You are on page 1of 7

LK 3.

2 Sintaksis
1.
 Kalimat Tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu pola kalimat, yaitu terdiri dari satu subjek, satu
predikat, dan bisa dilengkapi dengan objek dan keterangan. Contoh:
Kakak berlari.
Pak Arman makan bakso.
Pak Arman makan bakso di kantin.
 Kalimat Majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Kalimat majemuk ini
terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat. Cara membedakan anak kalimat dan induk kalimat yaitu
dengan melihat letak konjungsi. Induk kalimat tidak memuat konjungsi di dalamnya, konjungsi hanya
terdapat pada anak kalimat. Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda,
sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang
digunakannya.
 Kalimat Berita adalah suatu jenis kalimat yang isinya berupa informasi atau peristiwa yang dipaparkan.
Kalimat ini berfungsi untuk menyampaikan informasi kepada para pembaca atau pendengarnya agar
mereka mengetahui informasi atau peristiwa yang sedang terjadi. Kalimat berita sendiri terdiri dari
beberapa macam bentuk yaitu, kalimat berita langsung, kalimat berita tak langsung, kalimat berita
positive, dan kalimat berita negatif.
 Kalimat Tanya ialah kalimat yang dipergunakan dengan tujuan memperoleh reaksi berupa jawaban
dari yang ditanya atau penguatan sesuatu yang telah diketahui oleh penanya. Kalimat tanya diucapkan
dengan intonasi menaik pada suku kata akhir. Dalam bentuk tulis ditandai dengan tanda tanya (?).
 Kalimat perintah merupakan kalimat yang mengandung makna memerintah atau meminta seseorang
untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penutur atau penulisnya.
LK 3.3 WACANA
1. Jelaskan syarat sebuan wacana yang baik
 Topik
Sebuah wacana mengungkapkan satu bahasan atau gagasan. Gagasan tersebut akan diurai, membentuk
serangkaian penjelasan tetapi tetap merujuk pada satu topik. Sehingga topik yang diangkat atau yang
dimaksud memberikan suatu tujuan.
 Kohesi dan Koherensi
Sebuah wacana biasanya ditata secara serasi dan ada kepaduan antara unsur yang satu dengan yang
lain dalam wacana (kohesi), sehingga tercipta pengertian yang baik (koherensi).
 Proporsional
Prosorsional yang dimaksud ialah keseimbangan dalam makna yang ingin dijabarkan dalam wacana,
atau makna yang terdapat dalam wacana, ialah seimbang.
 Tuturan
Tuturan yang dimaksud adalah pengungkapan suatu topik yang ada dalam wacana. Baik tutur tulis atau
tutur lisan. tuturan kaitannya menjelaskan suatu topik yang terdapat dalam wacana dengan tetap
adanya kohesi dan koherensi yang proporsional di dalamnya.

LK 3.4 Semantik
1. Uraikan apa saja yang menjadi bidang garapan semantic!
Semantik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna. Semantik berkaitan dengan hubungan
antara unsur bahasa seperti kata-kata, ungkapan, tanda, dan simbol - dan apa yang dimaksud sebagai makna
didalamnya.
Studi formal tentang semantik berhubungan dengan banyak bidang penelitian dalam ilmu bahasa lainnya,
termasuk leksikologi, sintaks, etimologi dan lain-lain.
Semantik berbanding kontras dengan sintaksis, yang merupakan ilmu bahasa tentang kombinasi satuan
bahasa (tanpa mengacu pada maknanya). Misalnya dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa kata, maka
semantik akan mempelajari arti kata-kata tersebut sementara sintaksis akan mempelajari mana di antara kata
tersebut yang merupakan subyek, predikat atau obyek dalam kalimat tersebut.
Semantik mempelajati makna pada kata dan juga tentang hubungan antara kata, termasuk homonim (kata
dengan ejaan sama tapi arti beda), sinonim (kata dengan arti sama), dan antonim (kata dengan arti
berlawanan).
Semantik berhubungan dengan etinologi atau ilmu bahasa yang mempelajari tentang asal usul kata. Dalam
mencari makna suatu kata, selain perlu diperhatikan makna dari pengguaan sehari hari juga perlu
diperhatikan makna kata dari penggunaan sebelumnya di bahasa lain. Misalnya kata "bakso" yang dalam
penggunaan sehari-hari berarti makanan berkuah dengan bola daging, berhubungan dengan etimologinya
dati bahasa-bahasa Tionghoa, dimana "bak" adalah daging dan "so" adalah digiling. Sehibgga secara harfiah
berarti daging yang digiling lalu dibentuk bulat.

LK 4.1 Berpikir reflektif keterampilan berbicara


1. seni berbicara yang bisa dimiliki seseorang yang bertujuan untuk menyampaikan pesan lisan secara
efektif, sebagai bentuk komunikasi kepada orang lain.
2.

 memperlancar komunikasi antar sesama


 meningkatkan kepercayaan diri
 mempermudah pemberian berbagai informasi

3.
 Berbicara berfungsi untuk mengungkapkan perasaan seseorang.
 Berbicara berfungsi untuk memotivasi orang lain agar bersikap dan berbuat sesuatu.
 Berbicara berfungsi untuk membicarakan sesuatu permasalahan dengan topik tertentu.
 Berbicara berfungsi untuk menyampaikan pendapat, amanat, atau pesan.
 Berbicara berfungsi untuk saling menyapa atau sekedar untuk mengadakan kontak.
 Berbicara berfungsi untuk membicarakan masalah dengan bahasa tertentu.
 Berbicara berfungsi sebagai alat penghubung antar daerah dan budaya

4.
 Pengetahuan
Semakin luas pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang maka semakin kaya perbendaharaan kata
yang dapat memberikan dorongan seseorang berbicara lebih lancar.
 Pengalaman
Semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh seseorang akan menyebabkan seseorang itu
terbiasa menghadapi segala sesuatunya. Orang yang sering berbicara didepan umum akan
berbicara lancar dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun.
 Intelegensi
Orang yang intelegensinya rendah biasanya kurang lancar dalam berbicara dan perbendaharaan
bahasa yang baik.
 Kepribadian
Sifat dan karakteristik orang akan membedakan dalam hal Ia berbicara. Orang yang mempunyai
sifat pendiam, pemalu, tidak percaya diri biasanya kurang lancar dalam hal berbicara.
 Biologis
Misal seseorang mempunyai kelumpuhan organ bicara, sehingga timbuh kelainan-kelainan, seperti:
a. Sulit mengatakan kata desis (lisping), karena ada kelainan pada rahang, bibir, atau gigi.
b. Berbicara tidak jelas (slurring), yang disebabkan oleh bibir, rahang dan lidah yang tidak aktif.
c. Berbicara ragu-ragu, gagap disebabkan tidak biasa berbicara dengan orang banyak.

LK 4.2 Hubungan antar-Keterampilan berbahasa


1. Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung.Menyimak bersifat
reseptif dan berbicara bersifat produktif.Dalam kegiatan berbahasa lisan secara tatap muka, penyimak
dan pembicara dapat bertukar atau berganti peran. Penyimak bertukar peran menjadi pembicara dan
sebaliknya, pembicara menjadi penyimak. Pergantian peran ini biasanya terjadi pada kegiatan tanya
jawab, saling memberi masukan atau interaktif. Pengetahuan yang diperoleh dari seseorang melalui
menyimak dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuannya berbicara. Dengan kata lain, untuk
dapat menjadi pembicara yang baik, orang harus memiliki keterampilan menyimak yang baik.
2. Membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat resesif, sedangkan berbicara bersifat produktif
(menghasilkan/menyampaikan gagasan dan pemikiran). Keterampilan membaca berkaitan dengan
ragam tulis, sementara keterampilan berbicara berkaitan dengan ragam lisan. Membaca
menghubungkan sisi penyampaian gagasan secara tidak langsung : penulis kepada pembaca lewat
tulisan, sedangkan berbicara secara otomatis membutuhkan arus dua arah yakni face to face.
Keduanya semacam kegiatan dengan tujuan yang berkebalikan namun pada akhiranya sama penting
dan saling mendukung.
3. Keterampilan berbicara dan menulis dikatakan keterampilan produktif karena pembicara dan penulis
secara aktif memproduksi ide-ide,informasi-informasi dengan menggunakan bahasa yang dapat
dipahami pembaca atau penderngarnya sehingga mereka mampu merespon dan menanggapi apa
yang didengar dan dibacanya.Keterampilan berbicaa dan menulis sangat berhubungan erat antara
satu dan lainnya.Contoh : Seorang penyaji seminar selain pintar berbicara ketika
mempresentasikan makalahnya, Ia juga memiliki kepandaian dalam menulis bahan seminar.
LK 4.3 Bermain peran
1. Pidato
1. Menyelidiki pendengar dengan mengajukan pertanyaan, misalnya: siapa pendengarnya, jenis
kelamin, pendidikan dan lain-lain.
2. Memilih topik atau tema hendaknya disesuaikan dengan kemampuan diri, mempunyai arti atau
kegunaan bagi pendengar dan lain-lain.
3. Mengumpulkan bahan berdasarkan pengalaman, hasil penelitian, imajinasi, buku bacaan, media
massa maupun media elektronik.
4. Membuat kerangka pidato, caranya sama dengan membuat kerangka karangan lainnya, yakni:
pembuka, isi, dan penutup.
5. Mengembangkan pidato menjadi kerangka pidato.
6. Latihan oral dengan vokal yang tepat, dengan suara yang nyaring.

2. Wawancara
 Menentukan topik wawancara.
 Menentukan narasumber/ responden.
 Menyusun daftar pertanyaan (dengan memperhatikan kelengkapan isi (5W + 1H).
 Melakukan wawancara dengan bahasa yang santun, baik, dan benar.
 Mencatat pokok-pokok informasi berdasarkan jawaban narasumber. (Dapat menggunakan alat
perekam sebagai alat bantu).
 Menulis laporan hasil wawancara.

3. Ceramah
1. Menentukan tema.
Tema merupakan pokok pikiran atau dasar cerita yang sangat penting dalam sebuah teks atau naskah
pidato. Sebelum mulai membuat naskah pidato, tema harus sudah ditentukan terlebih dahulu. Cara-
cara untuk menentukan tema sudah dibahas dalam topik sebelumnya.
2. Menuliskan bagian pendahuluan.
a. Menuliskan salam pembuka.
b. Menuliskan sapaan hormat dan ucapan terima kasih.
c. Menuliskan ucapan syukur.
d. Menuliskan apa yang akan dibahas dalam pidato/ceramah/khtotbah.
3. Menuliskan bagian isi pidato.
a. Menuliskan pembahasan umum dari tema pidato/ceramah/khotbah.
b. Menuliskan pembahasan inti atau khusus yang akan berhubungan juga dengan tema utama.
4. Menuliskan bagian penutup.
a. Menuliskan simpulan dari keseluruhan isi naskah pidato/ceramah/khotbah.
b. Menuliskan permintaan maaf atas kekurangan dalam penyampaian serta isi pidato.
c. Menuliskan salam penutup.
4. Diskusi
1. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai
2. Menentukan jenis diskusi yang akan dilaksanakan
3. Menetapkan masalah yang akan dibahas
4. Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan diskusi
LK 5.1 Berpikir Refektif Keterampilan Membaca dan Pembelajarannya
1. Pengetian membaca!
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh
pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis
2. Faktor yang mempengaruhi keterampilan membaca permulaan!
1) Faktor fisiologis, ialah faktor yang mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis (misalnya cacat otak)
dan jenis kelamin.
2) Faktor intelektual, faktor ini merupakan faktor terpenting dalam masalah kesiapan membaca. Karena faktor
tersebut merupakan angka rata-rata perkembangan mental yang banyak tingkatannya, maka kaitannya
dengan faktor-faktor lainnya sangat jelas.
3) Faktor lingkungan, faktor ini mencakup dua hal yang mempengaruhi kemampuan membaca seseorang
siswa yaitu:
a. Latar belakang dan pengalaman anak dirumah, pada faktor ini yang paling utama adalah kondisi anak
dirumah. Anak tidak akan menemukan kendala dalam membaca, jika anak tinggal didalam lingkungan yang
harmonis dan orangtua memahami sang anak.
b. Faktor sosial ekonomi, faktor ini mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status sosial
ekonomi siswa semakin tinggi pula kemampuan verbal siswa.
4) Faktor psikologis, faktor ini mencakup :
a. Motivasi.
b. Minat.
c. Kematangan sosial dan emosi.
d. Penyesuaian diri. (Farida Rahim, 2007: 16).
3. Metode yang digunakan untuk mengajar membaca permulaan!
1. Metode Abjad (Alphabet)
Pembelajaran membaca permulaan dengan metode abjad dimulai dengan mengenalkan huruf-huruf
secara alphabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut
abjad. Untuk beberapa kasus, anak susah membedakan huruf-huruf b, d, p, q atau n, u, m, w. untuk itu guru
melatihkan huruf-huruf tersebut berulang-ulang atau dengan cara member warna yang berbeda.
Setelah tahapan itu siswa diajak untuk mengenal suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf
yan sudah dikenalnya.
Contoh : b dan a dibaca ba
C dan a dibaca ca
Sehingga dua suku kata tersebut dibaca menjadi “baca”.

2. Metode Eja (Spelling Method)


Metode eja adalah belajar membaca yang dimulai dari mengeja huruf demi huruf. Pendekatan yang
dipakai dalam metode eja adalah pendekatan harfiah. Siswa mulai diperkenalkan dengan lambang-lambang
huruf. Pembelajaran metode Eja terdiri dari pengenalan huruf atauabjad A sampai dengan Z dan pengenalan
bunyi huruf atau fonem. Metode kita lembaga didasarkan atas pendekatan kata, yaitu cara memulai
mengajarkan membaca dan menulis permulaan dengan menampilkan kata-kata.
Metode ini hampir sama dengan metode abjad. Perbedaanya terletak pada system pelafalan abjad
atau huruf (baca: beberapa konsonan).
Contoh :
Huruf b dilafalkan /eb/ : dilafalkan dengan e pepet.
Huruf d dilafalkan /ed/
Huruf c dilafalkan /ec/
Huruf g dilafalkan /ec/
Huruf f dilafalkan /ep/
Huruf k dilafalkan /ek/
Metode pembelajaran di atas dapat diterapkan pada siswa kelas rendah (I dan II) di sekolah dasar.
Guru dianjurkan memilih salahsatu metode yang cocok dan sesuai untuk diterapkan pada siswa. Guru
sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode pembelajaran yang akan digunakan sebagai berikut:
1. Dapat menyenangkan siswa
2. Tidak menyulitkan siswa untuk menyerapnya
3. Bila dilaksanakan, lebih efektif dan efisien
4. Tidak memerlukan fasilitas dan sarana yang lebih rumit

3. Metode Suku Kata (Syllabic Method)


Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata seperti ba, bi bu, be, bo, ca.ci,cu,ce,co,
da,di,du,de,do, dan seterusnya. Kemudian suku – suku kata tersebut dirangkaikan menjadi kata- kata yang
bermakna, misalnya:
Ba – bi cu – ci da – da
Ba – bu ca – ci du – da
Bi – bi ca – ca da – du
Ba – ca cu – cu di – di
Kemudian dari sukun kata diatas dirangkaikan menjadi kalimat sederhana yang dimaksud dengan proses
perangkaian kata menjadi kalimat sederhana.
Contoh:
Da – da ba – bi
Bi – bi ca – ca
Ba – bu di – di (dan seterusnya)
Kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi
satuan bahasa terkecil di bawahnya, yakni dari kalimat kedalam kata dan kata kedalam suku – suku kata.
(kalimat → kata – kata → suku – suku kata)

4. Metode Kata (Whole Word Method)


Metode ini diawali dengan pengenalan kata yang bermakna, fungsional, dan kontekstual. Sebaiknya
dikenalkan dengan kata yang terdiri dari dua suku kata terlebih dahulu. Kemudian mengenalkan suku kata
tersebut dengan membaca kata secara perlahan, dan memberikan jeda pada tiap suku kata. Hal ini dapat
dikombinasikan dengan gerakan tepukan tangan pada setiap suku kata. Tujuannya merangsang motorik anak
serta melatih anak mengenal penggalan suku kata.

5. Metode Kalimat/Global (Syntaxis Method)


Decroly.”Kemudian Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara belajar
membaca kalimat secara utuh. Metode global ini didasarkan pada pendekatan kalimat. Caranya ialah guru
mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan kalimat di bawah gambar. Metode global dapat
juga diterapkan dengan kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi kata,
menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi huruf.
Langkah-langkah penerapan metode global adalah sebagai berikut:
1) Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika sudah lancar, siswa membaca tanpa bantuan gambar,
misalnya: Ini Nani
2) Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /Nani/
3) Menguraikan kata-kata menjadisuku kata: i – ni - na – ni
4) Menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya: i-n-i - n-a-n-i

6. Metode SAS (Structural, Analytic, Syntatic)


Metode SAS merupakan singkatan dari “Struktural Analitik Sintetik”. Metode SAS merupakan salah
satu jenis metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran menulis membaca permulaan bagi siswa
pemula.
Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah langkah berlandaskan operasional
dengan urutan :
· Struktural menampilkan keseluruhan, guru menampilkan sebuah kalimat pada anak
· Analitik melakukan proses penguraian: anak daiajak untuk megenal konsep kata dan mulai menganalisis
kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata dan suku kata menjadi huruf.
· Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk Struktural semula, setelah kalimat diuraikan dari
huruf dirangkai menjadi suku kata, suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat semula.

7. Metode 4 Tahap Steinberg (Four Steps Steinberg Method)


Menurut Steinberg (1982) ada empat tahap (langkah) dalam pembelajaran membaca permulaan, yaitu
:
a. Mengenal kata dan maknanya (membaca kata dengan gambar)
b. Memahami kata yang dibacanya (membaca kata tanpa gambar)
c. Membaca frase atau kalimat
d. Membaca teks atau wacana

LK 5.2 Tujuan, Jenis, dan Teknik Membaca Permulaan.


Dengan Metode Jigshaw
1. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi,
memahami makna bacaan. Makna atau (meaning) erat sekali berhubungan dengan tujuan, atau
intensif kita dalam membaca.
2. Jenis Membaca
1. Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun
pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi,
pikiran dan perasaan seorang pengarang.
2. Membaca dalam hati, yaitu kita hanya mempergunakan ingatan visual (visual memory), yang melibatkan
pengaktifan mata badan ingatan untuk memperoleh informasi.
3. Teknik Membaca
Informasi fokus dapat kita temukan di bagian atau di berbagai bagian tertentu dari bacaan. Untuk
menemukan informasi fokus dimaksud dengan efisien, pada umumnya teknik-teknik yang dipergunakan
adalah sebagai berikut:
a. Baca-Pilih
Yang dimaksud dengan baca-pilih (selecting) adalah bahwa pembaca memilih bahan bacaan atau bagian-
bagian bacaan yang dianggap relevan, atau berisi informasi fokus yang dikemukakannya.
b. Baca-Lompat
Baca-lompat (skipping) adalah bahwa pembaca, dalam menemukan bagian atau bagian-bagian bacaan
yang relevan, melampaui atau melompati bagian-bagian lainnya.
c. Baca-Layap
Pembaca dapat mempergunakan teknik baca-layap (skimming), yaitu membaca dengan cepat isi umum
suatu bacaan atau bagiannya. Isi umum dimaksud informasi fokus, tetapi mungkin juga hanya sebagai dasar
menduga apakah bacaan itu berisi informasi yang fokus dilakukan.
d. Bacaan Tatap
Pembaca dapat juga mempergunakan teknik baca tatap (scanning), yaitu membaca dengan cepat dan
memusatkan perhatian untuk menemukan bagian bacaan yang berisi informasi fokus yang telah ditentukan
dan seterusnya membaca bagian itu dengan teliti sehingga informasi itu ditemukan dengan tepat dan
dipahami dengan benar.
LK 6.1 Konsep Menulis
Konsep menulis dapat dikatakan bahwa menulis merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa
pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan
menggunakan simbol-simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut.
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan menulis. Namun, pada prinsipnya dapat dikategorikan dalam
dua faktor yakni faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal di antaranya belum tersedia fasilitas
pendukung, berupa keterbatasan sarana untuk menulis. Faktor interna lmencakup faktor psikologis dan faktor
teknis.
Yang tergolong faktor psikologis di antaranya Faktor kebiasaan atau pengalaman yang dimiliki. Semakin
terbiasa menulis maka kemampuan dan kualitas tulisan akan semakin baik. Faktor lain yang tergolong faktor
psikologis adalah faktor kebutuhan. Faktor kebutuhan kadang akan memaksa seseorang untuk menulis.
Seseorang akan mencoba dan terus mencoba untuk menulis karena didorong oleh kebutuhannya.
Faktor teknis meliputi penguasaan akan konsep dan penerapan teknik-teknik menulis. Konsep yang berkaitan
dengan teori- teori menulis yang terbatas yangdimiliki seseorang turut berpengaruh. Faktor kedua dari faktor
teknis yaknipenerapan konsep. Kemampuan penerapan konsep dipengaruhi banyaksedikitnya bahan yang
akan ditulis dan pengethuan cara menuliskan bahanyang diperolehnya.
Keterampilan menulis banyak kaitannya dengan kemampuan membaca makaseseorang yang ingin memiliki
kemampuan menulisnya lebih baik, dituntutuntuk memiliki kemampuan membacanya lebih baik pula.
LK 6.2 Jenis Menulis
Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang
tersebut adalah kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk
menulis itu. Klasifikasi keterampilan menulis berdasarkan sudut pandang kedua menghasilkan pembagian
produk menulis atau empat kategori, yaitu; karangan eksposisi, deskripsi, narasi, dan argumentasi. Berikut ini
akan dijelaskan satu persatu.
LK 6.1 Teknik Menulis Permulaan
Kejelasan merupakan asas yang pertama dan utama bagi hampir semua karangan, khususnya ragam karangan
faktawi. Setiap pembaca betapa pun terpelajarnya menghargai karangan yang dapat dibaca dan dimengerti
secara jelas. Karangan yang kabur, ruwet, dan gelap maksudnya akan membosankan pembaca dan melatih
pikirannya. Berikut ini dijelaskan ciri-ciri karangan yang jelas.
a. Mudah: karangan yang jelas mudah dimengerti oleh pembaca. Setiap orang menyukai karangan yang dapat
dipahami tanpa susah payah.
b. Sederhana: karangan yang jelas tidak berlebih-lebihan dengan kalimat-kalimat dan kata-kata. semakin
sederhana, semakin dapat karangan itu menggambarkan sesuatu buah pikiran secara terang dalam pikiran
pembaca.
c. Langsung: karangan yang jelas tidak berbelit-belit ketika menyampaikan pokok soalnya.
d. Tepat: karangan yang jelas dapat melukiskan secara betul ide-ide yangterdapat dalam pikiran penulis.
LK 6.1 Pembelajaran Menulis Permulaan
Langkah-langkah kegiatan menulis permulaan terbagi kedalam dua kelompok, yakni :

Memegang Pensil

Pembelajaran diawali dengan sikap duduk yang benar. Duduk menghadap meja belajar, ke dua tangan di
letakan di atas meja. Posisi kursi dirapatkan dengan meja belajar, tetapi tidak mengganggu posisi duduk anak
(misalnya menjepit). Setelah anak dapat duduk dengan tenang, pembelajaran selanjutnya adalah memegang
pensil dengan benar, jika di perhatikan murid sekarang banyak yang tidak benar cara memegang pensil. Cara
memegang pensil yang benar adalah menjepit atau meletakan di atas jari tengah dan di jepit dengan ibu jari
dan jari telunjuk dan dipegang dengan lemas. Dengan demikian tangan dapat memegang dengan santai,
bukan di genggam atau di jepit dengan tiga jari dan diletakkan di jari manis. setelah anak dapat memegang
pensil dengan benar, latihlah :

Menggerakan pensil diawang-awang dengan lemas, gerakan keawang-awang ini terus menerus dilakukan
sehingga tangan anak benar-benar lemas.

Latihan kedua adalah membuat garis tegak di kertas dari atas ke bawah sepanjang kolom garis kertas. latihan
ini dibuat berulang-ulang sampai seluruh siswa dapat melakukan dengan benar. suruhlah siswa mengulangi
pekerjaannya.

Latihan ketiga membuat garis miring, dari kiri atas kekanan bawah dan sebaliknya.

Latihan keempat membuat garis lurus dari kiri kekanan dan sebaliknya.

Latihan kelima membuat garis lengkung ke dalam dan keluar serta membuat dua garis lengkung yang
dipertemukan.

Latihan keenam membuat bulatan atau lingkaran.

Latihan ke tujuh membuat garis centang.

Berlatih Menulis Huruf Lepas

Setelah anak telah bisa melakukan latihan 1 smapai 7, maka anak telah siap untuk latihan menulis huruf.
Huruf yang dimaksud di sini adalah huruf kecil. Seperti diketahui huruf ini memiliki ciri sendiri yang berbeda
dengan huruf besar uatau kapital, namun latihan masih diperlukan.

Sediakan lembar latihan

Lembar ini berisi huruf yang telah diajarkan dalam pembelajaran membaca permulaan misal huruf a, b, c dan
d. berilah tanda panah sebagai tanda menulis huruf.

Latihan menebali huruf

Latihan menulis huruf

Latihan menulis kata perpaduan dari 4 huruf

Latihan menulis kalimat perpaduan dari beberapa kata

Kelima langkah tersebut harus di ulang-ulang, jika huruf baru diajarkan. Jangan lupa setiap mengajarkan huruf
baru berarti jumlah huruf yang dikuasai anak bertambah. Latihan menulis haruslah meliputi huruf-huruf lama
yang telah di ajarkan.

You might also like