penambahan vitamin A dengan Penambahan Vitamin Terhadap
dan zat besi pada garam yodium lerhadap Pembahan Kadar Hemoglobin dan Ferritin
status gid dan konsentrasi belajar anak Semm pada Wanita Remaja. Penelitian Gizi
sekolah dasar. Laporan penelitian. Bogor: dan Mahanan 1997,Z: 91-101.
Pusat Penelisan dan Pengembangan Gizi, 14. UniceflUNU/WHO. Imn deficiency Anemia.
2002. Assessment, Prevention and Control. A Guide
6. WHO. Physical Status: The Use and for Programme Managers. Geneva: Unicefl
Interpretation of Anlropomeby. Technical UNU/WHO, 2001.
Report Series 854. Report of WHO Expert 15. Ariawan, I. Besar dan Metode Sampel pada
Committee. Geneva: WHO, 1995. Penelitian Kesehatan. Bogor: J U N S ~ ~
7. Permaesih, D, dkk. Gambaran kesegaran Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas
jasmani remaja di Kotamadya Bandung. Jumal Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
lptek Olahraga 2000,2(4): 39-55. 1998.
8. Krislanti, Ch.M. Faktor-faktor yang 16. LiPI. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan.
mempengamhi Kesegaran jasmani pelajar Widyakarya Nasionai Pangan dan Gizi VI,
SLTA di Jakarta. Majaiah Kesehatan 2000.
Masyarakat Indonesia 1987,23(4): 17. Suhartono, dkk. Pengamh pemberian tablet
9. Suhantoro. LaChan Olahraga Aembik. Manual besi dan pendidikan kesehatan lerhadap kadar
Kesehatan Olahrga Edisi V. Jakarta: Dinas hemoglobin dan kesegaran jasmani remaja
Kesehatan DKI Jakarta, 1987. putri sekolah menengah umum di Kotamadya
Lawang dan Kodya Semarang. Laporan
10. Marley, WP. Health and Physical Fitness Penelitian. Semarang: RisbinKes 199912000,
taking a Charge of Your Health. Philadelphia:
Saunders College Publishing, 1982.