Professional Documents
Culture Documents
KROMATOGRAFI
ACARA VI
Kelompok 10 :
FAKULTAS PERTANIAN
2017
ACARA VI
KROMATOGRAFI
A. Tujuan
Praktikum Kimia Analitik Acara VI “Kromatografi Kertas”
bertujuan untuk:
1. Menentukan komponen warna dari berbagai macam bahan dengan
menggunakan prinsip kromatografi kertas
2. Mengukur kecepatan gerak zona relatif terhadap batas pengembang
(nilai Rf) pada berbagai macam bahan dengan menggunakan prinsip
kromatografi kertas
3. Mengetahui pelarut yang paling efektif dalam penentuan Rf berbagai
bahan
B. Tinjauan Pustaka
Warna dapat dijadikan sebagai indikator untuk melihat kesegaran
atau tingkat kematangan suatu bahan. Warna pada makanan dapat
mempengaruhi ketertarikan konsumen terhadap suatu produk. Pewarna
makanan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat memperbaiki
penampakan makanan agar menarik, menyeragamkan, dan menstabilkan
warna serta menutupi perubahan warna yang dihasilkan dari proses
pengolahan dan penyimpanan. Menurut Pemenkes RI
No.722/Menkes/Per/IX/1988, zat pewarna adalah bahan tambahan makanan
yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan. Zat warna
yang sudah sejak lama dikenal dan digunakan misalnya daun pandan atau
daun suji untuk warna hijau dan kunyit untuk warna kuning. Kini dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah ditemukan berbagai
zat warna sintetis yang penggunaannya lebih praktis dan harganya lebih
murah.
Tanaman kunyit memiliki nama latin Curcuma domestica. Bagian
dari tanaman kunyit yang yang digunakan sebagai penghasil zat warna
adalah bagian rimpang atau umbinya. Tanaman kunyit mengandung minyak
atsiri dan kurkuminoid. Minyak atsiri terdiri atas senyawa kimia seskuiter
penalkohol, turmeron, dan zingeberen, sedangkan kurkuminoid terdiri atas
kurkumin, demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin. Ekstrak kunyit
memiliki warna kuning hingga kecoklatan. Pemanfaatan zat warna pada
kunyit ini merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan, karena
selain harganya murah, jumlahnya melimpah dan aman bagi kesehatan
tubuh.
Buah naga atau Dragon fruit memiliki nama latin Hylocereus
undatus Britt & Rose. Buah naga saat ini banyak dikembangkan di
Indonesia. Tanaman buah naga berasal dari negara Meksiko. Buah naga
memiliki rasa yang manis dan segar tidak seperti famili Cactaceae lainnya.
Kekhasan lain dari tanaman buah naga adalah pada tiap nodus batang
terdapat duri. Terdapat empat jenis buah naga yakni buah naga daging putih
(Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus),
buah naga daging super merah (Hylocereus costaricensis), dan buah naga
kuning daging putih (Selenicerius megalanthus). Buah naga memiliki
kandungan protein 0,48-0,5%, karbohidrat 4,33-4,98%, lemak 0,17-0,18%,
dan vitamin seperti karoten, thiamin, riboflavin, niasin, dan asam askorbat
(Umayah dan Amrun, 2007).
Daun suji (Pleomele angustifolia) merupakan salah satu tanaman
yang banyak digunakan sebagai pewarna alami. Daun suji segar memiliki
kadar air basis basah sebesar 73,25%, mengandung 3773,9 ppm klorofil
yang terdiri atas 2524,6 ppm klorofil a dan 1250,3 ppm klorofil b. Klorofil
yang berwarna hijau sangat mudah mengalami proses degradasi menjadi
berwarna hijau muda sampai hijau kecoklatan. Selain itu, sediaan pewarna
yang dihasilkan dari ekstraksi berbentuk konsentrat cair yang memiliki
kelemahan umur simpan yang pendek. Ekstraksi klorofil umumnya
menggunakan solvent berbasis alkohol seperti aseton, metanol, etanol, dan
DMF. Penggunaan solven yang mengandung alkohol dapat menimbulkan
keraguan bagi masyarakat muslim di Indonesia. Saat ini, telah diciptakan
metode lain yang mampu mengekstraksi alkohol dengan aquades dan
mengenkapsulasi dengan pengering semprot. Klorofil dari daun suji
diekstraksi dengan aquades dan disertai dengan proses blanching. Ekstrak
klorofil yang diperoleh kemudian dienkapsulasi menjadi pewarna bubuk
yang diharapkan bersifat lebih stabil (Aryanti et al., 2016).
Perkembangan zaman menyebabkan masyarakat menuntut segala
sesuatu yang serba cepat dan praktis. Demikian pula dalam hal pangan,
masyarakat cenderung lebih menyukai produk pangan yang berbentuk
instan. Produk pangan instan merupakan jenis produk pangan yang mudah
untuk disajikan atau dikonsumsi dalam waktu yang relatif singkat, seperti
minuman serbuk instan. Kriteria minuman serbuk yang baik antara lain
mempunyai rasa, bau, warna, dan kenampakan yang sebanding dengan
produk segar, memiliki karakteristik nutrisi serta mempunyai stabilitas
penyimpanan yang baik. Bahan baku minuman serbuk dapat berasal dari
bagian tanaman seperti buah, daun, ataupun batang (Permata dan Kesuma,
2016).
Etil alkohol atau etanol memiliki rumus molekul C2H5OH. Etanol
merupakan jenis pelarut yang mudah menguap, mudah terbakar, dan tidak
berwarna serta memiliki aroma yang khas. Etanol merupakan pelarut yang
bersifat semi polar, yang artinya mampu melarutkan senyawa polar maupun
non polar dengan tingkat kepolaran 1,7. Kepolaran dari etanol disebabkan
adanya gugus -OH yang bersifat polar, sedangkan gugus etil merupakan
gugus non polar. Hal ini membuat etanol disebut juga pelarut serbaguna
karena dapat larut dalam air dan banyak pelarut organik. Etanol juga dapat
larut dalam hidrokarbon alifatik ringan seperti pentana dan heksana, dan
alifatik klorida seperti trikloro etana dan tetrakloroetilen.
Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana yang memiliki
rumus molekul CHCl3. Kloroform dikenal dalam penggunaannya sebagai
pembius, akan tetapi penggunaannya sudah dilarang karena telah terbukti
dapat merusak liver dan ginjal. Sebagaimana senyawa lain, kloroform
memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik kloroform ini antara lain
adalah berwujud cair, memiliki bau yang khas (menyengat), mudah
menguap, tidak larut dalam air dan memiliki titik didih 61,2°C. Kloroform
disebut juga haloform. Hal ini disebabkan karena brom dan klor juga
bereaksi dengan metal keton; yang menghasilkan masing-masing
bromoform dan kloroform. Kloroform dengan indeks bias 1,487
kebanyakan digunakan sebagai pelarut nonpolar di laboratorium. Kloroform
juga digunakan dalam proses industri seperti produksi fluorocarbon 22,
produk farmasi, pewarna, dan pestisida.
Kromatografi merupakan suatu metode untuk memisahkan sebuah
campuran menjadi kompnen-komponen penyusunnya. Kromatografi
melibatkan dua bagian dua bagian penting, yaitu bagian yang bergerak dan
bagian yang diam. Bagian (fase) yang dimaksudkan ialah sampel campuran
yang akan dipisahkan menjadi komponen penyusunnya, sedangkan bagian
yang diam ditujukan kepada suatu bahan yang digunakan kepada suatu
bahan yang digunakan untuk memisahkan campuran. Munculnya istilah
fase bergerak dan fase diam adalah berdasarkan proses kerja kromatografi
itu sendiri. Dalam proses kerja kromatografi, sampel sebuah campuran yang
biasanya telah terlarut dalam zat pelarut dilewatkan ke dalam sebuah
material khusus yang diam sehingga proses pemisahan campuran dapat
terjadi. Sampel campuran akan terpisah menjadi komponen-komponennya
berdasarkan perbedaan relatif kemampuan komponen penyusun campuran
untuk terikat dengan zat lain atau disebut sebagai afinitas. Penemu metode
kromatografi adalah Tswett pada tahun 1903. Percobaanya dilakukan
dengan memisahkan pigmen-pigmen dari daun dengan menggunakan suatu
kolom berisi kapur CaSO4. Istilah kromatografi sendiri diciptakan oleh
Tswett untuk melukiskan daerah-daerah berwarna yang bergerak ke bawah
kolom
Kromatografi kertas merupakan salah satu metode pemisahan
berdasarkan distribusi suatu senyawa pada dua fase, yaitu fase diam dan fase
gerak. Pemisahan sederhana suatu campuran senyawa dapat dilakukan
dengan kromatografi kertas yang dikenal sebagai analisis kapiler, di mana
lembaran kertas berfungsi sebagai pengganti kolom. Kromatografi kertas
adalah pengembangan dari kromatografi partisi yang menggunakan kertas
sebagai padatan pendukung fase diam. Yang berperan sebagai fase diam
dalam kromatografi kertas adalah sampel cuplikan yang teradsorpsi pada
kertas dan digunakan juga pelarut organik yang telah dijenuhkan dengan air
sebagai larutan pengembang. Pemisahan dengan kromatografi kertas
didasarkan pada perbedaan kesetimbangan komponen-komponen campuran
di antara fase gerak dan fase diam.
Thin-layer chromatography (TLC) adalah pengembangan versi
modern dari kromatografi kertas. Kertas diganti oleh lapisan fasa diam
(silika gel, alumina). TLC merupakan analisis cepat yang memerlukan
bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya, yang dapat
digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik
seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan
kromatografi kertas. Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam
pemisahan pewarna yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat
pewarna. Aplikasi TLC sangatlah luas. Senyawa-senyawa yang tidak mudah
menguap serta terlalu labil untuk kromatografi cair dapat dianalisis dengan
TLC. TLC dapat pula mendeteksi adanya zat pengotor dalam pelarut
(Khopkar, 2008).
Nilai Rf (Reterdation factor) merupakan parameter karakteristik
kromatografi lapis tipis (TLC). Nilai ini merupakan ukuran kecepatan
migrasi suatu senyawa pada kromatogram. Perhitungan nilai Rf meliputi
jarak yang ditempuh oleh zat terlarut (titik sampel) dan zat pelarut. Ketika
pelarut semakin mendekati ujung atas kertas, kertas diangkat kemudian
dengan cepat ditandai sebelum pelarut menguap. Akhyar (2010)
merumuskan nilai Rf melalui perbandingan sebagai berikut:
C. Metodologi
1. Alat
a. Alumunium foil
b. Benang
c. Botol
d. Gelas beaker
e. Jarum
f. Penggaris
g. Pensil
h. Pipet tetes
i. Plat TLC
2. Bahan
a. Air
b. Buah naga
c. Daun suji
d. Etanol 100 ml
e. Kloroform 100 ml
f. Kunyit
g. Marimas melon
h. Minuman serbuk orange
i. Nutrisari anggur
j. Pewarna makanan hijau
k. Pewarna makanan orange
l. Pewarna makanan ungu
3. Cara kerja
a. Persiapan kertas kromatografi dan spotting
Plat TLC
Pemotongan ukuran 6 cm x
10 cm
Pemberian penggantung
pada kertas
100 ml pelarut
(etanol/kloroform)
Penutupan dengan
aluminium foil
Pengeluaran kertas
kromatografi ketika pelarut
mencapai garis batas atas
yaitu 6 cm (3/4) dari tinggi
kertas diukur dari garis batas
pelarut (garis batas bawah)
Gambar 6.2 Cara Kerja Developing
c. Deteksi dan Penentuan Rf
Kertas kromatografi
Pengukuran tinggi
pergerakan sampel
U., Evi Umayah dan Moch. Amrun H. 2007. Uji Aktivitas Ekstrak Buah Naga
(Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose). Jurnal Ilmu Dasar 8(1): 83-90.
Nisma, Fatimah dan Dewi Indah Setyawati. 2014. Analisis Zat Pewarna
Merah pada Makanan Jajanan Anak-Anak yang Dijual di Sekolah Dasar di Wilayah
Kotamadya Jakarta Timur. Farmasains 2(3): 143-149.
LAMPIRAN
Dokumentasi