You are on page 1of 14

ACARA 1

SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK PADA


TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogeae)

I. TUJUAN
1. Mengetahui dampak salinitas pada tanaman kacang tanah (Arachis
hypogeae)
2. Mengetahui tanggapan tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae) terhadap
tingkat salinitas yang berbeda.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.


Faktor internal tanaman berupa gen, enzim, dan hormon, sedangkan faktor
eksternal berupa tanah, nutrisi, air, cahaya matahari, suhu, kelembapan, dan iklim.
Namun diantara berbagai faktor tersebut faktor eksternal tanah sangat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Tanah digunakan sebagai media tumbuh
tanaman yang menyediakan berbagai jenis nutrisi yang dibutuhkan tanaman.
(Remmert, 1980). Apabila unsur-unsur dalam tanah yang dibutuhkan tanaman
tidak tercukupi maka pertumbuhan tanaman akan terganggu. Hal ini biasanya
terjadi ketika tanah tersebut dalam keadaan salin. Tanah dapat dikatakan salin
apabila jumlah garam yang terlarut dalam air tanah cukup banyak sehingga
pertumbuhan tanaman terganggu. Tanah menjadi salin karena faktor alam dan
juga akibat aktifitas manusia. Tanah salin karena faktor alam disebabkan oleh
bahan induk pembentuk tanah yang mengandung deposit garam, adanya
akumulasi garam dari saluran irigasi yang bercampur dengan air laut, ataupun
karena tingkat penguapan tanah melebihi tingkat curah hujan (Kristiono dkk,
2013).
Tanah yang salin umumnya disebabkan oleh akumulasi ion klorida, sulfat,
dan bikarbonat dari natrium, kalsium dan magnesium. Tanah salin menyebabkan
persediaan nitrogen (N), fosfor (P), mangan (Mg), seng (Zn), besi (Fe) dan
tembaga (Cu) dalam tanah berkurang. Tanah salin juga memiliki tekanan osmotic
yang tinggi, pergerakan air yang cenderung lambat dengan aktivitas mikroba yang
sangat rendah diakibatkan suhu tanah dan kondisi tanah yang tidak sesuai untuk
pertumbuhan mikroba (Suliasih dan Widawati, 2016).
Tanah yang salin apabila ditanami dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman terutama pada proses perkecambahan karena penyerapan air tanaman
terganggu dan bibit tanaman menyerap ion beracun. Namun pada umumnya fase
perkecambahan tanaman lebih tahan terhadap cekaman salinitas dibandingkan
fase pertumbuhan dan perkembangannya. Tanah salin menyebabkan pertumbuhan
tanaman terganggu sehingga produktivitas tanaman menurun karena fungsi
jaringan dan organ tanaman tidak berjalan normal. Tanah salin mempengaruhi
hampir semua jenis tanaman, terutama tanaman pertanian dan hortikultura
(Kusumiyati dkk, 2017).
Konsentrasi garam (NaCl) yang tinggi pada tanah dapat mempengaruhi
pertumbuhan tunas dan akar tanaman. Akan tetapi pengaruh garam lebih jelas
terlihat pada pertumbuhan pucuk dan panjang akar tanaman. Cekaman salinitas
menyebabkan sel-sel meristem akar sensitif di saat pertumbuhan akar aktif. Ketika
konsentrasi garam (NaCl) di tanah tinggi struktur tanah rusak dan timbul tekanan
osmosis sehingga penyerapan air dan zat hara akan terganggu dan cenderung
berkurang. Kekurangan air menyebabkan proses fotosintesis tanaman terganggu
dan produktivitas tanaman menurun (Suliasih dan Widawati, 2016).
Tanaman yang stress akibat cekaman salinitas menunjukkan gejala
pertumbuhan yang terganggu secara perlahan. Tanaman yang stress
pertumbuhannya akan tidak normal dan ujung daunnya akan mengering dan
mengalami klorosis. Hal ini dikarenakan tanaman kekurangan air karena
konsentrasi garam terlarut pada tanah cukup tinggi. Tanaman yang tumbuh
ditanah yang salin mengalami masalah dalam memperoleh air tanah yang
potensilnya negatif serta harus mengatasi konsentrasi ion natrium dan ion klorida
yang dapat menyebabkan keracunan (Staples and Toenniessen, 1984).
Cekaman salinitas dapat mempengaruhi tekanan osmosis tanaman, serapan
hara, dan dapat meracuni tanaman. Hal ini terjadi karena salinitas mempengaruhi
sifat fisika dan kimia tanah. Tanah yang salin mengandung banyak ion natrium
(𝑁𝑎+ ) dan ion klorida sehingga menurunkan unsur-unsur lainnya seperti kalsium,
magnesium, dan kalium, dan fosfor. Meningkatnya ion klorin ini menyebabkan

kandungan (𝑁𝑜3 ) dalam tajuk berkurang. Pengaruh cekaman salinitas terhadap
tanaman tergantung pada fase pertumbuhan, varietas tanaman, konsentrai garam
dalam tanah atau tingkat salinitas serta lama interaksi. (Staples and Toenniessen,
1984).
Tanaman mempunyai respon yang berbeda terhadap pengaruh salinitas.
Tanaman yang toleran terhadap cekaman salinitas umumnya tingkat kesalinan
lingkungannya rendah sampai sedang. Tanaman yang toleran menyesuaikan diri
dengan merubah struktur morfologi, fisiologi dan proses biokimianya, sedangkan
tanaman yang menghindar dari cekaman salinitas merubah struktur fisiologi
akarnya guna meminimalkan serapan air yang konsentrasi garamnya tinggi
(Kristiono dkk, 2013).
Gejala keracunan ditandai dengan pertumbuhan kerdil pada tanaman,
ukuran daun kecil dengan warna daun lebih hijau dari normalnya. Cekaman
salinitas menyebabkan daun tanaman mudah gugur dan daun menjadi kuning serta
tepi daun mengering, ujung akar berwarna cokelat dan sistem perakaran
terhambat. Pada bagian buah, cekaman salinitas menyebabkan ukuran buah
mengecil dan jumlah polong lebih sedikit seta bulir yang kosong dibandingkan
dengan tanaman yang tumbuh normal. Pada daun tua cekaman salinitas
menyebabkan nekrosis akibat dari akumulasi ion natrium (Kristiono dkk, 2013).
III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum Dasar-dasar Ekologi Acara I yang berjudul Salinitas Sebagai


Faktor Pembatas Abiotik Pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis Hypogeae).
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dampak salinitas terhadap
pertumbuhan tanaman kacang tanah serta mengetahui dampak tanggapan tanaman
kacang tanah terhadap perbedaan tingkat salinitas. Praktikum dilaksanakan pada
tanggal 28 Februari 2019 pukul 13:30 – 16.00 WIB. Praktikum ini dilakukan di
rumah kaca dan Laboratorium Manajemen Produksi Tanaman, Sub Laboratorium
Ekologi Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan analitik,
gelas ukur, erlenmeyer, alat pengaduk, peralatan tanam, kertas label, polybag, dan
penggaris. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
benih pada tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea), NaCl teknis, air, dan
pupuk kandang. NaCl teknis digunakan untuk membuat larutan NaCl 4000 ppm
dan 8000 ppm.
Langkah pertama yang dilakukan adalah diisi sembilan polybag dengan tanah
seberat 3 kg. Lalu dipilih biji yang baik dan sehat yang akan ditanam di polybag.
Biji yang baik dan sehat dapat ditentukan dengan cara direndam di dalam air.
Apabila biji itu terapung maka biji tersebut tergolong biji yang tidak layak tanam
karena kemampuan menyerap air yang rendah. Setiap polybag diisi 5 benih
tanaman kacang tanah yang ditanam pada tiga polybag dengan kedalaman tanam
tidak terlalu dalam. Polybag diberi label sesuai perlakuan yang akan dilakukan (0
ppm, 4000 ppm dan 8000 ppm). Polybag cadangan diperlukan jika benih di
polybag utama tidak tumbuh sehingga dapat disulam dengan benih tersebut.
Setelah ditanam, benih dikecambahkan selama satu minggu dan rutin disiram
setiap harinya dengan air biasa. Setelah satu minggu, bibit dijarangkan sehingga
setiap polybag hanya berisi dua tanaman yang mempunyai tinggi yang homogen.
Kemudian dibuat larutan NaCl dari NaCl teknis yang telah disiapkan. Larutan
NaCl 4000 ppm didapatkan dari pelarutan 4 gram NaCl teknis ke dalam 1 liter air,
begitu pula dengan larutan NaCl 8000 ppm yang didapatkan dari pelarutan 8 gram
NaCl teknis ke dalam 1 liter air.
Bibit yang telah dijarangkan disiram dengan larutan NaCl sesuai dengan
perlakuan yakni 0 ppm (air), 4000 ppm, dan 8000 ppm. Penyiraman bibit
dilakukan setiap dua hari sekali selama 21 hari setelah masa penjarangan disertai
dengan proses pengamatan. Proses pengamatan tanaman meliputi tinggi tanaman
dan jumlah daun. Sedangkan untuk berat segar, panjang akar, berat kering, dan
luas daun dapat dilakukan setelah 21 hari saat tanaman dipanen. Bobot kering
tanaman didapatkan setelah tanaman dikeringkan di dalam oven selama kurang
lebih 3 hari setelah dimasukkan ke dalam oven.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Tinggi Tanaman

Tinggi Tanaman hari ke-


Komoditas Perlakuan
7 9 11 13 15 17 19 21
0ppm 4.14 6.83 9.36 11.72 13.48 15.73 17.53 19.17
Kacang
4000ppm 3.74 7.07 9.37 10.83 12.30 14.23 15.03 15.84
Tanah
8000ppm 3.58 6.48 7.84 9.25 9.85 9.99 10.49 11.31

Tabel 1.2 Jumlah Daun Tanaman

Jumlah Daun hari ke-


Komoditas Perlakuan
7 9 11 13 15 17 19 21
0ppm 2 3 5 7 8 9 9 10
Kacang Tanah 4000ppm 2 3 4 5 6 7 8 8
8000ppm 2 3 4 5 6 7 7 8

Tabel 1.3 Rerata Bobot Segar dan Bobot Kering (Akar dan Tajuk),
Panjang Akar, dan Luas Daun Tanaman

Panjang Luas BS BS BK BK
Tanaman Perlakuan
Akar Daun Akar Tajuk Akar Tajuk
0ppm 22.36 150.42 1.07 5.84 0.15 0.69
Kacang
4000ppm 24.91 134.47 2.59 5.36 0.16 0.69
Tanah
8000ppm 17.97 103.24 1.19 3.47 0.15 0.55

B. Pembahasan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemberian larutan NaCl teknis
dengan konsentrasi tertentu pada tanaman kacang tanah dapat mengganggu
proses pertumbuhan tanaman kacang tanah itu sendiri. Tanaman kacang
tanah mempunyai tingkat toleransi tertentu pada setiap tingkat cekaman
salinitas. Respon ini ditunjukkan melalui pertumbuhan tajuk, daun dan akar
tanaman.
Tinggi Tanaman Kacang Tanah
25.00
20.00
15.00 0 ppm
10.00 4000 ppm
5.00 8000 ppm
0.00
7 9 11 13 15 17 19 21

Gambar 1.1 Grafik tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai perlakuan
Pertumbuhan tanaman kacang tanah setelah mendapatkan perlakuan
salinitas dari hari ke-1 sampai hari ke-8 cenderung normal. Pertumbuhan
tanaman kacang tanah setelah penjarangan juga cenderung normal.
Pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah pada periode itu hampir sama.
Perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah terlihat mulai hari ke-
10 setelah tanam. Berdasarkan tiga perlakuan yang telah dilakukan,
diperoleh hasil bahwa tanaman kacang tanah mencapai tinggi yang optimal
dengan perlakuan salinitas sebesar 0 ppm. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Wasum, 2017 bahwa tumbuhan akan tumbuh dan berkembang secara
optimal pada keadaan lingkungan yang netral.

Panjang Akar Kacang Tanah


30.00 24.91
22.36
20.00 17.97

10.00

0.00
0ppm 4000ppm 8000ppm

Gambar 1.2 Histogram panjang akar kacang tanah pada berbagai perlakuan
Hal yang sama tidak terjadi pada pertumbuhan akar tanaman kacang
tanah. Pada perlakuan dengan konsentrasi 0 ppm akar tanaman kacang tanah
tumbuh lebih pendek dibandingkan perlakuan 4000 ppm dan lebih panjang
dibandingkan perlakuan 8000 ppm. Selisih panjang akar tanaman kacang
tanah pada perlakuan 4000 ppm dan 0 ppm mencapai angka 2,6 cm,
sedangkan selisih panjang akar pada perlakuan 4000 ppm dan 8000 ppm
mencapai angka 6,9 cm. Selisih panjang akar ini karena akar tanaman
merupakan bagian pertama yang dipengaruhi oleh cekaman salinitas
sehingga untuk mempertahankan diri dan melindungi diri dari cekaman
tanaman cenderung menghambat pertumbuhan akarnya. Peristiwa ini terjadi
untuk menghindari keracunan yang akan berdampak lebih luas untuk
pertumbuhan tanaman itu sendiri (Munns and James, 2013).

Jumlah Daun Kacang Tanah


15

10 0 ppm

5 4000 ppm
8000 ppm
0
7 9 11 13 15 17 19 21

Gambar 1.3 Grafik jumlah daun kacang tanah pada berbagai perlakuan
Pada perlakuan 0 ppm jumlah daun tanaman kacang tanah sejak 8 hari
setelah tanam sampai hari ke-22 selalu lebih banyak dibandingkan 4000
ppm dan 8000 ppm. Namun pada perlakuan 4000 ppm pertumbuhan daun
pada hari ke-8 sampai hari ke-17 terhambat, sehingga selama waktu tersebut
jumlah daun pada perlakuan ini kalah dengan perlakuan 8000 ppm. Hal ini
disebabkan oleh daun yang masih berbentuk tunas daun atau daun belum
membuka secara sempurna sehingga belum bisa disebut sebagai daun
tanaman.

Luas Daun Kacang Tanah


200.00

100.00

0.00
0ppm 4000ppm 8000ppm

Gambar 1.4 Histogram luas daun kacang tanah pada berbagai perlakuan
Cekaman salinitas juga mempengaruhi luas daun tanaman. Daun
tanaman kacang tanah terluas dimiliki oleh tanaman yang memperoleh
perlakuan 0 ppm. Sebelumnya telah dijelaskan, bahwa tanaman kacang
tanah menghambat pertumbuhan akarnya karena tercekam oleh tanah yang
salin sehingga tanaman kacang tanah lebih aktif menumbuhkan tajuknya.
Selain mempengaruhi luas daun tanaman cekaman salinitas juga
mempengaruhi warna daun tanaman. Tanaman yang mengalami cekaman
salinitas cenderung berubah warna menjadi kekuning-kuningan. Perubahan
warna ini terjdi karena proses fisiologi tanaman terganggu dan jaringan-
jaringan tanaman rusak sehingga proses fotosintesis tanaman juga
terganggu. Selain proses fotosintesis tanaman terganggu proses penyebaran
hasil fotosintesis juga terganggu.

BS dan BK Akar BS dan BK Tajuk


Kacang Tanah Kacang Tanah
3.00 8.00
2.50
6.00
2.00
1.50 4.00
1.00 BS Akar BS Tajuk
2.00
0.50
BK Akar BK Tajuk
0.00 0.00

Gambar 1.5 Histogram BS dan BK akar serta tajuk kacang tanah pada
berbagai perlakuan
Cekaman salinitas juga berdampak pada bobot segar maupun bobot
kering tanaman. Tanaman kacang tanah mengalami cekaman pada
perlakuan 0 ppm dan 8000 ppm yang ditunjukkan dengan pertumbuhan akar
yang terhambat sehingga bobot segar tanaman yang relatif lebih rendah.
Pada perlakuan 8000 ppm bobot kering bobot segar akar dan tajuk tanaman
lebih rendah dibandingkan dengan 4000 ppm dan 0 ppm. Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa tanaman kacang
tanah dapat tumbuh dengan optimal pada perlakuan 0 ppm sedangkan pada
perlakuan 4000 ppm tanaman kacang tanah telah mengalami cekaman
salinitas yang ditunjukkan dengan pertumbuhan akar dan tinggi tanaman
yang tidak terlalu tinggi serta bobot segar tanaman yang rendah. Namun,
terdapat kekeliruan pada perlakuan 4000 ppm dimana panjang akar dan
bobot kering bobot segar akar perlakuan 4000 ppm lebih tinggi
dibandingkan perlakuan 0 ppm. Hal ini dikarenakan pada saat penyiraman
alat yang digunakan tercemar oleh NaCl 4000 ppm ataupun NaCl 8000 ppm
sebab pada saat pencucian alat dilakukan secara asal-asalan.
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian
Pertanian Republik Indonesia (2016) menyebutkan bahwa tanaman kacang
tanah termasuk tanaman yang mempunyai toleransi terhadap cekaman
salinitas sampai taraf 2dS/m. Badan ini juga menyatakan bahwa tanaman
padi merupakan tanaman yang sensitif terhadap keadaan lingkungan yang
salin. Hal ini sesuai dengan praktikum di lapangan bahwa tanaman kacang
tanah yang tumbuh pada perlakuan 4000 ppm dan 8000 ppm baik panjang
akar dan tinggi tanaman serta jumlah daun cenderung lebih rendah dan
sedikit dibanding dengan tanaman kacang tanah pada perlakuan 0 ppm.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan pada praktikum acara 1, dapat diambil


kesimpulan bahwa:
1. Pada tingkat salinitas tinggi yakni pada konsentrasi 8000 ppm, menimbulkan
gejala keracunan pada tanaman yang menyebabkan tanaman menjadi kerdil
dengan ciri pertumbuhan tinggi tanaman padi, pertumbuhan panjang akar,
serta pertumbuhan jumlah daun tidak optimal. Salinitas juga berdampak pada
warna daun yang berubah menjadi kekuning-kuningan akibat terganggunya
proses fotosintesis.
2. Tingkat salinitas yang sesuai dapat mengoptimalkan pertumbuhan tanaman
kacang tanah. Pada perlakuan konsentrasi 0 ppm pertumbuhan panjang akar,
pertumbuhan tinggi tanaman, dan pertambahan jumlah daun tanaman terjadi
secara optimal dibandingkan pada konsentrasi 4000 ppm dan konsentrasi
8000 ppm. Hal ini menandakan bahwa tanaman kacang tanah dapat tumbuh
optimal di lingkungan yang netral namun bersifat toleran terhadap linkungan
yang cenderung salin
SARAN

Praktikum dasar-dasar ekologi acara I berjalan dengan baik dan cukup


lancar namun alangkah lebih baik apabila proses pemanenan acara I tidak
dilakukan pada 3 atau 4 jam sebelum praktikum selanjutnya dimulai. Lebih baik
proses panen dilakukan pada hari sebelum praktikum atau pada hari setelah
praktikum agar proses praktikum acara yang lain tidak terganggu.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian. n.d. Varietas Padi Toleran terhadap Lahan Salin terus
Dikembangkan. <www.litbang.pertanin.go.id>. Diakses 27 Maret 2019.

Kristiono, A., R. D. Purwaningrahayu, dan A. Taufiq. 2013. Respons tanaman


kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau terhadap cekaman salinitas.
Diterbitkan di Buletin Palawija No. 26 : 45–60.

Kusumiyati, T. Mutiarawati., dan F. A. Habibah. 2017. Pengaruh konsentrasi


larutan garam NaCl terhadap pertumbuhan dan kualitas bibit lima kultivar
asparagus. Jurnal Hortikultura Vol. 27(1) : 79-86.

Munns, R., and R. James.2013.Screening methods for salinity tolerance : a case


study with tetraploid wheat. Journal of Plant and Soil (2):201 – 218

Remmert, H. 1980. Ecology. Springer – Verlag, Berlin.

Staples, R.C. and G. H.Toenniesen. 1984. Salinity Tolerance in Plants: Strategic


For Crop Improvement. Wiley - Interscience Publications, New York.

Suliasih dan S.Widawati. 2016. Pengaruh salinitas dan inokulan bakteri terhadap
pertumbuhan tanaman terung (Solanum melongena L.). Jurnal Ilmu-Ilmu
Hayati.Vol 15(1) hal : 17-25

Wasum, S.D. 2017. Pengaruh amelioran tanah pada pertumbuhan tanaman kacang
tanah (Arachis hypogeae) pada kondisi salinitas. Jurnal Produksi Tanaman.
III(5):232-239.
LAMPIRAN

Foto 1. Awal proses penanaman

Foto 2. Pertengahan proses penanaman

Foto 3. Akhir proses penanaman

You might also like