Professional Documents
Culture Documents
)
SEBAGAI PRIMADONA
PERTANIAN DI LAHAN SEMPIT
OLEH:
SURAT KETERANGAN
421.7/289/SMAN 1 SMR/Dikpora
Guru Pembimbing,
Mengesahkan,
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang
berjudul “Budidaya Paprika (Capsicum annum L.) sebagai Primadona Pertanian di
Lahan Sempit”. Karya ilmiah ini disusun dalam rangka mengikuti LKTI (Lomba
Karya Tulis Ilmiah) Himagrotek Tingkat SMA/SMK dan Sederajat Se-Bali yang
diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Karya ilmiah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tepat pada waktunya
tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Drs. I Nyoman Mudjarta, selaku Kepala SMA Negeri 1 Semarapura atas
bantuan moral dan material yang diberikan.
2. Ni Wayan Rina Lestari S.Pd., selaku pembimbing ekstrakulikuler Karya
Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri 1 Semarapura atas bimbingan dalam
penyusunan karya tulis ini.
3. Kedua orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan dorongan.
4. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan karya tulis
ilmiah ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.
Semoga karya tulis ilmiah yang sederhana ini berguna bagi kita semua.
Penulis
“Budidaya Paprika (Capsicum annum L.)
sebagai Primadona Pertanian di Lahan Sempit”
ABSTRAKSI
Ni Putu Eka Umarista Apriliani, Ida Bagus Ananda Bramana Putra dan
Hendra Setiawan, 2011, 28 halaman
Kata Kunci : Pertanian Lahan Sempit, Paprika (Capsicum annum L.) dan
Greenhouse.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul................................................................................................ i
Abstrak .......................................................................................................... v
Daftar Gambar................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
Daftar Pustaka
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris yang sebagian penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani. Dalam perekonomian nasional sektor pertanian
mempunyai peranan yang sangat penting dimana sektor ini mempunyai
peranan yang strategis, yaitu sebagai penyedia lapangan kerja, meningkatkan
devisa negara dan juga meningkatkan pendapatan petani. Pada saat krisis
ekonomi melanda perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan salah
satu sektor yang bisa bertahan bahkan lebih banyak memberikan kontribusi
terhadap perekonomian Indonesia.
Namun, seiring dengan berkembangnya sektor-sektor nonpertanian
yang sedang menjamur dan perkembangan Indonesia sebagai negara modern,
menyebabkan pertanian dinomor duakan. Sektor-sektor nonpertanian
berkembang sangat pesat di berbagai provinsi di Indonesia yang
mengakibatkan tergesernya pertanian.
Salah satu daerah yang bisa diambil contoh yaitu Bali. Bali
merupakan tempat tujuan wisata utama di Indonesia, bahkan dunia. Keelokan
budaya dan alamnya berhasil menjadikan pariwisata sebagai salah satu alat
untuk menggerakkan roda pembangunannya. Konsekuensi adanya
pembangunan pariwisata, menyebabkan eksploitasi sumber daya alam yang
berlebihan sehingga Bali kehilangan jati dirinya. Alih fungsi lahan pertanian
untuk pembangunan infrastruktur di bidang pariwisata, dengan mengabaikan
peraturan-peraturan pemerintah tentang tata ruang menjadikan kondisi
lingkungan terabaikan. Kondisi itu membawa dampak pada dimensi
lingkungan hidup berupa kerusakan sumber daya alam yang sangat nyata.
Jumlah lahan pertanian di Bali pada saat ini semakin berkurang sehingga
jumlah produksi semakin menurun.
Namun, kondisi tersebut berbanding terbalik dengan jumlah
penduduk yang semakin bertambah. Jumlah penduduk yang semakin
bertambah menuntut tersedianya bahan pangan yang dapat memenuhi
kebutuhan penduduk untuk kelangsungan hidupnya. Di tengah problema
lahan pertanian yang semakin sempit dan kebutuhan pangan yang semakin
meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk, menuntut masyarakat
khususnya para petani untuk mampu memanfaatkan lahan sempit sebagai
lahan pertanian.
Selama ini komoditi yang dibudidayakan pada pertanian lahan sempit
adalah jamur. Mengingat kebutuhan pangan yang semakin meningkat, maka
diperlukan inventarisasi tanaman yang cocok ditanam di lahan sempit. Salah
satu bahan pangan yang menjadi kebutuhan penduduk dan dapat
dikembangkan di lahan sempit adalah sayuran. Kebutuhan pangan berupa
sayuran penting bagi penduduk karena menjadi salah satu penyedia gizi
berupa serat, vitamin, dan protein yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Paprika merupakan salah satu sayuran yang memiliki prospek yang
cerah. Walaupun bukan merupakan tanaman sayuran asli Indonesia,
perubahan gaya hidup dan pola konsumsi penduduk (khususnya perkotaan)
berupa menu sayuran berupa paprika menunjukkan peningkatan. Semakin
maraknya makanan Eropa seperti pizza dan salad di kota-kota besar
Indonesia, merupakan penyebab permintaan akan paprika semakin tinggi.
Hotel, restoran dan pasar swalayan pada gilirannya pun sangat membutuhkan
paprika. Ditambah lagi permintaan pasar ekspor yang tinggi, seperti
Singapura yang membutuhkan paprika paling sedikit 11 ton per minggu dan
baru terpenuhi sekitar separuhnya saja.
Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat,
budidaya paprika juga mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Peluang
pasar masih terbuka lebar karena masih kurangnya pasokan. Hal tersebut
merupakan faktor yang menunjukkan bahwa budidaya paprika merupakan
sebuah budidaya pertanian yang patut dikembangkan.
Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa budidaya paprika di lahan
sempit memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat pada umumnya dan
petani khusunya. Oleh karena itu, pada tulisan ini akan dikaji lagi cara
membudidayakan, distribusi dan pemasaran, serta cara mengatasi kendala
dalam upaya distribusi dan pemasaran paprika (Capsicum annum L.).
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah terkait dengan latar belakang di atas yaitu
sebagai berikut :
1. Bagaimana cara membudidayakan paprika (Capsicum annum L.)?
2. Bagaimana cara distribusi dan pemasaran paprika (Capsicum annum L.)?
3. Apa kendala dalam upaya distribusi dan pemasaran paprika (Capsicum
annum L.) serta cara mengatasi kendala tersebut?
3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam karya tulis ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mendiskripsikan cara membudidayakan paprika (Capsicum annum
L.).
2. Untuk mendiskripsikan cara distribusi dan pemasaran paprika (Capsicum
annum L.).
3. Untuk mendiskripsikan kendala dalam upaya distribusi dan pemasaran
paprika (Capsicum annum L.) serta cara mengatasi kendala tersebut.
4. Manfaat Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak antara lain sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah, memberikan sumbangan pemikiran mengenai cara
membudidayakan, distribusi dan pemasaran, serta cara mengatasi kendala
dalam upaya distribusi dan pemasaran paprika (Capsicum annum L.).
2. Bagi masyarakat, khususnya para petani, sebagai tambahan informasi
mengenai cara membudidayakan, distribusi dan pemasaran, serta cara
mengatasi kendala dalam upaya distribusi dan pemasaran paprika
(Capsicum annum L.).
3. Bagi penulis, dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman secara lebih mendalam dan komprehensif mengenai cara
membudidayakan, distribusi dan pemasaran, serta cara mengatasi kendala
dalam upaya distribusi dan pemasaran paprika (Capsicum annum L.).
BAB II
LANDASAN TEORI
METODE PENULISAN
Tabel 4.1 Kandungan Gizi Paprika (Capsicum annuum L.) Setiap 100
gram Buah Hijau Segar
4.3 Kendala Distribusi dan Pemasaran Paprika (Capsicum annum L.) serta
Cara Mengatasi Kendala Tersebut
Pengembangan pembudidayaan paprika merupakan suatu alternatif
bagi petani memngingat potensi distribusi dan pemasaran yang cukup besar.
Namun, dalam distribusi maupun pemasaran paprika terdapat beberapa hal
yang menghambat. Kendala-kendala tersebut harus segera diatasi demi
lancarnya proses distribusi dan pemasaran. Adapun hal-hal yang menjadi
faktor penghambat dalam distribusi dan marketing peprika adalah sebagai
berikut.
1. Hama
Tingginya serangan hama merupakan salah satu faktor penghambat
produksi paprika. Hama yang menyerang paprika misalnya kutu daun yang
menginfeksi jaringan tanaman yang masih lunak (pucuk tanaman dan daun
muda), lalat buah yang menyerang buah paprika, serta hama trips yang
menyerang daun dan buah paprika. Pengendalian hama pada paprika
umumnya dilakukan dengan menggunakan pestisida sintetis yang dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan karena menghasilkan residu yang
tidak mudah terurai. Untuk mengatasi dampak negatif yang ditimbulkan
oleh pestisida tersebut, diperlukan suatu alternatif penanganan masalah
hama yang tepat. Salah satunya adalah dengan mendayagunakan potensi
alam sekitar, yaitu dengan membuat pestida dari ekstrak tanaman tertentu.
Hal ini dapat dilakukan mengingat berbagai jenis tanaman memproduksi
senyawa kimia untuk melindungi dirinya dari serangan hama. Senyawa
yang dihasilkan tersebut diambil untuk dijadikan pestisida yang kemudian
digunakan untuk melindungi tanaman lain. Contoh tanaman yang dapat
digunakan yaitu tanaman gamal. Gamal khususnya pada daun
memproduksi metabolit sekunder seperti saponin dan tanin. Senyawa-
senyawa ini bekerja sebagai pestisida yang dapat mengendalikan hama.
Selain gamal, tumbuhan lain yang dapat diaplikasikan sebagai pestisida
alami misalnya daun pepaya dan daun sirsak.
2. Modal
Modal baik secara fisik maupun finansial merupakan masalah yang
sering menghambat dalam melakukan distribusi produk pertanian
khususnya paprika. Masalah modal dapat ditanggulangi dengan
melaksanakan penguatan modal usaha kelompok (PMUK) yang diberikan
dalam bentuk dana tunai yang dapat diterima atau dikelola langsung oleh
koperasi untuk usaha tani dengan pola PMUK yang wajib dikembalikan.
Komponen ini bersifat Penguatan Modal Koperasi dan wajib digulirkan di
dalam koperasi, dengan jangka waktu dan tingkat bunga sesuai dengan
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32 Tahun 2006, yang
mempertimbangkan keuntungan dan keberlanjutan usaha tersebu (Ediana,
2010). Selain melalui PUMK, keterbatasan modal juga dapat diatasi
dengan penyediaan kredit usaha tani berbungan rendah seperti SP3 dan
KHM, penyusunan regulasi atau peraturan dan mekanisme penyediaan
kredit atau modal yang berpihak kepada petani, serta mengintensifkan
fasilitas untuk supply chain champion. Dengan diintensifkannya fasilitas
untuk supply chain champion, maka produk paprika yang sebelumnya
hanya mampu memenuhi pasar lokal akan mampu menjadi lebih
kompetitif di pasar internasional sehingga mampu dilakukan ekspor. Hal
tersebut menunjukkan bahwa masalah-masalah yang disebabkan oleh
sistem produksi lokal yang terpencar, skala usahan sempit dan belum
efisien, serta jumlah produksi terbatan sudah dapat diatasi (Ediana, 2009).
3. Pemasaran Berbasis Teknologi
Petani di Indonesia masih cenderung enggan untuk memanfaatkan
teknologi informasi. Padahal dengan meningkatnya arus globalisasi,
persaingan dalam hal promosi produk menjadi semakin pesat. Oleh karena
itu, diperlukan adanya pelatihan penerapan teknologi dalam distribusi dan
pemasaran sehingga petani dapat lebih mudah memasarkan produk paprika
dengan jangkauan pemasaran yang semakin luas. Selain itu dengan adanya
teknologi dapat mempermudah petani untuk mendapatkan informasi
tentang perilaku dan prefensi konsumen, mengetahui ketersediaan saprodi
(jumlah, jenis, harga, dan lokasi), membangun brand image melalui media
cetak dan elektronik, serta menciptakan champion yang dapat
memperlancar komunikasi dan informasi antar produsen dan pelaku usaha.
Manfaat penggunaan teknologi yang terpenting yaitu petani dapat
mengetahui harga pasar paprika, dengan begitu masalah fluktuasi harga
atau tidak adanya jaminan mengenai harga produk paprika dapat diatasi
sehingga kerugian dapat diminimalisir. Selain dengan memberikan
pelatihan, untuk mendukung pemasaran yang berbasis teknologi juga
diperlukan ketersediaan sarana dan prasarana sistem informasi. Sarana dan
prasarana tersebut dapat dipenuhi melalui bantuan pemerintah maupun
swadaya dari petani dengan mengintensifkan penggunaan modal.
Ditambah lagi, saat ini Departemen Pertanian melalui Program
Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) akan
mengembangkan jaringan informasi pertanian untuk pengelolaan dan
pemanfaatan informasi pertanian. Penguatan jaringan global merupakan
strategi pengelolaan sumber daya informasi yang sangat berkaitan dengan
unsur sumber daya teknologi. Sehingga pemenuhan sarana dan prasarana
teknologi bagi petani akan semakin dipermudah.
4. Daya Tahan
Paprika memiliki manfaat gizi yang sangat baik bagi tubuh, namun
paprika memiliki daya simpan yang cukup singkat jika disimpan dalam
terperatur lebih atau kurang dari 70C sampai 100C. Untuk memenuhi
kebutuhan pasar akan paprika, daya tahan produk selama proses
akomodasi dapat dijaga dengan menerapkan sistem pengawetan secara
alami. Hal ini dapat dilakukan dengan menyimpan paprika di tempat
bertemperatur rendah serta dengan membuat produk olahan paprika yang
lebih tahan lama. Selain disimpan di tempat bertemperatuir rendah, daya
tahan paprika juga dapat dijaga dengan menggunakan sistem
penghampaan udara sehingga daya simpannya dapat diperpanjang hingga
tiga minggu. Ataupun untuk pengangkutan yang tidak terlalu jauh, paprika
segar dapat dijaga daya tahannya dengan menggunakan tumbuhan di
lingkungan sekitar yang dapat bertindak sebagai pengawet. Senyawa
metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan selain sebagai obat
tradisional juga dapat digunakan sebagai antibakteri dan pengawet alami
(Hayati, 2010), misalnya pengawet alami dengan gel lidah buaya. Lidah
buaya berpotensi sebagai pengawet karena memiliki enzim oksidase yang
dapat bertindak sebagai antioksidan. Pada antioksidan, zat-zat pengawet
akan menekan reaksi yang terjadi pada saat pangan kontak dengan
oksigen, sinar panas, dan beberapa logam sehingga dapat mencegah
terjadinya kebusukan pada produk paprika.
5. Ketersediaan Tenaga Kerja
Keterbatasan penguasaan teknik budidaya yang hanya pada
komoditas tertentu saja, kurangnya orientasi agribisnis, kurangnya
penguasaan proses pengolahan pasca panen, dan ketidakmampuan
mengakses pasar merupakan beberapa masalah ketenagakerjaan yang
umum terjadi di Indonesia (Askari, 2010). Kurangnya ketersediaan tenaga
kerja terampil khususnya dalam pembudidayaan paprika dapat diatasi
dengan mengadakan pelatihan budidaya paprika. Mengingat Indonesia
termasuk negara dengan jumlah penduduk padat sehingga tenaga kerja di
Indonesia cenderung murah. Pelatihan tersebut dapat diisi dengan
memberikan teori maupun praktek langsung mengenai tata cara pemilihan
bibit, memilih media tanam yang sesuai, penanaman, perawatan, hingga
proses pemanenan dan distribusi atau bahkan dengan mengembangkan
olahan-olahan paprika dalam bentuk jadi sehingga produk yang dihasilkan
menjadi lebih bervariasi. Dengan dilakukannya hal tersebut, maka
ketersediaan tenaga kerja terampil akan semakin meningkat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Salah satu alternatif dalam membudidayakan paprika di lahan sempit
adalah dengan menerapkan teknik budidaya greenhouse yang melalui
beberapa tahap yakni persemaian, persiapan penanaman, penanaman,
pemeliharaan tanaman, serta panen dan pascapanen.
5.1.2 Salah satu alternatif dalam promosi paprika adalah melalui media
internet yang kemudian dilanjutkan dengan distribusi paprika dari
produsen konsumen, dari produsen pengecer konsumen, dari
produsen pedagang besar pengecer konsumen, ataupun dari
produsen agen pengecer konsumen. Untuk pemasaran paprika
terdiri dari tiga proses yaitu proses pengumpulan (concentration
process), proses pengimbangan (equalization process), proses
penyebaran (dispersion process).
5.1.3 Hal-hal yang menjadi faktor penghambat dalam distribusi dan
marketing peprika adalah hama, modal, pemasaran berbasis teknologi,
daya tahan, dan ketersediaan tenaga kerja.
5.2 Saran
5.2.1 Kepada pemerintah, agar dapat memberikan sumbangan berupa modal
untuk para petani yang membudidayakan paprika di lahan sempit.
5.2.2 Kepada masyarakat, khususnya para petani, agar dapat mencoba
membudidayakan paprika di lahan sempit, mengingat komoditi berupa
paprika memiliki prospek yang cerah.
5.2.3 Kepada ahli pertanian, agar dapat mengadakan penelitian lebih lanjut
mengenai pemanfaatan lahan sempit untuk budidaya paprika.
DAFTAR PUSTAKA
Peserta
TTD
Ni Putu Eka Umarista Apriliani
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Peserta
TTD
Ida Bagus Ananda Bramana Putra
DAFTAR RIWAYAT HIDUP