You are on page 1of 47

BUDIDAYA PAPRIKA (Capsicum annum L.

)
SEBAGAI PRIMADONA
PERTANIAN DI LAHAN SEMPIT

OLEH:

IDA AYU MAS SASMARI BRAHMANI 9906


IDA BAGUS ANANDA BRAMANA PUTRA 9941
HENDRA SETIAWAN 9977

PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SEMARAPURA
TAHUN AJARAN 2011/2012
PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 SEMARAPURA
Jalan Flamboyan No. 63, Semarapura, Klungkung, Bali Telp. (0366) 21508

SURAT KETERANGAN
421.7/289/SMAN 1 SMR/Dikpora

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SMA Negeri 1 Semarapura,


menerangkan bahwa :
 NI PUTU EKA UMARISTA APRILIANI 9874

 IDA BAGUS ANANDA BRAMANA PUTRA 9941

 HENDRA SETIAWAN 9977

Memang benar siswa SMA Negeri 1 Semarapura yang telah menyusun


karya tulis dengan karya ilmiah sendiri dan belum pernah dilombakan
dalam perlombaan karya tulis ilmiah lainnya, dengan judul :
“BUDIDAYA PAPRIKA (Capsicum annum L.) SEBAGAI
PRIMADONA PERTANIAN DI LAHAN SEMPIT”.
Karya tulis tersebut dapat diikutsertakan dalam rangka mengikuti LKTI
(Lomba Karya Tulis Ilmiah) Himagrotek Tingkat SMA/SMK dan Sederajat Se-
Bali yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Semarapura, Januari 2012


Kepala SMA Negeri 1 Semarapura

( Drs. I Nyoman Mudjarta )


NIP. 19551231 197903 1 137
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : “Budidaya Paprika (Capsicum annum L.) sebagai Primadona


Pertanian di Lahan Sempit”.
Penulis :

 Ni Putu Eka Umarista Apriliani 9874

 Ida Bagus Ananda Bramana Putra 9941

 Hendra Setiawan 9977

Semarapura, 20 Januari 2012

Guru Pembimbing,

Ni Wayan Rina Lestari, S.Pd.


NIP. 1986 0524 2009 022002

Mengesahkan,

Kepala SMA Negeri 1 Semarapura

Drs. I Nyoman Mudjarta


NIP. 19551231 197903 1 137
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul “Budidaya Paprika (Capsicum annum L.) sebagai Primadona Pertanian di
Lahan Sempit”. Karya ilmiah ini disusun dalam rangka mengikuti LKTI (Lomba
Karya Tulis Ilmiah) Himagrotek Tingkat SMA/SMK dan Sederajat Se-Bali yang
diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Karya ilmiah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tepat pada waktunya
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Drs. I Nyoman Mudjarta, selaku Kepala SMA Negeri 1 Semarapura atas
bantuan moral dan material yang diberikan.
2. Ni Wayan Rina Lestari S.Pd., selaku pembimbing ekstrakulikuler Karya
Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri 1 Semarapura atas bimbingan dalam
penyusunan karya tulis ini.
3. Kedua orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan dorongan.
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan karya tulis
ilmiah ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.
Semoga karya tulis ilmiah yang sederhana ini berguna bagi kita semua.

Semarapura, Januari 2012

Penulis
“Budidaya Paprika (Capsicum annum L.)
sebagai Primadona Pertanian di Lahan Sempit”

ABSTRAKSI
Ni Putu Eka Umarista Apriliani, Ida Bagus Ananda Bramana Putra dan
Hendra Setiawan, 2011, 28 halaman

Indonesia adalah negara agraris yang sebagian penduduknya bermata


pencaharian sebagai petani. Dalam perekonomian nasional sektor pertanian
mempunyai peranan yang sangat penting dimana sektor ini mempunyai peranan
yang strategis, yaitu sebagai penyedia lapangan kerja, meningkatkan devisa
negara dan juga meningkatkan pendapatan petani. Namun, seiring dengan
berkembangnya sektor-sektor nonpertanian yang sedang menjamur dan
perkembangan Indonesia sebagai negara modern, menyebabkan pertanian
dinomor duakan. Di samping itu, permasalahan alih fungsi lahan pertanian untuk
pembangunan infrastruktur di bidang nonpertanian membawa dampak pada
dimensi lingkungan yang menyebabkan lahan pertanian semakin sempit. Di
tengah permasalahan tersebut, para petani dituntut untuk dapat memanfaatkan
lahan sempit dalam kegiatan pertanian. Selama ini, komoditi yang dibudidayakan
pada pertanian lahan sempit hanya jamur. Mengingat kebutuhan pangan yang
semakin meningkat, maka diperlukan inventarisasi tanaman lainnya yang cocok
ditanam di lahan sempit, salah satunya adalah paprika. Paprika merupakan
sayuran yang memiliki prospek yang cerah. Mengingat permintaan paprika yang
tinggi khususnya pada sektor pariwisata. Data-data yang digunakan dalam karya
tulis ini bersumber dari berbagai referensi atau literatur yang relevan dengan topik
permasalahan. Dalam penulisan karya ilmiah in digunakan metode studi pustaka
yang relevan dengan kajian serta mendukung analisis pembahasan. Dilanjutkan
dengan proses sintesis dengan menghubungkan rumusan masalah, tujuan
penulisan, serta pembahasan yang dilakukan dengan sistematis yang logis. Teknis
analisis data yang dipilih adalah analisis deskriptif argumentatatif dengan tulisan
yang bersifat deskriptif. Berikutnya ditarik suatu simpulan yang bersifat umum
dan beberapa rekomendasi untuk ditindaklanjuti. Salah satu alternatif dalam
membudidayakan paprika di lahan sempit adalah dengan menerapkan teknik
budidaya greenhouse yang melalui beberapa tahap yakni persemaian, persiapan
penanaman, penanaman, pemeliharaan tanaman, serta panen dan pascapanen.
Salah satu alternatif dalam promosi paprika adalah melalui media internet yang
kemudian dilanjutkan dengan distribusi paprika dari produsen  konsumen, dari
produsen  pengecer  konsumen, dari produsen  pedagang besar  pengecer
 konsumen, ataupun dari produsen  agen  pengecer  konsumen. Untuk
pemasaran paprika terdiri dari tiga proses yaitu proses pengumpulan
(concentration process), proses pengimbangan (equalization process), proses
penyebaran (dispersion process). Hal-hal yang menjadi faktor penghambat dalam
distribusi dan marketing paprika adalah hama, modal, pemasaran berbasis
teknologi, daya tahan, dan ketersediaan tenaga kerja.

Kata Kunci : Pertanian Lahan Sempit, Paprika (Capsicum annum L.) dan
Greenhouse.
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul................................................................................................ i

Halaman Pernyataan ...................................................................................... ii

Halaman Pengesahan .................................................................................... iii

Kata Pengantar .............................................................................................. iv

Abstrak .......................................................................................................... v

Daftar Isi ........................................................................................................ vi

Daftar Tabel ................................................................................................... viii

Daftar Gambar................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 3

1.4 Manfaat Penulisan .................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Paprika (Capsicum annuum L.) ............................................... 4

2.2 Pertanian Lahan Sempit ............................................................ 7

BAB III METODE PENULISAN

3.1 Sumber dan Jenis Data .............................................................. 9

3.2 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 9

3.3 Analisis Data ............................................................................ 9

3.4 Penarikan Kesimpulan ............................................................ 10


BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Cara Membudidayakan Paprika di Lahan Sempit (Capsicum

annum L.) .................................................................................. 11

4.2 Distribusi dan Pemasaran Paprika (Capsicum annum L.) ........ 20

4.3 Kendala Distribusi dan Pemasaran Paprika (Capsicum

annum L.) serta Cara Mengatasi Kendala Tersebut ................. 24

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan .............................................................................. 28

5.2 Saran ........................................................................................ 28

Daftar Pustaka

Daftar Riwayat Hidup


DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 Kandungan Gizi Paprika (Capsicum annuum L.) Setiap 100


gram Buah Hijau Segar ……………………………………………… 11
4.2 Rekomendasi Pemberian Nutrisi untuk Tanaman Paprika ……..…… 18
DAFTAR GAMBAR

No. Tabel Halaman

2.1 Paprika (Capsicum annum L.)……………………………………… 4


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris yang sebagian penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani. Dalam perekonomian nasional sektor pertanian
mempunyai peranan yang sangat penting dimana sektor ini mempunyai
peranan yang strategis, yaitu sebagai penyedia lapangan kerja, meningkatkan
devisa negara dan juga meningkatkan pendapatan petani. Pada saat krisis
ekonomi melanda perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan salah
satu sektor yang bisa bertahan bahkan lebih banyak memberikan kontribusi
terhadap perekonomian Indonesia.
Namun, seiring dengan berkembangnya sektor-sektor nonpertanian
yang sedang menjamur dan perkembangan Indonesia sebagai negara modern,
menyebabkan pertanian dinomor duakan. Sektor-sektor nonpertanian
berkembang sangat pesat di berbagai provinsi di Indonesia yang
mengakibatkan tergesernya pertanian.
Salah satu daerah yang bisa diambil contoh yaitu Bali. Bali
merupakan tempat tujuan wisata utama di Indonesia, bahkan dunia. Keelokan
budaya dan alamnya berhasil menjadikan pariwisata sebagai salah satu alat
untuk menggerakkan roda pembangunannya. Konsekuensi adanya
pembangunan pariwisata, menyebabkan eksploitasi sumber daya alam yang
berlebihan sehingga Bali kehilangan jati dirinya. Alih fungsi lahan pertanian
untuk pembangunan infrastruktur di bidang pariwisata, dengan mengabaikan
peraturan-peraturan pemerintah tentang tata ruang menjadikan kondisi
lingkungan terabaikan. Kondisi itu membawa dampak pada dimensi
lingkungan hidup berupa kerusakan sumber daya alam yang sangat nyata.
Jumlah lahan pertanian di Bali pada saat ini semakin berkurang sehingga
jumlah produksi semakin menurun.
Namun, kondisi tersebut berbanding terbalik dengan jumlah
penduduk yang semakin bertambah. Jumlah penduduk yang semakin
bertambah menuntut tersedianya bahan pangan yang dapat memenuhi
kebutuhan penduduk untuk kelangsungan hidupnya. Di tengah problema
lahan pertanian yang semakin sempit dan kebutuhan pangan yang semakin
meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk, menuntut masyarakat
khususnya para petani untuk mampu memanfaatkan lahan sempit sebagai
lahan pertanian.
Selama ini komoditi yang dibudidayakan pada pertanian lahan sempit
adalah jamur. Mengingat kebutuhan pangan yang semakin meningkat, maka
diperlukan inventarisasi tanaman yang cocok ditanam di lahan sempit. Salah
satu bahan pangan yang menjadi kebutuhan penduduk dan dapat
dikembangkan di lahan sempit adalah sayuran. Kebutuhan pangan berupa
sayuran penting bagi penduduk karena menjadi salah satu penyedia gizi
berupa serat, vitamin, dan protein yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Paprika merupakan salah satu sayuran yang memiliki prospek yang
cerah. Walaupun bukan merupakan tanaman sayuran asli Indonesia,
perubahan gaya hidup dan pola konsumsi penduduk (khususnya perkotaan)
berupa menu sayuran berupa paprika menunjukkan peningkatan. Semakin
maraknya makanan Eropa seperti pizza dan salad di kota-kota besar
Indonesia, merupakan penyebab permintaan akan paprika semakin tinggi.
Hotel, restoran dan pasar swalayan pada gilirannya pun sangat membutuhkan
paprika. Ditambah lagi permintaan pasar ekspor yang tinggi, seperti
Singapura yang membutuhkan paprika paling sedikit 11 ton per minggu dan
baru terpenuhi sekitar separuhnya saja.
Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat,
budidaya paprika juga mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Peluang
pasar masih terbuka lebar karena masih kurangnya pasokan. Hal tersebut
merupakan faktor yang menunjukkan bahwa budidaya paprika merupakan
sebuah budidaya pertanian yang patut dikembangkan.
Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa budidaya paprika di lahan
sempit memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat pada umumnya dan
petani khusunya. Oleh karena itu, pada tulisan ini akan dikaji lagi cara
membudidayakan, distribusi dan pemasaran, serta cara mengatasi kendala
dalam upaya distribusi dan pemasaran paprika (Capsicum annum L.).
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang di atas yaitu
sebagai berikut :
1. Bagaimana cara membudidayakan paprika (Capsicum annum L.)?
2. Bagaimana cara distribusi dan pemasaran paprika (Capsicum annum L.)?
3. Apa kendala dalam upaya distribusi dan pemasaran paprika (Capsicum
annum L.) serta cara mengatasi kendala tersebut?

3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam karya tulis ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mendiskripsikan cara membudidayakan paprika (Capsicum annum
L.).
2. Untuk mendiskripsikan cara distribusi dan pemasaran paprika (Capsicum
annum L.).
3. Untuk mendiskripsikan kendala dalam upaya distribusi dan pemasaran
paprika (Capsicum annum L.) serta cara mengatasi kendala tersebut.

4. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak antara lain sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah, memberikan sumbangan pemikiran mengenai cara
membudidayakan, distribusi dan pemasaran, serta cara mengatasi kendala
dalam upaya distribusi dan pemasaran paprika (Capsicum annum L.).
2. Bagi masyarakat, khususnya para petani, sebagai tambahan informasi
mengenai cara membudidayakan, distribusi dan pemasaran, serta cara
mengatasi kendala dalam upaya distribusi dan pemasaran paprika
(Capsicum annum L.).
3. Bagi penulis, dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman secara lebih mendalam dan komprehensif mengenai cara
membudidayakan, distribusi dan pemasaran, serta cara mengatasi kendala
dalam upaya distribusi dan pemasaran paprika (Capsicum annum L.).
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Paprika (Capsicum annuum L.)


Paprika (Capsicum annuum L.) adalah tumbuhan penghasil buah
yang berasa manis dan sedikit pedas. Dalam pengertian internasional, paprika
dipakai untuk menyatakan hampir semua varietas C. annuum, termasuk yang
pedas. Nama-nama tertentu, seperti pepperoni, diberikan untuk paprika
dengan ciri penampilan, penggunaan, atau rasa yang khas.
Tanaman paprika (Capsicum annum L.) merupakan salah satu
komoditas penting yang dibudidayakan. Tanaman paprika bukan tanaman asli
Indonesia, tetapi berasal dari negara Amerika. Paprika merupakan salah satu
jenis cabai yang sering disebut cabai manis atau sweet paper (Prihmantoro
dan Indriani,1999). Tanaman paprika berasal dari Amerika Tengah dan
Amerika Selatan dimana banyak spesies telah dibudidayakan beratus tahun
sebelum Colombus mendarat di benua tersebut (Alberta, 2004 dan Wien,
1997 dikutip T.K. Moekasan, dkk., 2003). Penanaman paprika menyebar ke
Eropa dan Asia setelah tahun 1.500-an. Pada awal penyebaran di Eropa,
tanaman paprika dibudidayakan di lahan terbuka (outdoor).

Gambar 2.1 Paprika (Capsicum annum L.)


Pada saat ini, tanaman paprika merupakan salah satu komoditas
penting yang dibudidayakan dibawah naungan (protected cultivation)
menggunkan kultivar indeterminate dimana tanaman secara bertahap dan
terus menerus tumbuh dan berkembang membentuk daun, batang, bunga dan
buah yang baru. Sebagai perbandingan, kultivar paprika yang dibudidayakan
di lahan terbuka (open field) adalah kultivar determinate dimana tanaman
tumbuh sampai mencapai ukuran tertentu, kemudian menghasilkan buah, lalu
tumbuh dan akhirnya tanaman mati. Pada saat ini, budidaya tanaman paprika
di lahan terbuka dengan menggunakan kultivar determinate tidak berkembang
seperti budidaya tanaman paprika di bawah naungan yang menggunkan
kultivar inderteminate.
Di Indonesia, tanaman paprika mulai dibudidayakan sejak tahun
1990-an. Pada awalnya pengembangannya paprika ditanam di lahan terbuka,
tatapi kini telah dikembangkan secara hidroponik di rumah kasa atau plastik.
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu pusat pertanaman paprika di
Indonesia (Prabaningrum, dkk. 2006). Produksi buah paprika selain untuk
memenuhi pasar dalam negeri (hotel berbintang, pasar swalayan, rumah
makan internasional, dan pasar tradisional.) juga untuk memenuhi pasar
ekspor. Paprika adalah salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai
ekonomi tinggi, yang sebagian besar hasil panennya diekspor ke luar negeri.
Menurut Linnaeus book, Species Plantarium (1753) dikutip oleh
Heru Prihmantoro dan Y.H. Indriani (2000), tanaman paprika (Capsicum
annum L.) merupakan tanaman yang termasuk dalam divisi Spermatophyta
dengan subdivisi Angiospermae dan termasuk ke dalam tanaman yang
memiliki 2 kotiledon. Paprika merupakan anggota dari ordo Solanales dengan
famili Solanaceae dan genus Capsicum,serta termasuk dalam species C.
annuum. Tanaman paprika memiliki nama binomial Capsicum annum L.
Tanaman paprika memiliki banyak varietas, yang masing-masing
memiliki keunggulan dalam hal kemampuan berproduksi, bentuk/tipe buah,
bobot buah, rasa buah, daya adaptasi terhadap lingkungan, dan ketahanan
terhadap serangan hama.
Komoditas paprika pada umumnya dibedakan menurut bentuk ,
warna, dan ukuran. Pada umumnya bentuk paprika dibagi menjadi dua
bentuk, yaitu yang berbentuk blok (blocky) atau lonceng (bell) dan yang
berbentuk lonjong (lamujo) (Hadinata, 2004). Dari segi warna, paprika
dibedakan menurut empat warna utama yaitu merah, hijau, kuning, dan
orange. Selain warna utama ada juga paprika warna hitam, coklat, putih, dan
ungu.
Ada beberapa kultivar paprika yang saat ini ada di pasaran.
Kultivar paprika yang berwarna merah antara lain adalah ‘Edison’, ‘Chang’,
‘Spartacus’, ‘Athena’, dan ‘Spider’, yang berwarna kuning antara lain
‘Sunny’, ‘Capino’, ‘Goldflame’, dan ‘Manzanila’, sedangkan berwarna
orange antara lain ‘Magno’ dan ‘Leon’.
Menurut T.K. Moekasan, dkk. (2008), paprika termasuk tanaman
semusim yang dapat tumbuh di dataran tinggi dengan ketinggian 700-1.500 m
dpl dengan kelembaban udara sekitar 80%. Tanaman paprika dapat tumbuh
dengan baik pada tanah mediteran dan aluvial dengan kondisi tanah lempung
berpasir atau liat berpasir. Derajat keasaman (pH) yang cocok bagi
pertumbuhan tanaman paprika berkisar antara 6,0-7,0; dan pH optimal 6,5.
Tanaman paprika umumnya tumbuh setinggi 50 cm - 150 cm. Untuk
budidaya dengan hidroponika tinggi bisa mencapai 3- 4m.
Tanaman paprika memerlukan temperatur 210C-270C pada siang
hari dan 130C-160C pada malam hari. Tanaman paprika masih dapat tumbuh
pada temperatur 300C, namun pada temperatur 380C pada siang hari dan 320C
pada malam hari, semua bunga dan bakal buah gugur. Di Indonesia, tanaman
ini cocok ditanam di dataran ringgi yang bersuhu 16 0C-250C (Heru
Prihmantoro dan Y.H. Indriani, 2000).
Curah hujan yang sesuai untuk paprika adalah sekitar 250 mm per
bulan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan tanaman mudah terkena
penyakit yang disebabkan oleh cendawan ataupun bakteri dan juga
menyebabkan pembuahan terhambat. Intensitas sinar matahari yang
diperlukan tanaman ini berkisar antara 22% sampai 30% dari intensitas sinar
matahari total yang diterima tanaman.
2.2 Pertanian Lahan Sempit
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri,
atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan
pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian biasa
dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (bahasa
Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun
cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim
dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau
sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan
yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan,
dan mikrobia) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit, pertanian juga
diartikan sebagai kegiatbudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama yang
bersifat semusim.
Sektor pertanian sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana
sektor ini berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan bahan pangan. Dalam
pelaksanaannya, sektor ini merupakan kombinasi antara faktor fisis dan
faktor sosial, seperti yang dikemukakan oleh Sumaatmadja (1988:166).
Usaha pertanian rakyat ini pada umumnya diusahakan dengan
tujuan untuk memnuhi kebutuhan hidup petani dan keluarganya, atau dapat
dikatakan bahwa hasil produksi pertaniannya sebagian besar berasal dari
dalam usaha tani sendiri. Pertanian rakyat ini pada dasarnya diusahakan di
sebuah lahan.
Menurut Jamulya (1991:1) lahan adalah satu kesatuan dari
sejumlah sumberdaya alam yang tetap dan terbatas dapat megalami
kerusakan dan atau penurunan produktivitas sumberdaya alam tersebut.
Lahan merupakan permukaan daratan dengan kekayaan benda padat, cair,
bahkan gas. Lahan sebagai sistem mencakup di dalamnya unsur-unsur seperti
iklim, relief, tanah, air, dan vegetasi.
Lahan merupakan suatu area yang biasanya digunakan untuk
membuka usaha tani. Namun seiring dengan kemajuan zaman yang menuntut
adanya pembangunan di segala bidang, mengakibatkan menipisnya jumlah
lahan untuk usaha tani. Sehingga dewasa ini mulai dikenal istilah Pertanian
Lahan Sempit.
Pertanian Lahan Sempit merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarakan suatu usaha tani yang dilakukan pada areal yang kecil atau
sempit. Pertanian lahan sempit merupakan proyek pertanian yang sedang
dikembangkan di negara-negara dengan jumlah penduduk yang besar dan
wilayah yang sempit seperti Indonesia.
BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Sumber dan Jenis Data


Data-data yang digunakan dalam karya tulis ini bersumber dari
berbagai referensi atau literatur yang relevan dengan topik permasalahan yang
dibahas. Sumber data memiliki validitasi yang tinggi serta keaslian dan
keabsahan data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Data yang
diperoleh bersifat kualitatif dan kuantitatif yang menjelaskan mengenai cara
membudidayakan, distribusi dan pemasaran, serta cara mengatasi kendala
dalam upaya distribusi dan pemasaran paprika (Capsicum annum L.).

3.2 Metode Pengumpulan Data


Data yang diperlukan dalam karya tulis ini dikumpulkan dengan studi
pustaka melalui fasilitas e-library, yaitu memperoleh informasi dengan
membaca dari situs-situs internet yang memiliki integritas tinggi dan
berkaitan dengan permasalahan atau topik karya tulis ini, berhubungan satu
sama lain, relevan dengan kajian tulisan serta mendukung uraian/analisis
pembahasan mengenai cara membudidayakan, distribusi dan pemasaran, serta
cara mengatasi kendala dalam upaya distribusi dan pemasaran paprika
(Capsicum annum L.).

3.3 Analisis Data


Setelah data yang diperlukan terkumpul, dilakukan pengolahan data
dengan menyusun dari yang terkumpul secara sistematis. Teknik analisis data
yang dipilih adalah analisis deskriptif argumentatif, dengan tulisan bersifat
deskriptif, menggambarkan mengenai cara membudidayakan, distribusi dan
pemasaran, serta cara mengatasi kendala dalam upaya distribusi dan
pemasaran paprika (Capsicum annum L.).
3.4 Penarikan Simpulan
Setelah melalui proses analisis data, dilanjutkan pada proses sintesis
melalui proses menarik dan menghubungkan rumusan masalah, tujuan
penulisan serta pembahasan yang dilakukan secara sistematis. Berikutnya,
ditarik suatu simpulan yang bersifat general (umum) dan beberapa saran
untuk ditindaklanjuti dan dipedomankan.
.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Cara Membudidayakan Paprika (Capsicum annum L.) di Lahan Sempit


Permintaan produk buah-buahan dan sayuran dari Indonesia, khususnya
dari Bali cenderung terus meningkat. Salah satunya adalah permintaan akan
paprika (Capsicum annuum L.) atau sweet pepper yang terus mengalami
peningkatan, terutama dari usaha pariwisata seperti hotel, restoran dan
catering yang sangat membutuhkan paprika sebagai bahan pokok dalam
pengolahan makanan khususnya pada makanan barat (western food). Peluang
pasar luar dan dalam negeri juga masih terbuka lebar untuk budidaya paprika
(Capsicum annuum L.), karena pasokan lebih kecil dibandingkan permintaan
dan harga yang ditawarkan cukup tinggi dibandingkan dengan komoditi
sayuran lainnya. Mengingat, paprika merupakan tanaman yang memerlukan
kondisi agroklimat dan terbatas pada daerah dataran tinggi. Disamping itu,
petani yang membudidayakan paprika masih sangat sedikit jumlahnya
sehingga produksi dalam negeri masih terbatas. Walaupun bukan merupakan
tanaman sayuran asli Indonesia, perubahan gaya hidup dan pola konsumsi
penduduk (khususnya perkotaan) berupa menu sayuran paprika juga
menunjukkan peningkatan. Dalam Imam Harjono, 1994 yang dikutip oleh
Heru Prihmantoro dan Y.H. Indriani, 2000, menunjukkan jumlah kandungan
gizi paprika tiap 100 g buah paprika hijau segar yang dapat dilihat pada pada
Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Kandungan Gizi Paprika (Capsicum annuum L.) Setiap 100
gram Buah Hijau Segar

Jenis zat Kadar


No.
1. Protein 0,90 g
2. Lemak 0,30 g
3. Karbohidrat 4,40 g
4. Kalsium 7,00 mg
5. Fosfor 22,00 mg
6. Zat Besi 0,40 mg
7. Kalium 11,00 mg
8. Vitamin A 22,00 IU
9. Vitamin B-1 540,00 mg
10. Vitamin B-2 0,02 mg
11. Vitamin C 160,00 mg
12. Niasin 0,40 mg

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa paprika memiliki kandungan


gizi yang cukup tinggi, yaitu terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin
A, vitamin B, vitamin C, serta mineral seperti Ca, Fe, P, dan K. Oleh karena
itu, paprika merupakan salah satu komoditi berprospek cerah yang patut
dikembangkan.
Namun ironisnya, luas lahan yang semakin sempit, berakibat pada
terhambatnya pemenuhan akan permintaan pasar terhadap paprika. Maka
salah satu upaya untuk meningkatkan produksi paprika adalah melalui
intensifikasi lahan dan teknologi budidaya. Teknik budidaya sayuran di dalam
greenhouse merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi
pada kondisi lahan yang semakin sempit sebagai akibat dari konversi lahan
pertanian menjadi kawasan industri dan pemukiman. Keuntungan yang dapat
diperoleh dari teknik budidaya tanaman sayuran di dalam greenhouse antara
lain adalah pertumbuhan tanaman terkontrol, produksi tidak bergantung
musim, serta harga jual komoditi lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual
komoditi yang dibudidayakan secara tradisional di lahan terbuka. Peluang
pasar komoditas paprika baik di pasar global, regional, dan lokal perlu diraih
antara lain melalui program-program yang mendukung pengembangan
komoditi ini dari mulai pembudidayaannya di lahan petani, pengolahan
hasilnya menjadi berbagai produk agroindustri, dan pemasaran produk-
produk tersebut.
4.1.1. Persemaian
Sebelum ditanam, benih paprika harus disemai terlebih dahulu.
Penyemaian benih sebaiknya dilakukan di dalam rumah persemaian
yang terpisah dari rumah penanaman. Di dalam rumah persemaian
dibuat meja-meja dengan ukuran lebar dan tinggi masing-masing 1
meter dengan panjang disesuaikan dengan keadaan tempat. Menurut
Muchjidin Rachmat, dkk. (2006), pelaksanaan penyemaian benih
paprika adalah sebagai berikut:
4.1.1.1 Sterilisasi tempat persemaian
1. Tujuh hari sebelum semai, tempat dan meja persemaian
disemprot dengan formalin 3%,
2. Pada tiga hari sebelum semai, tempat dan meja persemaian
disemprot dengan fungisida Previcur (1ml/L),dan
3. Dua hari sebelum semai, baki persemaian, pinset, baki
plastik, dan hand sprayer direndam dalan air suam-suam
kuku selama 1 jam.
4.1.1.2 Media persemaian
1. Tiga hari sebelum semai, media persemaian (arang sekam)
dijenuhkan dengan larutan fungisida Previcur 1ml/L dan
ditutup menggunakan mulsa selama tiga hari,
2. Benih paprika direndam di dalam air suam-suam kuku
selama 30 menit lalu ditiriskan di atas bak plastik,
3. Setelah tiga hari media persemaian dimasukkan ke dalam
baki persemaian lalu dibasahi dengan air bersih
4. Pada media semai dibuat lubang semai dengan jarak 2 cm
tiap lubang untuk perkembangan benih dengan
menggunakan pinset.
5. Benih paprika yang sudah direndam dengan air hangat,
ditempatkan satu per satu pada setiap lubang semai sedalam
0,5 cm menggunakan pinset dengan bakal tunas (lembaga)
harus menghadap ke bawah
6. Benih dalam baki persemaian ditutup dengan menggunakan
kertas tisu. Kertas tisu disemprot dengan air bersih
menggunakan penyemprot tangan. Selanjutnya benih
disimpan dalam meja persemaian pada suhu 20°C-25°C
dengan kelembaban udara 70%-90%. Jika suhu panas, meja
persemaian terlalu tinggi dengan kelembaban udara rendah
maka lemari persemaian disemprot dengan air bersih.
Kelembaban kertas tisu dan media semai diperiksa setiap
hari jika kelembaban kurang maka media disemprot dengan
menggunakan air bersih
7. Pada umur 5-7 hari setelah semai (HSS), pada umumnya
benih telah berkecambah yang ditandai dengan tumbuhnya
tunas pada lembaga. Kertas tisu dibuka dan lampu pada
meja persemaian mulai dibuka
8. Pada umur 10-12 HSS setelah bibit tumbuh rata
(mempunyai dua helai daun), baki persemaian dikeluarkan
dari rak dan diletakkan di tempat terbuka. Bibit kemudian
dibiarkan beradaptasi dengan lingkungan selama 2-3 hari.
Penyiraman bibit dengan air bersih dilakukan dengan
menggunakan hand sprayer.
4.1.2. Persiapan Tanaman
Menurut T.K. Moekasan, dkk. (2008), media tanam untuk
tanaman paprika yang umum digunakan pada saat ini adalah arang
sekam. Wadah tanam paprika berupa polybag diameter 30 cm atau
berupa slab (bantalan) dengan panjang 0,8 m dan lebar 0,25 m. Pada
setiap slab dibuat dua lubang tanaman dengan jarak 30 cm, 40 cm atau
50 cm. Lantai greenhouse harus dilapisi mulsa plastik hitam perak.
Sebelum tanam perlu dilakukan sterilisasi lahan dengan tahapan
sebagai berikut :
1. Dinding greenhouse dicuci dengan air bersih menggunakan power
sprayer, selanjutnya disemprot dengan menggunakan desinfektan.
2. Atap plastik dicuci bersih dengan menggunakan air sabun.
3. Peralatan fertigasi (selang Polyetilene) direndam dalam larutan
HNO3 (1ml/L) selama 24 jam untuk membersihkan sisa-sisa
pupuk, selanjutnya dicuci bersih dengan menggunakan air sabun
dan dibilas air bersih.
4. Benang-benang atau tali plastik penyangga tanaman paprika yang
sudah lapuk harus diganti dengan yang baru.
4.1.3. Penanaman
T.K. Moekasan, dkk. (2008), menyebutkan bahwa sebelum
dilakukan penanaman, polybag atau slab diisi dengan arang sekam
kemudian diletakkan di dalam greenhouse dengan alas bata merah atau
batako. Sehari sebelum penanaman, dilakukan penjenuhan media
tanam dengan pupuk AB Mix pH 5,8 dan EC 2. Media tanam dibasahi
dengan larutan pupuk tersebut hingga merata. Penanaman dilakukan
pada sore hari sekitar pukul 17.00, karena pada saat itu suhu dalam
greenhouse sudah relatif rendah sehingga tanaman tidak layu.
Bibit paprika dapat dipindahkan untuk ditanam di greenhouse
setelah memiliki 5-8 helai daun atau sekitar enam minggu setelah
semai. Jarak antar polybag yang digunakan adalah 1,2 m x 0,5 m.
Selain menggunakan polybag dengan diameter 30 cm, penanaman
paprika dapat pula dilakukan di dalam slab dengan panjang 1 m dan
lebar 0,25 m dan di setiap slab dibuat lubang tanaman dengan jarak 50
cm. Masing-masing lubang tanaman ditanami dua tanaman paprika.
4.1.4. Pemeliharaan Tanaman
Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka tanaman paprika
perlu dipangkas (T.K. Moekasan, dkk. 2008). Pada umur tanaman
sekitar 1-3 minggu setelah tanam (MST), tanaman paprika biasanya
membentuk dua sampai tiga cabang. Pada titik ini dipilih dua
cabang/batang utama yang dipelihara dalam satu tanaman. Biasanya
tanaman dapat mencapai sampai 4 m tingginya sehingga diperlukan
tali untuk menyangga agar tanaman tetap tegak berdiri. Pemangkasan
tunas air atau sering disebut pewiwilan juga dilakukan. Pemangkasan
juga dimaksudkan untuk memperbaiki sirkulasi udara sekitar tanaman
dan membantu mengurangi serangan penyakit. Pemangkasan tunas air
dilakukan satu sampai dua minggu sekali tergantung keadaan tanaman.
Walaupun budidaya tanaman paprika sudah dilakukan di dalam
greenhouse yang menggunakan kasa pada tiap sisinya, hama dan
penyakit masih tetap ada dan menyerang tanaman paprika yang
tumbuh di dalamnya. Hama yang banyak menyerang tanaman paprika
adalah thrips. Pengendalian hama tersebut dapat dilakukan dengan
pemasangan perangkat lekat berwarna kuning atau biru. Jika serangan
hama tetap ada dapat dilakukan pengendalian secara mekanik, yaitu
dengan mengumpulkan serangga hama tersebut secara manual. Untuk
mencegah serangan penyakit, menjaga kebersihan kebun merupakan
salah satu faktor utama. Jika serangan hama dan penyakit tetap ada
baru dilakukan pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan
insektisida.
Menurut T.K. Moekasan, dkk. (2008), pemberian air dan pupuk
yang diberikan secara bersamaan disebut sistem fertigasi. Agar
perolehan hasil pertumbuhan tanaman optimal, fertigasi harus
difokuskan pada pemberian air dan pupuk yang dibutuhkan sesuai
dengan tahap perumbuhan tanaman. Fertigasi merupakan salah satu
faktor penting yang menentukan keberhasilan budidaya paprika.
Pada umumnya ada dua sistem fertigasi yang digunakan petani
paprika Indonesia, yaitu sistem fertigasi manual dan sistem fertigasi
tetes (drip fertigation system). Pada sistem fertigasi manual, pemberian
larutan pupuk dilakukan dengan cara menyalurkan larutan pupuk
tersebut ke dalam polybag satu per satu secara manual menggunakan
selang atau gayung. Pada sistem fertigasi tetes, pemberian larutan
pupuk secara otomatis disalurkan melalui pipa-pipa dan selang
Polyetilene dengan bantuan pompa air atau gaya gravitasi ke dalam
tiap polybag atau slab.
Di tingkat petani, frekuensi fertigasi dalam satu hari
disesuaikan dengan kondisi cuaca. Pada kondisi panas dan tidak ada
hujan, umumnya 4-5 kali dalam satu hari, sedangkan pada kondisi
hujan dan mendung sebanyak 3-4 kali.
Banyaknya volume fertigasi pada tanaman paprika tergantung
pada umur tanaman. Menurut T.K. Moekasan (2003), volume fertigasi
pada tanaman paprika pada fase vegetatif (1-< 6 MST) rata-rata adalah
sebanyak 600 ml/tanaman/hari. Pada fase berbunga dan mulai berbuah
(6-8 MST) volume fertigasi yang diberikan adalah sebanyak 900
ml/tanaman/hari, sedangkan fase pematangan buah sampai panen
adalah sebanyak 1.500 ml/tanaman/hari.
Dalam pengelolaan fertigasi, dua faktor yang perlu
diperhatikan adalah EC dan pH larutan fertigasi. EC atau Electro
Conductivity berarti penghantaran listrik di dalam suatu larutan. Nilai
EC merupakan indikator kepekatan hara dalam suatu larutan dan
satuan ukurannya mS/cm (atau mmho/cm). Nilai EC yang digunakan
untuk tanaman paprika tergantung pada tingkat pertumbuhan paprika
tersebut. Tanaman kecil yang relatif belum membutuhkan hara yang
banyak, biasanya diberi EC 1 dan mulai membesar diberi EC 1,2-1,5.
Bila lebih besar lagi diberi EC 1,8-2 atau lebih tinggi lagi. Untuk
tanaman paprika, sering ditingkatkan menjadi 2,5-3. Aturan umum
dalam pengelolaan tingkat garam terlarut di daerah perakaran adalah
EC keluar tidak boleh lebih daripada EC masuk. Apabila perbedaan
EC masuk dan EC keluar sudah melebihi 1, maka dilakukan pencucian
media tanam dengan menggunakan larutan nutrisi EC yang lebih
rendah misalnya dengan EC 1 atau 1,2 (Alberta, 2004 dikutip Nikardi
Gunadi, dkk. 2006).
pH adalah kadar keasaman dan garam alkali dalam air dan
terukur dalam skala 0 sampai 14. Makin rendah nilai pH menandakan
makin asam suatu larutan dan makin tinggi pH menandakan makin
basa atau alkali suatu larutan. Nilai pH normal suatu larutan adalah 7,
namun pH optimum untuk suatu larutan nutrisi agar dapat tersedia bagi
tanaman adalah 5,5 sampai 6.
Seperti tanaman lainnya, tanaman paprika juga memerlukan
unsur hara makro dan mikro untuk pertumbuhannya dan memberikan
hasil panen yang baik. Jumlah unsur hara yang diberikan pada
dasarnya harus berada dalam keadaan cukup dan seimbang agar tingkat
hasil tanaman yang diharapkan dapat tercapai. Pemberian nutrisi untuk
tanaman paprika yang direkomendasikan oleh Alberta (2004) dan
Morgan & Lennard (2000) yang dikutip Nikardi Gunadi, dkk. (2006).
Berikut ini rekomendasi pemberian nutrisi untuk tanaman paprika,
yang disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rekomendasi Pemberian Nutrisi untuk Tanaman Paprika


(Capsicum annuum L.)

Alberta Morgan & Lennard (2000)


(2004) Tanaman Tanaman Tanaman
Unsur Hara
semaian muda berbuah
(ppm) (ppm) (ppm) (ppm)
Nitrogen (N) 200 93 181 239
Fosfor (P) 55 15 58 81
Kalium (K) 318 96 217 349
Kalsium (Ca) 200 96 171 72
Magnesium (Mg) 55 12 48 81
Besi (Fe) 3 4,9 4,9 4,9
Mangan (Mn) 0,5 1,97 1,97 1,97
Kopper (Cu) 0,12 0,25 0,25 0,25
Molybdenum (Mo) 0,12 0,05 0,05 0,05
Seng (Zn) 0,2 0,25 0,25 0,25
Boron (B) 0,9 0,7 0,7 0,7

Pada saat ini, nutrisi untuk tanaman paprika sudah tersedia di


pasaran dalam bentuk paket yang terdiri dari dua campuran pupuk
yaitu A dan B sehingga sering disebut juga AB Mix. Campuran pupuk
ini terdiri atas dua bagian, yaitu pekatan A dan B. bagian A
mengandung unsur Ca, sedangkan bagian B mengundang unsur sulfat
dan fosfat. Oleh karena itu, bagian A dan B tidak boleh dicampur
dalam keadaan larutan pekat. Jika bagian A dan B dalam keadaan
larutan pekat dicampurkan, maka ketiga unsur tersebut akan
bersenyawa membentuk endapan, sehingga akan terjadi penyumbatan
pada saluran fertigasi. Di pasaran, pupuk untuk hidroponik dijual
dalam bentuk paket A dan B. Bobot masing-masing paket tersebut
untuk tiap merk dagang berbeda-beda. Namun pada umumnya satu
paket pupuk pekatan A dan B, masing-masing untuk diencerkan dalam
90 liter air, larutan ini disebut larutan pekat. Untuk mendapatkan
larutan nutrisi siap siram dari masing-masing larutan pekat tersebut
diambil 5 liter, selanjutnya diencerkan dengan 990 liter air (T.K.
Moekasan, 2003).

4.1.5. Panen dan Pasca Panen


Waktu panen tanaman paprika tergantung pada kondisi
pertanaman, biasanya tanaman paprika dapat dipanen mulai umur 2
sampai 2,5 bulan dengan buah paprika masih hijau. Paprika warna
hijau ini bila dibiarkan akan terus menjadi buah paprika yang berwarna
merah, kuning, orange, tergantung pada varietasnya.
Menurut Hadinata (2004), paprika hendaknya dipanen pada
pagi hari ketika suhu udara di dalam rumah kasa masih rendah dan
kelembaban udara masih cukup tinggi. Pada umumnya buah dipanen
ketika persentase warnanya sudah mencapai 80-90%. Pemanenan
hendaknya menggunakan pisau atau gunting tajam, yang sebelum
digunakan dicelupkan terlebih dahulu ke dalam larutan susu skim.
Pemotongan tangkai harus dilakukan secara hati-hati agar tangkai buah
tidak cacat, karena hal itu akan menurunkan kualitas buah. Kulit buah
paprika tidak boleh tergores oleh gunting, pisau atau benda lain.
Setelah itu buah diletakkan di dalam keranjang. Bekas potongan
tangkai buah diolesi dengan larutan fungisida untuk mencegah
masuknya penyakit. Setelah dipanen buah diletakkan di tempat yang
teduh sebelum dibawa ke tempat penanganan pascapanen.
Penanganan pascapanen paprika meliputi kegiatan sortasi,
grading, pencucian, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan.
Sortasi merupakan kegiatan untuk memisahkan buah cabai paprika
yang sehat dari buah paprika yang rusak (cacat) karena serangan hama
dan penyakit. Selain itu, sortasi juga diperlukan untuk memisahkan
buah cabai paprika berdasarkan keseragaman ukuran maupun tingkat
kerusakannya. Dari hasil sortasi tersebut kemudian dilakukan
pengelompokan buah paprika menjadi beberapa kelas mutu.
Pembersihan atau pencucian dapat dilakukan dengan
menggunakan Neutral Cleaner Brogdex. Setelah pencucian, buah
paprika dikeringkan menggunakan lap halus. Pengemasan paprika
dapat menggunakan keranjang bambu, karton, kantong jala atau
karung goni. Sebelum dimasukkan ke dalam kemasan, paprika
sebaiknya dikemas terlebih dahulu dalam kantong plastik Polyethylene
berukuran satu kilogram yang telah dilubangi. Jika paprika akan
dikirim ke tempat yang jauh sebaiknya menggunakan kendaraan
berpendingin (7°C-12°C) agar kesegaran buah tetap terjaga.

4.2 Distribusi dan Pemasaran Paprika (Capsicum annum L.)


Paprika merupakan komoditas yang memiliki potensi ekspor yang
cukup besar. Untuk dapat bersaing di pasar internasional mutu buah yang
dihasilkan harus memenuhi standar internasional, sehingga diperlukan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Paprika yang memuat alur proses
budidaya sejak on-farm sampai penanganan pascapanen (off-farm). Selain itu,
taktik pemasaran yang baik sangat menentukan laju perkembangan usaha
budidaya paprika. Taktik yang mampu mencapai tujuan dari pemasaran
secara efektif dan efisien merupakan langkah yang baik yang harus ditempuh
petani. Dengan berlandaskan strategi yang ada, maka taktiknya terdiri dari 4P
yakni, price, product, place, promotion seperti nilai apa yang ditawarkan ke
konsumen, spesifikasi produk, penentuan harga, strategi promosi dan jalur
distribusi yang tepat. Bagian yang tajam dari taktik instrumen pemasaran
adalah pesan (message) yang dikomukasikan langsung kepada calon pembeli
melalui berbagai unsur yang terdapat dalam program promosi.
Program promosi merupakan saluran komunikasi yang utama
terhadap calon pembeli. Melalui program tersebut akan membantu dalam
merencanakan program promosi yang efektif, jika kita tinjau dari teori
komunikasi dan tujuan penerapannya terhadap pengembangan strategi
promosi. Untuk menentukan cara terbaik menjual produk, keputusan pokok
adalah tentang sifat perpaduan promosi yang mungkin paling efektif. Metode
promosi yang dapat digunakan untuk membangun suatu program penjualan
efektif, seperti iklan, kewiraniagaan (personal selling), promosi konsumen
(hadiah, perlombaan, penawaran kombinasi), pameran dan eksibisi,
resiporitas, dan penawaran komperatitif. Apabila metode promosi yang
digunakan adalah iklan, maka dapat mempergunakan internet sebagai salah
satu pilihan alternatif. Menurut Laura Lake (2008), ada sepuluh langkah yang
harus ditempuh dalam melalukan promosi melalui internet (Top 10 Internet
Marketing Strategy) yakni:
1. Mulai dari rencana promosi dan strategi desain web yang efektif.
Efektif berarti membuat desain yang sesuai, serta memberikan
informasi yang bernilai tinggi bagi pengunjung,
2. Usahakan untuk dapat muncul di ranking 10 besar dalam pencarian di
mesin pencari (Google atau Yahoo), lewat teknik SEO,
3. Belajar menggunakan email marketing secara efektif,
4. Dominasi marketing niche lewat afiliasi, reseler dan program associate,
5. Konsultasikan dengan konsultan Internet marketing dengan meminta
analisa terhadap kanal-kanal marketing yang digunakan,
6. Bangun milis yang sesuai topik. Rawat milisnya agar tetap responsif
dan update,
7. Publikasikan artikel atau paling tidak terdaftar dalam media berita (baik
online maupun offline),
8. Tulis dan publikasikan press release online,
9. Fasilitasi dan jalankan kontes berhadiah via website dan,
10. Tulis blog serta berinteraksi dengan pengunjung.
Setelah melakukan kegiatan promosi melalui media internet, apabila
sudah ada kesepakatan antara produsen dan konsumen dapat melanjutkan
dengan kegiatan distribusi yang merupakan mata rantai pemasaran untuk
produk hasil pertanian yang mempunyai peranan yang besar dan erat sekali
kaitannya terutama sehubungan dengan penerimaan petani, yang dalam hal
ini ingin meningkatkan pendapatannya.
Di dalam distribusi hasil pertanian paprika dari produsen ke
konsumen terdapat beberapa jenis saluran distribusi yang bisa digunakan.
seperti menurut Dharmesta (2005), bahwa saluran distribusi dapat
dikelompokkan menjadi empat yakni:
1. Dari Produsen Konsumen
Ini merupakan saluran distribusi yang paling sederhana atau
singkat, karena penyaluran hasil pertanian langsung disalurkan oleh
produsen (dalam hal ini petani) langsung ke konsumen. Pada model ini,
distribusi dilakukan langsung ke konsumen tanpa melewati perantara
2. Dari Produsen  Pengecer  Konsumen
Untuk jenis saluran distribusi ini, produsen tidak melakukan
penjualan langsung pada konsumen, tetapi disini penyaluran barang dari
produsen akan memanfaatkan pengecer. Pengecer akan melakukan
pembelian langsung pada produsen, dan kemudian barang yang sudah
dibeli oleh pengecer akan dijual kembali pada konsumen.
3. Dari ProdusenPedagang BesarPengecer Konsumen
Pada jenis saluran distribusi ini, hampir sama dengan siklus kedua.
Akan tetapi, untuk jenis penyaluran ini, produsen hanya menjual
barangnya ke pedagang besar, kemudian dari pedagang besar barang
tersebut akan disalurkan kembali pada pengecer, dan terakhir barang yang
dibeli pengecer dari pedagang besar akan dijual kepada konsumen.
4. Dari ProdusenAgenPengecerKonsumen
Untuk jenis distribusi ini, produsen memiliki agen yang akan
menyalurkaan barang dari produsen kepada pengecer, kemudian pengecer
akan menyalurkan kembali barang tersebut pada konsumen.
Berdasarkan dari penjelasan tersebut, diketahui bahwa terdapat empat
jenis saluran distribusi dan setiap pemilihan salah satu jenis saluran distribusi
yang akan dipilih produsen dalam menyalurkan produknya akan
mempengaruhi produsen dalam penetapan harga. Hal ini terjadi karena makin
kompleks saluran distribusi yang diterapkan, maka akan semakin panjang
aliran penyaluran yang akan mengakibatkan biayanya semakin besar. Hal ini
dikarenakan setiap yang terlibat di dalam proses distribusi akan menaikkan
harga jual untuk mendapatkan keuntungan. Sehingga harga jual ke konsumen
akan menjadi semakin mahal. Berbeda jika saluran distribusinya langsung
dari produsen langsung ke konsumen maka harga jualnya akan menjadi lebih
murah.
Sistem pemasaran yang baik dan efisien juga sangat menentukan
dalam pemasaran suatu produk. Di samping itu, sistem pemasaran yang baik
juga dapat memberi kepuasan kepada semua pihak serta meningkatkan
produksi. Wilcox and Cochrane (1961), menyatakan bahwa terdapat tiga
proses dalam kegiatan pemasaran yakni:
1. Proses Pengumpulan (Concentration Process)
Dalam proses ini, hasil produk paprika dikumpulkan ke pedagang
bersama petani lainnya menjadi suatu jumlah yang besar untuk kemudian
produk tersebut disalurkan kepada pedagang-pedagang besar secara
efisien. Proses ini bertujuan untuk mengumpulkan produk paprika yang
tersebar dan dalam jumlah kecil menjadi jumlah besar.
2. Proses Pengimbangan (Equalization Process)
Proses ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara
penawaran (supply) dan permintaan (demand), berdasarkan waktu, jumlah,
dan kualitas. Untuk hasil pertanian paprika yang bersifat musiman, proses
ini sangat penting, agar tetap dapat dijaga keseimbangan jumlah
permintaan dengan jumlah penawaran. Banyaknya produk paprika yang
ditawarkan disesuaikan dengan permintaan, didasari oleh waktu, jumlah,
dan mutu produk tersebut.
3. Proses Penyebaran (Dispersion Process)
Proses penyebaran merupakan proses untuk menyebarkan atau
mendistribusikan produk paprika dalam unit-unit kecil kepada konsumen.
Produk paprika tersebut dialirkan dari pedagang besar ke pedagang
pengecer sampai ke konsumen akhir. Proses penyebaran ini dari sisi lain
merupakan bentuk tandingan dari proses pengumpulan. Makin banyak
produk paprika yang akan disebarkan maka makin banyak pula produk
paprika yang dikumpulkan. Jadi pada proses penyebaran ada proses
pengimbangan.
Setelah terselenggaranya proses promosi, distribusi, dan pemasaran
produk paprika, maka petani harus tetap menjaga kualitas dari produk
tersebut agar kepercayaan konsumen tidak beralih pada produsen lainnya.

4.3 Kendala Distribusi dan Pemasaran Paprika (Capsicum annum L.) serta
Cara Mengatasi Kendala Tersebut
Pengembangan pembudidayaan paprika merupakan suatu alternatif
bagi petani memngingat potensi distribusi dan pemasaran yang cukup besar.
Namun, dalam distribusi maupun pemasaran paprika terdapat beberapa hal
yang menghambat. Kendala-kendala tersebut harus segera diatasi demi
lancarnya proses distribusi dan pemasaran. Adapun hal-hal yang menjadi
faktor penghambat dalam distribusi dan marketing peprika adalah sebagai
berikut.
1. Hama
Tingginya serangan hama merupakan salah satu faktor penghambat
produksi paprika. Hama yang menyerang paprika misalnya kutu daun yang
menginfeksi jaringan tanaman yang masih lunak (pucuk tanaman dan daun
muda), lalat buah yang menyerang buah paprika, serta hama trips yang
menyerang daun dan buah paprika. Pengendalian hama pada paprika
umumnya dilakukan dengan menggunakan pestisida sintetis yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan karena menghasilkan residu yang
tidak mudah terurai. Untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan
oleh pestisida tersebut, diperlukan suatu alternatif penanganan masalah
hama yang tepat. Salah satunya adalah dengan mendayagunakan potensi
alam sekitar, yaitu dengan membuat pestida dari ekstrak tanaman tertentu.
Hal ini dapat dilakukan mengingat berbagai jenis tanaman memproduksi
senyawa kimia untuk melindungi dirinya dari serangan hama. Senyawa
yang dihasilkan tersebut diambil untuk dijadikan pestisida yang kemudian
digunakan untuk melindungi tanaman lain. Contoh tanaman yang dapat
digunakan yaitu tanaman gamal. Gamal khususnya pada daun
memproduksi metabolit sekunder seperti saponin dan tanin. Senyawa-
senyawa ini bekerja sebagai pestisida yang dapat mengendalikan hama.
Selain gamal, tumbuhan lain yang dapat diaplikasikan sebagai pestisida
alami misalnya daun pepaya dan daun sirsak.
2. Modal
Modal baik secara fisik maupun finansial merupakan masalah yang
sering menghambat dalam melakukan distribusi produk pertanian
khususnya paprika. Masalah modal dapat ditanggulangi dengan
melaksanakan penguatan modal usaha kelompok (PMUK) yang diberikan
dalam bentuk dana tunai yang dapat diterima atau dikelola langsung oleh
koperasi untuk usaha tani dengan pola PMUK yang wajib dikembalikan.
Komponen ini bersifat Penguatan Modal Koperasi dan wajib digulirkan di
dalam koperasi, dengan jangka waktu dan tingkat bunga sesuai dengan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32 Tahun 2006, yang
mempertimbangkan keuntungan dan keberlanjutan usaha tersebu (Ediana,
2010). Selain melalui PUMK, keterbatasan modal juga dapat diatasi
dengan penyediaan kredit usaha tani berbungan rendah seperti SP3 dan
KHM, penyusunan regulasi atau peraturan dan mekanisme penyediaan
kredit atau modal yang berpihak kepada petani, serta mengintensifkan
fasilitas untuk supply chain champion. Dengan diintensifkannya fasilitas
untuk supply chain champion, maka produk paprika yang sebelumnya
hanya mampu memenuhi pasar lokal akan mampu menjadi lebih
kompetitif di pasar internasional sehingga mampu dilakukan ekspor. Hal
tersebut menunjukkan bahwa masalah-masalah yang disebabkan oleh
sistem produksi lokal yang terpencar, skala usahan sempit dan belum
efisien, serta jumlah produksi terbatan sudah dapat diatasi (Ediana, 2009).
3. Pemasaran Berbasis Teknologi
Petani di Indonesia masih cenderung enggan untuk memanfaatkan
teknologi informasi. Padahal dengan meningkatnya arus globalisasi,
persaingan dalam hal promosi produk menjadi semakin pesat. Oleh karena
itu, diperlukan adanya pelatihan penerapan teknologi dalam distribusi dan
pemasaran sehingga petani dapat lebih mudah memasarkan produk paprika
dengan jangkauan pemasaran yang semakin luas. Selain itu dengan adanya
teknologi dapat mempermudah petani untuk mendapatkan informasi
tentang perilaku dan prefensi konsumen, mengetahui ketersediaan saprodi
(jumlah, jenis, harga, dan lokasi), membangun brand image melalui media
cetak dan elektronik, serta menciptakan champion yang dapat
memperlancar komunikasi dan informasi antar produsen dan pelaku usaha.
Manfaat penggunaan teknologi yang terpenting yaitu petani dapat
mengetahui harga pasar paprika, dengan begitu masalah fluktuasi harga
atau tidak adanya jaminan mengenai harga produk paprika dapat diatasi
sehingga kerugian dapat diminimalisir. Selain dengan memberikan
pelatihan, untuk mendukung pemasaran yang berbasis teknologi juga
diperlukan ketersediaan sarana dan prasarana sistem informasi. Sarana dan
prasarana tersebut dapat dipenuhi melalui bantuan pemerintah maupun
swadaya dari petani dengan mengintensifkan penggunaan modal.
Ditambah lagi, saat ini Departemen Pertanian melalui Program
Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) akan
mengembangkan jaringan informasi pertanian untuk pengelolaan dan
pemanfaatan informasi pertanian. Penguatan jaringan global merupakan
strategi pengelolaan sumber daya informasi yang sangat berkaitan dengan
unsur sumber daya teknologi. Sehingga pemenuhan sarana dan prasarana
teknologi bagi petani akan semakin dipermudah.
4. Daya Tahan
Paprika memiliki manfaat gizi yang sangat baik bagi tubuh, namun
paprika memiliki daya simpan yang cukup singkat jika disimpan dalam
terperatur lebih atau kurang dari 70C sampai 100C. Untuk memenuhi
kebutuhan pasar akan paprika, daya tahan produk selama proses
akomodasi dapat dijaga dengan menerapkan sistem pengawetan secara
alami. Hal ini dapat dilakukan dengan menyimpan paprika di tempat
bertemperatur rendah serta dengan membuat produk olahan paprika yang
lebih tahan lama. Selain disimpan di tempat bertemperatuir rendah, daya
tahan paprika juga dapat dijaga dengan menggunakan sistem
penghampaan udara sehingga daya simpannya dapat diperpanjang hingga
tiga minggu. Ataupun untuk pengangkutan yang tidak terlalu jauh, paprika
segar dapat dijaga daya tahannya dengan menggunakan tumbuhan di
lingkungan sekitar yang dapat bertindak sebagai pengawet. Senyawa
metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan selain sebagai obat
tradisional juga dapat digunakan sebagai antibakteri dan pengawet alami
(Hayati, 2010), misalnya pengawet alami dengan gel lidah buaya. Lidah
buaya berpotensi sebagai pengawet karena memiliki enzim oksidase yang
dapat bertindak sebagai antioksidan. Pada antioksidan, zat-zat pengawet
akan menekan reaksi yang terjadi pada saat pangan kontak dengan
oksigen, sinar panas, dan beberapa logam sehingga dapat mencegah
terjadinya kebusukan pada produk paprika.
5. Ketersediaan Tenaga Kerja
Keterbatasan penguasaan teknik budidaya yang hanya pada
komoditas tertentu saja, kurangnya orientasi agribisnis, kurangnya
penguasaan proses pengolahan pasca panen, dan ketidakmampuan
mengakses pasar merupakan beberapa masalah ketenagakerjaan yang
umum terjadi di Indonesia (Askari, 2010). Kurangnya ketersediaan tenaga
kerja terampil khususnya dalam pembudidayaan paprika dapat diatasi
dengan mengadakan pelatihan budidaya paprika. Mengingat Indonesia
termasuk negara dengan jumlah penduduk padat sehingga tenaga kerja di
Indonesia cenderung murah. Pelatihan tersebut dapat diisi dengan
memberikan teori maupun praktek langsung mengenai tata cara pemilihan
bibit, memilih media tanam yang sesuai, penanaman, perawatan, hingga
proses pemanenan dan distribusi atau bahkan dengan mengembangkan
olahan-olahan paprika dalam bentuk jadi sehingga produk yang dihasilkan
menjadi lebih bervariasi. Dengan dilakukannya hal tersebut, maka
ketersediaan tenaga kerja terampil akan semakin meningkat.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Salah satu alternatif dalam membudidayakan paprika di lahan sempit
adalah dengan menerapkan teknik budidaya greenhouse yang melalui
beberapa tahap yakni persemaian, persiapan penanaman, penanaman,
pemeliharaan tanaman, serta panen dan pascapanen.
5.1.2 Salah satu alternatif dalam promosi paprika adalah melalui media
internet yang kemudian dilanjutkan dengan distribusi paprika dari
produsen  konsumen, dari produsen  pengecer  konsumen, dari
produsen  pedagang besar  pengecer  konsumen, ataupun dari
produsen  agen  pengecer  konsumen. Untuk pemasaran paprika
terdiri dari tiga proses yaitu proses pengumpulan (concentration
process), proses pengimbangan (equalization process), proses
penyebaran (dispersion process).
5.1.3 Hal-hal yang menjadi faktor penghambat dalam distribusi dan
marketing peprika adalah hama, modal, pemasaran berbasis teknologi,
daya tahan, dan ketersediaan tenaga kerja.

5.2 Saran
5.2.1 Kepada pemerintah, agar dapat memberikan sumbangan berupa modal
untuk para petani yang membudidayakan paprika di lahan sempit.
5.2.2 Kepada masyarakat, khususnya para petani, agar dapat mencoba
membudidayakan paprika di lahan sempit, mengingat komoditi berupa
paprika memiliki prospek yang cerah.
5.2.3 Kepada ahli pertanian, agar dapat mengadakan penelitian lebih lanjut
mengenai pemanfaatan lahan sempit untuk budidaya paprika.
DAFTAR PUSTAKA

Askari, Al. 2010. Permasalahan Pertanian adalah Permasalah Hidup Mati.


http://wahyuaskari.wordpress.com/2010/08/10/forum-komunikasi-
mahasiswa-ilmu-tanah-indonesia-fokushimiti. [Diakses, 19 Januari 2012]
Bambang Cahyono. 2003. Cabai Paprika, Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha
Tani. Kanisius : Yogyakarta.
Dharmesta dan Irawan. 2005. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi Kedua,
Yogyakarta: Liberty.
Ediana, Wayan. 2009. Pengembangan Holtikultura Melalui Penerapan Supply
Chain
Management.http://semady.blogspot.com/2009/03/pengembanganhortikult
ura-melalui.html. [Diakses, 19 Januari 2012]
Ediana, Wayan. 2010. Fasilitasi Pengembangan Usaha Melalui Pengembangan
Tebu.http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/fasilitasi-pengembanganusaha-
melalui-pengembangan-tebu. [Diakses, 19 Januari 2012]
Faisal Sukma P. 2005. Laporan Praktek Kerja Lapangan Budidaya dan
Pemasaran Paprika (Capsicum annuum var grossum) Secara Hidroponik
Substrat dengan Sistem Irigasi Tetes. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas
Pertanian. Universitas Brawijaya : Malang.
Faisal Sukma P. 2010. Laporan Budidaya Paprika PT. Momenta Agrikultura.
Lembang.
Hadinata, T. 2004. Standar Mutu Paprika. Makalah disampaikan dalam Seminar
“Potensi dan Kendala Budidaya Tanaman Paprika di Rumah Plastik” oleh
Balai Penelitian Sayuran di Aula Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Lembang-Bandung, pada tanggal 18 Desember 2004.
Hayati, Elok Kamilah. 2010. Dibalik Mukzizat Tanaman Belimbing Wuluh
(Averrhoa Bilimbi Linn) Sebagai Pengawet Alami.
http://elokkamilah.wordpress. com/kimia-farmasi-dan-medisinal-
2/dibalikmukzizat-tanaman-belimbing-wuluh-averrhoa-bilimbi-linn-
sebagai-pengawet-alami. [Diakses, 19 Januari 2012]
Heru Prihmantoro dan Y. H. Indriani. 2000. Paprika Hidroponik dan Non
Hidroponik. PT. Penebar Swadaya : Jakarta.
Jamulya. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
http://andimanwno.files.wordpress.com/2010/10/nurmala-dewi-xi.pdf.
[Diakses, 19 Januari 2012]
Lake, Laura. 2008. Intergrated Marketing Communication (IMC). The New York
Times Company. 12 Mar. 2008.
Muchjidin Rachmat, Rusli Nyak H., Nikardi Gunadi, T.K. Moekasan, L.
Prabaningrum, Anas D. Susila, Yogawati D. Agustini, Enung Hartati S.,
Siregar Irma, Novia Yosrini, Popy Suryani S., Adityo Utomo, Dadan
Hidayat, Mimin Pakih, Pidio Leksmono, Wawan Suherman, Nono
Suryono, Andi Permadi, Asep Tisna, Citra, Suplihaz, Dedin. 2006.
Standar Prosedur Operasional (SPO) Paprika di Greenhouse.
Departemen Pertanian.
Nikardi Gunadi, T.K. Moekasan, L. Prabaningrum, H.de Putter, dan A. Everaarts.
2006. Budidaya Tanaman Paprika (Capsicum annum var. grossum) di
Dalam Rumah Plastik. Balitsa bekerjasama dengan APR, Wageningen
University and Research Center, The Netherlands. Lembang.
Prabaningrum, dkk. 2006. Standar Prosedur Operasional (SPO) Paprika di
Greenhouse. Departemen Pertanian.
Primantoro, Heru dan Yovita Hery Indriani. 1999. Paprika Hidroponik dan Non
Hidroponik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sumaatmadja. 1988. Perkebunan Kelapa Sawit dan Kondisi Sosial Ekonomi
Tenaga Kerja. Bandung : Alfabeta.
http://andimanwno.files.wordpress.com/2010/10/ nurmala-dewi-xi.pdf.
[Diakses, 19 Januari 2012]
T.K. Moekasan, L. Prabaningrum, N. Gunadi. 2008. Budidaya Paprika di Dalam
Rumah Kasa Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Balitsa : Lembang.
T.K. Moekasan. 2003. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem Semi
Hidroponik. Makalah yang disampaikan pada acara Temu Aplikasi Paket
Teknologi Pertanian yang diselenggarakan oleh BPTP Jakarta pada
tanggal 23 Desember 2003, di BPTP Jakarta.
Zulkarnain. 2009. Dasar-Dasar Hortikultura. Bumi Aksara : Jakarta.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ni Putu Eka Umarista Apriliani


Tempat Tanggal Lahir : Rendang, 16 April 1995
Alamat : Jalan Pudak No.1 Semarapura
Telp/HP : - / 081 916 359 932
Email : hoshi_sora@ymail.com
Status : Siswi SMAN 1Semarapura
Kelas : XI IPA 1
Alamat : Jln. Flamboyan No.63, Klungkung, Bali
Telp. (0366) 21508

Hasil Karya Tulis :


1. Budidaya Paprika (Capsicum annum L.) sebagai Primadona Pertanian di
Lahan Sempit (Kajian Pustaka/2012).
2. Implementasi Konsep Menyama Braya di Kalangan Remaja Hindu dalam
Upaya Meminimalisasi Konflik Adat di Bali (Kajian Pustaka/2011).
3. Pemanfaatan Daun Kacapiring dalam Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe
2 (Penelitian/2011).
4. Pemanfaatan Larutan Daun Gamal (Gliricidia sepium) Sebagai Pestisida
Alami Bagi Hama Kepik (Helopeltis sp.) (Suatu Studi Pendahuluan
Terhadap Hama Kepik pada Tanaman Jeruk di Perkebunan Mekar Sari,
Banjar Pundukaha Kelod, Desa Bunga Mekar, Kecamatan Nusa Penida,
Kabupaten Klungkung) (Penelitian/2011).
5. Revitalisasi Pengembangan Terapi Psikologi dalam Wisata Spiritual
Sebagai Bagian Dari Travel Medicine Pada Kepariwisataan Bali (Kajian
Pustaka/2012).

Penghargaan Akademis dan Ilmiah :


1. Finalis LKTI HMJ Kimia UNUD 2012
2. Finalis LKTI Scientific Atmosphere 2012 FK UNUD.
3. Juara harapan II Lomba Karya Tulis Ilmiah bagi siswa SMA Serangkaian
Peringatan Hari Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan di Jurusan
Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha.
4. Peserta LKTI bagi siswa SMA Avicena Competition 2011.
5. Semifinalis HMC (Hipocrates Medical Championship) 2012 Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.

Peserta
TTD
Ni Putu Eka Umarista Apriliani
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ida Bagus Ananda Bramana Putra


Tempat Tanggal Lahir : Klungkung, 19 November 1994
Alamat : Jalan Gunung Agung Gang 2 Lorong 1 No.1,
Klungkung
Telp/HP : (0366) 25208 / 085 737 464 667
Email : meme.bali@yahoo.com
Status : Siswa SMAN 1Semarapura
Kelas : XI IPB
Alamat : Jln. Flamboyan No.63, Klungkung, Bali
Telp. (0366) 21508

Hasil Karya Tulis :


1. Budidaya Paprika (Capsicum annum L.) sebagai Primadona Pertanian di
Lahan Sempit (Kajian Pustaka/2012).
2. Implementasi Konsep “Satsangga” dalam Pendidikan Seks bagi Remaja
Hindu di Bali (Kajian Pustaka/2011).
3. Kisah 1001 Malam ‘Ni Diah Tantri’ Inspirasi Ibu dalam Mengembangkan
Karakter Anak (Kajian Pustaka/2011).
4. Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia (SDM) Bali Melalui Jalur
Pendidikan (SMAN Bali Mandara) (Essay/2011).
5. Pengembangan Taman Usada Taru Pramana dalam Mewujudkan Bali
Travel Medicine Centre (Kajian Pustaka/2012).
6. Perlunya Konsentrasi Maksimal Pemerintah terhadap Peningkatan Mutu
Pendidikan di Klungkung (Essay/2011).
7. Permainan Tradisional sebagai Wahana Pendidikan Karakter yang
Menyenangkan (Kajian Pustaka/2011).
8. Revitalisasi Pasraman untuk Membangun Karakter Generasi Muda Bali
(Kajian Pustaka/2011).
9. Upaya Revitalisasi Peran Subak dalam Pelestarian Sumber Daya Air
(Studi Kasus : Subak Lepang, Pasedahan Toya Jinah, di Desa Lepang,
Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali) (Penelitian/2011).
10. YASRAM (Yayasan Kesejahteraan Masyarakat) Bali sebagai Benteng
Masyarakat Bali terhadap Serbuan Arus Urbanisasi (Kajian Pustaka/2012).

Penghargaan Akademis dan Ilmiah :


1. Finalis LKTI Scientific Atmosphere 2012 FK UNUD.
2. Juara 1 Jumbara PMR Tingkat Provinsi Bali 2011
3. Juara 1 LKTI “Kenakalan Remaja” Jurusan Bimbingan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Ganesha Singaraja 2011
4. Juara 1 LKTI Psikologi 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
5. Juara 1 LKTI Tingkat Nasional 2011 Stikes Advaita Medika Tabanan
6. Juara 1 Lomba Darma Wacana Putra tingkat SMA/SMK, Kabupaten
Klungkung.
7. Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah KNPI Provinsi Bali 2011
8. Juara 1 Olimpiade Agama Ke-5 Tahun 2010 Tingkat Kabupaten,
Universitas Mahendradata.
9. Juara 1 Olimpiade Agama Ke-6 Tahun 2011 Tingkat Kabupaten,
Universitas Mahendradata.
10. Juara 2 Lomba Mengarang Cerpen Bali Modern Tingkat SMA/SMK,
Mahasiswa untuk Putra se-Bali 2011 Serangkaian Pesta Kesenian Bali
XXXIII.
11. Peserta LKTI-L Geosphere Competition II 2011 Undiksha

Peserta
TTD
Ida Bagus Ananda Bramana Putra
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hendra Setiawan


Tempat Tanggal Lahir : Klungkung, 27 Oktober 1995
Alamat : Br. Papaan, Sampalan, Klungkung
Telp/HP : - / 085739219641
Email : h.setiawan9519@yahoo.co.id
Status : Siswa SMAN 1Semarapura
Kelas : XI IPA 1
Alamat : Jln. Flamboyan No.63, Klungkung, Bali
Telp. (0366) 21508

Hasil Karya Tulis :


1. Budidaya Paprika (Capsicum annum L.) sebagai Primadona Pertanian di
Lahan Sempit (Kajian Pustaka/2012).
2. Eksistensi Perpustakaan Keliling (Mobile Library) dalam Upaya
Meningkatkan Kualitas SDM Indonesia (Essay/2011).
3. Implementasi Konsep “Satsangga” dalam Pendidikan Seks bagi Remaja
Hindu di Bali (Kajian Pustaka/2011).
4. Kemandirian Berusaha, Sebuah Keterampilan Bagi Si Penganggur
(Essay/2011).
5. Kisah 1001 Malam ‘Ni Diah Tantri’ Inspirasi Ibu dalam Mengembangkan
Karakter Anak (Kajian Pustaka/2011).
6. Memformat Pendidikan Sekolah Menengah Atas Bernilai Plus
(Essay/2011).
7. Pemanfaatan Jamur Lapuk Putih (Phanerochaete Chrysosporium) dalam
Pengolahan Limbah Tekstil (Suatu Studi Pendahuluan terhadap Limbah
Pencelupan Benang di Banjar Grombong, Desa Sampalan, Kabupaten
Klungkung) (Penelitian/2011).
8. Pengembangan Taman Usada Taru Pramana dalam Mewujudkan Bali
Travel Medicine Centre (Kajian Pustaka/2012).
9. Pengembangan Taman Usada Taru Pramana dalam Mewujudkan Bali
Travel Medicine Centre (Kajian Pustaka/2011).
10. Perlunya Konsentrasi Maksimal Pemerintah terhadap Peningkatan Mutu
Pendidikan di Klungkung (Essay/2011).
11. Permainan Tradisional sebagai Wahana Pendidikan Karakter yang
Menyenangkan (Kajian Pustaka/2011).
12. Testimoni Melalui KDS (Kelompok Dukungan Sebaya), Hapuskan Sekat
Terhadap ODHA (Essay/2011).
13. Upaya Revitalisasi Peran Subak dalam Pelestarian Sumber Daya Air
(Studi Kasus : Subak Lepang, Pasedahan Toya Jinah, di Desa Lepang,
Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali) (Penelitian/2011).
14. YASRAM (Yayasan Kesejahteraan Masyarakat) Bali sebagai Benteng
Masyarakat Bali terhadap Serbuan Arus Urbanisasi (Kajian Pustaka/2012).

Penghargaan Akademis dan Ilmiah :


1. Finalis LKTI Scientific Atmosphere 2012 FK UNUD.
2. Juara 1 Esaai Ilmiah Populer SMA (Scientific Competition of Nursing
Udayana 2011).
3. Juara 1 Jumbara PMR Tingkat Provinsi Bali 2011.
4. Juara 1 LKTI “Kenakalan Remaja” Jurusan Bimbingan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Ganesha Singaraja 2011.
5. Juara 1 LKTI Tingkat Nasional 2011 Stikes Advaita Medika Tabanan.
6. Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah KNPI Provinsi Bali 2012
7. Juara 2 Lomba KKR (Kader Kesehatan Remaja) Tingkat Provinsi Bali
2011.
8. Peserta Gema Lomba Karya (GELORA) Essai Nasional 2011 Undiksha.
9. Peserta LKTI-L Geosphere Competition II 2011 Undiksha.
10. Peserta Lomba Mengarang (Essay) yang diselenggarakan oleh Bali Post.
11. Semifinalis HMC (Hipocrates Medical Championship) 2012 Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
Peserta
TTD
Hendra Setiawan

You might also like