You are on page 1of 7

AMALIA RAHMADANI

160351606451
OFF A
SELF ASSESMENT-TRANSPOSABLE ELEMENTS DAN
EXTRACHROMOSOMAL INHERITANCE

Lama membaca: 1jam 15 menit


Transposable elements dikategorikan menjadi tiga kategori. Kategori
pertama, yaitu transposisi yang dilakukan dengan mengeluarkan elemen dari
posisi elemen tersebut di dalam kromosom dan menyisipkan elemen tersebut pada
posisi yang berbeda. Elemen yang bekerja seperti hal di atas disebut dengan
transposon potong-tempel. Kategori kedua, yaitu transposisi dilakukan melalui
proses yang melibatkan replikasi dari elemen transposable DNA. Enzim
transposase dikode oleh elemen untuk menimbulkan adanya interaksi antara
elemen dan sisi penyisipan. Pada interaksi tersebut, elemen bereplikasi dan satu
kopi dari elemen tersebut disisipkan pada siis yang baru dan satu kopi tetap berada
pada sisi asal. Elemen transposable jenis ini disebut transposon replikatif.
Kategori ketiga, yaitu transposisi yang terjadi melalui proses yang melibatkan
penyisipan kopian elemen yang disintesis dari elemen RNA. Proses tersebut
dikenal dengan retrotransposons.
Adapun transposable elements pada bakteri adalah:
1. IS elementstransposons bakteri yang paling sederhana. Disebut insertion
sequence (IS) karena elemen IS dapat menyisip pada sisi yang berbeda di
dalam kromosom bakteri dan plasmid. Elemen IS pertama ditemukan pada
mutasi lac- di E. coli. Elemen IS biasanya mengkode protein (transposase)
yang diperlukan untuk transposisi. Protein tersebut mengikat di dekat atau
di ujung elemen dan kemudian memotong kedua untai DNA. Adanya
ruang yang terbuka akibat kedua untai DNA dipotong, elemn dari
kromosom ataupun plasmid dikeluarkan, sehingga elemen-elemen tersebut
dapat dipindahkan pada molekul DNA yang berbeda ataupun baru. Elemen
IS merupakan transposons potong-salin. Ketika elemen IS disisipkan ke
dalam kromosom atau plasmid, eleme IS membuat duplikasi dari bagian
sekuens DNA pada sisi yang sama dengan sisi penyisipan. Satu kopian
dari duplikasi diletakkan pada masing-masing sisi elemen. Sekuens yang
dikopi merupakan sekuens pendek (2-13 pasangan nukelotida) disebut
target sisi duplikasi muncul dari ruangan dari dua untai DNA yang
terbuka.

2. Composite transposonterbentuk ketika dua elemen IS menyisipkan


dirinya saling berdekatan. Dua elemen IS tersebut menangkap satu untai
DNA yang tidak dapat berpindah. Elemen IS menyebabkan untai DNA
tersebut dapat berpindah. Adapun contoh dari transposon adalah Tn9, Tn5,
dan Tn 10.
Pada Tn9 arah elemen IS yang mengapit memiliki arah yang sama,
sedangkan pada Tn5 dan Tn 10, arah elemen IS yang mengapit adalah
berlawanan. Area di antara elemen IS mengandung gen yang tidak berperan dalam
transposisi. Faktanya, gen tersebut merupakan gen resisten terhadap antibiotik.
3. Elemen Tn3
Bakteri mengandung transposon lain yang lebih besar yang tidak memiliki
elemen IS pada tiap ujungnya. Transposon ini malah berakhir pada 3-40
pasangan nukelotida. Seperti transposon potong-tempel, transposon ini
membuat target sisi duplikasi ketika menyisipkan DNA. Contoh tipe
transposon ini adalah elemen Tn3. Tn3 disusun oleh tiga gen, yaitu tnpA,
tnpR, dan bla yang masing-masing (secara beururutan) mengkode
transposase, resolvase, dan enzim yaitu, beta lactamase. Beta lactamase
merupakan enzim yang resistan terhadap ampicillin. Tn3 merupakan
transposon yang bereplikasi pada dua proses. Pada proses pertama,
transposase menjembatani penggabungan dua molekul sirkular, misalnya
dua plasmid, satu membawa Tn3 (plasmid donor) dan satu yang lain tidak
membawa Tn3 (plasmid penerima). Struktur dari kedua plasmid tersebut
disebut kointegrasi. Selama pembentukan kointegrasi, Tn3 bereplikasi dan
satu kopian disisipkam pada masing-masing ujung dimana dua plasmid
tersebut bergabung. Dua kopian Tn3 ini berorientasi pada arah yang sama.
Pada tahap kedua transposisi, tnpR membantu rekombinasi sisi spesifik di
antara dua kopi Tn3. Proses tersebut terjadi pada sekuens Tn3 yang disebut
sisi resolusi dan ketika proses itu selesai, bentuk kointegrasi memecah
menjadi 2 plasmid yang tiap plasmidnya mengandung kopi Tn3.
Contoh transposon potong-tempel pada eukariot:
Elemen Ac dan Ds pada jagung
McClintock menemukan elemen Ac dan Ds dari kromosom yang rusak.
Dia membuat tanda genetik yang mengatur warna biji jagung untuk
mencari tahu proses terjadinya kerusakan kromosom. Ketika tanda tertentu
hilang, dia menduga bahwa segmen kromosom pada lokasi tersebut juga
hilang yang mengindikasikan bahwa kerusakan kromosom telah terjadi.
Hilangnya tanda tersebut terdeteksi dengan adanya perubahan warna pada
aleuron, yaitu lapisan terluar dari endosperma triploid biji jagung.
Pada satu set percobaan, tanda genetik yang diikuti oleh McClintock
merupakan alel dari lokus C pada lengan pendek kromosom no.9. Dengan
alel ini, Cl merupakan inhibitor dominan pewarnaan aleuron, sehingga
menyebabkan biji jagung menjadi tidak berwarna. Meskipun dia
menemukan banyak biji yang tidak berwarna, beberapa biji ada yang
berwarna ungu-keclokatan. McClintock berpendapat bahwa alel Cl hilang
saat pertumbuhan endosperm. Genotif biji yang tidak berwara adalah –CC,
dimana tanda “-“ berarti alel Cl hilang. Mekanisme hilangnya alel Cl
adalah:
Sisi yang robek (ditunjukkan oleh anak panah) memishakan satu semen
kromosom dari sentromernya sehingga membentuk fragmen asentrik.
Dikarenakan fragmen tersebut cenderung hilang saat pembelahan sel,
maka semua anakan sel akan kehilangan bagian dari kromosom yang
diwariskan. Karena fragmen membawa alel Cl, maka sel yang dikloning
tidak mengalami penghambatan pigmen.
McClintock menemuka bahwa sisi kromosom yang robek menjadi
penyebab utaman hilangnya alel Cl. Faktor yang menyebabkan robeknya
kromosom tersebut dikenal dengan Ds (faktor disosiasi). Meski demikian,
faktor Ds tidak mampu untuk menginduksi perobekan kromosom.
Nyatanya, Ds harus di stimulaso dengan faktor lain, yaitu Ac (faktor
aktivator). Faktor Ac hanya berada pada beberapa jagung.

Extrachromosomal Inheritance
Pewarisan ekstrakromosomal merupakan pewarisan yang dikontrol oleh
gen yang ada di luar inti sel. Beberapa bukti yang dapat digunakan sebagai
petunjuk bahwa suatu sifat diwariskan secara ekstrakromosomal adalah nisbah
segregasi tidak Mendelian, suatu sifat ditransmisikan secara maternal, dan gen-
gen tidak dapat dipetakan pada kromosom keterpaduan tertentu. Pada pewarisan
ekstrakromosomal hal yang terjadi adalah:
1. Induk betima memberi sumbangan lebih besar kepada keturunannya
dibandingkan dengan induk jantan
2. Persilangan resiprok menghasilkan keturunan yang berlainan. Telah
diketahui apabila gen-gen terdapat dalam autosom, maka persilangan
resiprok menghasilkan keturunan yang sama, kecuali bila gen-gen
terangkai pada kromosom X, maka persilangan resiproknya menghasilkan
keturunan yang berlainan, karena berlaku pewarisan bersilang dimana sifat
yang dimiliki oleh betina yang diwariskan.
3. Gen-gen dalam kromosom menempati lokus tertentu, sehingga dapat
dibuat peta kromosom (kejadian seperti ini tidak akan dijumpai jika
pewarisan lewat sitoplasma).
Contoh:
Meskipun genotifnya ada yang dd, tetapi semua fenotifnya adalah dekstral, karena
gamet D dibawa oleh induk betina (sifat maternal).

You might also like