Professional Documents
Culture Documents
Fungsi amalgam
- Sebagai restorasi tumpatan
- Sebagai pembuatan inlay (anusavice, 2003)
OLEH:
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan paper ini dapat
diselesaikan.
Paper ini penulis susun sebagai tugas dari mata kuliah Histologi Veteriner II,yang
berjudul “ Sistem Urinaria”. Melalui penulisan paper ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami struktur histologi sistem urinaria pada umumnya dan hewan pada khususnya.
Terima kasih penulis sampaikan kepada I Putu Suastika selaku dosen mata kuliah
histologi veteriner II yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya
terselesaikannya tugas paper ini.
Demikianlah tugas ini penulis susun semoga bermanfaat, dan dapat memenuhi
tugas mata kuliah histologi veteriner II.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................................................................2
2.4 Perbedaan Struktur Histologi Kelenjar Ginjal, Ureter, Vesica Urinaria dan
Uretra...............................................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................29
3
DAFTAR GAMBAR
4
Gambar 19. Penampang Kelenjar Prostat.................................................................................................22
5
BAB I
PENDAHULUAN
Fungsi terpenting dari ginjal adalah membuang limbah beracun dari darah.
Sebagian besar dari limbah ini adalah senyawa urea mengandung nitrogen dan asam
urat. Kemampuan ginjal untuk menjalankan fungsinya dalam membuang kotoran,
bergantung pada unit fungsional dari ginjal yang disebut nephron. Bersama dengan
kandung kemih, dua ureter, dan satu urethra, ginjal menyusun sistem uriner tubuh. Di
makalah ini akan saya bahas semua proses yang terdapat di sistem urinaria dan beberapa
gangguan yang terjadi jika sistem urinaria kita mengalami kerusakan.
6
1.2 Rumusan Masalah
1.2.3 Bagaimana struktur histologi dari ureter, kandung kemih (vesica urinaria) dan
uretra?
1.3.1 Untuk dapat memahami pengertian, fungsi, dan organ penyusun sistem
urinaria.
1.3.2 Untuk dapat memahami struktur histologi dari ginjal.
1.3.3 Untuk dapat memahami struktur histologi dari ureter, kandung kemih
(vesica urinaria) dan uretra.
1.3.4 Untuk dapat perbedaan struktur histologi kelenjar ginjal, ureter, kandung
kemih (vesica urinaria) dan uretra.
1.3.5 Untuk dapat mengidentifikasi sistem urinaria pada berbagai jenis hewan.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1.4.2 Hasil tugas ini dapat menjadi arsip yang dapat membantu untuk
mengerjakan tugas yang berhubungan dengan sistem urinaria.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga
darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urine (air kemih). Fungsi utama dari sistem urinaria adalah mengekskresi hasil akhir
metabolisme tubuh dan mengatur konsentrasi cairan tubuh. Sistem ini terdiri dari sepasang ginjal
(ren) dengan saluran keluar urine berupa ureter dari setiap ginjal. Ureter bermuara pada sebuah
kandung kemih (vesika urinaria) di ventral bagian bawah di belakang tuang kemaluan (pubic bone)
urine selanjutnya dialirkan keluar melalui sebuah uretra. (Bank's, 1993; Aughey,
2001;Junqueira,2007).
8
Proses pembentukan urin meliputi: 1) Filtrasi glomeruler; 2) Reabsopsi tubuler;
dan 3) Sekresi tubuler. Saluran yang dilewati oleh darah setelah di filtrasi oleh glomeruli
dari awal hingga akhir sebagai berikut: glomerulus kapsula Bowman tubulus convulatus
proksimal loop of Henle tubulus convulatus distal tubulus koligen tubulus collectivus
kaliks minor kaliks mayor pelvis renalis ureter vesica urinaria urethra.
Ginjal merupakan organ yang sangat penting karena mempunyai fungsi utama sebagai
filtrasi. Zat-zat yang berbahaya atau tidak digunakan lagi oleh tubuh difiltrat dan
diekskresikan keluar dari tubuh dalam bentuk urin (Dellman dan Brown, 1992)
Kapsula membungkus seluruh bagian ginjal kecuali hilus renalis. Di bawah kapsula terdapat
9
dan tubulus kontortus (Hartono 1992). Medula renalis tampak seperti piramida (malphigi) dengan
bagian ujung mengarah ke pusat (Guyton 1997). Dasar dari setiap piramida dimulai pada
perbatasan antara korteks dan medula serta diakhiri pada papila yang menonjol dalam ruang pelvis
ginjal, yaitu sambungan berbentuk cerobong dari ujung akhir ureter. Perbatasan pelvis sebelah luar
terbagi menjadi kantong dengan ujung membuka yang disebut kalises mayor, yang meluas ke
bawah dan terbagi menjadi kalises minor, yang mengumpulkan urin dari tubulus setiap papila
(Guyton 1996). Bagian medula tampak bergarisgaris karena adanya tubulus-tubulus pengumpul
yang tersusun secara radial. Di sanping itu, di dalam medula juga terdapat loop Henle. Bagian
korteks yang terletak di antara medula dan kapsul jaringan ikat yang tipis, nampak seperti granula
karena banyaknya glomeruli. Tubulus proksimal yang mengalami konvulusi juga terletak pada
bagian korteks dalam ikatan yang erat dengan glomeruli dan loop Henle yang jumlahnya banyak
(Fradson 1992). Pada ujung papila, arteri renalis yang merupakan cabang dari aorta masuk ke
dalam ginjal melalui hilus renalis dan kemudian bercabang menjadi arteri interlobularis. Arteri
interlobularis kemudian bercabang lagi menjadi pembuluhpembuluh kecil yang disebut vas arteriola
(afferen). Tiap-tiap vas afferen aka bercabang menjadi kapiler yang membentuk glomerulus.
Melalui glomerulus inilah terjadi filtrasi untuk membentuk urin (Guyton 1997). Menurut Frandson
(1992), nefron merupakan unit fungsional pada ginjal. Nefron terdiri dari glomerulus, kapsul
glomerulus (kapsul Bowman), tubulus konvolusi proksimal, loop Henle dan tubulus konvolusi
distal. Kapsul glomerulus (kapsul Bowman) merupakan pengembangan ujung buntu dari tubulus,
yang mengalami evaginasi di sekitar glomerulus dan hampir keseluruhan menyelimuti. Kompleks
yang terdiri dari glomerulus serta lapis-lapis luar dan dalam kapsul glomerular disebut korpuskel
renal atau Malphigi. Malphigi merupakan lokasi utama terjadinya filtrasi cairan dari darah, yaitu
kira-kira sebanyak 100 kali jumlah cairan yang melintasi saringan ini yangpada akhirnya
dikeluarkan sebagai urin. Tekanan darah di dalam kapiler harus tetap tinggi agar penyaringan dapat
berjalan efektif. Arteriol kapiler yang masuk ke glomerulus dan arteriol eferen yang keluar dari
10
sehingga jumlah darah yang masuk ke dalam glomerulus serta tekanan di dalam glomerulus dapat
dikendalikan dengan konstriksi arteriol aferen maupun arteriol eferen (Fradson 1992). Arteriol
aferen yang mencapai glomerulus diselimuti oleh sel-sel mioepitelial yang memiliki beberapa sifat
otot polos yang disebut dengan sel-sel juxtaglomerular. Sel ini memproduksi renin yang
disekresikan ke dalam darah sebagai rangsangan pada saat volume darah menurun, saat konsentrasi
Na dalam cairan tubular distal menurun, saat serabut saraf simpatetik yang menginervasi arteriol
aferen dirangsang atau pada saat terjadi renal aschaemia (Underwood 1992). Ginjal terdiri dari dua
daerah, yaitu daerah perifer yang beraspek gelap disebut korteks dan daerah yang agak cerah
disebut medula, berbentuk piramid terbalik (Dellman 1992). Bagian korteks mengandung jutaan
alat penyaring yang disebut nefron. Batas medial dari ginjal umumnya adalah konkaf dan
mempunyai beberapa depresi, yaitu hilus renalis dimana pembuluh-pembulu darah dan saraf
masuk, dan ureter serta pembuluh limfatik keluar. Pengembangan asal-usul ureter disebut pelvis
renal. Bagian ini menerima urin dari tubulus penampung (Frandson 1992).
11
Sinus renalis tersusun atas beberapa bagian yaitu: 1) pelvis renal, dibentuk oleh
kalik mayor dan kalik minor. Pelvis ini merupakan bagian atas ureter yang melebar; 2)
Arteri, vena dan nervus; 3) Lemak dengan jumlah sedikit dan tidak dijumpai jaringan
konektif.
oleh kapsula berupa epithel yang berdinding ganda disebut: Kapsula Bowman. Dinding sebelah
dalam disebut lapisan viseral sedangkan yang disebelah luar disebut lapisan pariental, yakni
menerima cairan yang akan difiltrasi melalui dinding kapiler. Korpuskula renalis mempunyai katup
vaskular dimana darah masuk ke arteriole aferent dan keluar melalui arteriole aferent.
12
Tubulus Konvulatus Prokimalis
Struktur ini merupakan segmen berkelok-kelok, yang bagian awal dari tubulus ini
panjangnya dapat mencapai 14 mm dengan diameter 57-60 mm. Tubulus konvulatus proksimalis
biasanya ditemukan pada potongan melintang kortek yang dibatasi oleh epithel selapis kubis atau
silindris rendah, dengan banyak dijumpai mikrovilli yang panjangnya bisa mencapai 1,2 m dengan
jarak satu dengan yang lainnya 0.03 m. Karakteristik dari tubulus ini ditemukan apa yang disebut
Brush Border, dengan lumen yang lebar dan sitoplasma epithel yang jernih. Tubulus konvulatus
prokimalis dibatasi oleh: Simple cuboidal Epithelium yang bersifat sangat asidofil. Terdapat brush
border , Sel epitel besar, terlihat 3-5 inti sferis karena tubulus konvulatus Proksimal lebih panjang
daripada tubulus konvulatus Distal,maka pada preparat akan terlihat lebih banyak.
Struktur segmen tebal mirip dgn tubulus konvulatus distal. Loop of henle’s berbentuk seperti huruf
“U” yang mempunyai segmen tebal dan diikuti oleh segmen tipis. Pada bagian desenden
mempunyai lumen yang kecil dengan diameter 12 m panjang 1-2 mm, sedangkan bagian asenden
13
Epithel dari Loop of Henle’s merupakan peralihan dari epithel silindris rendah / kubus
sampai squomus, biasanya pergantian ini terdapat di daerah sub kortikal pada medula, tapi bisa juga
epithelnya besar, mempunyai brush border, lebih asidofil, potongan melintang pada tempat yang
sama mempunyai epithel lebih sedikit, Tubulus Konvulatus distalis : Sel epithel lebih kecil dan
rendah, tidak mempunyai brush border, kurang asidofil, lebih banyak epithel pada potongan
melintang
sebagai penghantar data osmolaritas cairan dalam tubulus distal ke glomerulus. Pada makula dense
14
mengandung sel juksta glomerulus yaitu sel yang mempunyai bentuk epitheloid dan
bukan sel otot polos dan ini mungkin merupakan modifikasi dari otot polos. Sel ini yang
nantinya menghasilkan enzim renin. Hormon ini mengubah hipertensinogen menjadi
hipertensin (angiotensin). Angiotensin mempengaruhi tunika media dari arteriola untuk
berkontraksi, yang mengakibatkan tekanan darah menjadi naik.
Tubulus kolektivus, disebut juga duktus kolektivus ( collecting duct) atau duktus
Bellini, adalah tabung sempit panjang dalam ginjal yang menampung urin dari nefron,
untuk disalurkan ke saluran yang lebih besar yaitu renal pelvis (pelvis renalis), lalu
ureter dan kandung kemih. Tubulus kolektivus merupakan lanjutan dari nefron bagian
tubulus konvulatus distalis dan mengisi sebagian besar daerah medula. Tubulus
kolektivus bagian depan mempunyai lumen yang kecil berdiameter sekitar 40 m dengan
panjang 20-22 mm. Lumennya dilapisi epithel kubis selapis, sedangkan tubulus
kolektivus bagian belakangnya sudah berubah menjadi bentuk silindris dengan diameter
200 m, panjangnya mencapai 30-38 mm.
15
Gambar 9. Penampang Tubulus kolektivus
Pelvis Renalis
Pelvis renalis adalah bagian ginjal yang berfungsi sebagai corong yang mengalirkan air
kemih ke ureter. Pada hilus renalis terdapat pelvis renalis yang menampung urin dari papila renalis.
Pada ginjal yang multi-piramid urin pertama ditampung oleh kaliks renalis kemudian dari sini baru
ke pelvis renalis.
Bentuk kelenjar adalah tubulo-alveolar. Tunika muskularis terdiri atas otot polos,
jelas pada kuda, babi dan sapi. Lapis dalam tersusun longitudinal dan lapis luar sirkuler.
Pada hewan lain otot relatif sedikit, pada kalises renalis otot relatif sedikit, tetapi pada
daerah permulaan ureter membentuk semacam sphinter. Tunika adventitia terdiri dari
jaringan ikat longgar dengan banyak sel lemak, pembuluh darah, pembuluh limfe serta saraf.
16
Gambar 10. Penampang Pelvis renalis
keadaan yang relatif konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh. Hal tersebut mencakup
faktor-faktor yang beragam seperti keseimbangan air, pH, tekanan osmotik, tingkat elektrolit, dan
konsentrasi banyak zat di dalam plasma. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja ginjal mencakup
komposisi darah, tekanan darah arterial, hormon, dan sistem saraf otonom (Frandson 1992).
Menurut Sherwood (2001), fungsi spesifik yang dilakukan oleh ginjal, yang
sebagian besar ditunjukkan untuk mempertahankan kestabilan lingkungan cairan
internal adalah :
17
6. Mengekskresikan (eliminasi) produk-produk sisa dari metabolisme tubuh,
misalnya urea, asam urat dan kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk, zat-zat sisa
tersebut bersifat toksik, terutama bagi otak.
2.3 Struktur Histologi Ureter, Kandung kemih (Vesica Urinaria), dan Uretra
Ureter adalah saluran tunggal yang menyalurkan urine dari pelvis renalis menuju
vesika urinaria (kantong air seni). Mukosa membentuk lipatan memanjang dengan epithel
peralihan, lapisan sel lebih tebal dari pelvis renalis. Tunika propria terdiri atas jaringan ikat
dimana pada kuda terdapat kelenjar tubulo-alveolar yang bersifat mukous, dengan lumen
agak luas. Tunika muskularis tampak lebih tebal dari pelvis renalis, terdiri dari lapis dalam
yang longitudinal dan lapis luar sirkuler, sebagian lapis luar ada yang longitudinal
khususnya bagian yang paling luar. Dekat permukaan pada vesika urinaria hanya lapis
longitudinal yang nampak jelas. Dari Kaliks sampai dengan Vesika Urinaria mempunyai
struktur histologis sama yang semakin tebal mendekati Vesika Urinaria. Dinding Ureter
memiliki tiga lapisan diantaranya : 1. Lapisan paling luar: Lapisan jaringan ikat fibroelastik
2. Lapisan tengah: muskularis yg terdapat otot polos 3. Lapisan dalam: membrana mukosa
yg terdapat epitel dan lamina propia.
Membrana Mukosa memiliki ciri-ciri yaitu terdapat epithel transisional, tebal 4-5 lapis sel,
memiliki lamina basalis tipis atau kadang tidak terlihat jelas. Lamina propia yg merupakan jaringan
fibrosa yg relatif padat dengan banyak serat elastin. Lumen pd potongan melintang berbentuk
18
appereance” adanya lipatan mukosa yg memanjang, lipatan ini terjadi akibat longgarnya
lapis luar lamina propia, adanya jaringan elastis & muskularis. Lipatan ini akan menghilang
bila ureter diregangkan (distensi). Muskularis terdapat berkas sel otot polos yg dipisahkan
berkas-berkas jaringan ikat, otot polos ini terdiri dari 2 lapisan, diantaranya : 1. Lapis dalam
longitudinal, 2. Lapis luar sirkuler, 3. Lapis luar Longitudinal. Lapisan jaringan disusun oleh
jar ikat fibro-elastis yang mengandung pembuluh darah limfe, dan dipersarafi oleh plexus
hypogastricus inferior T11-L2 melalui neuron simpatis dan beberapa sel lemak. Lapisan
adventisia (fibrosa) pada sel superficial epitel transisional terdapat Facet Cell yang
bertanggung jawab akan barier osmotic antara urine dan cairan. Jaringan sel ini mempunyai
membran dari lempeng tebal terpisahkan oleh pita – pita sempit membran yang tipis.
(Sherwood 2001). Pelvis, ureter, kandung kemih, dan uretra pada bagian
19
dalamnya diselaputi oleh epitel transisional. Lapisan yang terletak di bagian itu penting karena
lumen tersebut sering mengalami distensi. Ketika organ-organ itu sedang kosong, dindingnya akan
tebal, sel-sel epitel pelapis itu membentuk strata yang terdiri atas banyak lapis. Apabila organ
tersebut mengalami distensi, lumen menjadi lebih besar, dindingnya menipis, dan terjadi suatu
transisi ke stratifikasi yang lebih sedikit. Oleh karena itu disebut dengan epitel transisional (Fradson
1992). Tebal epitel transisional bervariasi dari 3-14 lapis sel, tergantung pada spesies serta derajat
pemekarannya (Dellman 1992). Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor, serat-serat ototnya
meluas ke segala arah dan bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam kandung kemih
menjadi 40 sampai 60 mmHg (Guyton 1996). Diantara lapisan epitel dan otot polos dari dinding
organ terdapat sejumlah jaringan ikat yang disebut lamina propria. Jaringan yang lebih banyak lagi
terdapat pada bagian superficial dari serabut-serabut melingkar dan longitudinal otot polos. Lapis
luar dari jaringan ikat tersebut disebut adventitia, ditutupi oleh peritoneum pada aspek dan badan
bladder (Frandson 1992). Nodus limfatikus sering dijumpai pada lamina propria semua hewan
piaraan. Banyak pembuluh kapiler terdapat di dekat epitel, dan pada ruminansia cenderung
membentuk lapisan langsung di bawah membran basal. Kandung kemih memiliki lamina
muskularis yang tipis. Jaringan ikat pada submukosa kandung kemih bersifat agak longgar dan
mengandung lebih banyak serabut elastis dari pada lamina propria (Dellman 1992).
Vesika urinaria atau kandung kemih berfungsi untuk menampung urin yang telah dibentuk
oleh ginjal untuk mengekskresikan sisa metabolisme. Urin mengandung berbagai produk sisa
dengan konsentrasi tinggi ditambah sejumlah bahan dengan jumlah bervariasi yang diatur oleh
ginjal, dan kelebihannya akan dikeluarkan melalui urin. Bahan-bahan yang bermanfaat ditahan
melalui proses reabsorbsi sehingga tidak muncul di urin (Sherwood 2001). Urin akan dikeluarkan
20
Gambar 12. Vesica Urinaria
Terdapat beberapa perbedaan uretra pada hewan jantan dan hewan betina. Uretra pada hewan jantan
memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan
kelenjar prostat), sedangkan uretra pada hewan betina panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, hewan
21
jantan memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari
m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa,
bersifat volunter), sedangkan pada hewan betina hanya memiliki m.sphincter externa
(distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter). Katup uretra posterior adalah
lipatan mukosa abnormal kongenital pada uretra pars prostatika yang menyerupai
membran tipis yang menghambat drainase kandung kemih.
Pada hewan jantan, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika,
pars membranosa dan pars spongiosa.
a. Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek
superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae
internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh
persarafan simpatis.
membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus
22
Gambar 14. Uretra hewan jantan
Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada pria.
Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris
dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah
kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi
reproduktif.
atas jaringan ikat, jenis sel ini bervariasi pada beberapa bagian uretra, namun baik uretra hewan
jantan maupun hewan betina bagian terbesar disusun oleh Pseudostratified columnar epithelium.
Bagian atas uretra yg berbatasan dengan kandungan kemih: Transisional epithelium, bagian bawah
yang berbatasan dengan orifisium externa: Stratified Squamous Epithelium. 2. Submukosa, terdiri
dari jaringan ikat longgar, 3. Lapisan otot polos, tersusun atas lapisan bagian dalam yang
longitudinal dan luar yang sirkuler, lapisan ini lebih jelas terlihat pada uretra wanita.
23
Gambar 16. Penampang Uretra (secara histologi) 1
2.4 Perbedaan Struktur Histologi Kelenjar Ginjal, Ureter, Vesica Urinaria dan Uretra
Kelenjar ginjal
24
Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal (kelenjar supra renal) terletak di atas ginjal bagian
kiri dan kanan. Bagian luar dari kelenjar adrenal berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol
yang disebut korteks dan bagian medula yang menghasilkan adrenalin atau epinefrin dan non
Kelenjar adrenal beratnya kira-kira 4 gram. Kelenjar adrenal terdiri atas dua
bagian yang berbeda, yaitu: Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal dan
dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula). Medula
Adrenal yang berada di pusat, bagian ini kira-kira 20% dari keseluruhan kelenjar adrenal,
berkaitan dengan sistem saraf simpatis, bertugas untuk mensekresi hormon epinefrin dan
norepinefrin. Korteks Adrenal, bagian ini berada di luar dan berfungsi untuk mensekresi
hormon kortikosteroid dan androgen.
Hormon yang dihasilakan kelenjar adrenal
25
Gambar 18. Penampang Kelenjar Adrenal
Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul
fibromuskuler, yang terletak di sebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bagian proksimal
uretra (uretra pars prostatika) dan berada disebelah anterior rektum. Bentuknya sebesar buah kenari
dengan berat normal pada hewan dewasa kurang lebih 20 gram, dengan jarak basis ke apex kurang
lebih 3 cm, lebar yang paling jauh 4 cm dengan tebal 2,5 cm. Kelenjar prostat terbagi menjadi 5
lobus : lobus medius, lobus lateralis (2 lobus, lobus anterior, lobus posterior.
dibagian posterior dari uretra pars prostatika. Di sebelah depan didapatkan ligamentum pubo
prostatika, di sebelah bawah ligamentum triangulare inferior dan di sebelah belakang didapatkan
fascia denonvilliers. Fascia denonvilliers terdiri dari 2 lembar, lembar depan melekat erat dengan
prostat dan vesika seminalis, sedangkan lembar belakang melekat secara longgar dengan
26
fascia pelvis dan memisahkan prostat dengan rektum. Antara fascia endopelvic dan
kapsul sebenarnya dari prostat didapatkan jaringan peri prostat yang berisi pleksus
prostatovesikal.
Pada potongan melintang kelenjar prostat terdiri dari 1). kapsul anatomis sebagai
jaringan ikat yang mengandung otot polos yang membungkus kelenjar prostat 2).
Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler.
Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian: 1). Bagian luar disebut glandula
principalis atau kelenjar prostat sebenarnya yang menghasilkan bahan baku sekret. 2). Bagian
tengah disebut kelenjar submukosa, lapisan ini disebut juga sebagai adenomatous zone. 3). Di
sekitar uretra disebut periurethral gland atau glandula mukosa yang merupakan bagian terkecil.
Bagian ini serinng membesar atau mengalami hipertrofi pada usia lanjut.
27
2.5 Sistem Urinaria pada Berbagai Jenis Hewan
opistonefros. Pada Amfibia berekor ren terdiri dari 2 bagian yaitu pada bagian anterior
merupakan bagian yang sempit, pada hewan jantan lebih berhubungan dengan fungsi
28
posterior merupakan bagian yang meluas,merupakan penyusunan bagian utama
opistonefros (Van Kampen, P. N. 1923). Duktus arkinefrik pada hewan jantan juga
berfungsi sebagai suatu duktus deferensi disamping untuk mengangkut zat-zat sisa.
Pada hewan betina hanya berfungsi sebagai pengangkut zat –zat sisa. Duktus
arkinefrik bermuara di kloaka. Pada katak jenis rana sp. dan Bufo sp. Ren tidak
berhubungan dengan sistem reproduksi. Pada Amfibia terdapat vesika urinaria yang
berdinding tipis yang muncul sebagai suatu tonjolan dinding ventral kloaka, vesika
urinaria ini berongga 2 dan tidak ada hubungan langsung antara duktus dengan vesika
urinaria. Urine langsung menuju kloaka, dari kloaka urin didorong ke vesika urinaria.
Tipe ren adalah adalah metanefros, ren terdapat pada sebagian posterior
rongga abdominal, di daerah pelvis. Bentuk ren kecil dan padat, tetapi
permukaannya berlobus. Bagian posterior lebih sempit. Ureter bermuara terpisah
di kloaka dan tidak berhubungan dengan vesika urinaria kecuali pada penyu hijau
(chelonia sp). Vesika urinaria sebagian merupakan derivat kloaka dan sebagian
dari basal alantois vesika urinaria tidak terdapat pada ular dan buaya. Cecak dan
kura-kura mempunyai vesika urinaria yang berkembang baik dan biasanya
berlobus 2 yang bermuara ke kloaka.
29
Gambar 22. Sistem urinaria pada reptil
mamalia dan reptilia (Sakas, 2002; Kardong, 2002). Sekresi urine unggas didominasi oleh
asam urat (CsH4N40) yang proses pengeluaran asam urat tersebut hampir sempurna dari
ginjal, karena adanya aliran darah ke ginjal melalui sistem porta renalis. Saat urine
terkonsentrasi akibat pemindahan air di tubulus ginjal, maka asam urat dan urea
terpresipitasi namun tidak mempengaruhi tekanan osmolaritas urine. Hal ini menyebabkan
kemampuan unggas untuk mensekresi urine yang hypotonik dengan konsentrasi asam yang
tinggi (Marshall, 1960). Jumlah glomeruli ginjal unggas lebih banyak daripada mamalia,
sehingga lebih banyak filtrasi yang terukur, air juga dapat diabsorbsi pada tubulus kontortus
distal. Seperti pada reptil, sisa air dan metabolik secara primer yaitu berupa asam urat
(uricotelism) keluar melalui kloaka dan bercampur dengan materi feses, air kemudian
direabsorbsi, dan residu pasta dibuang dari kloaka (Webster dan Webster, 1974;Kardong,
2002). Sepasang ginjal unggas berbentuk irreguler, panjang berwarna coklat gelap, terletak
pada dorsal abdomen di dinding eksternal peritoneum dalam rongga synsacrum; ukurannya
bervariasi menurut jenis dan umur unggas. Batas kranial sepasang ginjal
30
tepat di kaudal paru diantara vertebrae toraksalis ke 6 dan 7 mengikuti bentuk tulang
synsacrum, sedangkan bagian ventralnya terlihat lebih rata dan terbagi-bagi menjadi 3 - 4
bagian yang disebut lobus(Hodges, 1974). Tiap-tiap lobus dibagi lagi menjadi lobulus yang
lebih kecil (Andrew dan Hickman, 1974). Setiap lobulus ginjal terdapat cabang ureter
dengan tubulus kolektivus yang terbuka (Marshall, 1960). Secara makroskopis, bagian luar
ginjaldinamai korteks dan bagian dalam adalah medula; batas antara kedua bagian itu tidak
sejelas pada mamalia. Bagian elemen di medula dibungkus jaringan ikat, disebut konus
medularis; bagian korteks seperti tudung jamur (cap), sedangkan bagian medula seperti
tangkaijamur (R~ece;2009). Nephron unggas mempunyai dua tipe, yaitu tipe mamalia dan
tipe reptilian. Tiap-tiap nefron terdiri dari korpuskulum renalis, tubulus kontortus proksimal,
loop Henle tipis dan tebal (seperti pada mamalia), tubulus kontortus distal, yang kemudian
melanjut menjadi tubulus kolektivus yang bermuara ke ureter, lalu ke kloaka. Nephron tipe
reptilian, umumnya terletak pada bagian korteks dan memiliki loop Henle pendek dan kecil,
atau bahkan tidak memiliki loop Henle sarna sekali. Tubuli di daerah medula bergabung
menjadi satu membetuk traktus medularis yang dikelilingi jaringan ikat tipis. Traktus
medularis melanjut menjadi konus medularis yang berisi tubulus kolektivus, loop Henle tipis
dan tebal. udianberakhir menjadi cabang tunggal ureter (Sturkie, 2000; Kardong, 2002;
31
BAB III
SIMPULAN
3.1 Sistema urinasi pada hewan dimulai dari ginjal, yang ada. Sepasang, kiri dan kanan,
dengan berbagai ukuran dan bentuk. Sistem Urinaria adalah suatu sistem tempat
terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Fungsi utama dari sistem urinaria adalah mengekskresi hasil akhir
metabolisme tubuh dan mengatur konsentrasi cairan tubuh.
3.2 Ginjal terdiri dari dua daerah, yaitu daerah perifer yang beraspek gelap disebut korteks
dan daerah yang agak cerah disebut medula, berbentuk piramid terbalik. Ginjal sangat
berperan dalam mempertahankan homeokinesis (homeostatis), yaitu suatu keadaan
yang relatif konstan dari lingkungan internal di dalam tubuh. Hal tersebut mencakup
faktor-faktor yang beragam seperti keseimbangan air, pH, tekanan osmotik, tingkat
elektrolit, dan konsentrasi banyak zat di dalam plasma. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja ginjal mencakup komposisi darah, tekanan darah arterial, hormon,
dan sistem saraf otonom.
3.3 Berdasarkan struktur histologinya, Pelvis, ureter, kandung kemih, dan uretra pada
bagian dalamnya diselaputi oleh epitel transisional. Lapisan yang terletak di bagian
itu penting karena lumen tersebut sering mengalami distensi. Ketika organ-organ itu
sedang kosong, dindingnya akan tebal, sel-sel epitel pelapis itu membentuk strata
yang terdiri atas banyak lapis. Apabila organ tersebut mengalami distensi, lumen
menjadi lebih besar, dindingnya menipis, dan terjadi suatu transisi ke stratifikasi
yang lebih sedikit.
3.4 Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal (kelenjar supra renal) terletak di atas ginjal bagian
kiri dan kanan. Bagian luar dari kelenjar adrenal berwarna kekuningan yang menghasilkan
32
medula yang menghasilkan adrenalin atau epinefrin dan non adrenalin atau nor
eprinefrin. Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh
kapsul fibromuskuler, yang terletak di sebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi
bagian proksimal uretra (uretra pars prostatika) dan berada disebelah anterior
rektum.
3.5 Sistema urinasi pada hewan dimulai dari ginjal, yang ada. sepasang, kiri dan kanan, dengan
berbagai ukuran dan bentuk. Sebagai contoh, pada karnivora dan ruminansia kecil, setiap
ginjal berbentuk kacang polong, halus; pada kuda, ginjal cenderung ke arah bentuk jantung.
Pada sapi, kambing, domba dan unggas, ginjal terdiri dari beberapa lobus. Pada Pisces tipe ren
adalah opistonefros, letaknya di dorsal. Bentuknya panjang, sempit pada reptil tipe ren adalah
adalah metanefros, ren terdapat pada sebagian posterior rongga abdominal, di daerah pelvis,
33
DAFTAR PUSTAKA
UI-Press.
Hodges, R.D. 1974. The Histology of The Fowl. Academic Press, London: 490-495,
498-501
Iswanto, H. 2002. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Walet Budidaya dan Aspek
Bisnisnya. Agro Media Pustaka, Tangerang: 6-15
34
Nutrianat, Citra. Jatman, Soehartini. 2010. Studi Anatom~ Ginjal Burung Walet Sarang
Putih (Colloca/Iafuciphaga) dan Sriti (Colloca/Ia /Inchi. Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Hewan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta BagianAnatomi Fakultas Kedokteran
Hewan, trniversitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Suastika, Putu.2011.Buletin Veteriner Udayana. Studi Histologi Efek Pemberian Buah Merah
(Pandanus Conoideus) Terhadap Perubahan Histopatologik Ginjal dan Hati Mencit Pasca
35