You are on page 1of 19

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU TANAH


( PNU 1109 )

ACARA I
PENYIAPAN CONTOH TANAH

Oleh:
Razzaq Ghani Wicaksono
A1D018099
Rombongan : 05
PJ Asisten: Ardya Yunanda Pribadi

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tanah adalah gejala alam permukaan daratan, membentuk suatu mintakat

(zone) yang disebut pedosfer, tersusun atas massa galir (loose) berupa pecahan

dan lapukan batuan(rock) bercampur dengan bahan organik. Berlainan dengan

mineral, tumbuhan dan hewan, tanah bukan suatu wujud tedas (distinct). Tanah

merupakan lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat

tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan

menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan

penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-

unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara

biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam

penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi

tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah

untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat -

obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.

Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang ada di planet

bumi serta merupakan kunci kerberhasilan makhluk hidup. Tanah adalah lapisan

tipis kulit bumi dan terletak paling luar. Tanah merupakan hasil pelapukan atau

erosi batuan induk (anorganik) yang bercampur dengan bahan organik. Tanah

mengandung partikel batuan atau mineral, bahan organik ( senyawa organik dan
organisme ) air dan udara. Mineral merupakan unsur utama tanah. Pada umumnya

mineral terbentuk dari padatan anorganik dan mempunyai komposisi homogen.

Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan

yang berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang

berupa padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan,

selalu berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang

dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar matahari.

Untuk bidang pertanian, tanah merupakan media tumbuh tanaman. Media

yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu menyediakan kebutuhan

tanaman seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari bahan-bahan beracun

dengan konsentrasi yang berlebihan. Dengan demikian sifat-sifat fisik tanah

sangat penting untuk dipelajari agar dapat memberikan media tumbuh yang ideal

bagi tanaman.

B. TUJUAN

Tujuan dari praktikum ini adalah menyiapkan contoh tanah kering angin

atau udara dengan diameter 2 mm dan contoh tanah halus ( diameter 0.5 mm ),

yang digunakan untuk acara penetapan kadar air, derajat kerut tanah, dan contoh

pengenalan tanah dengan indera.


C. MANFAAT

Manfaat dari praktikum pengambilan contoh tanah adalah dapat mengambil

contoh tanah yang nantinya akan dipakai untuk mengamati kadar air, derajat kerut

tanah, dan contoh pengenalan tanah dengan indera.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah adalah benda alami yang terdapat di permukaan bumi yang tersusun

dari bahn-bahan mineral sebagai hasil pelapukkan batuan dan bahan organik

(pelapukkan sisa tumbuhan dan hewan), yang merupakan medium pertubuhan

tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor

alami, iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu

pembentukan (Saifudin,1986).

Tanah secara alami telah mengandung logam berat meskipun hanya sedikit.

Tanah pun memiliki kemampuan dalam menyerap logam berat yang berbeda

untuk tiap jenis tanah berdasarkan bahan induk penyusun tanah tersebut. Menurut

standar umum kadar Pb dan Cd yang boleh ada pada tanah adalah masing-masing

150 ppm dan 2 ppm namun untuk jenis tanah yang berasal dari batuan beku

(Charlena, 2004).

Kandungan unsur-unsur tersebut dalam tanah sangat bervariasi tergantung

sifat-sifat tanah seperti pH, tekstur tanah, komposisi mineral, aktivitas

mikroorganisme di dalamnya dan kelembaban. Ketersediaan Fe dalam tanah

berkisar antara (10.000 ~ 60.000) ppm atau (1 % ~ 6 %), Mn berkisar (100 ~

5.000) ppm, Zn berkisar (20 ~ 150) ppm, sedangkan Cu berkisar (2 ~ 60) ppm

(Lindsay, 1979).

Pengambilan contoh tanah sangat mempengaruhi tingkat kebenaran hasil

analisa di laboratorium. Metode atau pengambilan contoh tanah yang tepat sesuai
dengan jenis analisis yang akan dilakukan merupakan persyaratan yang perlu

diperhatikan (Hanafiah, 2004).

Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat

lubang dengan ukuran panjang, dan lebar serta kedalaman tertentu sesuai dengan

keadaan tanah yang diberlukan dalam kegiatan penelitian. Tanah merupakan tbuh

alam yang berbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya alam (natural

forses) terhadap pembentukan mineral, serta pembentukan dan pelapukan bahan-

bahan koloid. (Hakim,2007). Selain itu, profil tanah merupakan irisan vertikal

tanah dari lapisan paling atas hingga bebatuan induk tanah (regolit),yang biasanya

terdiri dari horison-horison O-A-E-B-C-R. Empat lapisan teratas yang masih

dipengaruhi cuaca disebut solum tanah, meskipun tanah terdiri dari beberapa

horison, namun bagi tetanaman yang sangat penting adalah horizon O-A (lapisan

atas) yang biasanya mempunyai ketebalan dibawah 30cm, bahkan bagi tanaman

berakar dangkal seperti padi, palawija dan sesayuran yang berperan adalah

kedalaman dibawah 20cm. (Lopulisa, 2004).

Suatu profil tanah terdiri dari horizon-horizon dengan warna beragam antara

horizon dan dalam satu horizon. Pada pemerian profil tanah, warna setiap horizon

itu haruslah diperi secara lengkap. Pemberian warna tanah juga perlu

memperhatikan hubungan antara pola warna dengan struktu tanah kesarangan

tanah. Agregat tanah yang disidik perlu di hancurkan untuk memastikan apakah

warna tanah tampak itu seragam diseluruh agregat. Buku Munsell Soil Color

Chart merupakan buku pedoman pemberian warna tanah yang dipublikasikan oleh

Badan Pertanian Amerika Serikat (USDA). (Poerwidodo, 1991)


III. METODE PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN

Alat yang diperlukan dalam praktikum penyiapan contoh tanah adalah;

mortir dan penumbuknya, saringan tambir untuk peranginan (2 mm dan 0,5 mm),

kantung plastik, spidol, label nama, dan Ring Sample.

Bahan yang diperlukan dalam praktikum penyiapan contoh tanah adalah

contoh tanah terganggu yang telah diambil dari lapang dan sudah dikeringkan

selama kurang lebih satu minggu.

B. PROSEDUR KERJA

Cara kerja praktikum penyiapan contoh tanah adalah sebagai berikut,

1. Contoh tanah yang sudah dikeringkan ditumbuk dalam mortir secara hati –

hati, kemudian diayak dengan saringan tambir berurutan dari ukuran 2 mm hingga

0,5 mm. Contoh tanah yang tertampung diatas saringan 0.5 mm adalah contoh

tanah berukuran 2 mm.

2. Contoh tanah yang diperoleh dimasukkan ke dalam kantung plastik dan

diberi label seperlunya.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

B. PEMBAHASAN

Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai

tempat tumbuh dan berkembangnya tumbuhan, secara kimiawi berfungsi sebagai

gudang hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsure-

unsur esensial seperti: N,P,K,Ca,Mg,S,Zn,Fe,Mn,B,Cl) dan secara biologi

(organisme) yang berperan aktif dalam perombakan dan penyediaan hara tersebut

dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman ketiganya secara

internal mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan

produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industry perkebunan

maupun kehutanan (Kemas A.H, 2007)

Tanah adalah benda alami yang terdapat di permukaan bumi yang tersusun

dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan organik

(pelapukan sisa tumbuhan dan hewan), yang merupakan medium pertubuhan

tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor

alami, iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu

pembentukkan. Sedangkan, lahan adalah kumpulan dari tanah yang lebarnya telah

ditentukan untuk mengusahakan pertumbuhan dari tanaman dengan maksud

ekonomi. (Saifudin. 1986).


Kandungan unsur-unsur tersebut dalam tanah sangat bervariasi tergantung

sifat-sifat tanah seperti pH, tekstur tanah, komposisi mineral, aktivitas

mikroorganisme di dalamnya dan kelembaban. Ketersediaan Fe dalam tanah

berkisar antara (10.000 ~ 60.000) ppm atau (1 % ~ 6 %), Mn berkisar (100 ~

5.000) ppm, Zn berkisar (20 ~ 150) ppm, sedangkan Cu berkisar (2 ~ 60) ppm

(Lindsay, 1979).

Pengambilan contoh tanah sangat mempengaruhi tingkat kebenaran hasil

analisa di laboratorium. Metode atau pengambilan contoh tanah yang tepat sesuai

dengan jenis analisis yang akan dilakukan merupakan persyaratan yang perlu

diperhatikan (Hanafiah, 2004).

Cara pengambilan contoh sampel tanah yang baik dan benar :

1. Sampel Sesaat (Grab Sample) : Sampel yng diambil secara langsung dari

badan tanah yang sedang dipantau. Sampel ini hanya

menggambarkan karakteristik tanah pada saat pengambilan sampel.

2. Sampel komposit (Composite sample) : Sampel campuran dari beberapa

waktu pengambilan. Pengambilan sampel komposit dapat dilakukan secara

manual ataupun secara otomatis dgn menggunakan peralatan yang dapat

mengambil air pada waktu-waktu tertentu. Pengambilan sampel scara otomatis

hanya dilakukan jika ingi mengetahui gambaran tentang karakteristik kualitas

tanah secara terus-menerus

3. Sampel gambungan tempat (integrated sample) : sampel gabungan yang

diambil secara terpisah dari beberpa tempat, dengan volume yang sama. Selain

itu ada juga satu metode yang biasa digunakan dalam pengammbilan sampel
penelitian yaitu: Automatic Sampling (Pengambilan Contoh Otomatis), Cara ini

dikembangkan untuk memenuhi program pengamatan kualias sampel secara

penyeluruh. Peralatan memerlukan bangunan khusus dengan penampungan dan

pemeliharaan yang baik alat mengambil contoh otomatis biasanya bekerja

dalam 24 jam (Lutfy,2006).

Menurut Arsyad (1979), Tanah halus merupakan tanah yang memiliki

diameter relatif kecil dan berukuran kecil, sifat utamanya adalah memiliki daya

serap air yang tinggi. Sedangkan tanah kasar adalah tanah yang memiliki diameter

relatif besar dan berukuran besar, sifat utamanya adalah memiliki daya serap air

yang rendah dan mudah terkena erosi. Tanah halus baik digunakan untuk

menumbuhkan tanaman karena mengandung unsur hara yang tinggi dan air yang

cukup, sedangkan tanah kasar tidak cocok untuk digunakan bercocok tanam

karena sifatnya yang tidak menyerap air dan sedikit unsur hara.

Menurut Foth H.D (1999), terdapat Faktor-faktor yang mempengaruhi

proses pembentukan tanah yaitu, bahan induk organisme, topografi, iklim, dan

waktu. Adanya beberapa tingkatan atau variasi faktor-faktor pembentuk tanah

maka untuk menentukan berbagai jenis tanah yang berbeda adalah amat besar.

Berikut adalah faktor – faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah :

1. Bahan induk

Keadaan alami bahan induk akan mempunyain pengaruh terputus pada sifat-

sifat tanah muda, mereka dapat memakai satu pengaruh yang mendalam dalam

perkembangan tanah termasuk tekstur, komposisi mineral dan tingkat stratifikasi.


Pembentukan tanah dapat di mulai segera setelah penimbunan abu vulkanik tetapi

harus menunggu penghancuran batu an keras secara fisik, dimana granit

dibuka. Penghancuran batuan dapat membatasi lajudan kedalaman perkembangan

tanah, dimana laju penghancuran melebihi laju pemindahan bahan oleh erosi.

2. Iklim

Pengaruh iklim yang penting mempengaruhi pembentukan tanah adalah

presipitasi dan temperature. Iklim juga mempengaruhi pembantukan tanah secara

tidak langsung yang menentukan vegetasi alami. Tidaklah terlalu mengejutkan

bahwa terdapat beberapa penyebaran iklim, vegetasi dan tanah yang pararel di

permukaan bumi. Setiap kenaikan 10°c akan menaikkan laju reaksi kimia dua

sampai tiga kali. Meningkatnya pelapukan dan kandungan liat terjadi dengan

meningkatnya rata-rata temperature tanah. Rupanya hanya tanah-tanah yang

sangat muda mempunyai tingkatan pengaruh iklim yang konstan selama genesa

tanah.

3. Organisme

Tanaman mengabsobsi unsure hara dari tanah dan mengangkut nutrient ke

tajuk tanaman, bila tajuk mati dan jatuh kepermukaan tanah perombakan bahan

organik akan melepaskan unsure hara untuk kesuburan dirinya sendiri. Profil

tanah rumput mengandung lebih banyak bahan organic terdistribusi lebih uniform

di dalam tanah daripada tanah hutan. Tanah dengan vegetasi hutan kira-kira

separuh dari kadungan bahan organik dan terdistribusi tidak merata dengan

tingkat perkembangan profil tanah lebih sempurna. Horizon-horizon pada solum


lebih asam dan persentase jenuh basa yang rendah dan lebih banyak liat yang akan

dipindahkan dari horizon A ke horizon B.

4. Topografi

Topografi mengubah perkembangan profil tanah dalam tiga cara, yaitu :

a. Mempengaruhi jumlah presipitasi yang di absorpsi dan di tahan dalam

tanah, sehingga mempengarui kelembaban

b. Mempengaruhi kecepatan perpindahan tanah oleh erosi

c. Mengarahkan gerakan bahan-bahan dalam suspense atau larutan dari

daerah yang satu ke daerah yang lain.

5. Waktu

Tanah sebagai hasil evolusi berubah secara tetap seperti perubahan bentuk

bui. Mereka mempunyai siklus hidup dengan keadaan yang sama dimana bentuk

muka bumi lambat laun menembus suatu siklus. Siklus hidup tanah teristimewa

termasuk bahan induk, tanah muda, tanah matang dan tanah tua. Pada tanah-tanah

muda, kandungan bahan organik meningkat dengan cepat sebab laju pertambahan

melebihi laju dekomposisi.

Kematangan dicirikan oleh kandungan bahan organic yang konstan sebagai

penambah di imbangi oleh yang hilanh. Unsur yang tua dicirikan oleh

kandungan bahan organik yang rendah dan menurun yang menunjukkan bahwa

laju pertambahan susut dari tanah menjadi lebih mudah dilapukkan.

Terdapat 5 macam contoh tanah dari tanah yang paling muda yaitu Entisol,

Inceptisol, Andosol, Vertisol, dan Ultisol. Masing-masing tanah tersebut

mempunyai karakteristik dan sifat tanah masing-masing :


1. Tanah Andisol adalah tanah yang berkembang dari bahan vulkanik seperti

abu vulkanik, batu apung, silinder, lava dan sebagainya, dan atau bahan volkanik

lastik yang fraksi koloidnya didominasi oleh mineral “short range order” (alofan,

imogolit, ferihidrit) atau kompleks Al-humus. Dalam keadaan lingkungan

tertentu, pelapukan alumino silikat primer dalam bahan induk non-vulkanik dapat

menghasilkan mineral “short range order”, sebagian tanah seperti ini yang

termasuk dalam Andisol (Hardjowigeno, 1993).

2. Tanah Ultisol adalah tanah-tanah yang terbentuk di daerah yang lembap.

Mengingat beberapa kendala dari tanah Ultisol, baik ditinjau dari segi fisik, kimia,

maupun biologinya, maka tanah ini sebaiknya tidak digunakan untuk pertanian

tanaman pangan terlalu intensif, dalam arti jangan ditanami tanaman semusim

sepanjang tahun, tetapi perlu diselingi dengan tanaman pupuk hijau, serta lebih

ditingkatkan penggunaan dan penanaman berbagai jenis tanaman leguminosa.

Ultisol diperkirakan meliputi sekitar 8% dari lahan-lahan di dunia. Tanah Ultisol

mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dicirikan oleh penampang

tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring denga kedalaman tanah, reaksi

tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini mempunyai

potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin

kandungan hara terutama P dan kationkation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na,

dan K, kadar Al tinggi, kapasitas tukar kation rendah, dan peka terhadap erosi

(Subowo et al, 1990).

3. Tanah Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) yang

perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang dan masih
banyak menyerupai sifat bahan induknya (Hardjowigeno,1993). tanah yang dapat

memiliki epipedon okhrik dan horison albik seperti yang dimiliki tanah entisol

juga yang menpunyai beberapa sifat penciri lain ( misalnya horison kambik) tetapi

belum memenuhi syarat bagi ordo tanah yang lain.Inceptisol mempunyai

karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari

setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut – turut dalam musim – musim

kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain

karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa

mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke dalam tanah

tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol

sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir

di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutup sampai tropika.

(Darmawijaya, 1990)

4. Tanah Entisol merupakan tanah yang baru berkembang. Walaupun demikian

tanah ini tidak hanya berupa bahan asal atau bahan induk tanah saja tetapi harus

sudah terjadi proses pembentukan tanah yang menghasilkan epipedon okhrik.

Banyak tanah Entisol yang digunakan untuk usaha pertanian misalnya di daerah

endapan sungai atau daerah rawa-rawa pantai. Padi sawah banyak ditanam di

daerah-daerah Aluvial ini (Hardjowigeno, 1993)

5. Tanah vertisol adalah jenis tanah mineral yang mempunyai warna abu

kehitaman, bertekstur liat dengan kandungan lempung lebih dari 30% pada

horizon permukaan sampai kedalaman 50 cm yang didominasi jenis lempung

montmorillonit sehingga dapat mengembang dan mengerut. Pada musim kering


tanah ini membentuk retakan yang dalam dan lebar, sehingga sejumlah bahan

yang ada di lapisan atas tanah dapat runtuh masuk ke dalam retakan, akan

menimbulkan pembalikan sebagian massa tanah (invert). Jenis tanah ini dahulu

dikenal dengan nama grumusol yang diusulkan oleh Oakes dan Y. Thorp (1950),

berasal dari istilah gromus (gumpal keras) karena dapat membentuk gumpalan

besar dan keras pada musim kering. Nama-nama lain untuk jenis tanah ini antara

lain tanah margalite (Indonesia), regur (India), black cotton soils (USA), vlei soil

(Afrika Selatan) dan gilgai (Australia).Tanah vertisol memiliki kapasitas tukar

kation yang tinggi. Tingginya kapasitas tukar kation ini disebabkan oleh tingginya

kandungan liat yang terbungkus mineral Montmorillonit dengan muatan tetap

yang tinggi. Kandungan bahan organik sungguhpun tidak selalu harus tinggi

mempunyai kapasitas tukar kation yang sangat tinggi. Kation-kation dapat tukar

yang dominan adalah Ca dan Mg dan pengaruhnya satu sama lain sangat berkaitan

dengan asal tanah (Lopulisa, 2004).

Pengambilan contoh tanah sangat mempengaruhi tingkat kebenaran hasil

analisa di laboratorium. Metode atau pengambilan contoh tanah yang tepat sesuai

dengan jenis analisis yang akan dilakukan merupakan persyaratan yang perlu

diperhatikan (Hanafiah, 2004).

Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program

uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk

mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai

petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan

menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang
diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan

cara benar. Oleh karena itu pengambilan sampel tanah merupakan tahapan

terpenting di dalam program uji tanah.

Sampel tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum

tanam namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan

tanah saat pengambilan sampel tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi

kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup

untuk pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya

diambil pada kondisi basah.

Hal- hal yang perlu diperhatikan :

1. Jangan mengambil contoh tanah dari galengan, selokan, bibir teras, tanah

tererosi sekitar rumah dan jalan, bekas pembakaran sampah/ sisa tanaman/ jerami,

bekas penimbunan pupuk, kapur dan bahan organic, dan bekas penggembalaan

ternak.

2. Permukaan tanah yang akan diambil contohnya harus bersih dari rumput-

rumputan, sisa tanaman, bahan organic / serasah, dan batu- batuan atau kerikil.

3. Alat- alat yang digunakan bersih dari kotoran- kotoran dan tidak berkarat.

Kantong plastik yang digunakan sebaiknya masih baru, belum pernah dipakai

untuk keperluan lain.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program

uji tanah. Ada tiga macam cara pengambilan contoh tanah, yaitu : contoh tanah

utuh (undisturbed soil sample); contoh tanah tidak utuh/terganggu (disturbed soil

sample); contoh tanah dengan agregat utuh (undisturbed soil agregat).

Pengambilan contoh tanah yang diuji dan diamati adalah tanah Andisol, Ultisol,

Vertisol, Inseptisol dan Entisol.

B. SARAN

Saran yang dapat saya berikan dalam praktikum acara I mengenai

Pengamatan Profil tanah adalah :

1. Sebaiknya praktikum acara I dilakukan agar praktikan dapat memahami cara

kerja pengambilan contoh tanah yang sistematis.

2. Sebaiknya laboratorium lebih terang karena untuk melihat sampel tanah

kadang keliru jika tanpa ada label keterangan di kemasan contoh tanah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad,S. 1979. Konservasi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas

Pertanian.IPB.Bogor.

Baldwil, M., C. E. Kellog, and J. Thorp, 1938. Soil Classifications. In

Soil and Men, Yearbook of Agriculture pp.979 -1001. USDA . US Govt. Printing

Office, Washington.

Darmawijaya, Isa M. 1990. Klasifikasi Tanah. UGM Press.

Yogyakarta.

Foth, Henry D. 1986. Fundamental of Soil Science. Universitas

Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Hakim, Nurhajati. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas

Lampung Press. Lampung

Hanafiah, Kemas A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Pt. Raja

Grafindo Persada : Jakarta

Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama. Sarana

Perkasa. Jakarta.

Lopulisa. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT.Rajagara Findo

Persada. Jakarta.

Purwowidodo. 1991. Ganesha Tanah. Rajawali. Jakarta.


Rayes, Lutfy. 2006. Deskripsi Profil Tanah Di Lapangan. Jurnal

Pertanian.Vol :1 Hal : 82

Sarief, E. Saifudin. 1993. Ilmu Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka

Buana.
LAMPIRAN

Contoh tanah Ultisol ukuran 0,5 mm

Contoh tanah Ultisol ukuran 2,0 mm

You might also like