You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

llmu geologi mempelajari semua hal tentang seluk beluk bumi secara
keseluruhan. Materi dasar pembentuk bumi ini adalah batuan, dimana batuan sendiri
adalah kumpulan dari mineral dan mineral terbentuk dari kristal-kristal. Intinya, untuk
dapat mempelajari ilmu geologi, harus menguasai ilmu tentang kristal. Ilmu yang
mempelajari tentang bentuk-bentuk, gambar-gambar dari kristal disebut kristalografi
dan mempunyai bentuk-bentuk tertentu sehingga disebut kristal.
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari
kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur
dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya. Kristal adalah suatu padatan yang atom,
molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar
secara tiga dimensi. Zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan
pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal yang semua atom-atom dalam
padatannya terpasang pada kisi atau struktur kristal yang sama, kebanyakan kristal
terbentuk secara bersamaan sehingga menghasilkan padatan polikristalin.
Proses pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin, dalam keadaan
tertentu cairannya bisa membeku dalam bentuk non-kristalin. Banyak kasus yang
sering terjadi karena pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atomnya tidak
dapat mencapai lokasi kisinya. Suatu bahan non-kristalin biasa disebut bahan amorf
atau seperti gelas. Bahan seperti ini juga disebut sebagai padatan amorf, meskipun
ada perbedaan jelas antara padatan dan gelas. Proses pembentukan gelas tidak
melepaskan kalor lebur jenis (latent heat of fusion). Alasan ini yang membuat banyak
ilmuwan menganggap bahan gelas sebagai cairan, bukan padatan. Struktur kristal
mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya sendiri,
kondisi ketika terjadi pemadatan dan tekanan. Proses terbentuknya struktur kristalin
dikenal sebagai kristalisasi. Setiap jenis mineral tidak saja terdiri dari unsur-unsur
tertentu, tetapi juga mempunyai bentuk-bentuk tertentu yang terbentuk sehingga
disebut kristal.

1
1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari diadakannya praktikum ini adalah:


1. Dapat mengetahui dan memahami sistem kristal pada mineral.
2. Mendeskripsikan ciri-ciri dari sistem kristal pada mineral.
3. Menentukan letak sumbu kristal pada mineral.

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada pecobaan ini adalah membahas masalah mineralogi dan
kristalografi mineral dan kristal serta hubungan keduanya, axial rasio, sudut, serta
bentuk kristal.

2
BAB II

KRISTALOGRAFI

2.1 Kristalografi

Kristalografi adalah suatu cabang dari mineralogi yang mempelajari sistem-


sistem kristal. Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial
mempunyai pola difraksi tertentu. Kristal adalah suatu padatan dengan susunan atom
yang berulang secara tiga dimensional yang dapat mendifraksi sinar X. Kristal secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai zat padat yang mempunyai susunan atom atau
molekul yang teratur (Warmada dan Anastasia, 2004).
Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang
datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut
sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling
berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka kristal itu baik
letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal.
Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus
kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang
disebut sebagai parameter (Warmada dan Anastasia, 2004).
Hingga saat ini baru terdapat 7 macam sistem kristal. Dasar penggolongan
sistem kristal tersebut ada tiga hal yaitu, jumlah sumbu kristal, letak sumbu kristal
yang satu dengan yang lain dan parameter yang digunakan untuk masing-masing
sumbu kristal. Ketujuh sistem kristal tersebut; sistem isometrik, sistem tetragonal,
sistem heksagonal, sistem trigonal, sistem ortorombik, sistem monoklin dan sistem
triklin. Tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal.
Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal
tersebut. Sistem isometrik terdiri dari lima kelas, sistem tetragonal mempunyai tujuh
kelas, rombis memiliki tiga kelas, heksagonal mempunyai tujuh kelas, trigonal lima
kelas dan sistem monoklin mempunyai tiga kelas. Kelas kristal mempunyai singkatan
yang disebut simbol, dua macam cara simbolisasi yang sering digunakan, yaitu
simbolisasi Schonflies dan Herman Mauguin (simbolisasi internasional) (Warmada dan
Anastasia, 2004).

3
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi
dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan dari yang
lain. Bidang simetri ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan
bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang tersebut membagi kristal
melalui dua sumbu utama (sumbu kristal). Bidang simetri aksial ini dibedakan menjadi
dua, yaitu bidang simetri vertikal, yang melalui sumbu vertikal dan bidang simetri
horisontal, yang berada tegak lurus terhadap sumbu c. Bidang simetri menengah
adalah bidang simetri yang hanya melalui satu sumbu kristal. Bidang simetri ini sering
pula dikatakan sebagai bidang simetri diagonal (Warmada dan Anastasia, 2004).
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal dan
bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan
didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi
tiga yaitu; gire, giroide dan sumbu inversi putar. Ketiganya dibedakan berdasarkan
cara mendapatkan nilai simetrinya. Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri
bila kita dapat membuat garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal
menembus pusat kristal dan akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi
yang lain dengan jarak yang sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut
atau dengan kata lain, kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal
tersebut mempunyai pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan
tersebut berjarak sama dari pusat kristal dan bidang yang satu merupakan hasil inversi
melalui pusat kristal dari bidang pasangannya (Warmada dan Anastasia, 2004).
Kristalografi merupakan salah satu cabang dari mineralogi yang mempelajari
mengenai sistem-sistem kristal serta bertujuan untuk menentukan susunan atom
dalam zat padat. Kata “kristalografi” berasal dari bahasa yunani crystallon yang artinya
adalah tetesan dingin atau beku, dengan makna luas kepada semua padatan
transparan pada derajat tertentu, dan graphein yang adalah menulis. Kristalografi
mempelajari tentang kristal meliputi sifat geometri diantaranya letak, panjang, jumlah
sumbu kristal dan bentuk bidang luar yang membatasinya. Perkembangan dan
pertumbuhan kenampakan bentuk kristal yang masih dalam satu sistem kristal, stuktur
dalam dan sifat fisik kristal.Kristal adalah bahan padat homogeny yang membentuk
bagan polyhedral yang teratur, biasanya anisotropy. Tersusun oleh komposisi kimia
tertentu yang membentuk ikatan atom tertentu yang dikelilingi oleh bidang permukaan
yang halus dan mengikuti hukum geometri tertentu. Beberapa ketentuan agar dapat
disebut sebagai kristal diantaranya adalah padat, tidak dapat teruraikan menjadi

4
senyawa yang lebih sederhana dengan proses fisika, memiliki stuktur bentuk, bidang
serta sudut inklimasi pada setiap kristal tertentu (Sukandarummidi.dkk, 2015).
Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat kristalografis. Jenis
dan struktur cacat-cacat tersebut dapat berefek besar pada sifat-sifat material
tersebut. Meskipun istilah "kristal" memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu
material dan fisika zat padat, dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk pada
benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap kali sedap di
mata. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan di alam. Bentuk-bentuk kristal
ini bergantung pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan
strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Beberapa material kristalin
mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik khas, seperti efek feroelektrik atau efek
piezoelektrik. Kelakuan cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika kristal. Struktur
dielektrik periodik serangkaian sifat-sifat optis unik dapat ditemukan seperti yang
dijelaskan dalam kristal fotonik (Sukandarummidi.dkk, 2015).
Unit sel adalah pecahan ruang terkecil suatu kristal yang menunjukkan semua
sifat simetrinya. Unit sel dalam tiga dimensi membentuk sistem koordinat dengan 3
sumbu dalam struktur kristal yang disebut titik kisi-kisi. Unit sel sendiri adalah dasar
unsur titik kisi-kisi. Titik-titiknya sesuai dengan sudut–sudut unit sel. Pendekatan
konsep unit sel dapat menjelaskan posisi-posisi atom dalam struktur kristal, geometri
dari bentuk-bentuk kristalografi dan posisi bidang kristal yang digambarkan dengan
sistem koordinat tunggal, dimulai dengan "model tetrahedral" dari struktur kristal
(Desi.T.B, 2012).
Kristal merupakan kumpulan mineral berbutir padat yang memiliki bahan-bahan
kimia tertentu dan terikat dalam bentuk ion, atom, atau senyawa kimia tertentu. Kristal
memiliki bidang-bidang datar yang mengelilinginya. Bidang-bidang datar ini biasa
disebut bidang muka kristal. Bidang-bidang muka Kristal memiliki bentuk yang
berbeda-beda, namun kristal memiliki bentuk yang sangat geometris sebab kristal akan
terlihat sama pada sisi tertentu. Kristal terdiri dari beberapa unsur–unsur simetri, yaitu
bidang simetri, poros simetri dan pusat simetri. Bidang simetri adalah bidang bayangan
atau imajinasi yang dibuat dan dapat membelah bentuk kristal menjadi dua bagian
yang sama. Poros simetri adalah poros bayangan atau imajinasi yang ditembuskan
melalui pusat kristal. Pusat simetri terdapat apabila suatu kristal memiliki dua bidang
kristal atau bidang muka kristal yang sama dan sejajar, sama jaraknya dari pusat
kristal dan bidang muka kristal yang satu merupakan ulangan bidang muka kristal dan

5
yang lain didapat dengan cara inversi melalui pusat simetri (Sukandarummidi.dkk,
2015).

2.2 Sistem Kristal

Sistem kristal hingga saat ini, ribuan mineral telah ditemukan dan masing–
masing mempunyai bentuk yang berbeda dan memberikan ketampakan kristal yang
tidak sama. Kristal digolongkan menjadi 32 kelas yang dapat dikelompokkan menjadi
tujuh kelompok besar yang dikenal dengan istilah sistem kristal. Sistem kristal tersebut
terdiri dari isometrik, tetragonal, heksagonal, trigonal, ortorombik, triklin dan monoklin.
Pengelompokan ke dalam suatu kelas kristal didasarkan dengan unsur simetri. Berikut
adalah macam-macam sistem kristal beserta kelas-kelasnya (Djauhari, 2009).
2.2.1 Sistem Kristal Isometrik

Gambar 2.1 sistem kristal isometrik


Sistem isometrik memiliki ciri–ciri kenampakan luar kristalnya sama ukurannya
ke segala arah, dapat juga agak membulat. Bentuk kristal dari sistem isometrik titik
pipih dan juga tidak memanjang. Sistem kristal ini merupakan sistem kristal yang
paling sederhana yang ditemukan dalam kristal dan mineral. Sistem ini memiliki tiga
sumbu yang identik dan saling tegak lurus, yaitu sumbu yang memanjang dari
belakang ke depan (a), sumbu yang memanjang dari kiri ke kanan (b) dan sumbu
yang memanjang dari atas ke bawah (c), panjang sumbu a = b = c, selain itu sumbu
a,b dan c saling tegak lurus satu sama lain (Arief, 2016).
Penggambaran sudut a+ ke b- adalah 300, dan panjang a : b : c = 1 : 3 : 3.
Dalam sistem isometrik terdapat lima kelas, yaitu kelas tetrahedral, heksaoktahedral,
giroidal, tetratohedral dan diploidal. Contoh mineral dari sistem kristal isometrik yaitu

6
Pirit, Pentlandit, Silvite, Analkim, Kobaltit, Langbeinite, Magemit dan Zunite (Arief,
2016).
2.2.2 Tetragonal
Sistem ini memiliki dua garis horizontal yang berpotongan sama panjang dan
satu garis vertikal yang tegak bergaris lebih panjang dari garis lainnya. Sistem trigonal
ini terdapat 7 kelas diantaranya piramid, bipiramid, bisfenoid, trapezohedral,
ditetragonal piramid, skalenohedral, dan ditetragonal bipiramid (Arief, 2016).

Gambar 2.2 sistem kristal tetragonal


Sistem tetragonal memiliki ciri khas kristal yang biasanya berbentuk balok
dengan penampang segi delapan atau bujur sangkar. Panjang sumbu a = b ≠ c,
sumbu c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari sumbu a dan b, sumbu a, b dan c
tegak lurus. Sistem kristal tetragonal terdiri dari tujuh kelas, yaitu ditetragonal
piramida, ditetragonal bipiramida, tetragonal piramida, tetragonal bispenoidal,
tetragonal skalenohedral, dan tetragonal trapezohedral. Contoh mineral dari sistem
kristal tetragonal, yaitu Apopillit, Mellit, Ekanit, Minium, Autunit dan Skapolit (Arief,
2016).
2.2.3 Heksagonal
Sistem ini mempunyai empat sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus
terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut
120˚ terhadap satu sama lain. Sumbu a, b, dan d memiliki panjang sama, sedangkan
panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal heksagonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan
sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c dan juga memiliki sudut

7
kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β
saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.

Gambar 2.3 sistem kristal heksagonal


Sistem ini memiliki 7 kelas diantaranya heksagonal piramid, heksagonal
bipiramid, diheksagonal piramid diheksagonal bipiramid, trigonal piramid, ditrigonal
piramid, dan heksagonal trapezohedral (Arief, 2016).
2.2.4 Trigonal

Gambar 2.4 sistem kristal trigonal


Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c, yang artinya
panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama
dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini
berarti, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu
γ. Sistem ini juga dinamakan rombohedral. Sistem ini juga memiliki kelas diantaranya
trigonal piramid, trigonal trapezohedral, ditrigonal piramid, ditrigonal skalenohedral,
dan rombohedral (Arief, 2016).

8
2.2.5 Ortorombik

Gambar 2.5 sistem kristal orthorombik


Panjang rusuk dari sistem kristal ortorombik ini berbeda-beda (a ≠ b≠ c), dan
memiliki sudut yang sama (α = β = γ) yaitu sebesar 90°. Sistem ini memilik tiga garis
yang seluruhnya memiliki garis yang panjangnya berbeda, dua garis horizontal
membentuk sudut 90° dan garis tegak lurus vertikal. Sistem ini terdapat kelas-kelas
seperti bisfenoid, piramid, bipiramid (Arief, 2016).
2.2.6 Monoklin

Gambar 2.6 sistem kristal monoklin


Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap
sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b paling pendek. Sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a
≠ b ≠ c dan memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, α dan β saling
9
tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring). Sistem ini terdapat kelas-
kelas sfenoit, doma, dan prisma (Arief, 2016).
2.2.7 Triklin

Gambar 2.7 sistem kristal triklin


Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama. Kondisi
sebenarnya, sistem kristal triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c,
yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda
satu sama lain dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti,
pada sistem ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Sistem ini memiliki tiga garis yang tidak saling tegak lurus. Sistem ini memiliki kelas-
kelas diantaranya pediol dan pinakoidal. Contoh mineralnya Albit, Anortit, Labradorit
dan Kaolinit (Arief, 2016).

2.3 Mineral

Kristalografi tentunya tidak lepas dari yang namanya mineral. Mineral dapat kita
definisikan sebagai bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, yang terdiri
dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya
tersusun mengikuti suatu pola yang sistimatis. Mineral dapat kita jumpai dimana-mana
disekitar kita, dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada
dasar sungai. Beberapa dari pada mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis
karena didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk
ditambang seperti emas dan perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat,
bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang

10
teratur didalamnya. Kondisi ini memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-
bidang rata dan diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal
sebagai “kristal”. Kristal secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang
homogen yang memiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi yang
khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat
tersebut dinamakan kristalografi (Djauhari, 2009).
Mineral dapat di defenisikan sebagai padatan anorganik alami dengan
komposisi kimia yang pasti dan atom yang seragam dan terdiri dari unsur-unsur.
Mineral dapat di identifikasi berdasarkan fitur seperti warna, belahan, kekerasan dan
kilau. Mineral terbagi dalam beberapa karakteristik utama, yaitu;
a. Secara alami (tidak terbentuk di laboratorium).
b. Anorganik (tidak terbentuk oleh organisme).
c. Padat (bukan cairan atau gas).
d. Komposisi kimia pasti (bahan kimia yang konsisten).
e. Struktur atom yang seragam.
f. Terdiri dari satu atau lebih elemen.
Sifat fisik, terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang
pertama adalah dengan cara mengenal sifat fisiknya, sifat fisik mineral adalah bentuk
kristalnya, berat jenis, bidang belah, warna, kekerasan, goresan, dan kilap. Adapun
cara yang kedua adalah melalui analisa kimiawi atau analisa difraksi sinar X, cara ini
pada umumnya sangat mahal dan memakan waktu yang lama. Bentuk kristal
mencerminkan struktur dalam sehingga dapat dipergunakan untuk pengidentifikasian
mineral (Henry.T, 1849).

BAB III

11
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat
Percobaan mengenai kristalografi kali ini adapun alat-alat yang digunakan
adalah sebagai berikut;
1. Papan Scanner
Pada Scanner digunakan sebagai pengalas dalam menulis dan menggambar
bentuk Kristal.

Gambar 3.1 papan scanner


2. Kamera
Kamera digital digunakan untuk mengambil gambar atau foto maket Kristal.

Gambar 3.2 kamera


3. Pensil
Pensil digunakan sebagai alat untuk menulis lembar deskripsi dan menggambar
bentuk Kristal.

Gambar 3.3 pensil


4. Pulpen
Pulpen digunakan untuk menulis lembar deskripsi.

12
Gambar 3.4 pulpen
5. Penghapus
Penghapus digunakan untuk menghapus gambar apabila terjadi kesalahan.

Gambar 3.5 penghapus


6. Penggaris
Penggaris di gunakan untuk mengukur dan membuat garis lurus pada gambar.

Gambar 3.6 penggaris


7. Maket Kristal
Maket kristal digunakan sebagai objek gambaran dalam percobaan kristalografi.

Gambar 3.7 maket kristal


3.1.2 Bahan

13
Praktikum kali ini bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai
berikut;
1. Kertas HVS
Kertas HVS digunakan sebagai media untuk menulis dan menggambar sistem
kristal.

Gambar 3.8 kertas HVS

3.2 Metode Praktikum

Percobaan kali ini kami melakukan pengamatan langsung pada maket bentuk
kristal yang disediakan dengan sistematika sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Ambil foto (Dokumentasi) maket bentuk kristal yang ingin di identifikasi.
3. Menulis nomor maket kristal dan nomor stasiun pada lembar deskripsi.
4. Menggambar geometri kristal pada lembar deskripsi.
5. Mengidentifikasi rasio sumbu dari kristal yag diamati.
6. Mengidentifikasi sudut interaksi berdasarkan rasio sumbu dari kristal yang
diamati pada lembar deskripsi.
7. Menentukan sistem kristal pada lembar deskripsi.
8. Mengulangi langkah yang sama untuk sampel berikutnya.

14
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Tabel 4.1 Deskripsi Kristal


SISTEM RASIO SUDUT GEOMETRI
NO. FOTO
KRISTAL SUMBU INTERAKSI KRISTAL

ST.1
Isometrik a=b=c α=β=γ=90˚
1

ST.1
Monoklin a≠b≠c α=β=90˚≠γ
25

ST.1
Trigonal a=b=d≠c α=β=90˚;γ=120˚
22

ST.1
Isometrik a=b=c α=β=γ=90˚
3

15
ST.1 a=b=d α = β = 90˚ ; γ =
Heksagonal
21 ≠c 120˚

ST.2
Ortorombik a ≠ b≠ c α = β = γ = 90˚
12

ST.2
Ortorombik a ≠ b≠ c α = β = γ = 90˚
6

ST.2
Tetragonal a=b≠c α = β = γ = 90˚
31

ST.2
Monoklin a≠b≠c α=β=90˚≠γ
26

ST.2
Ortorombik a ≠ b≠ c α = β = γ = 90˚
29

16
ST.3 a=b=d α = β = 90˚ ; γ =
Heksagonal
19 ≠c 120˚

ST.3
Ortorombik a ≠ b≠ c α = β = γ = 90˚
10

ST.3 a=b=d α = β = 90˚ ; γ =


Heksagonal
20 ≠c 120˚

ST.3
Isometrik a=b=c α=β=γ=90˚
16

ST.3
Ortorombik a ≠ b≠ c α = β = γ = 90˚
7

ST.4
Ortorombik a ≠ b≠ c α = β = γ = 90˚
20

17
ST.4
Tetragonal a=b≠c α = β = γ = 90˚
10

ST.4
Triklin a≠b≠c α = β ≠ γ ≠ 90˚
23

ST.4 a=b=d α = β = 90˚ ; γ =


Heksagonal
30 ≠c 120˚

ST.4
Isometrik a=b=c α=β=γ=90˚
14

ST.5
Tetragonal a=b≠c α = β = γ = 90˚
4

ST.5
Isometrik a=b=c α=β=γ=90˚
11

18
ST.5
Tetragonal a=b≠c α = β = γ = 90˚
9

ST.5
Monoklin a≠b≠c α=β=90˚≠γ
32

ST.6
Ortorombik a ≠ b≠ c α = β = γ = 90˚
5

ST.6
Ortorombik a ≠ b≠ c α = β = γ = 90˚
17

ST.6
Ortorombik a ≠ b≠ c α = β = γ = 90˚
8

ST.6
Trigonal a=b=d≠c α=β=90˚;γ=120˚
2

19
ST.7
Tetragonal a=b≠c α = β = γ = 90˚
15

ST.7 a=b=d α = β = 90˚ ; γ =


Heksagonal
24 ≠c 120˚

ST.7
Monoklin a≠b≠c α=β=90˚≠γ
27

ST.7
Tetragonal a=b≠c α = β = γ = 90˚
13

4.2 PEMBAHASAN

Praktikum kali ini membahas mengenai kristalografi, kristalografi merupakan


ilmu yang mempelajari megenai kristal, sedangkan kristal merupakan kumpulan
mineral berbutir padat yang memiliki bahan-bahan kimia tertentu dan terikat dalam
bentuk ion, atom, atau senyawa kimia tertentu. Percobaan kali ini adapun yang kita
amati diantaranya 32 contoh kristal dari 7 sistem kristal diantaranya adalah, isometrik,
tetragonal, heksagonal, trigonal, ortorombik, monoklin dan triklin. Ketujuh sistem
kristal diatas yang perlu diperhatikan dan dideskripsikan adalah axial rasio kristal,
sudut interaksi, dan geometri kristal. Dalam praktikum ini, dilaksanakan dalam per
stasiun diantaranya:

20
4.2.1 Stasiun 1
Stasiun pertama terdapat 5 sampel, dengan mengamati rasio sumbu dan sudut
interaksinya maka data yang didapat adalah; sampel nomor 1 merupakan sistem kristal
isometrik, sampel nomor 25 merupakan sistem kristal monoklin, sampel 22 merupakan
sistem kristal trigonal, sampel nomor 3 merupakan sistem kristal isometrik, dan sampel
nomor 21 merupakan sistem kristal heksagonal.
4.2.2 Stasiun 2
Stasiun kedua terdapat 5 sampel dengan mengamati rasio sumbu dan sudut
interaksinya maka data yang didapat adalah; sampel nomor 12 merupakan sistem
kristal ortorombik, sampel nomor 6 merupakan sistem kristal ortorombik, sampel
nomor 31 merupakan sistem kristal tetragonal, sampel nomor 26 merupakan sistem
kristal monoklin, dan sampel nomor 29 merupakan sistem kristal ortorombik.
4.2.3 Stasiun 3
Stasiun ketiga terdapat 5 sampel dengan mengamati rasio sumbu dan sudut
interaksinya maka data yang didapat adalah; sampel nomor 19 merupakan sistem
kristal heksagonal, sampel nomor 10 merupakan sistem kristal ortorombik, sampel
nomor 16 merupakan sistem kristal isometrik, sampel nomor 20 merupakan sistem
kristal heksagonal, dan sampel nomor 7 merupakan sistem kristal ortorombik.
4.2.4 Stasiun 4
Stasiun keempat terdapat 5 sampel dengan mengamati rasio sumbu dan sudut
interaksinya maka data yang didapat adalah; sampel nomor 20 merupakan sistem
kristal ortorombik, sampel nomor 10 merupakan sistem kristal tetragonal, sampel
nomor 23 merupakan sistem kristal triklin, sampel nomor 30 merupakan sistem kristal
heksagonal, dan sampel nomor 14 merupakan sistem kristal isometrik.
4.2.5 Stasiun 5
Stasiun kelima terdapat 4 sampel dengan mengamati rasio sumbu dan sudut
interaksinya maka data yang didapat adalah; sampel nomor 4 merupakan sistem kristal
tetragonal, sampel nomor 11 merupakan sistem kristal isometrik, sampel nomor 9
merupakan sistem kristal tetragonal, dan sampel nomor 32 merupakan sistem kristal
monoklin.
4.2.6 Stasiun 6
Stasiun keenam terdapat 4 sampel dengan mengamati rasio sumbu dan sudut
interaksinya maka data yang didapat adalah; sampel nomor 5 merupakan sistem kristal
ortorombik, sampel nomor 17 merupakan sistem kristal ortorombik, sampel nomor 8

21
merupakan sistem kristal ortorombik, dan sampel nomor 2 merupakan sistem kristal
trigonal.
4.2.7 Stasiun 7
Stasiun ketujuh terdapat 4 sampel dengan mengamati rasio sumbu dan sudut
interaksinya maka data yang didapat adalah; sampel nomor 15 merupakan sistem
kristal tetragonal, sampel nomor 24 merupakan sistem kristal heksagonal, sampel
nomor 27 merupakan sistem kristal onoklin, dan sampel nomor 13 merupakan sistem
kristal tetragonal.

22
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Percobaan mengenai kristalografi ini dapat disimpulkan;


1. Praktikum tentang kristalografi dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya
untuk dapat mengenal, mengetahui serta memahami ilmu tentang kristal.
Karena kristal merupakan salah satu dasar yang paling penting dalam ilmu
geologi. Dalam sistem kristal, terdapat tujuh sistem kristal diantaranya; sistem
isometrik, sistem tetragonal, sistem heksagonal, sistem trigonal, sistem
ortorombik, sistem monoklin dan sistem triklin.
2. Praktikum mengenai kristalografi, praktikan diharapkan mampu mengenal,
mengklasifikasi, mendeskripsi serta menggambar sketsa dari masing-masing
kristal yang ada, yaitu; isometrik, tetragonal, heksagonal, trigonal, ortorombik,
monoklin serta triklin. Dan tentu saja praktikan diharapkan mampu untuk
mengetahui defenisi dari kristal itu sendiri, proses-proses pembentukkannya,
dan juga mengetahui unsur-unsur yang ada pada kristal itu sendiri.
3. Pada proses penggambaran, dimana penggambaran dilakukan dengan
menggunakan persilangan sumbu yang akan menghasilkan sketsa dari kristal.
Pendeskripsian dilakukan dengan langkah-langkah menentukan jumlah unsur
simetri, kelas simetri, simbolisasi Herman Mauguin, simbolisasi Schoenflish,
serta menentukan nama bentuk kristal.

5.2 Saran

Praktikum kristalografi ini, yang perlu diperhatikan adalah waktu praktikum


yang kadang tidak tepat pada waktunya. Diharapkan agar untuk kedepannya dapat
untuk menjaga hal tersebut agar tidak terulang atau paling tidak dikurangi. Dengan
begitu diharapkan praktikum yang dilakukan dapat berjalan lebih baik lagi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Barmawi, Desi Trisnawati. 2012. Kristalografi dan Mineralogi : Jurnal Ilmiah MTG,
Yogyakarta : Universitas Veteran. Vol. 5 No 1
Muhammad, Arief Harisa. 2016. Sukses Menuju Olimpiade Nasional Kebumian SMA.
Jakarta : pelatihan-osn.com
Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor : PT. Graha Ilmu
Sukandarrumidi, dkk. 2015. Mengenal Mineral Secara Megaskopis. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Thoreau, Henry David. 1849. Rocks and Minerals. Harvard : Spring
Warmada, W & Dewi Anastasia. 2004. Agromineralogi. Yogyakarta : UGM

24

You might also like