You are on page 1of 17

LAPORAN PRAKTIKUM

KROMATOGRAFI

ACARA VI

Kelompok 10 :

Ferrari Julian Mahendra H0916034

Gerald Isaac Carnagie H0916038

Herdina Dwi Ramadhanti H0916044

Monika Vania Delinda H0916055

Alfian Nurdin H1916003

Mohammad Luthfi Imawan H1916018

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2017
ACARA VI
KROMATOGRAFI

A. Tujuan
Praktikum Kimia Analitik Acara VI “Kromatografi Kertas”
bertujuan untuk:
1. Menentukan komponen warna dari berbagai macam bahan dengan
menggunakan prinsip kromatografi kertas
2. Mengukur kecepatan gerak zona relatif terhadap batas pengembang
(nilai Rf) pada berbagai macam bahan dengan menggunakan prinsip
kromatografi kertas
3. Mengetahui pelarut yang paling efektif dalam penentuan Rf berbagai
bahan

B. Tinjauan Pustaka
Warna dapat dijadikan sebagai indikator untuk melihat kesegaran
atau tingkat kematangan suatu bahan. Warna pada makanan dapat
mempengaruhi ketertarikan konsumen terhadap suatu produk. Pewarna
makanan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki
penampakan makanan agar menarik, menyeragamkan, dan menstabilkan
warna serta menutupi perubahan warna yang dihasilkan dari proses
pengolahan dan penyimpanan. Menurut Pemenkes RI
No.722/Menkes/Per/IX/1988, zat pewarna adalah bahan tambahan makanan
yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Zat warna
yang sudah sejak lama dikenal dan digunakan misalnya daun pandan atau
daun suji untuk warna hijau dan kunyit untuk warna kuning. Kini dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah ditemukan berbagai
zat warna sintetis yang penggunaannya lebih praktis dan harganya lebih
murah.
Tanaman kunyit memiliki nama latin Curcuma domestica. Bagian
dari tanaman kunyit yang yang digunakan sebagai penghasil zat warna
adalah bagian rimpang atau umbinya. Tanaman kunyit mengandung minyak
atsiri dan kurkuminoid. Minyak atsiri terdiri atas senyawa kimia seskuiter
penalkohol, turmeron, dan zingeberen, sedangkan kurkuminoid terdiri atas
kurkumin, demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin. Ekstrak kunyit
memiliki warna kuning hingga kecoklatan. Pemanfaatan zat warna pada
kunyit ini merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan, karena
selain harganya murah, jumlahnya melimpah dan aman bagi kesehatan
tubuh.
Buah naga atau Dragon fruit memiliki nama latin Hylocereus
undatus Britt & Rose. Buah naga saat ini banyak dikembangkan di
Indonesia. Tanaman buah naga berasal dari negara Meksiko. Buah naga
memiliki rasa yang manis dan segar tidak seperti famili Cactaceae lainnya.
Kekhasan lain dari tanaman buah naga adalah pada tiap nodus batang
terdapat duri. Terdapat empat jenis buah naga yakni buah naga daging putih
(Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus),
buah naga daging super merah (Hylocereus costaricensis), dan buah naga
kuning daging putih (Selenicerius megalanthus). Buah naga memiliki
kandungan protein 0,48-0,5%, karbohidrat 4,33-4,98%, lemak 0,17-0,18%,
dan vitamin seperti karoten, thiamin, riboflavin, niasin, dan asam askorbat
(Umayah dan Amrun, 2007).
Daun suji (Pleomele angustifolia) merupakan salah satu tanaman
yang banyak digunakan sebagai pewarna alami. Daun suji segar memiliki
kadar air basis basah sebesar 73,25%, mengandung 3773,9 ppm klorofil
yang terdiri atas 2524,6 ppm klorofil a dan 1250,3 ppm klorofil b. Klorofil
yang berwarna hijau sangat mudah mengalami proses degradasi menjadi
berwarna hijau muda sampai hijau kecoklatan. Selain itu, sediaan pewarna
yang dihasilkan dari ekstraksi berbentuk konsentrat cair yang memiliki
kelemahan umur simpan yang pendek. Ekstraksi klorofil umumnya
menggunakan solvent berbasis alkohol seperti aseton, metanol, etanol, dan
DMF. Penggunaan solven yang mengandung alkohol dapat menimbulkan
keraguan bagi masyarakat muslim di Indonesia. Saat ini, telah diciptakan
metode lain yang mampu mengekstraksi alkohol dengan aquades dan
mengenkapsulasi dengan pengering semprot. Klorofil dari daun suji
diekstraksi dengan aquades dan disertai dengan proses blanching. Ekstrak
klorofil yang diperoleh kemudian dienkapsulasi menjadi pewarna bubuk
yang diharapkan bersifat lebih stabil (Aryanti et al., 2016).
Perkembangan zaman menyebabkan masyarakat menuntut segala
sesuatu yang serba cepat dan praktis. Demikian pula dalam hal pangan,
masyarakat cenderung lebih menyukai produk pangan yang berbentuk
instan. Produk pangan instan merupakan jenis produk pangan yang mudah
untuk disajikan atau dikonsumsi dalam waktu yang relatif singkat, seperti
minuman serbuk instan. Kriteria minuman serbuk yang baik antara lain
mempunyai rasa, bau, warna, dan kenampakan yang sebanding dengan
produk segar, memiliki karakteristik nutrisi serta mempunyai stabilitas
penyimpanan yang baik. Bahan baku minuman serbuk dapat berasal dari
bagian tanaman seperti buah, daun, ataupun batang (Permata dan Kesuma,
2016).
Etil alkohol atau etanol memiliki rumus molekul C2H5OH. Etanol
merupakan jenis pelarut yang mudah menguap, mudah terbakar, dan tidak
berwarna serta memiliki aroma yang khas. Etanol merupakan pelarut yang
bersifat semi polar, yang artinya mampu melarutkan senyawa polar maupun
non polar dengan tingkat kepolaran 1,7. Kepolaran dari etanol disebabkan
adanya gugus -OH yang bersifat polar, sedangkan gugus etil merupakan
gugus non polar. Hal ini membuat etanol disebut juga pelarut serbaguna
karena dapat larut dalam air dan banyak pelarut organik. Etanol juga dapat
larut dalam hidrokarbon alifatik ringan seperti pentana dan heksana, dan
alifatik klorida seperti trikloro etana dan tetrakloroetilen.
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana yang memiliki
rumus molekul CHCl3. Kloroform dikenal dalam penggunaannya sebagai
pembius, akan tetapi penggunaannya sudah dilarang karena telah terbukti
dapat merusak liver dan ginjal. Sebagaimana senyawa lain, kloroform
memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik kloroform ini antara lain
adalah berwujud cair, memiliki bau yang khas (menyengat), mudah
menguap, tidak larut dalam air dan memiliki titik didih 61,2°C. Kloroform
disebut juga haloform. Hal ini disebabkan karena brom dan klor juga
bereaksi dengan metal keton; yang menghasilkan masing-masing
bromoform dan kloroform. Kloroform dengan indeks bias 1,487
kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium. Kloroform
juga digunakan dalam proses industri seperti produksi fluorocarbon 22,
produk farmasi, pewarna, dan pestisida.
Kromatografi merupakan suatu metode untuk memisahkan sebuah
campuran menjadi kompnen-komponen penyusunnya. Kromatografi
melibatkan dua bagian dua bagian penting, yaitu bagian yang bergerak dan
bagian yang diam. Bagian (fase) yang dimaksudkan ialah sampel campuran
yang akan dipisahkan menjadi komponen penyusunnya, sedangkan bagian
yang diam ditujukan kepada suatu bahan yang digunakan kepada suatu
bahan yang digunakan untuk memisahkan campuran. Munculnya istilah
fase bergerak dan fase diam adalah berdasarkan proses kerja kromatografi
itu sendiri. Dalam proses kerja kromatografi, sampel sebuah campuran yang
biasanya telah terlarut dalam zat pelarut dilewatkan ke dalam sebuah
material khusus yang diam sehingga proses pemisahan campuran dapat
terjadi. Sampel campuran akan terpisah menjadi komponen-komponennya
berdasarkan perbedaan relatif kemampuan komponen penyusun campuran
untuk terikat dengan zat lain atau disebut sebagai afinitas. Penemu metode
kromatografi adalah Tswett pada tahun 1903. Percobaanya dilakukan
dengan memisahkan pigmen-pigmen dari daun dengan menggunakan suatu
kolom berisi kapur CaSO4. Istilah kromatografi sendiri diciptakan oleh
Tswett untuk melukiskan daerah-daerah berwarna yang bergerak ke bawah
kolom
Kromatografi kertas merupakan salah satu metode pemisahan
berdasarkan distribusi suatu senyawa pada dua fase, yaitu fase diam dan fase
gerak. Pemisahan sederhana suatu campuran senyawa dapat dilakukan
dengan kromatografi kertas yang dikenal sebagai analisis kapiler, di mana
lembaran kertas berfungsi sebagai pengganti kolom. Kromatografi kertas
adalah pengembangan dari kromatografi partisi yang menggunakan kertas
sebagai padatan pendukung fase diam. Yang berperan sebagai fase diam
dalam kromatografi kertas adalah sampel cuplikan yang teradsorpsi pada
kertas dan digunakan juga pelarut organik yang telah dijenuhkan dengan air
sebagai larutan pengembang. Pemisahan dengan kromatografi kertas
didasarkan pada perbedaan kesetimbangan komponen-komponen campuran
di antara fase gerak dan fase diam.
Thin-layer chromatography (TLC) adalah pengembangan versi
modern dari kromatografi kertas. Kertas diganti oleh lapisan fasa diam
(silika gel, alumina). TLC merupakan analisis cepat yang memerlukan
bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya, yang dapat
digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik
seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan
kromatografi kertas. Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam
pemisahan pewarna yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat
pewarna. Aplikasi TLC sangatlah luas. Senyawa-senyawa yang tidak mudah
menguap serta terlalu labil untuk kromatografi cair dapat dianalisis dengan
TLC. TLC dapat pula mendeteksi adanya zat pengotor dalam pelarut
(Khopkar, 2008).
Nilai Rf (Reterdation factor) merupakan parameter karakteristik
kromatografi lapis tipis (TLC). Nilai ini merupakan ukuran kecepatan
migrasi suatu senyawa pada kromatogram. Perhitungan nilai Rf meliputi
jarak yang ditempuh oleh zat terlarut (titik sampel) dan zat pelarut. Ketika
pelarut semakin mendekati ujung atas kertas, kertas diangkat kemudian
dengan cepat ditandai sebelum pelarut menguap. Akhyar (2010)
merumuskan nilai Rf melalui perbandingan sebagai berikut:

𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 (𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡)


𝑅𝑓 =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑧𝑎𝑡 𝑝𝑎𝑙𝑟𝑢𝑡
Setiap jenis zat memiliki harga Rf sendiri-sendiri. Angka Rf berkisar
antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dalam dua desimal. Nilai
Rf suatu senyawa adalah konstan antara percobaan satu dengan yang lainnya
apabila keadaan kromatografi yang mencakup sistem pelarut, adsorben,
ketebalan adsorben, dan jumlah dari sampel juga konstan. Semakin besar
nilai Rf suatu senyawa, semakin besar pula jarak yang ditempuh oleh
senyawa tersebut pada kertas kromatografi (Kumar et al., 2012).

C. Metodologi
1. Alat
a. Alumunium foil
b. Benang
c. Botol
d. Gelas beaker
e. Jarum
f. Penggaris
g. Pensil
h. Pipet tetes
i. Plat TLC
2. Bahan
a. Air
b. Buah naga
c. Daun suji
d. Etanol 100 ml
e. Kloroform 100 ml
f. Kunyit
g. Marimas melon
h. Minuman serbuk orange
i. Nutrisari anggur
j. Pewarna makanan hijau
k. Pewarna makanan orange
l. Pewarna makanan ungu
3. Cara kerja
a. Persiapan kertas kromatografi dan spotting
Plat TLC

Pemotongan ukuran 6 cm x
10 cm

Penarikan satu garis lurus


sejajar berjarak 2 cm dari sisi
atas kertas dengan pensil
hitam

Penarikan satu garis lurus


sejajar berjarak 2 cm dari sisi
bawah kertas dengan pensil
hitam

Pemberian penggantung
pada kertas

Pemberian spot sampel pada


Sampel
kertas dengan jarak +1,5 cm

Gambar 6.1 Cara Kerja Persiapan Kertas Kromatografi dan Spotting


b. Developing

100 ml pelarut
(etanol/kloroform)

Pemasukkan dalam beaker


glass 500 ml

Penutupan dengan
aluminium foil

Pendiaman selama 30 menit

Kertas Pemasukkan kertas


kromatografi kromatografi yang telah
diberi spot sampel

Pengeluaran kertas
kromatografi ketika pelarut
mencapai garis batas atas
yaitu 6 cm (3/4) dari tinggi
kertas diukur dari garis batas
pelarut (garis batas bawah)
Gambar 6.2 Cara Kerja Developing
c. Deteksi dan Penentuan Rf
Kertas kromatografi

Pemberian tanda pada batas


tertinggi pergerakan sampel

Pengukuran tinggi
pergerakan sampel

Penentuan nilai rf dengan


rumus:
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑅𝑓 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

Gambar 6.3 Cara Kerja Deteksi dan Penentuan nilai Rf


D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Kromatografi Kertas dan Penentuan Nilai Rf
Jenis Jenis Warna Yang Jarak Jarak
Kelompok NilaiRf
Pelarut Sampel Terbentuk Pelarut Sampel
Marimas
1 Kuning 5,3 3,3 0,623
melon
Etanol Pewarna Hijau, kuning,
2 5,3 4,1 0,733
hijau orange, biru
3 Daun suji Hijau 5,2 5 0,808
Merah muda,
4 Nutrisari 6 5,1 0,833
biru
Merah muda,
Etanol Pewarna
5 pink, biru, 6 1,4 0,850
ungu
ungu
6 Buah naga Merah muda 6 4,5 0,233
Minuman
7 serbuk Kuning 6 4,6 0,750
orange
Etanol
Pewarna Kuning,
8 6 5,5 0,767
orange orange
9 Kunyit Kuning 6 0 0,917
Marimas
10 Kuning 6 0,1 0
melon
Kloroform Pewarna Hijau, kuning,
11 6 6 0,017
hijau biru
12 Daun suji Kuning, hijau 6 0 1
13 Nutrisari Ungu muda 6 0 0
Merah muda,
Pewarna
14 Kloroform pink, biru, 6 0 0
ungu
ungu
15 Buah naga Merah muda 6 0 0
Minuman
16 serbuk Kuning 6 0 0
orange
Kloroform
Pewarna
17 Kuning orange 6 0 0
orange
18 Kunyit Kuning 6 2,5 0,417
Sumber: Laporan Sementara

Menurut Ardianingsih (2009), kromatografi adalah suatu teknik


pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan
komponen dalam medium tertentu. Istilah kromatografi berasal dari
gabungan kata “chroma” (warna) dan graphein (menuliskan). Beberapa
jenis kromatografi yang diketahui dan sering digunakan di laboratorium
antara lain:
a. Kromatografi partisi, adalah kromatografi yang melakukan berulang
kali ekstraksi dalam satu kali proses
b. Kromatografi kertas, adalah kromatografi menggunakan medium kertas
dan biasa digunakan untuk uji asam amino
c. Kromatografi gas, adalah kromatografi untuk pemisahan campuran gas
dan cukup baik digunakan pada zat yang mudah menguap
d. HPLC, adalah kromatografi yang dicirikan dengan penggunaan tekanan
tinggi untuk mengirim fase gerak ke dalam kolom
Prinsip kromatografi kertas adalah berdasarkan adsorbsi dan
kepolaran, di mana adsorbsi didasarkan pada permukaan fase diam,
sedangkan kepolaran komponen berpengaruh karena komponen akan larut
dan terbawa oleh pelarut jika memiliki kepolaran yang sama serta kecepatan
migrasi pada fase diam dan fase gerak. Mekanisme kromatografi kertas
adalah pelarut bergerak melalui serat dari kertas oleh gaya kapiler dan
menggerakkan komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak
dalam arah aliran pelarut. Bila permukaan pelarut telah bergerak sampai
jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah ditentukan, kertas
diambil dari bejana dan kedudukan dari permukaan pelarut diberi tanda dan
lembaran kertas dibiarkan kering dan kemudian mengidentifikasi melalui
harga Rf. Metode kromatografi kertas adalah larutan cuplikan diteteskan
pada daerah yang diberi tanda di atas sepotong kertas saring di mana tetesan
akan meluas membentuk noda bulat. Bila noda telah kering, kertas
dimasukkan ke dalam bejana tertutup yang sesuai dengan fase gerak (Trinh,
2011).
Dalam praktikum ini, digunakan dua jenis pelarut yaitu etanol dan
kloroform. Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH
dengan titik didih sebesar 78,4oC. Etanol memiliki karakteristik tidak
berwarna, volatil, dan dapat bercampur dengan air. Keberadaan gugus
hidroksil (OH) pada etanol menyebab etanol memiliki kepolaran yang tinggi
(sekitar 1,7) dibanding pelarut-pelarut lain sehingga etanol mampu
melarutkan senyawa resin, lemak, minyak, asam lemak, dan senyawa
organik lainnya. Kloroform atau triklorometana mempunyai rumus molekul
CHCl3. Pada tekanan dan suhu normal, kloroform memiliki wujud cairan
bening dan berbau khas dengan titik didih sebesar 61,2 oC. Kloroform
memiliki tingkat kepolaran sebesar 1,1 (Smallwood, 1996).
Faktor retensi (Rf) merupakan perbandingan jarak relatif yang
ditempuh oleh komponen dengan jarak yang ditempuh oleh eluen. Menurut
Rusnaeni et al (2016), nilai Rf dapat dicari dengan menggunakan persamaan
berikut:
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛
𝑅𝑓 =
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh nilai Rf dari
bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum. Nilai Rf yang diperoleh
berdasarkan pada perbandingan jarak di dua jenis pelarut yang digunakan
(etanol dan kloroform) secara berturut-turut. Nilai Rf untuk minuman
serbuk hijau (Marimas melon) adalah 0,623 dan 0. Nilai Rf untuk pewarna
makananan hijau adalah 0,733 dan 0,017. Nilai Rf untuk daun suji adalah
0,808 dan 1. Nilai Rf untuk nutrisari anggur adalah 0,833 dan 0. Nilai Rf
untuk pewarna makanan ungu adalah 0,850 dan 0. Nilai Rf untuk buah naga
adalah 0,233 dan 0. Nilai Rf untuk minuman serbuk orange adalah 0,750
dan 0. Nilai Rf untuk pewarna makanan orange adalah 0,767 dan 0. Nilai Rf
untuk kunyit adalah 0,917 dan 0. Menurut Zahra et al (2015), pewarna
makanan hijau memiliki Rf 0,68 dan pewarna makanan orange memiliki Rf
0,26. Pewarna makanan ungu, menurut Abdurrahmansyah dkk (2017),
memiliki Rf 0,32.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
nilai Rf pada pewarna alami lebih besar dibandingkan nilai Rf pada pewarna
sintetis. Hal tersebut disebabkan pewarna alami lebih mudah untuk
diuraikan oleh berbagai jenis pelarut. Dengan demikian, pewarna yang
terbuat dari bahan alami lebih aman dikonsumsi manusia karena pewarna
alami akan akan dapat lebih mudah dicerna dan diuraikan oleh tubuh.
Dalam melakukan analisa kuantitatif terhadap zat warna, selain
menggunakan metode kromatografi, dapat juga digunakan berbagai metode
lain. Salah satu metode yang dapat digunakan ialah metode spektrofotometri
UV-Vis, seperti yang digunakan Nisma dan Dewi (2014) dalam jurnal.
Metode spektrofotometri UV-Vis adalah metode analisis yang digunakan
untuk tujuan identifikasi maupun penetapan kadar suatu zat berdasarkan
nilai serapan maksimum pada panjang gelombang maksimum tertentu yang
khas dimiliki oleh suatu zat. Bila harga Rf dan panjang gelombang
maksimum suatu zat pewarna yang dianalisis sama dengan harga Rf dan
panjang gelombang maksimum zat pembanding, maka dapat dinyatakan
bahwa kedua zat tersebut adalah sama (
Metode kromatografi kertas memiliki cukup banyak aplikasi dalam
bidang pangan. Aplikasi utama dari metode kromatografi kertas ini antara
lain ialah untuk mendeteksi keberadaan zat-zat pada satu bahan pangan,
seperti alkaloid, asam amino, antosianin, antraquinos, antibiotik,
karbohidrat, flavonoid, imidasol, lipida, dan lain-lain. Kromatografi kertas
juga diaplikasikan dalam mendeteksi ampisilin pada susu dan otot hewan
ternak, senyawa oksigen heterosiklik dalam buah-buahan, monesin pada
biji-bijian, gula pada minuman, pigmen pada makanan, polifosfat pada
seafood, dan banyak aplikasi lainnya (Sherma, 2000).
E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum acara “Kromatografi Kertas”, dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kromatografi kertas memisahkan warna pada campuran berdasarkan
afinitas zat dengan pelarut
2. Nilai Rf untuk minuman serbuk hijau (Marimas melon) adalah 0,623
dan 0. Nilai Rf untuk pewarna makananan hijau adalah 0,733 dan 0,017.
Nilai Rf untuk daun suji adalah 0,808 dan 1. Nilai Rf untuk nutrisari
anggur adalah 0,833 dan 0. Nilai Rf untuk pewarna makanan ungu
adalah 0,850 dan 0. Nilai Rf untuk buah naga adalah 0,233 dan 0. Nilai
Rf untuk minuman serbuk orange adalah 0,750 dan 0. Nilai Rf untuk
pewarna makanan orange adalah 0,767 dan 0. Nilai Rf untuk kunyit
adalah 0,917 dan 0
3. Pelarut yang paling efektif dalam menentukan Rf bahan dalam
praktikum adalah etanol karena etanol memiliki karakteristik non polar
yang membuat etanol dapat menguraikan zat yang bersifat polar
maupun non polar
DAFTAR PUSTAKA

Ardianingsih, Retno. 2009. Penggunaan High Performance Liquid


Chromatography (HPLC) dalam Proses Analisa Deteksi Ion. Berita
Dirgantara 10(4): 101-104.

U., Evi Umayah dan Moch. Amrun H. 2007. Uji Aktivitas Ekstrak Buah Naga
(Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose). Jurnal Ilmu Dasar 8(1): 83-90.

Bachalla, Neelima. 2016. Identification of Synthetic Food Colors Adulteration by


Paper Chromatography and Spectrophotometric Methods. International
Archives of Integrated Medicine 3(6): 182-191.

Zahra, Naseem, Alim-um-Nisa, Zahra Fatima, Imran Kalim, dan Khalid


Saeed. 2015. Identification of Synthetic Food Dyes in Beverages by Thin Layer
Chromatography. Pakistan Journal of Food Sciences 25(4): 178-181.

Rusnaeni, Desy Ilmawati Sinaga, Fitria Lanuru, Imelda Meriyanti


Payungallo, dan Is Ika Ulfiani. 2016. Identifikasi Asam Mefenamat dalam Jamu
Rematik yang Beredar di Distrik Herad kota Jayapura, Papua. Pharmacy 13(1): 84-
91.

Smallwood, Ian M. 1996. Handbook of Organic Solvent Properties.

Sherma, Joseph. 2000. Thin-Layer Chromatography in Food and


Agricultural Analysis. Journal of Chromatography 880(2000): 129-147.

Nisma, Fatimah dan Dewi Indah Setyawati. 2014. Analisis Zat Pewarna
Merah pada Makanan Jajanan Anak-Anak yang Dijual di Sekolah Dasar di Wilayah
Kotamadya Jakarta Timur. Farmasains 2(3): 143-149.
LAMPIRAN

Dokumentasi

Gambar 6.4 Hasil pengamatan Gambar 6.6 Sampel minuman


sampel serbuk orange, pewarna
orange, dan kunyit

Gambar 6.5 Pengamatan pada


pelarut kloroform

You might also like